Anda di halaman 1dari 37

ETIKA KLINIS DAN ETIKA ORGANISASI

z
PENGEMBANGAN
ETIKA RUMAH SAKIT
z
Sistematika
 Perkembangan etika klinis: pengaruh etika
organisasi dan bisnis
 Kecenderungan teknologi RS

 Kecenderungan pembiayaan Kesehatan

 Prudent care, patient centered care dan hak


pasien
 Masalah etika di fasyankes lainnya
z
ETIK KEDOKTERAN
 PEDOMAN BAGI KALANGAN KEDOKTERAN DALAM
BERSIKAP-PERILAKU SEBAGAI PROFESIONAL
KEDOKTERAN (termasuk Perilaku sehari-hari)
 KODE ETIK KEDOKTERAN

 PEDOMAN BAGI PROFESIONAL KEDOKTERAN


DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN KLINIS YANG
SELARAS DENGAN PRINSIP-PRINSIP BIO-ETIKA
 ETIKA KLINIK
Goals of ethics education
• To appreciate the ethical dimensions of
patient care
• To understand ethical principles of
medical profession
• To have competence in core ethical
Clinical Ethics: behavioral skills (Obtaining informed
consent, assessing decision-making
z capacity, discussing resuscitation
status and use of life- sustaining
Analyzing Ethically treatments, advanced care planning,
breaking bad news and effective
Challenging Cases communication)
• To know the commonly encountered
ethical issues in general and in one’s
specialty
Louise Campbell, 2017. • To have competence in analyzing and
resolving ethical problems
Basil Varkey. Med Princ Pract 2021;30:17–28
• To appreciate cultural diversity and its
impact on ethics
ETIKz KLINIK To provide health
professionals,
hospital
 Adalah pengembangan etik dengan pendekatan administrators
(and increasingly
struktur yg ditujukan untuk mengkaji, dan bila
patients) with
mungkin, menyelesaikan isu etik yang muncul di information,
setting klinik (Jonsen, Siegler, Winslade, 2006) assistance and,
where requested,
 Muncul untuk merespons kebutuhan baru guidance in
sebagai akibat perkembangan teknologi, makin relation to
ethically-
bervariasinya populasi, dan pertumbuhan challenging
kompleksitas pembuatan keputusan klinis, situations arising
in the course of
khususnya di era managed care (Shelton and
healthcare
Bjarnadottir, 2008) delivery”
(Campbell and McCarthy
2016)
Analisis
z
Menggunakan Beneficence
Principalism (KDB) dan Non-
maleficence
sudah dianut
metode klasik yang digunakan dalam menganalisis
sejak zaman
(Beauchamp and Childress, 2013) Hippocrates.
Autonomi dan
 Kaidah Dasar Bioetik: Justice muncul
 Respect for Autonomy belakangan,
 Beneficence
tetapi sepakat
juga dianggap
 Non-Maleficence
penting
 (Distributive ) Justice

 Rules: Informed consent, Truth-telling, Confidentiality,


Privacy, Veracity,
 Satu dari
z 4 Kaidah Dasar menjadi prima facie Soft paternalism
apabila alasan
kewajiban yang harus dipenuhi, kecuali bila beneficence
terdapat konflik dengan Kaidah Dasar lainnya diterapkan pada
pasien yang non-
pada suatu keadaan/situasi tertentu. autonomous (tak
sadar, dll), masih
 Bila konflik terjadi, maka kita harus
dianggap etis.
mencariprima facie kewajiban yang
Hard paternalism
sebenarnya harus dipenuhi, dengan apabila beneficence
memeriksa masing-masing bobot kaidah dasar dipaksakan thd
tersebut. Kaidah Dasar yang berkonflik dapat autonomi pasien,
dianggap tidak etis
saja antara beneficence dengan non-
maleficence, atau beneficence dengan respect
for autonomy.
Using this model,
Analisis
z
Menggunakan the physician
Clinical Ethics can identify the
prin-
Clinical Ethics diusulkan oleh Jonsen, Siegler, ciples that are in
Winslade, 2006, yang menilai etik suatu kasus dengan
conflict,
ascertain by
melihat 4 TOPIK BAHASAN : weighing and
 Medical Indication balancing what
should prevail,
 Patient’s Preference
and when in
 Quality of Life doubt, turn to
 Contextual Features ethics literature
and expert
Jonsen, Siegler dan Winslade menghubungkan KDB dengan pendekatan
opinion
pemecahan masalah yg sudah dikenal lama di dunia kedokteran: clinical
assessment, patient, quality of life, dan context
Beneficence,
z
nonmaleficence Using this model,
the physician can
identify the
PENDALAMAN menggunakan Clinical Ethics: principles that are
 Clinical assessment in conflict,
ascertain by
 Nature of illness (acute, chronic, reversible, terminal)?
weighing and
 Goals of treatment? balancing what
 Treatment options and probability of success for each should prevail,
option? and when in
doubt, turn to
 Adverse effects of treatment and does benefit
ethics literature
outweigh harm? and expert
 Effects of no medical/surgical treatment? opinion
 If treated, plans for limiting treatment? Stopping
treatment?
Using this
model, the
Respect for
z Autonomy physician can
identify the
PENDALAMAN menggunakan Clinical Ethics principles that
 Patient rights and preferences are in conflict,
ascertain by
 Information given to patient on benefits and risks of
weighing and
treatment? balancing what
 Patient understood the information and gave consent? should prevail,
 Patent mentally competent? If competent, what are and when in
his/her preferences? doubt, turn to
 If patient mentally incompetent, are patient’s prior ethics literature
preferences known?
and expert
opinion
 If preferences unknown, who is the appropriate
surrogate?
Using this
Beneficence, Nonmaleficence, model, the
z
Respect for autonomy physician can
identify the
principles that
PENDALAMAN menggunakan Clinical Ethics
are in conflict,
 Quality of life (QOL) ascertain by
 Expected QOL with and without treatment? weighing and
 Deficits – physical, mental, social – may have after balancing what
should prevail,
treatment?
and when in
 Judging QOL of patient who cannot express doubt, turn to
himself/herself? ethics literature
 Who is the judge? Recognition of possible and expert
physician bias in judging QOL? opinion
 Rationale to forgo life-sustaining treatment(s)?
Using this
Distributive
z
Justice model, the
physician can
identify the
PENDALAMAN menggunakan Clinical Ethics
principles that
 External forces and context
are in conflict,
 Conflicts of interests – does physician benefit financially,
ascertain by
professionally by ordering tests, prescribing medications,
weighing and
seeking consultations?
balancing what
 Research or educational considerations that affect clinical
should prevail,
decisions, physician orders?
and when in
 Conflicts of interests based on religious beliefs? Legal
doubt, turn to
issues?
ethics literature
 Conflicts of interests between organizations (clinics,
and expert
hospitals), 3rd party payers?
opinion
 Public health and safety issues?
 Problems in allocation of scarce resources?
TANTANGAN Code of Hammurabi, 2000 BC
Hippocrates Oath
Code of Medical Ethics , s 1847
MEDICAL PAST • Teaching – learning, competence
PROFESSIONALISM • Patient interest first, altruism
• Ethical duty = core virtue: integrity,
morality

• Specialization, technology,
EXTERNAL VALUES

Self interest economy, materialism


TANTANGAN PRESENT• Employees in corporation
Power
CHANGES

Prestige • Need highest ethical & moral


Profit standards
Pride
• Trustworthiness, accountability
Privilege
Lifestyle TANTANGAN
FUTURE • Competition, commercialization ??
• Others (?)
z
Organization Ethics
in Health Care
z
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

 Gene Changes  Tele-Medicine


 Stem cells  Patient’s Empowerment
 Synthetic Biology: Tissue  Robots & Artificial Intelligence
Engineering,  A major change in the
 Science of Materials definition of illness and health
 Biotechnology  Personalized Medicine
 3D Printing  Professions: disappears and
 Big Data emerges

Shani Mordechai, DOI: 10.15761/TiM.1000136


Etik Klinik
z
memerlukan Etik Organisasi Organisation ethics
can be described
as an attempt to
understand and
 Bila melihat bagaimana aplikasi etik klinik di RS yang address the ethical
menggunakan pendekatan struktur, maka dapat dipahami issues associated
with the financial
bila untuk itu diperlukan Etik Organisasi. and managerial
operation of
 Etik Organisasi merupakan penerapan Etik Bisnis ke healthcare
dalam Fasilitas Pelayanan Kesehatan, yang meliputi organisations,
including the
kepatuhan hukum, etik pelayanan, kompetisi yang adil,
business,
hubungan ketenagakerjaan, praktik manajerial, CSR, professional, and
market-oriented approach (?), reimbursement, rationing, contractual
relationships which
pengadaan, pembayaran. underpin the daily
running of these
Organization Ethics ditujukan kepada mereka yang menyelenggarakan dan institutions
mengelola RS dan menganalisis dampak keputusan dan praktik RS kepada pasien, (Spencer et al.
staf dan komunitas (Gibson et al, 2008), termasuk program Pemerintah 2000, p.212).
Penyelenggaraan
z dan Pengelolaan RS VISI

 Etik Organisasi harus mampu memastikan agar baik insan rumah MISI
sakit maupun organisasi rumah sakit “do the right thing”, atau
dalam kata lain “to conduct itself with integrity in the full range of NILAI/BUDAYA
its activities”.

 Meskipun RS berbadan hukum persero atau korporasi yang for KEBIJAKAN


profit, namun RS secara tradisional merupakan organisasi yang
terikat etik, sehingga RS harus memiliki Visi, Misi dan Nilai yang
mencerminkan hal tersebut dan beroperasi sesuai dengan Nilai PROSEDUR
yang dianutnya.
PRAKTIK
 Dalam praktik penyelenggaraan dan pengelolaan terlihat dari
kebijakan dan prosedur yang harus mampu menegakkan
mandatnya dan menyaring pengaruh nilai dari luar.
policy guidance
NILAIz DAN BUDAYA procedures
unlimited need
limited resources
 Dalam Organisasi yang kompleks seperti rumah impartial
unbiased
sakit, sangat mungkin terjadi konflik dan bed allocation
staffing levels
ekspektasi. Namun demikian, potensi konflik discharge plan
tersebut dapat dikurangi hingga minimal melalui purchasing
inadequate training
“iklim dan budaya etik yang kuat dan positif”. conflict of interest
fund-raising
 Keterbukaan juga menjadi ciri bagi organisasi yang risk management
etis, memperlihatkan proses pembuatan keputusan safety
disclosure protocol
yang terbuka, yang memberi peluang untuk
mendialogkan sekaligus meningkatkan kohesi
Universal Moral Values for Etik
Corporate Codes of Ethics
(1)trustworthiness;
(2)respect;
(3)responsibility;
(4)fairness;
(5)caring; and
(6)citizenship. 
Schwartz, M.S. Universal Moral Values for Corporate Codes of Ethics. J Bus Ethics 59, 27–
44 (2005). https://doi.org/10.1007/s10551-005-3403-2
Hukum Tujuan UU No 5 Tahun 1999
Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat
menjaga kepentingan umum dan meningkatkan
efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui
pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga
menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha
yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha
menengah, dan pelaku usaha kecil;

mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak


sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha
Hukum PERJANJIAN YANG DILARANG:
1.OLIGOPOLI
2.PENETAPAN HARGA
3.PEMBAGIAN WILAYAH
4.PEMBOIKOTAN
5.KARTEL
6.TRUST
7.OLIGOSPONI
8.INTEGRASI VERTIKAL
9.PERJANJIAN TERTUTUP
10.PERJANJIAN DENGAN PIHAK
LUAR NEGERI
Clinical Ethics in
z

Health Care
Organizations
(Louise Campbell, 2017).
Mengapa
z diperlukan Etik Klinik ? JCAHO (1992):
RS harus
 Tahun 1976 kasus Karen A Quinlan di New memiliki
Jersey (chronic vegetative state without mekanisme
cognitive function) diajukan ayahnya untuk untuk
“terminasi semua tindakan medis yg
menangani
konflik etika.
extraordinary”.
 Hakim Pengadilan:”If physician and family Dipersepsi
agreed and a decision to withdraw life sebagai
sustaining treatment was supported by an memiliki
“ethics committee”, judicial intervention Komite Etik
should not be required”.
Clinical
z
Ethics Service These
committees are
 Dalam praktik, etik klinik lebih berkembang di
known in the
US and Canada
Canada dan Amerika Serikat dari pada di Eropa,
as Health Care
akibat berkembangnya penerapan etik klinik secara Ethics
formal di perumah sakitan yang dipersyaratkan Committees
oleh proses akreditasi rumah sakit di Amerka (HCECs) and in
Serikat (sejak 1992) dan di Canada (sejak 2002) the UK and
Europe as
 Bentuk penerapannya umumnya berupa pelayanan
Clinical Ethics
etik klinik oleh Komite Etik di RS, yang Committees
keanggotaannya multidisiplin, kedokteran, (CECs).
keperawatan, manager risiko, ahli etik, ahli hukum,
dan perwakilan orang awam (Louise Campbell, 2017).
McGee
GE et
Fungsi Etik Klinik
z Area Utama:
al: 1. Edukasi
Succes
ses and FUNGSI TERSUKSES: (survei 1998) 2. Konsultasi,
Failures
 Edukasi: umum, self-edukasi, pasien,
Mediasi.
of
Hospital Pada
Ethics komunitas, dokter & staf konflik etik
Commit
tees,  Konsultasi 3. Kebijakan
hDp://re 4. Administra
pository  Forum diskusi
.upenn. tif
edu/bio  Kebijakan (formulasi, evaluasi), terutama
ethics_
papers/ klinis (end of life)
4 , 1998
 Administratif: resistensi dokter dan
kepatuhan yg rendah
ISU TERTINGGI: (survei 1998) Kriteria Ahli
z
 End of life: advance directive, DNR, persistent veg Etik Klinik
state, futility, resource allocation
hingga saat
 Administratif, regulasi, hukum: manajemen risiko,
ini tidak jelas,
sehingga
kompetensi pasien, patient surrogacy, kompetensi
diutamakan
provider
proses
 Pain management, patient’s rights, mental health,
identifikasi
 Finansial: managed care, rationing, cost hingga
containment pencarian
 Organizational ethics: teaching ethics, KE role and solusi melalui
identity, direction and goals, diskusi
 Lain-lain: genetic testing, budaya dan agama, multidisiplin
fertilitas, compromized infants, organ translantation,
z

FUNGSI KOMITE HINGGA SAAT INI Area Utama:


1. Edukasi
 To provide ethics education to hospital
2. Kebijakan
staff, executives, and administrators, 3. Konsultasi
 to review and develop hospital policies with dan Saran
Solusi
a focus on ethically-relevant issues, and –
 most controversially – to provide support,
advice, or guidance in relation to active
clinical cases where there is conflict or
disagreement.
 (LOUISE CAMPBELL, 2017)
• Penerapan
Etik dan
FUNGSI zKOMITE ETIK DAN HUKUM RSCM 1 Hukum di RS
 pengelolaan data dan informasi terkait etika • Kebijakan Etik
dan Hukum
Rumah Sakit;
• Pedoman
 pengkajian etika dan hukum perumahsakitan, Perilaku
termasuk masalah profesionalisme, • Etika Klinik
interkolaborasi, pendidikan, dan penelitian serta • Etika
Organisasi /
nilai-nilai bioetika dan humaniora; Etika
 sosialisasi dan promosi Pedoman Perilaku (Code Organisasi
• Dukung Etika
of Conduct) dan panduan etika pelayanan; Profesi
 pencegahan penyimpangan Pedoman Perilaku • Dukung Etika
(Code of Conduct) dan panduan Etika Pelayanan; Penelitian
• Dukung Etika
Permenkes No 42 tahun 2018
Pendidikan
FUNGSI KOMITE
z ETIK DAN HUKUM RSCM 2 Area Utama:
 monitoring dan evaluasi terhadap penerapan 1. Edukasi
Pedoman Perilaku dan panduan Etika Pelayanan; 2. Kebijakan
3. Konsultasi
 pembimbingan dan konsultasi dalam penerapan dan Saran
Pedoman Perilaku dan Panduan Etika Pelayanan; Solusi
 penelusuran dan penindaklanjutan kasus terkait Etika Pelayanan =
Etika Pelayanan dan Etika Penyelenggaraan Clinical Ethics ?
sesuai dengan peraturan internal Rumah Sakit; Etika
dan Penyelenggaraan =
Etik Organisasi ?
 penindaklanjutan terhadap keputusan etik profesi
yang tidak dapat diselesaikan oleh komite profesi
Permenkes No 42 tahun 2018
yang bersangkutan atau kasus etika antar profesi.
z
Norma Etika Rumah Sakit
yang penting

 Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggungjawab terhadap semua


kejadian di rumah sakit. Dalam penyelenggaraan rumah sakit dilakukan audit
berupa audit kinerja dan audit klinis. (Pasal 5)

 Rumah sakit berkewajiban menetapkan kerangka kerja untuk manajemen yang


menjamin asuhan pasien yang baik diberikan sesuai norma etik, moral, bisnis, dan
hukum yang berlaku. (Pasal 6)

 Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip, baik medik maupun non
medik secara baik. Pencatatan, penyimpanan, dan pelaporan (termasuk insiden
keselamatan pasien) tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit
dilaksanakan dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (Pasal 7)
z
Norma Etika Rumah Sakit
yang penting

 Rumah sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat informatif, tidak
komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan, dan berdasarkan Kode
Etik Rumah Sakit Indonesia (Pasal 8)

 Rumah sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara
berkesinambungan serta tidak mendahulukan urusan biaya;rumah sakit harus
melaksanakan fungsi sosial dengan menyediakan fasilitas pelayanan kepada pasien
tidak mampu/miskin, pasien gawat darurat, dan korban bencana. (Pasal 9)

 Rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan yang menghargai martabat dan


kehormatan pasien; karyawan rumah sakit menunjukkan sikap dan perilaku yang
sopan dan santun, sesuai dengan norma sopan santun dan adat istiadat yang
berlaku setempat. (Pasal 10)
z
Norma Etika Rumah Sakit
yang penting

 Rumah sakit harus senantiasa menyesuaikan kebijakan pelayanannya


pada harapan dan kebutuhan masyarakat setempat (Pasal 11)

 Rumah Sakit harus memberikan informasi yang benar tentang pelayanan


Rumah Sakit kepada masyarakat. (Pasal 12)

 Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik,
serta berusaha menanggapi keluhan pasien dan masyarakat (Pasal 10)

 Rumah sakit dalam menjalankan operasionalnya bertanggungjawab


terhadap lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang merugikan
masyarakat (Pasal 14)
z
Norma Etika Rumah Sakit yang penting
 Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan tata kelola rumah sakit, tata kelola
klinis, dan tata kelola pasien yang baik. (Pasal 27)

 Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik antara
seluruh tenaga di rumah sakit dapat terpelihara. (Pasal 29)

 Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan


berdasarkan standar profesi yang berlaku. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja
di rumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan
rumah sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
menghormati hak pasien, dan mengutamakan keselamatan pasien (Pasal 31)

 Rumah sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga


keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku (Pasal 32)
Eight Principles of Patient Centred Care
z

 1. Respect for patients’ values, preferences and needs

 2. Coordination and integration of care

 3. Information and education

 4. Physical comfort

 5. Emotional support and alleviation of fear and anxiety

 6. Involvement of family and friends

 7. Continuity and transition

 8. Access to care

Institute of Medicine. “Crossing the Quality Chasm: A New Health System for the 21st Century”. May 15, 2015
TAKEz HOME MESSAGES

 Clinical practice is ethically ‘loaded’ and it


is a fallacy that clinical decisions can be
isolated from their ethical implications
 It cannot simply be assumed “that the
values associated with ethical healthcare
delivery are already embedded within
clinical and organisational decision-
making”; these values need to be made
explicit and promoted.
z KATA AKHIR
Pembinaan etik pada umumnya harus memberi
peluang pelaku untuk sadar dan mencoba
memperbaiki diri, tetapi harus cukup tegas untuk
“menghentikan” pelaku yang sengaja dan sadar
akibat buruk perbuatannya

Whether you are a


deer or a lion,
you have to run
fast to survive
Sheikh Muhammad bin Rashid
Daftar Pustaka
z

 Beauchamp TL, Childress JF. Principles of bioethics. 7th ed. Oxford University
Press; 2013.

 Jonsen AR, Siegler M, Winslade WJ. Ethics: A practical approach to ethical


decisions in clin- ical medicine. McGraw Hill; 2015, 8th edition.

 Pope TM. Legal briefing: futile or non-bene- ficial treatment. J Clin Ethics.
2011;22(3): 277–96.

 Eaves-Leanos A, Dunn EJ. Open disclosure of adverse events: transparency and


safety in health care. Surg Clin North Am. 2012 Feb; 92(1):163–77.

 Louise Campbell. Clinical and Organization Ethics: Implication for Health Care
Practices. https://www.researchgate.net/publication/314711069

 Basil Varkey. Principles of Clinical Ethics and Their Application to Practice. Med
Princ Pract 2021;30:17–28

Anda mungkin juga menyukai