Anda di halaman 1dari 29

ANTIDEPRESAN

Depresi

 suatu gangguan mental yang ditandai dengan adanya gejala


penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, mudah lelah
dan kehilangan energi, perasaan bersalah yang dapat mengacu
kepada pikiran tentang kematian atau bunuh diri, gangguan tidur
(baik sulit tidur ataupun tidur berlebihan), perubahan nafsu makan,
serta penurunan konsentrasi.
Etiologi dan Epidemiologi Gangguan Depresif
Faktor
Psikososial

Faktor Genetik

Mekanisme Amin biogenik :


Norepinephrin, Serotonin, Dopamin
Faktor Biologis

Mekanisme Regulasi Neuroendokrin


DEPRESI
Diagnosa Gangguan Depresif
• Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
– Afek depresif
– Kehilangan minat dan kegembiraan
– Berkurang energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan aktivitas menurun.
• Gejala lainnya :
– Konsentrasi dan perhatian kurang
– Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
– Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
– Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
– Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
– Gangguan tidur
– Nafsu makan berkurang
• Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut, diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.

• Kategori diagnosis
– Episode depresif ringan (F32.0),

– Episode depresif sedang (F32.1)

– Episode depresif berat (F32.2)

– Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

– (F32.8) Episode Depresif Lainnya

– (F32.9) Episode Depresif YTT


Antidepresan
a. Monoamine Oxidase Inhibitor (moclobemide)
– Kerja Farmakologis
Efek pada organ dan sistem spesifik

 Efek utama maoi didalam psikiatri adalah pada SSP. Di samping efeknya pada
mood depresi, MAOI dikaitkan dengan potensi gangguan tidur dan arsitektur
tidur yang bermakna secara klinis. Penggunaan MAOI sering dikaitkan dengan
berkurangnya tidur serta insomnia dan kadang-kadang menyebabkan
mengantuk di siang hari. Lebih jauh lagi, tidur pada pasien ang diterapi dengan
MAOI ditandai dengan sedikit berkurangnya tidur rapid eye movement(REM).
RIMA tidak berefek pada tidur , atau mungkin dapat memperbaiki tidur.
Indikasi Terapeutik
 Indikasi MAOI serupa dengan indikasi untuk obat trisiklik dan
tetrasiklik. MAOI terutama dapat efektif pada gangguan panik
dengan agoraphobia, gangguan stress pascatrauma, gangguan
makan, fobia sosial, dan gangguan nyeri. Sejumlah peneliti
menemukan bahwa MAOI lebih dipilih dibandingkan obat trisiklik
didalam terapi depresi atipikal yang ditandai dengan hipersomnia,
hiperfagia, ansietas dan tidak ada gejala vegetatif
Krisis Hipertensi yang Dicetuskan Tiramin
• Putus-Obat
 Orang yang mengonsumsi dosis regular MAOI dan menghentikannya

secara mendadak dapat mengalami sindrom putus obat yang dapat hilang
sendiri, meliputi bangun terus (arousal), gangguan mood, dan gejala somatic.
Untuk menghindari gejala ini saat menghentikan penggunaan MAOI, dosis
harus diturunkan secara bertahap selama beberapa minggu.
Trisiklik (amitriptyline)

Kerja Farmakologis
Efek Pada Organ dan Sistem Spesifik
Indikasi Terapeutik

– Gangguan Depresif Berat

– Gangguan Mood Akibat Keadaan Medis Umum dengan Ciri


Depresif

– Gangguan Panik dengan Agorafobia

– Gangguan Ansietas Menyeluruh

– Gangguan Obsesif-Kompulsif

– Gangguan Makan

– Gangguan Nyeri
SELECTIVE SEROTONIN REUPTAKE INHIBITOR
(SSRI)

Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) adalah agen lini pertama untuk terapi depresi,
gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan panik, serta banyak gangguan lain. Saat ini
tersedia enam SSRI: (1) fluoxentine (Prozzac), yang diperkenalkan pada tahun 1988; (2)
sertraline (Zoloft); (3) paroxentine (Paxil); (4) fluvoxamine (Luvox); (5) citalopram
(Celexa); dan escitalopram (Lexapro), suatu jenis citalopram.

Indikasi : Gangguan depresif, gangguan makan, gangguan panik, gangguan obsesif-


kompulsif, dan gangguan kepribadian ambang.
INDIKASI TERAPEUTIK

SSRI dapat digunakan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :


• Depresi
• Gangguan ansietas
• Bulimia nervosa dan gangguan makan lainnya
• Gangguan disforik pramenstruasi
• Ejakulasi dini
• Parafilia
• Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas
• Gangguan autistic
• Sindrom nyeri kronik
• Keadaan psikosomatik
PERHATIAN DAN REAKSI SIMPANG

Disfungsi Seksual
Efek Simpang pada Gastrointestinal
Sakit Kepala
Efek Simpang pada Sistem Saraf Pusat
Efek Antikolinergik
Efek Simpang Hematologis
Gangguan Elektrolit dan Glukosa
Reaksi Alergi dan Endokrin
Sindrom Serotonin
PUTUS ZAT SSRI

Penghentian penggunaan SSRI secara tiba-tiba, terutama SSRI dengan waktu paruh
singkat, seperti paroxetine atau fluvoxamine, menyebabkan timbulnya sindrom putus
zat yang dapat mencakup pusing, lemah, mual, sakit kepala, depresi rebound, ansietas,
insomnia, konsentrasi buruk, gejala pernapasan atas, parestesia, dan gejala mirip
migraine. Gejala ini biasanya tidak timbul sampai setelah sedikitnya 6 minggu terapi
dan biasanya pulih spontan dalam 3 minggu. Orang yang mengalami efek simpang
sementara pada minggu pertama mengonsumsi SSRI lebih cenderung mengalami
sindrom penghentian zat.
Fluoxetine merupakan SSRI yang paling kecil kemungkinannya menyebabkan sindrom
ini, karena waktu paruh metabolitnya lebih dari 1 minggu dan kadarnya secara efektif
turun dengan sendirinya. Dengan demikian, fluoxetine telah digunakan pada beberapa
kasus untuk menerapi sindrom penghentian zat akibat penghentian SSRI lain.
SEROTONIN NOREPINEPHRINE REUPTAKE INHIBITOR
(SNRI)

Serotonin norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI) merupakan golongan obat yang


mengatasi depresi dengan mengatur kerja neurotransmitter yang digunakan dalam
berkomunikasi antar sel otak. SNRI merupakan antidepresi yang bekerja dengan
mengubah satu tingkat atau lebih bahan kimia otak yang terjadi secara alami. Mekanisme
kerjanya dengan memblok penyerapan (reuptake) dari neurotransmitter serotonin dan
norepinefrin di otak.
Mekanisme kerja dari obat golongan SNRI pada dasarnya sama yaitu memblok reuptake
dari neurotransmitter serotonin dan norepinefrin.
PEMBAGIAN GOLONGAN OBAT

Venlafaxine (Effexor)

Venlafaxine tersedia dalam bentuk tablet dari 37,5 mg, 50 mg, 75 mg dan XL 75 mg dan
150 mg kapsul.
Efek samping yang paling umum dijumpai adalah nausea, pusing, insomnia, mengantuk,
dan mulut kering. Efek antikolinergik secara signifikan lebih ringan dibandingkan
dengan antidepresan lainnya. Sedangkan efek disfungsi seksual sama seperti SSRI lain.
Venlafaxine diserap dengan baik melalui pemberian oral.
Gejala penghentian berat telah dilaporkan. Sindrom discontinue yang mengkhawatirkan
bisa terjadi pada penghentian venlafaxine secara mendadak. Untuk menghindari sindrom
ini, venlafaxine XR harus di-tappering off (diturunkan secara bertahap) dengan
pengurangan dosis harian 75 mg dalam masa satu minggu.
Mirtazapine (Remeron)

Mirtazapine tersedia dalam bentuk tablet 15, 30, dan 45 mg.


Mirtazapine tak memiliki efek samping yang terkait dengan antikolinergik, adrenergik,
dan serotonin. Efek samping yang paling umum dijumpai adalah fatigue, pusing, sedasi
sementara, dan peningkatan bobot badan. Menariknya lagi, mirtazapine tak menyebabkan
disfungsi seksual seperti yang kerap dijumpai pada antidepresan lainnya.
Mirtazapine baru memunjukkan efikasi dalam 2-4 minggu setelah pengobatan, meskipun
gangguan tidur dan ansietas bisa diperbaiki pada minggu pertama.
Duloxetine (Cymbalta)

Mekanisme kerja duloxetine dengan memblok reuptake dari serotonin dan norepinefrin.
Obat golongan ini memiliki waktu paruh 12 jam. Duloxetine tersedia dalam sediaan : 20,
30 and 60 mg kapsul.
Efek samping dari penggunaan duloxetin adalah nausea, konstipasi, mulut menjadi
kering, akan tetapi memiliki efek yang kecil untuk gangguan seksual.
Milnacipran

Milnacipran tersedia dalam sediaan tablet 50 mg. Dapat terjadi dysuria yang merupakan
akibat dari peningkatan fungsi norepinefrin, tetapi tidak meningkatkan tekanan darah
serta dapat menyebabkan nausea,vomitus,dan takikardi.

Desvenlafaxine Succinate (DVS) (Pristiq)


DVS merupakan bentuk garam yang diisolasi dari metabolisme aktif venlafaxine, dan
dikembangkan menjadi obat yang berbeda. Seperti halnya Venlafaxine mekanisme kerja
DVS adalah memblok reuptake dari serotonin dan norepinefrin. Gejala dari VMS adalah
termasuk keringat malam. Obat golongan ini juga diindikasikan untuk fibromyalgia and
diabetic neuropathic pain.Efek samping dari penggunaan golongan obat ini adalah
nausea, mulut kering, vomitus, tremor, vertigo, peningkatan tekanan darah dan abnormal
ejakulasi. Penggunaan dosis 200 sampai 300 mg perhari efektif untuk mengatasi depresi
tetapi penambahan dosis sampai 600 mg digunakan untuk VMS.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai