Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

MATERNAL, NEONATAL DAN GINEKOLOGI


TROMBOPLEBITIS PADA MASA NIFAS

OLEH

NI MADE KRISMONITA DWI SUJANI

P07124217033

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEBIDANAN
SEMESTER VI
2019/2020
Asuhan Kebidanan Patologi dan Kegawatdaruratan Pada Masa Nifas

1. JUDUL : TROMBOFLEBITIS
2. PENGERTIAN
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena
akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini
dinamakan flebotrombosis. (Smeltzer, 2001).
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah vena disertai
pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca
partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan
fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala
janin gelana kehamilan dan persalinan dan aktifitas pada periode tersebut yang
menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian
bawah (Adele Pillitteri, 2007).

3. PENYEBAB
Faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain :
a. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium.
b. Mempunyai varises pada vena
Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka
terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup)
vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang
primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut
mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena adanya varises sebelumnya,
mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan ini, maka dua factor utama :
kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari
terjadinya tromboplebitis.
c. Obesitas
Bila keadaan dehidrasi berat, koagulasi intravascular yang meluas ataupun infeksi
sistemik dapat menimbulkan rangsangan untuk pathogenesis ini.
d. Pernah mengalami tromboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi litotomi untuk
waktu yang lama
f. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat
menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai)
dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat
yang iritan secara intra vena.
g. Adanya malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu segmen vena.
Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena
dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai.
h. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. 
i. Kelainan jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada
system aliran vena (Adele Pillitteri, 2007).

4. PATOFISIOLOGI
Terjadinya thrombus :
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas
darah atau kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh
orang-orang yang imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur dengan
gerakan otot yang tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga
mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha
ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor  maupun wanita hamil.
b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga
mempermudah terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap
terlibat dalam patogenesis flebitis karena infus intravena, antara lain:

1) Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)

a) pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis
tinggi. Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat,
antara lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins,
diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi.
b) Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna
selama pencampuran.
c) Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat
dianjurkan untuk larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L.
Hindarkan vena pada punggung tangan jika mungkin, terutama pada
pasien usia lanjut
d) Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi
dibanding politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus,
lebih thermoplastik dan lentur. Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki
kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau polietilen.
2) Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi.
(Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis.
Ukuran kanula harus dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
3) Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a) Teknik pencucian tangan yang buruk
b) Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c) Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d) Teknik aseptik tidak baik
e) Teknik pemasangan kanula yang buruk
f) Kanula dipasang terlalu lama
g) Tempat suntik jarang diinspeksi visual
h) Gangguan aliran darah

5. DATA FOKUS DALAM PENGKAJIAN


Data Subjektif Data Objektif
a. Keluhan a. Keadaan Umum
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan b. Penilaian nyeri
nifas c. Vital sign
c. Riwayat penyakit yang pernah atau d. Pemeriksaan fisik
sedang diderita ibu

1. Data Subjektif
a. Keluhan
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah
vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya
kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas.
Penderita juga mengalami demam hingga menggil keluhan ini biasanya
dirasakan pada hari ke 7-10 pasca persalinan. Nyeri yang dirasakan masing-
masing penderita berbeda tergantung ambang nyeri masing-masing.
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Menanyakan riwayat kehamilan persalinan dan nifas dengan detail seperti
menanyakan masa gestasi serta penyulit selama kehailan. Riwayat persalinan
dengan menanyakan lamanya proses kala I, II, III, IV apakah mengalami
komplikasi atau penyulit seperti menagami kala II lama karena akan
meningkatkan risiko terjadinya tromboplebitis. Selain itu riwayat pada masa
nifas seperti mobilisasi serta aktifitas selama masa nifas sangat berpengaruh
terhadap kejadian tromboplebitis.
c. Riayat penyakit yang pernah diderita atau sedang diderita ibu
Beberapa penyakit dapat meningkatkan faktor risiko seorang ibu nifas
mengalami tromboplebitis diantaranya mengalami obesitas, kelainan jantung
hemodinamik yang menyebabkan terganggunya aliran darah yang
menyebabkan penyumbatan.
2. Data Objektif
a. Keadaan umum
Menilai keadaan umum ibu jika ibu terlihat lemah hingga mengigil maka hal
tersebut adalah salah satu respon tubuh terhadap berbagai kondisi di mana otot
mengalami kontraksi berulang-ulang untuk meningkatkan suhu tubuh. Reaksi
terjadi akibat tubuh mengalami kedinginan maupun infeksi. Mengigil pada
penderita tromboplebitis dapat terjadi berulang kali dengan durasi yang cukup
panjang antara 20-30 menit.
b. Penilaian nyeri
Penilaian nyeri sangat penting dilakukan untuk menentukan lokasi
tromboplebitis, penilaian nyeri dapat dilakukan ngen melakukan pemeriksaan
tanda human pada ibu nifas. Selain itu penilaian rasa nyeri juga dapat
dilakukan dengan melihat ekspresi wajah penderita saat dilakukan
pemeriksaan.
c. Vital Sign
Pemeriksaan vital sign pada penderita tromboplebitis sangat penting
dilakukan, pemeriksaan yang menentukan atau mengarah ke tromboplebitis
biasanya menunjukkan hasil dalam pemeriksaan suhu >37,50C
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita tromboplebitis lebih
mengutamakan pemeriksaan pada bagian ekstremitas bawah dan hasil yang
didapatkan biasanya menunjukkan gejala tromboplebitis diantaranya
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak,
lebih panas dibandingkan dengan kaki yang lain
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada
paha bagian atas
3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
4) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak,
tegang, dan nyeri
5) Edema kadang-kadang terjadi selalu atau setelah nyeri, pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki
dan pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah keatas
6) Nyeri pada betis
7) Pada trombosis vena femoralis, vena dapat teraba didaerah lipat paha
8) Oedema pada tungkai dapat dibuktikan dengan mengukur lingkaran dari
betis dan dibandingkan dengan tungkai sebelah lain yang normal.

6. INTERPRETASI DATA
Untuk mendeteksi penyakit ini dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
diantaranya:
a. Ultrasonografi (USG)
Tes ini berfungsi untuk memberi gambaran terhadap kondisi vena dengan
menggunakan alat yang mirip tongkat (transduser) bergerak di bagian kaki
yang terjangkit dengan cara memancarkan gelombang suara pada kaki dan
memantulkannya kembali sehingga kondisi pembuluh vena dapat terlihat.
b. Tes darah
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengevaluasi kadar zat pembekuan
darah yang disebut D-dimer.
Setelah pemeriksaan subjektif, objektif dan pemeriksaan penunjang telah
dilakukan dan hasil pemeriksaan menunjukkan tanda dan gejala tromboplebitis
maka akan ditegakkan diagnose tromboplebitis.
Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada penderita tromboplebitis
yaitu emboli paru. Serta masalah yang sering dalami oleh penderita
tromboplebitis yaitu rasa tidak nyaman saat beraktifitas.

7. RENCANA ASUHAN KEBIDANAN


a. Informasikan hasil pemeriksaan
b. Sarankan ibu untuk lebih sering bergerak untuk meningkatkan sirkulasi pada
ekstremitas bawah dan mengurangi kemungkinan pembekuan darah
c. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah makan, buang air dan setelah memegang benda atau berpergian keluar
d. Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk melakukan
pemeriksaan darah lengkap
e. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan USG dan
pemberian terapi analgesic dan antibiotic.
f. Anjurkan ibu untuk tidur dengan menggunakan alat penyangga pada kaki
g. Menganjurkan ibu melakukan kompres hangat pada kaki yang bengkak
h. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises
vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun
pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginecologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. “Buku


Acuan Nasioanl Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal”. Jakarta : YBP – SP.
Fadlun dan Feryanto Achmad. “Asuhan kebidanan Patologis”. Jakarta: Salemba Medika,
2013.
Heryani, Reni. “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui”. Jakartta Timur: CV Trans
Info Media, 2012.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. “Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB”, Jakarta : EGC.
Nugroho, Taufan. “Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan”. Yogyakarta: Nuha
Medika, 2011.
Triana, ani, dkk. 2015. “Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal”.
Yogyakarta: Dee Publish.

Anda mungkin juga menyukai