Anda di halaman 1dari 33

Rita Fitri Yulita, S.Kep., Ners., M.

Kep
Definisi

 Cedera Kepala adalah suatu trauma yang mengenai
daerah kulit kepala, tulang tengkorak, atau otak
yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kepala (Nugroho,
2011).

 Menurut Brain injury Assosiation of America (2001),
cedera kepala adalah kerusakan pada kepala, bukan
bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar,
yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik.
Etiologi

 Kecelakaan lalu lintas

 Perkelahian

 Terjatuh

 Cedera olah raga

 Cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh


peluru atau pisau
Klasifikasi

 Cedera kepala primar : cedera yang terjadi akibat
langsung dari trauma
 Kulit : vulnus, laserasi, hematoma subkutan,
hematoma subdural
 Tulang : Fraktur lineal, fraktur bersih kranial, fraktur
infresi (tertutup dan terbuka)
 Otak : robekan dural, contusio (ringan, sedang, berat),
difusi laserasi

 Cedera kepala sekunder : cedera yang disebabkan karena:

 Oedema otak

 Hipoksia otak

 Kelainan metabolik

 Kelainan saluran nafas

 Syok
Manifestasi Klinis

 Berdasarkan anatomis
 Gegar Otak (comutio selebri)
 Disfungsi neurologis sementara dapat pulih
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran
 Pingsan kurang dari 10 menit atau mungkin
hanya beberapa detik/menit
 Sakit kepala, tidak mampu konsentrasi, vertigo,
mungkin muntah
 Kadang amnesia retrogard

 Edema cerebri :
 Pingsan lebih dari 10 menit
 Tidak ada kerusakan jaringan otak
 Nyeri kepala, vertigo, muntah
 Memar otak (contusio cerebri) :
 Pecahnya pembuluh darah kapiler
 Ptechie dan rusaknya jaringan saraf disertai
perdarahan

 Peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

 Penekanan batang otak

 Penurunan kesadaran

 Edema jaringan otak

 Defisit neurologis

 Herniasi

 Laserasi
 Hematoma epidural
 Penurunan kesadaran dan defisit neurologis
(tanda henia) : koma, tubuh dekortikasi atau
deseverbrasi, pupil anisokhor
 Hematoma subdural
 Akumulasi darah di bawah lapisan durameter
di atas arachnid
 Perdarahan epidura

 Defisit neurologi dapat timbul berminggu-minggu
sampai dengan berbulan-bulan
 Gejala biasanya 24-48 jam post trauma (akut)
 Perluasan massa lesi
 Peningkatan TIK
 Sakit kepala, lethargi, kejang
 Disfasi
 Perdarahan Subarakhnoid
 Nyeri kepala hebat
 Kaku kuduk
 Berdasarkan nilai GCS

 Cedera kepala ringan
 GCS 13 – 15
 Kehilangan kesadaran/amnesia < 30 menit
 Tidak ada fraktur tengkorak
 Tidak ada kontusio serebral, hematoma
 Cedera kepala sedang
 GCS 9 – 12
 Kehilangan kesadaran/amesia > 30 menit tetapi
kurang dari 24 jam
 Dapat mengalami fraktur tengkorak

 Cedera kepala berat

 GCS 3 – 8

 Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia


> 24 jam

 Dapat mengalami contusio cerebral, laserasi,


atau hematoma intracranial
Komplikasi

 Edema serebral dan herniasi
 Peningkatan TIK karena ketidakmampuan
tengkorak untuk membesar meskipun
peningkatan volume oleh pembengkakan otak
diakibatkan trauma
 Puncak pembengkakan yang terjadi kira-kira 72
jam setelah cedera

 Defisit neurologik dan psikologik

 Mengalami paralisis saraf fokal, seperti anosmia


(tidak dapat mencium bau-bauan) atau
abnormalitas gerakan mata

 Defisit neurologik seperti afasia, defek memori

 Kejang post traumatik



 Komplikasi lain secara traumatik :
 Infeksi sistemik : pneumonia, ISK, sepsis
 Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis,
meningitis, ventikulitis, abses otak)
 Komplikasi lainnya :
 Peningkatan TIK
 Hemorarghi
 Kegagalan nafas
 Diseksi ekstrakranial
 Syok
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium
Untuk memonitoring kadar O2 dan CO2 dalam tubuh
dilakukan pemeriksaan AGD untuk menentukan status
respirasi
 CT – Scan
Mengidentifikasi adanya hemoragik dan menentukan
pergeseran jaringan otak
 Foto Rontgen
Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur),
perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen
tulang

 Angiografi serebral

Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral,


perdarahan

 Pemeriksaan fungsi lumbal

Mengetahui kemungkinan perdarahan subarahnoid


Askep Kegawatdaruratan

 Pengkajian

 Umum
 Airway
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak
miring ke satu sisi untuk mencegah
penekanan/bendungan pada vena jugularis
 Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung,
telinga, atau mulut
 Breathing

 Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman
 Monitoring evaluasi : pemeriksaan AGD, saturasi oksigen
 Circulation
 Kaji keadaan perfusi jaringan perifer (akral, nadi capilary
rafill, sianosis pada kuku dan jari)
 Monitor tingkat kesadaran (GCS), periksa pupil, ukuran,
reflek terhadap cahaya
 Monitoring TTV
 Pemberian cairan dan elektrolit
Untuk mencegah edema cerebri : 1500-2000 ml/hari
dengan jenis cairan Nacl 0,9% atau RL
 Monitoring intake dan output
 Khusus

 Konservativ
 Pemberian manitol
Bolus 0,5-1 gr/kgBB dalam 20 menit, dilanjutkan
0,25-0,5 gr/kgBB setiap 6 jam selama 24-48 jam
 Pemberian furosemid
Dosis 40mg/hari IV
 Operatif
 Tindakan kraniotomi
 Pemasangan drain
 Shuting prosedur

 Monitoring tekanan intrakranial : yang ditandai
dengan sakit kepala hebat, muntah proyektil dan
papil edema
 Hiperventilasi
 Drainase cairan cerebro spinal
 Terapi diuretik
 Posisi kepala ditinggikan 20-30° dan tidak boleh
fleksi
 Pemberian diet atau nutrisi
 Rehabilitasi
 Pengkajian Fisik

 Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran :
 Cedera otak ringan GCS 13-15
 Cedera otak sedang GCS 9-12
 Cedera otak berat GCS < 8
 Sistem pernafasan
 Inspeksi : klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak nafas, penggunaan otot bantu
napas, dan peningkatan frekuensi napas
 Palpasi :

apabila disertai trauma maka
pengembangan dada akan berbeda pada area yang
sakit
 Perkusi : apabila disertai trauma maka akan
terdengar redup sampai pekak
 Auskultasi : terdengar ronchi
 Sistem kardiovaskuler
Didapatkan syok hipovolemik dengan ditemukan
TD menurun, TD bradikardi/takhikardi, aritmia
 Sistem Persyarafan
Penurunan sistem neurologi yang di tandai
penurunan kesadaran
 Sistem perkemihan

Mengkaji keadaan urine, meliputi warna, jumlah,
karakteristik. Penurunan jumlah urine dan peningkatan
retensi urine dapat terjadi akibat menurunnya fungsi
ginjal
 Sistem pencernaan
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, mual,
muntah, dan terjadi konstipasi
 Sistem muskuloskeletal
Disfungsi motorik paling umum yaitu kelemahan pada
seluruh ekstremias.
 Diagnosa Keperawatan

 Perubahan perfusi jaringan serebral b.d trauma
intraserebri
 Resiko tidak efektifnya pola nafas b.d kerusakan pusat
pernafasan di medula oblongata
 Resiko/aktual peningkatan intrakranial b.d adanya
proses desakan ruang dalam otak akibat penumpukan
cairan
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d peningkatan status metabolik
 Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d
pemberian cairan/medikasi

 Mengkaji tingkat kesadaran
 Secara kualitatif
 Composmentis : kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekeliling
 Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya atuh tak
acuh
 Somnolen : kesadaran menurun, respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan )
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu menjawab
pertanyaan verbal

 Supor : keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri
 Coma : tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya)

 Secara kuantitatif dengan GCS
 Menilai respon membuka mata (E)
(4) : spontan
(3) : dengan rangsang suara (suruh pasien
membuka mata)
(2) : dengan rangsang nyeri (berikan rangsang
nyeri, misalkan menekan kuku jari)
(1) : tidak ada respon

 Menilai respon verbal/respon bicara (V)
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau (sering bertanya
berulang-ulang), disorientasi tempat dan waktu
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-
kata masih jelas, namun tidak dalam satu kalimat.
Misalnya “aduh...,bapak...”)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon

 Menilai respon motorik (M)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau dan menjauhkan
stimulus saat diberi rangsang/nyeri)
(4) : withdraws ( menghindar/menarik ekstremitas
atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(3) : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi
kaku di atas dada dan kaki ekstensi saat diberi
rangsang nyeri
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya
extens di sisi tubuh, dengan jari mengepal dan kaki
ekstensi saat di beri rangsang nyeri)
(1) : tidak ada respon

 Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan
GCS dapat di skoring :
 Compos mentis (GCS : 15-14)
 Apatis (GCS : 13-12)
 Somnolen (GCS : 11-10)
 Delirium (GCS : 9-7)
 Sporo coma (GCS : 6-4)
 Coma (GCS : 3)

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai