Anda di halaman 1dari 6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN

KUNJUNGAN IBU YANG MEMPUNYAI BALITA (USIA 1-5


TAHUN) KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KOTA DENPASAR
TAHUN 2020

Oleh:
NI MADE KRISMONITA DWI SUJANI
P07124217033

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN
DENPASAR
2020
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. POSYANDU
1. Pengertian Posyandu
Salah satu bentuk upaya Kesehatan bersumber daya masyarakat
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat adalah Pos Pelayanan Pelayanan Terpadu atau yang biasa
dikenal dengan sebutan Posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan Kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi.(Kemenkes Rl, 2011).

Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian lbu (AKI),


Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita
(AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat
merupakan tujuan dari posyandu. Adapun sasaran Posyandu adalah
seluruh masyarakat, utamanya bayi, anak balita, lbu hamil, ibu nifas dan
ibu menyusui, pasangan Usia Subur (PUS).

2. Partisipasi Kunjungan Posyandu

Indikator ini merupakan keberhasilan program posyandu, karena


menunjukkan sampai sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat dan
orang tua balita pada penimbangan balita di posyandu. Indikator ini di
peroleh dengan cara membagi jumlah balita yang ditimbang (D) dengan
jumlah seluruh balita yang ada (S) dikalikan 100% Tinggi rendahnya
indikator ini dipengaruhi oleh aktif tidaknya bayi dan balita ditimbangkan
tiap bulannya.(Fajar, 2015)
Istilah dalam Posyandu:

N: Naik

T: Turun / tetap

O: Absen, bulan lalu absen bulan ini datang ke posyandu

B: Baru, bayi/balita yang datang pertama kali di posyandu

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita


mencakup:

a. Penimbangan berat badan

b. Penentuan status pertumbuhan

c. Penyuluhan dan konseling

d. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,


imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan
kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

B. BALITA

1. Pengertian Balita

Balita merupakan istilah dari kependekan kata bayi lima tahun.


Istilah ini sangat populer dalam program kesehatan. Balita merupakan
kelompok usia tersendiri yang menjadi program KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak) dilingkup dinas kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan
tubuh dan otak sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya.
Periode tumbuh kembang anak adalah masalah balita, karena pada masa
ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan kemanpuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. (Olivia Koto, 2011)
2. Tumbuh Kembang Balita

Tumbuh kembang dapat dengan mudah diamati pada masa


balita. Pada saat tumbuh kembang setiap anak mempunyai pola
perkembangan yang sama akan tetapi kecepatannya berbeda
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik pada seseorang yang ditandai
dengan bertambahnya sel-sel dalam tubuh. Pertumbuhan bisa diukur
dengan berat badan, tinggi badan, umur tulang dan keseimbangan
metabolism.
b. Perkembangan
Perkembangan adalah suatu proses bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
sebagai hasil dari proses pematangan. Anak yang sehat akan
berkembang sesuai dengan pertumbuhannya. Perkembangan
menyangkut adanya proses pembelahan sel-sel, jaringan, organ dan
system organ pada tubuh yang berkembang sedemikian rupa, sehingga
dapat memenuhi fungsinya masing-masing. Perkembangan tersebut
meliputi emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya. (Pramono et al., 2012)

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN IBU


BALITA KE POSYANDU (D/S)
1. Faktor predisposisi (disposing factors)
Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang antara lain pengetahuan, pendidikan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai dan tradisi. Yaitu pengetahuan ibu
tentang manfaat penimbangan. Hal di atas dapat berkaitan dengan
kunjungan ibu balita ke posyandu pengetahuan dan kesadaran ibu
tersebut tentang pemanfaatan posyandu bagi tumbuh kembang
balitanya, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai
masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk
melakukan kunjungan ke posyandu. Sebagai contoh perilaku ibu
mengunjungi posyandu membawa anak balitanya, akan dipermudah
jika ibu tahu apa manfaat membawa anak ke posyandu. Demikian juga,
perilaku tersebut akan dipermudah jika ibu yang bersangkutan
mempunyai sikap yang positif terhadap posyandu. (Nurdin, Ediana and
Dwi Martya Ningsih, 2019)
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor pemungkin dalah faktor-faktor yang memfasilitasi
perilaku atau tindakan seperti sarana, prasarana, transportasi, jarak
adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat
yaitu jarak antara rumah dengan Posyandu. Jangkauan pelayanan
Posyandu dapat ditingkatkan dengan bantuan pendekatan maupun
pemantauan melalui kegiatan Posyandu.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku seperti: tokoh masyarakat/ petugas,
kader.
4. Karakteristik Ibu Balita
Karakteristik Ibu Balita adalah faktor dari ibu balita yang
mempengaruhi keaktifan balita untuk datang keposyandu antara lain
adalah umur, pendidikan, paritas dan pekerjaan ibu balita (ketersedia
waktu juga dihubungkan dengan pekerjaan ibu balita). Pekerjaan orang
tua turut menentukan kecukupan gizi dalam sebuah keluarga.
Pekerjaan berhubungan dengan jumlah gaji yang diterima. Semakin
tinggi kedudukan secara otomatis akan semakin tinggi penghasilan
yang diterima, dan semakin besar pula jumlah uang yang dibelanjakan
untuk memenuhi kecukupan gizi dalam keluarga. Orang tua yang
bekerja terutama ibu akan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk
memperhatikan dan mengasuh anaknya. Pada umumnya di daerah
pedesaaan anak yang orangtuanya bekerja akan diasuh oleh kakaknya
atau sanak saudaranya sehingga pengawasan terhadap makanan dan
kesehatan anak tidak sebaik jika orang tua tidak bekerja. (Society,
2012)
DAFTAR PUSTAKA

Fajar, N. (2015) ‘No Title‫بررسی ارتباط شیوه زندگی وابتال ب@@ه اس@@تئوآرتریت درزن@@ان وم@@ردان‬
1 ,‫ زن و فرهنگ‬,’‫)(سالمند‬, p. 53.
Kemenkes Rl (2011) Kementrian Kesehatab RI, 2011, Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu, Jakarta.
Nurdin, N., Ediana, D. and Dwi Martya Ningsih, N. S. (2019) ‘Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Jorong
Tarantang’, Jurnal Endurance, 4(2), p. 220. doi: 10.22216/jen.v4i2.3626.
Olivia Koto, N. (2011) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Kunjungan Ibu yang Mempunyai Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Solok Tahun 2011’, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Pramono, J. S. et al. (2012) ‘Hubungan pengetahuan ibu dan dukungan keluarga
dengan perilaku kunjungan ibu anak balita ke posyandu’, Jurnal Husada
Mahakam, III(4), pp. 190–199.
Society, T. E. (2012) ‘BAB II Tinjauan Pustaka_ 2012ipu.pdf’, pp. 3–18.

Anda mungkin juga menyukai