Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH

BUAH DAN BIJI

NAMA

: ANDRY.S

NIM

: G111 15 555

KELAS

:B

DOSEN

: Dr. Ir. Katriani Mantja,M.P.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akar, batang, daun, serta bagian-bagian tumbuhan lainnya merupakan bagianbagian yang secara langsung berguna untuk mempertahankan kehidupan
tumbuhan itu sendiri selama masa pertumbuhannya. Oleh sebab itu, alat-alat
tersebut seringkali dinamakan pula alat-alat pertumbuhan atau alat-alat vegetatif.
Sebelum suatu tumbuhan mati, biasanya telah dihasilkan suatu alat yang nanti
akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Alat-alat demikian dinamakan alat
perkembangbiakan (organum reproductivum), yang dibedakan dalam dua
golongan diantaranya yang bersifat vegetatif dan yang bersifat generatif. Proses
perkembangbiakan ini terjadi melalui penyerbukan yang terjadi di bunga. Jika
penyerbukan pada bunga telah terjadi, kemudian akan diikuti oleh pembuahan,
maka meyebabkan bakal buah akan menjadi buah, dan bakal biji yang terdapat di
dalam bakal buah akan tumbuh menjadi biji. Pada pembentukan buah, ada
kalanya bagian bunga selain bakal buah ikut tumbuh dan merupakan suatu bagian
buah. Sedangkan, pada umumnya setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan
bagian-bagian bunga selain bakal buah segera menjadi layu dan gugur.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian buah
2. Mengetahui karakteristik buah
3. Mengetahui perkembangan dan type buah
4. Mengetahui pengertian biji
5. Mengetahui pembentukan dan perkembangan benih/biji
6. Mengetahui perbedaan antara angiospermae dan gymnospermae

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Buah


Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan
perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus
dan melindungi biji. Aneka rupa dan bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan
fungsi utama buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan.
Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun
bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk
metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,
alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari segala hal tentang
buah dinamakan pomologi.

Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium). Setiap


bakal buah berisi satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-masing
mengandung sel telur. Bakal biji itu dibuahi melalui suatu proses yang diawali
oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke
kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala putik, serbuk sari berkecambah
dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk sari yang berisi sperma. Buluh ini terus
tumbuh menembus tangkai putik menuju bakal biji, di mana terjadi persatuan
antara sperma yang berasal dari serbuk sari dengan sel telur yang berdiam dalam
bakal biji, membentuk zigot yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan
berbunga ini melibatkan baik plasmogami, yakni persatuan protoplasma sel telur
dan sperma, dan kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya.Setelah itu, zigot
yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi embrio (lembaga), bakal biji tumbuh
menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang disebut perikarp, tumbuh menjadi
berdaging (pada buah batu atau drupa) atau membentuk lapisan pelindung yang
kering dan keras (pada buah geluk atau nux). Sementara itu, kelopak bunga
(sepal), mahkota (petal), benang sari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur atau
bisa jadi bertahan sebagian hingga buah menjadi besar. Pembentukan buah ini
terus berlangsung hingga biji menjadi masak. Pada sebagian buah berbiji banyak,
pertumbuhan daging buahnya umumnya sebanding dengan jumlah bakal biji yang
terbuahi.Dinding buah, yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada
bunga, dikenal sebagai perikarp (pericarpium). Perikarp ini sering berkembang
lebih jauh, sehingga dapat dibedakan atas dua lapisan atau lebih. Yang di bagian
luar disebut dinding luar, eksokarp (exocarpium), atau epikarp (epicarpium); yang
di dalam disebut dinding dalam atau endokarp (endocarpium); serta lapisan tengah
(bisa beberapa lapis) yang disebut dinding tengah atau mesokarp (mesocarpium).
Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah
tenggelam, kadang-kadang bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya tabung
perhiasan bunga, kelopak, mahkota, atau benangsari) bersatu dengan bakal buah
dan turut berkembang membentuk buah. Jika bagian-bagian itu merupakan bagian
utama dari buah, maka buah itu lalu disebut buah semu. Itulah sebabnya menjadi
penting untuk mempelajari struktur bunga, dalam kaitannya untuk memahami
bagaimana suatu macam buah terbentuk.

2.2 Karakteristik Buah


Pada pembentukan buah, ada kalanya bagian bunga selain bakal buah ikut
tumbuh dan merupakan suatu bagian buah. Bagian-bagian bunga yang terkadang
tidak gugur, melainkan ikut tumbuh dan tinggal pada buah, biasanya tidak
mengubah bentuk dan sifat buah itu sendiri, jadi tidak merupakan suatu bagian
buah yang penting, misalnya :
1. Daun-daun pelindung. Pada jagung daun-daun bunga tidak gugur, dan kita
kenal kemudian sebagai pembungkus tongkol jagung (klobot).
2. Daun-daun kelopak. Pada terong dan pada jambu , masih dapat kita lihat
kelopak yang ikut merupakan bagian buah.
3. Tangkai kepala putik. Bagian ini sering tinggal pada buah, misalnya pada
jagung, yang kita kenal sebagai rambut jagung, juga pada semua macam
jambu, masih dapat kita lihat tangkai kepala putik di bagian ujung buah.
4. Kepala putik. Buah yang masih mendukung kepala putik ialah buah manggis,
yang sekaligus pula dapat menunjukan jumlah daun buah dan jumlah ruangan
dalam buah manggis tadi.

Buah yang semata-mata terbentuk dari bakal buah, atau paling banyak
padanya terdapat sisa-sisa bagian bunga yang lazimnya telah gugur itu, umumnya
merupakan buah yang tidak terbungkus, jadi merupakan buah yang telanjang
(fructus nudus). Buah ini juga dinamakan buah sejati atau buah sungguh. Bagian
bunga ikut mengambil bagian dalam pembentukan buah. Bahkan seringkali
merupakan bagian buah yang paling menarik perhatian. Buah yang demikian
dinamakan buah palsu atau buah semu (fructus spurius). Pada buah semu, buah
dinamakan Partenokarpi (parthenocarphy). Buah yang terjadinya dengan cara ini
biasanya tidak mengandung biji, atau tidak ada bijinya, biji itu tidak mengandug
lembaga, jadi bijinya tidak dapat dijadikan alat perkembangbiakan. Pembentukan
buah dengan cara ini lazimnya kita dapati pada pohon pisang (Musa paradisiaca).

2.3 Perkembangan dan Type Buah


Perkembangan buah diawali dari perkembangan bakal buah yang berisi
bakal biji (ovulum). Bakal biji terdiri dari inti bakal biji yang dkelilingi oleh satu
atau dua helai lapisan kulit bakal biji (integumentum). Kulit bakal biji bilamana
terdiri dari atas dua lapis, maka lapisan luar disebut integumentum exterius dan
sebelah dalam disebut integumentum interius. Dinding bakal buah terdiri dari tiga
lapisan yang disebut epicarpium/exocarpium, mesocarpium dan endocarpium.
Exocarpium adalah lapisan dari kulit buah yang terletak paling luar, warnanya
tergantung dari jenis benihnya. Mesocarpium adalah lapisan kedua yang terletak
dibawah exocarpium, dapat berupa daging buah yang enak dimakan. Endocarpium
adalah lapisan ketiga yang terletak paling dalam atau dibawah mesocarpium.
Berdasarkan bentuk dan letak biji, buah dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Buah tunggal (simple fruit)
Buah tunggal berasal dari ovary/bakal buah tunggal, biji terletak dibagian
buah. Saat buah masak biasanya biji juga telah terbentuk dengan sempurna.
Dinding ovary (pericarp) tersusun dari tiga lapisan yaitu exocarp (lapisan terluar),
mesocarp (lapisan tengah) dan endocarp (lapisan terdalam). Buah tunggal dapat
dibedakan atas buah berdaging dan buah kering.
1. Buah kering, adalah buah yang pericarpnya menjadi lunak pada saat buah
masak karena terbentuk dari jaringan parenchyme yang sukulen. Buah yang
termasuk dalam buah berdaging adalah:
1.1. Pome, adalah buah yang bagian luar pericarpnya berdaging, endocarpnya
agak keras. Mis: apel dan pear

1.2. Drupe (buah batu), endocarpnya keras seperti batu, bagian berdaging yang
dimakan adalah mesocarpnya, exocarpnya sebagai kulit. Mis: kenari,
cherry dan peach.
1.3. Berry, adalah buah yang pericarpnya lunak berdaging, exocarpnya tipis
seperti kulit. Mis: anggur dan tomat, pepo (labu mentimun dan
semangka, hesperidium (jeruk).
2. Buah Kering, adalah buah yang pericarpnya kering dan agak keras karena
terbentuk dari sel-sel sklerenchyme yang sudah mati. Buah yang termasuk
ke dalam buah kering ini adalah:
2.1. Buah dehiscent, adalah buah yang bijinya lebih dari satu dan pericarpnya
terbuka jika buah masak, dibagi atas: Legume (kapri, kacang tanah),
Loment (legum yang bersegment), Follicle (ilkweed, larkspur), dan
Capsule (kecubung, morning glory), Silique (kubis), Silicle (pepper grass)
dan Pyxis
2.2. Buah Indehiscent adalah buah yang berbiji satu, pericarpnya tidak terbuka
saat buah masak, dibagi atas: Achene (bunga matahari dan selada),
Caryopsis atau grain (jagung, padi, gandum dan biji serealia lainnya),
Samara (maple dan elm), schizocarp (wortel) dan nut (chesnut).
b. Buah Majemuk (agregate fruit)
Buah majemuk berasal dari bunga yang memiliki banyak putik pada satu
receptacle/dasar bunga yang sama. Mis: strawberry dan Blackberry.
c. Buah Berganda (multiple fruit)
Buah majemuk terbentuk dari sejumlah bunga yang bergerombol saling
berdekatan tetapi terpisah satu dengan lainya. Mis: nenas, bit, mulberry.

2.4 Pengertian Biji


Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan
berbunga yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada
Angiospermae atau Magnoliophyta) atau tidak (pada Gymnospermae). Dari sudut
pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi
sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk
pertumbuhan.
Bagi

tumbuhan

biji

(spermathophyta)

biji

ini

merupakan

alat

perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon tumbuhan baru


(lembaga). Dengan dihasilkan biji, tumbuhan dapat mempertahankan jenisnya,
dan dapat pula terpencar ke6tempat lain. Semula biji itu duduk pada suatu tangkai
pada papan biji atau tembuni (placenta).

2.5 Pembentukan dan Perkembangan Benih dan Biji


a. Pembentukan Benih atau Biji
Pembentukan benih merupakan sebuah fase dari daur hidup tanaman
berbiji. Benih juga dapat dianggap sebagai konsekuensi dari generasi gametofit
(megagametofit dan mikrogametofit) dan oleh karena itu merupakan awal dari
saprofit baru. Benih atau biji berkembang dari bunga, tetapi tidak setiap kuncup
bunga tumbuh berkembang menjadi benih matang, dan dalam rumput-rumputan
makanan ternak, kurang dari sepertiganya berkembang membentuk biji.
Kegagalan bisa terjadi pada seluruh tahap, yaitu kuncup gagal untuk berkembang
menjadi bunga dan gugur, bunga tidak bisa terbentuk, dan ovul yang terbuahi
gagal berkembang menjadi benih atau biji.
Kegagalan penyerbukan dapat disebabkan oleh kurangnya serbuk sari
yang sesuai atau ketiadaan penyerbuk yang tepat. Hujan dan kelembaban relative
bersifat menghambat penyerbukan dan lebih bersifat berlawanan. Lebih banyak

bunga diserbuki jika cuaca kering dan cerah. Bahkan jika kondisi sesuai, bunga di
bagian bawah dalam tanaman yang rapat mungkin tidak dapat diserbuki. Hal ini
berlaku pada tanaman rumput-rumputan yang telah rebah pada awal musim.
Perkembangan kuncup menjadi bunga dan ovul yang dibuahi menjadi
benih bergantung pada pasokan air, nutrisi mineral dan cahaya, dan untuk itu
selalu terdapat kompetisi antar tanaman dan antar bagian tanaman yang berbeda
pada tanaman yang sama. Jika air dan mineral terbatas, kompetisi akan cenderung
dimenangkan oleh tanaman-tanaman yang tumbuh lebih kuat, sedangkan tanaman
yang lebih lemah mengurangi dan menggugurkan kuncup bunga atau benih yang
sedang berkembang. Di dalam suatu tanaman, kuncup dan benih yang paling
dekat kepada sumber pasokan, yakni dekat kepada batang utama, terus
berkembang sedangkan yang terdapat pada bagian cabang-cabang lateral gugur.
Untuk perkembangannya, benih menggunakan bahan-bahan (terutama
karbohidrat) yang disintesis dalam daun. Di dalam tanaman terdapat kompetisi
dalam menggunakan bahan-bahan tersebut. Ovul yang berlokasi dekat pada daun
memperoleh bahan-bahan tersebut lebih banyak daripada yang letaknya lebih
jauh. Itulah sebabnya mengapa benih di bagian bawah (pangkal) malai atau
tongkol lebih besar daripada yang terdapat di bagian atasnya (ujungnya). Dalam
tanaman yang disemai jarang, cahaya menerobos antartanaman sehingga daundaun hijau pada berbagai letak tingkatan sepanjang batang akan berfungsi
seluruhnya dan menyediakan karbohidrat yang memungkinkan ovul yang berada
di dekatnya berkembang. Dalam tanaman dengan jarak tanam rapat, cahaya yang
menembus kanopi sedikit dan fotosintesis terbatas pada daun-daun di bagian atas.
Dalam kondisi demikian, bunga dan benih berkembang hanya pada bagian atas
tanaman, yang cukup dekat dengan sumber karbohidrat.
Fotosintesis dapat berlangsung dalam bagian hijau dari tanaman, dan
kenyataannya, sejumlah bahan makanan yang cukup untuk digunakanmembangun
benih berasal dari bagian daun yang dekat. Contohnya ialah bulu-bulu pada
barley, glume pada gandum, braktea pada jagung, dan polong pada kacangkacangan. Ini hanya mungkin jika mereka terletak pada bagian-bagian atas dari
tanaman yang cukup menerima cahaya matahari. Pada tahap perkembangan yang

dini, benih mungkin saja tidak dapat menggunakan semua karbohidrat yang
tersedia, dan dalam kasus kacang-kacangan, kelebihan karbohidrat disimpan
dalam polong yang sedang tumbuh dan dipindahkan kepada benih kemudian.

b. Perkembangan Benih atau Biji


Benih berkembang dari bakal biji yang terletak di dalam bakal buah dari
suatu bunga. Bakal buah mengandung satu bakal biji seperti pada serealia, atau
mengandung beberapa biji seperti pada kacang-kacangan. Sementara bakal biji
berkembang menjadi benih, bakal buah berkembang menjadi buah. Secara khas
setelah pembungaan terdapat tiga tahap perkembangan benih yang berbeda. Dua
tahap pertama yaitu perkembangan embrio dan akumulasi cadangan makanan
(disebut juga tahap pematangan benih), sedangkan tahap berikutnya ialah
pematangan benih.
Perkembangan embrio
Setelah fusi seksual, terjadi pembelahan sel yang cepat dan kira-kira pada
akhir akhir tahap ini, embrio hampir terbentuk sepenuhnya. Kadar air saat ini kirakira 80 %. Soueges dan Johansen (dalam Copeland dan McDonald, 1995)
memperkenalkan empat hukum embrioni yang menerangkan perkembangan
embrio. Keempat hukum tersebut ialah:
1. Hukum parsimoni
Tidak ada lagi sel yang diproduksi melebihi dari jumlah yang diperlukan.
2. Hukum asal mula

Pada setiap spesies, pembentukan sel sedemikian rupa sehingga asal atau waktu
pembentukan selnya dapat dikenali.
3. Hukum angka
Jumlah sel yang dihasilkan oleh generasi sel yang berbeda bervariasi dalam
spesies dan bergantung dari kecepatan segmentasi di dalam sel dari generasi yang
sama.
4. Hukum tujuan
Dalam keadaan normal, sel terbentuk dengan pembelahan dan dapat dikenali
dengan jelas arahnya. Kebanyakan sel ini menduduki tempat sesuai dengan
peranan yang harus dijalankan.
Akumulasi cadangan makanan
Akumulasi cadangan makanan dibuat dalam bagian tanaman yang hijau
dan ditransfortasi kepada benih yang sedang berkembang.
Menurut lokasi internal cadangan makanannya, benih dapat dibagi ke
dalam dua tipe, yaitu benih endosperma dan nonendosperma. Selama fase
perkembangan ini, embrio itu sendiri melakukan pertumbuhan sedikit saja, tetapi
benih secara keseluruhan mencapai bobot maksimum dengan adanya bahan-bahan
yang ditambahkan ini. Jika benih kemudian berkecambah, embrio menyerap
bahan makanan yang diperlukan dari endosperma untuk pertumbuhan yang cepat.
Benih-benih serealia dan anggota famili rumput-rumputan lainnya adalah benih
endosperma. Dalam benih yang nonendosperma, bahan-bahan yang ada segera
diserap ke dalam embrio dan disimpan dalam daun khusus yang disebut kotiledon.
Jika benih terbentuk sempurna, seluruh ruang di dalam kulit benih ditempati oleh
embrio dan tidak terdapat endosperma. Contoh benih nonendosperma adalah
kacang-kacangan dan kubis-kubisan. Dalam beberapa spesies seperti kapas,
pengisapan tidak sempurna dan terdapat endosperma yang rudimenter, tetapi ini
merupakan perkecualian.

Selama tahap kedua perkembangan ini, bobot kering benih meningkat tiga
kali lebih, dan kadar air turun hingga 50%. Peningkatan ukuran embrio
disebabkan oleh sel-sel yang dibentuk dalam tahap pertama, bukan karena
pembelahan sel lebih lanjut. Pada akhir tahap ini, benih menjadi sempurna secara
struktural.
Pematangan
Selama fase pematangan, benih mengalami pengeringan. Pada fase ini
terdapat sedikit peningkatan kandungan bahan. Bobot kering tetap konstan, tetapi
kadar air turun sampai 10-20 %. Akhirnya lapisan gabus dibentuk pada dasar
benih. Terbentuknya lapisan ini akan memutus hubungan dengan tanaman induk,
menutup pasokan air dan membentuk suatu titik lemah yang memudahkan benih
masak rontok. Waktu yang diperlukan untuk tahap ini sangat tergantung pada
kondisi cuaca.
Hilangnya air diikuti oleh perubahan-perubahan warna dalam benih dan
buah; klorofil menghilang dan warna berubah dalam kisaran kuning-coklat-hitam
menurut spesiesnya. Pada serealia dan anggota-anggota lain famili rumputrumputan, terdapat perubahan yang cepat dalam tekstur endosperma. Pada
mulanya endosperma lunak dan mengeluarkan cairan berupa susu jika dipijit;
kemudian menjadi keras dan berlilin dan akhirnya keras dan kaku. Pada jagung
(dan sedikit pada sorgum) warna hitam berkembang pada dasar kariopsis selama
pematangan. Ini adalah apa yang disebut dengan lapisan hitam (black layer) dan
dapat dipakai sebagai indikasi bahwa tongkol telah siap dipanen. Perubahanperubahan yang parallel terjadi pada daun dan batang. Pada gandum dan barley,
pada tahap matang susu daun-daun di bagian bawah mati, tetapi daun-daun di
bagian atas masih hijau; dengan berlanjutnya pematangan, penguningan berlanjut
menuju puncak.
Program perkembangan dengan tiga tahap tersebut di atas menggambarkan
secara umum bagaimana cara benih dibentuk, tetapi secara rinci terdapat banyak
variasinya. Waktu yang diperlukan untuk setiap tahap berbeda-beda dari kira-kira

satu sampai tiga minggu atau lebih menurut spesiesnya. Fase pematangan sangat
dipengaruhi oleh cuaca, tetapi waktu yang diperlukan untuk tahap pertama dan
kedua telah dicatat: oat 14 hari, barley 26 hari, gandum 27 hari, sorgum 35 hari,
bunga matahari 35 hari, kedelai 38 hari, dan kapas 65 hari.

2.6 Gymnospermae dan Angiospermae


a. Gymnospermae
Istilah Gymnosperma berasal dari kata Yunani, gymnos
berarti

telanjang

dan

sperma

berarti

biji.

Gymnosperma

merupakan tumbuhan yang serbuk sarinya langsung jatuh pada


bakal biji (biji yang belum terbuahi bukan kepala putik seperti
pada tumbuhan bunga) dan bijinya telanjang (yaitu tidak
tertutup dalam buah). Jadi, batasan Gymnosperma adalah semua
tumbuhan

dengan

biji

tanpa

buah.

Sebagai

contoh,

Gymnosperma termasuk Ginkgo, Cycad, Conifer dan anggota


Gnetofit (yaitu Ephedra dan Gnetum).
Gymnosperma dicirikan dengan tumbuhan yang biasanya
membentuk pohon berkayu atau perdu, tetapi beberapa jenis
mirip liana. Sebagian besar Gymnosperma, tidak ada pembuluh
pada xilemnya dengan perkecualian pada gnetophyt. Dalam
anggapan ini, Gymnosperma mirip tumbuhan vaskuler tidak
berbiji dan Angioperma primitif.
Mengingat Gymnosperma yang hidup secara relatif kecil
(sekitar 720 jenis dalam 65 marga), tumbuhan ini sangat
beranekaragam dalam struktur reproduksinya dan tipe daun.
Strobili mikrosporangia mungkin tersusun secara longgar dengan
ribuan mikrosporangia, terkumpul menjadi untaian banyak atau
seperti bunga. Tipe daun berkisar dari tunggal, helaian pipih

sampai bentu jarum, daun majemuk mirp ental dan sangat


tereduksi

seperti

daun

Equisetum.

Gymnosperma, mirip dengan Angiosperma pada ciri tidak


dibutuhkannya air oleh sperma untuk berenang mencapai sel
telur. Hanya Cycad dan pohon Ginkgo yang mempunyai sperma
berflagel, tetapi tumbuhan ini dan tumbuhan biji lainnya harus
diserbuki melalui angin, hewan atau air. Ini berarti gerakan
gamet jantan
diandalkan

dan

pada

gamet betina
pengangkutan

dalam tumbuhan berbiji


di

udara

bukan

pada

pengangkutan air akibatnya sebagian besar Gymnosperma


menghasilkan serbuk sari dalam jumlah yang banyak. Sebagai
contoh, tiap pohon pinus menghasilkan 1-2 juta serbuk sari.
Demikian pula hutan Conifer di Swedia yang besar sekali, pada
setiap musim semi dapat menghasilkan 75000 ton serbuk sari.
Perbedaan sangat mencolok di antara Gymnosperma
dengan tumbuhan lain meliputi serbuk sari dan biji dan organ
yang

mengandungnya.

Ciri-ciri

ini

sering

berbeda

secara

signifikan dengan organ yang diperbandingkan dari tumbuhan


berbunga.
Serbuk sari Gymnosperma
Walaupun
gametofit

serbuk

jantan.

sari

Serbuk

berkembang

sari

dengan

Gymnosperma

reduksi

masih

tetap

memakai sisa vegetatif dari talus gametofit. Sisa ini biasanya


terdiri dari 1 atau 2 sel disebut sel protalium yang melebur
sebelum fertilisasi. Perkecualian termasuk Gnetum dan beberapa
Pinofit yang serbuk sari mirip dengan angiosperma tidak
mempunyai

sel

protalus.

Serbuk sari Gymnosperma juga tampak mengandung sisa


anteredia nenek moyang. Sel generatif membelah membentuk
sel tangkai dan sel badan yang menghasilkan sperma. Sel badan

terutama anteredium bersel tunggal. Segera sebelum fertilisasi,


sel

badan

membelah

membentuk

sperma.

Di

antara

Gymnosperma, kecuali tipe perkembangan gametofit betina


terjadi pada Gnetum dan Welwitschia, yang sel generatifnya
langsung menjadi sel sperma. Pembentukan sel sperma secara
langsung dari sel generatif juga merupakan ciri Angiosperma.
Biji Gymnosperma
Sebagian besar biji Gymnosperma yang masak terdiri dari
lapisan integumen, gametofit betina multiseluler dan satu embrio
atau lebih. Perkembangan bakal biji dimulai ketika sel tunggal
dalam megasporangium mengalami miosis, membentuk tetrad
megaspora haploid yang linier. Tiga spora biasanya melebur dan
sisanya yaitu megaspora fungsional mengalami pembelahan
mitosis yang tidak segera diikuti sitokinesis. Pada Gnetum,
walaupun semua inti megaspora membelah berulang kali, satu
spora berkembang seperti pada perkembangan kantong embrio
tetrasporik lilium. Hasilnya berupa tahap senositik yang disebut
gametofit betina berinti bebas.
Inti bebas dapat berjumlah paling sedikit 256 pada jenis
Ephedra hingga paling banyak 8000 pada jenis Ginkgo, yang
sangat lebih banyak daripada gametofit betina Angiosperma
yaitu hanya 8-16 inti bebas. Dinding sel selanjutnya terbentuk di
sekitar masing-masing inti, setelah dua atau lebih (hingga 200)
arkegonia berkembang pada bagian mikropil (ujung dari bakal
biji). Jika masak, tiap arkegonium mengandung satu sel telur dan
semua sel telur bisa difertilisasi. Arkegonium tidak ada pada
beberapa anggota gnetofit.

Siklus hidup gymnospermae


Embrio berjumlah banyak terdapat pada satu biji, yang
kadang-kadang terjadi pada beberapa divisi Gymnosperma.
Terbentuknya embrio ini dapat melalui dua cara. Cara yang
kurang umum disebut poliembrioni sederhana, terjadi ketika dua
atau lebih zigot tumbuh menjadi embrio. Cara yang lebih umum
yaitu

embrio

yang

banyak

berasal

dari

embrio

tunggal

terdiferensiasi menjadi lebih dari satu embrio. Mekanisme ini


disebut dengan poliembrioni sigaran dan menghasilkan embrio
klonal.
Tahap awal perkembangan embrio pada Gymnosperma
dicirikan dengan pembelahan inti bebas dari inti zigot (kecuali
mungkin pada beberapa gnetofti). Embrio berinti bebas terdiri
dari sebanyak empat inti pada pinus dan 256 inti pada Cycad.
Gametofit

jadi

seluler,

sel

dekat

mikropil

ujung

embrio

memanjang menjadi sel suspensor pada semua divisi kecuali


Ginkgophyta.

Penyebaran Gymnospermae terbatas jika dibandingkan


Angiosperma karena, bijinya telanjang, tidak dilindungi karpel;
tidak dapat diperbanyak secara vegetatif seperti Angiospermae
(secara stek, cangkok); secara ekonomi, kurang kegunaannya
bagi manusia; xilem tidak punya vessel (trakea), floem tidak
punya

sel

pengiring;

penyebaran,

anemofili

dan

manusia;

uniseksual; pembuahan tunggal.


Gymnospermae

mempunyai

persamaan

dengan

angiospermae antara lain keduanya berupa pohon dan semak;


sistem akar berkembang dengan baik, akar bisa diarch, triach,
tetrach,

atau

polyarch.

Xilem

exsarch

pada

akar,

terjadi

pertumbuhan sekunder; keduanya menghasilkan biji; keduanya


heterospora, gametofit tereduksi; megaspora terdapat dalam
megasporangium (nuselus) dan tidak pernah lepas; nuselus
dikelilingi oleh integumen membentuk struktur yang disebut
bakal biji. Bakal biji mempunyai mikropil, bisa bertangkai atau
sesil; serbuk sari tumbuh menjadi buluh serbuk.

b. Angiospermae
Angiospermae

merupakan

golongan

tumbuhan

yang

dominan hidup sampai saat ini yang terdiri dari 300 suku.
Diantara suku-suku yang termasuk Angiospermae yang penting
adalah golongan rumput-rumputan (Graminae) 7500 jenis.
Keberhasilan Angiopsermae mendominasi lingkungan antara lain:
kemampuan untuk dapat tetap hidup dan berkembang biak pada
hampir semua macam lingkungan; adanya bunga, buah dan biji;
banyak

yang

berguna

bagi

kehidupan

manusia

sehingga

diusahakan untuk dikembangbiakkan; dapat diperbanyak dengan


stek, okulasi, sambung dan cara vegetatif lainnya.

Angiospermae mempunyai ciri-ciri antara lain: bakal biji


tertutup oleh suatu badan yang berasal dari daun buah (karpel);
gametofit

sederhana;

dibedakan

dalam

Monocotyledonae.

pembuahan
kelas

ganda.

yaitu

Monocotyledonae

Angiospermae

Dicotyledonae

mempunyai

ciri:

dan
akar

serabut; batang percabangannya sedikit, buku-buku terlihat


jelas; bertulang daun paralel, melengkung; jumlah bagian bunga
3 atau kelipatannya; embrio mempunyai 1 kotiledon; jaringan
pengangkut

pada

(umumnya),

sedangkan

tunggang;

batang

batang

tersebar,

pada

tidak

Dicotyledonae

percabangannya

banyak,

berkambium
cirinya:
buku-buku

akar
tak

terlihat jelas; daun menjari, menyirip; jumlah bagian bunga 4, 5

atau kelipatannya; embrio mempunyai 2 kotiledon; jaringan


pengangkut

pada

batang

tersusun

dalam

berkambium.

Siklus hidup angiospermae

lingkaran

dan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini, antara lain :
1. Buah

adalah

organ

pada

tumbuhan

berbunga

yang

merupakan

perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium).


2. Pada pembentukan buah, ada kalanya bagian bunga selain bakal buah ikut
tumbuh dan merupakan suatu bagian buah. Bagian-bagian bunga yang
terkadang tidak gugur, melainkan ikut tumbuh dan tinggal pada buah,
biasanya tidak mengubah bentuk dan sifat buah itu sendiri, jadi tidak
merupakan suatu bagian buah yang penting
3. Berdasarkan bentuk dan letak biji, buah dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: buah tunggal, buah majemuk dan buah berganda.
4. Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan
berbunga yang telah masak.
5. Pembentukan benih merupakan sebuah fase dari daur hidup tanaman
berbiji. Benih atau biji berkembang dari bunga, tetapi tidak setiap kuncup
bunga tumbuh berkembang menjadi benih matang. Perkembangan kuncup
menjadi bunga dan ovul yang dibuahi menjadi benih bergantung pada
pasokan air,nutrisi mineral, dan cahaya. Hal ini menunjukkan bahwa untuk
pembentukan dan perkembangan benih atau biji menjadi benih matang,
dibutuhkan ketersediaan faktor lingkungan yang sesuai.
6. Gymnosperma merupakan tumbuhan yang serbuk sarinya langsung jatuh
pada bakal biji (biji yang belum terbuahi bukan kepala putik seperti pada
tumbuhan bunga) dan bijinya telanjang (yaitu tidak tertutup dalam buah).
Jadi, batasan Gymnosperma adalah semua tumbuhan dengan biji tanpa

buah. Sebagai contoh, Gymnosperma termasuk Ginkgo, Cycad, Conifer


dan anggota Gnetofit (yaitu Ephedra dan Gnetum). Sedangkan
Angiospermae merupakan golongan tumbuhan yang dominan hidup
sampai saat ini yang terdiri dari 300 suku.

DAFTAR PUSTAKA

Biologi Indonesia. 2012. Angiospermae dan Gymnospermae. https://biologi


indonesia.co.id. Diakses tanggal 20 September 2016 pukul 20:11.
Tim

Pengampu.

2011.

Bahan

Ajar

Ilmu

dan

Teknologi

Benih.

Makassar: Universitas Hasanuddin.


Wikipedia. Buah. http://id.wikipedia.org/ . Diakses tanggal 20 September 2016
pukul 20:18.

Anda mungkin juga menyukai