Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan Human Immunodeficiency Virus
yang selanjutnya disingkat HIV adalah virus yang menyerang sistem imun dan jika tidak
diterapi dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia hingga terjadi kondisi Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). (Permenkes RI, 2017)

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan masalah kesehatan yang


mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang
terbebas dari masalah tersebut, HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia lalu menimbulkan AIDS. Acquired Immuno Deficiency Sindrom (AIDS) adalah
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang merusak sistem kekebalan
tubuh manusia (Zein, 2016).

Human immunodeficiency virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome


(AIDS) telah diketahui sebagai kontributor utama kematian ibu diseluruh dunia. Situasi
masalah HIV-AIDS sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan Maret 2014,
HIV-AIDS tersebar di 368 (72%) dari 497 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia.
Provinsi yang pertama kali ditemukan adanya kasus HIV-AIDS adalah Provinsi Bali,
sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011.
(Rabrageri, 2017)

Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berkesinambungan atau Sustainable


Development Goals (SDGs) khususnya SDGs 3, harus dilakukan promosi hidup sehat dan
kesejahteraan bagi semua orang dari segala usia dengan memperhatikan prioritas kesehatan
sebagai wawasan pembangunan, termasuk kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak, dan
penanggulangan penyakit menular. Beberapa penyakit menular seperti infeksi HIV, Sifilis,
dan Hepatitis B adalah penyakit yang dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke anaknya
selama kehamilan, persalinan, dan menyusui, serta menyebabkan kesakitan, kecacatan dan
kematian, sehingga berdampak buruk pada kelangsungan dan kualitas hidup anak. Namun
demikian, hal ini dapat dicegah dengan intervensi sederhana dan efektif berupa deteksi dini
(skrining) pada saat pelayanan antenatal, penanganan dini, dan imunisasi. Infeksi HIV, Sifilis,
dan Hepatitis B pada anak lebih dari 90% tertular dari ibunya. Prevalensi infeksi HIV, Sifilis
dan Hepatitis B pada ibu hamil berturut-turut 0,3%, 1,7% dan 2,5%. Risiko penularan dari
ibu ke anak untuk HIV adalah 20%-45%, untuk Sifilis adalah 69-80%, dan untuk Hepatitis B
adalah lebih dari 90%. (Permenkes RI, 2017)
Secara global. Ada 39,9 juta orang hidup dengan HIV tahun lalu, 1,8 juta di antaranya
adalah anak-anak di bawah 15 tahun. bandingkan jumlah total orang dengan HIV tahun 2000
yang mencapai 27,4 juta orang. Kabr baiknya, sejak 2010 infeksi HIV baru di kalangan anak-
anak telah turun 35 % dari 270 ribu pada 2010 menjadi 180 ribu pada 2017.
Provinsi bali menduduki peringkat ke-6 di Indonesia dengan julah pelaporan kasus
HIV pada januari-maret 2017 sebanyak 654 kasus (Kemenkes RI, 2017)
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2018 tes HIV pada
ibu hamil hanya sekitar 13,38% (761.373) dari total jumlah ibu hamil di Indonesia sebanyak
5.291.143 orang. Dari jumlah yang menjalani tes tersebut, yang diketahui positif HHIV
tercatat 2.955 orang. Sementara itu, yang mendapatkan terapi obat ARV dalam upaya
menekan jumlah virus lebih sedikit lagi yakni hanya 893 ibu hamil
Ibu yang terdeteksi HIV juga dapat menularkan infeksi HIV ke janin yang dikandung
dan bayi yang dilahirkan. Setiap ibu menginginkan persalinan berjalan dengan lancar dan
kondisi ibu dan bayi sehat setelah melahirkan. Ibu memerlukan dukungan yang kuat untuk
melewati periode ini. Salah satu faktor yang berkontribusi dalam adaptasi wanita dalam masa
persalinan adalah pengalaman ibu dan pelayanan yang optimal dari pihak rumah sakit.
Pelayanan dari pihak Rumah Sakit memiliki peran penting untuk meningkatkan koping
adaptasi seseorang terhadap situasi yang penuh dengan tekanan, mengurangi angka kesakitan
serta mendisiplinkan pengobatan pada pasien sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan kesehatan fisik seseorang. Dukungan dari petugas kesehatan sangat penting
dan berarti bagi pasien ODHA sesuai dengan Penelitian mengenai persalinan pada pasien
ODHA pernah dilakukan oleh Elisa (2012) dengan judul “Pengalaman Ibu Yang Terdeteksi
Hiv Tentang Dukungan Keluarga Selama Persalinan Di Jawa Tengah” Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa Keinginan ibu terhadap dukungan pemberi pelayanan kesehatan adalah
pendidikan kesehatan kepada keluarga, komunikasi yang baik dengan keluarga,
memberitahukan status sebagai penderita HIV pada keluarga. Pada sebagian kecil ibu
mengingikan pemberi pelayanan kesehata merahasiakan status sebagai penderita HIV pada
keluarga. Perlunya dukungan bagi pasien ODHA juga dibuktikan dengan penelitian (Reeder,
Martin & Giffin, 2003; Adams & Bianchi, 2007). Pada penelitian pada 26 wanita yang
terinfeksi HIV dengan desain kualitatif 27% wanita memperoleh support emosional berupa
disayangi dan dirawat dari ibunya, 19% wanita mendapatkan dukungan dorongan semangat
dari kakak perempuannya 19% wanita mendapatkan semua dukungan dari suami/pasangan
sedangkan yang lain tidak mendapatkan dukungan dari keluarga (Tchamba, 2008). Dukungan
semangat atau motivasi atau harapan dapat meningkatkan akibat pengaruh dari dukungan
sosial yang diterima dan dapat meningkatkan kualitas hidup . (Kasmiwati, 2017)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh HIV pada proses persalinan ?
2. Apa pemeriksaan penunjang pada ibu bersalin dengan HIV ?
3. Faktor yang berperan dalam penularan HIV ibu ke anak ?
4. Bagaimana penagruh psikologis pada ibu bersalin dengan HIV ?
5. Bagaimaan penatalaksanaan ibu bersalin dengan HIV ?

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan laporan ini yakni untuk mengetahui bagaimana asuhan
ibu bersalin dengan ODHA pada Asuhan Kebidanan
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh HIV pada proses persalinan
b. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada ibu bersalin dengan HIV
c. Untuk mengetahui faktor yang berperan dalam penularan HIV ibu ke anak
d. Untuk mengetahui pengaruh ibu bersalin dengan HIV pada psikologis ibu
e. Untuk mengatahui bagaimana penatalaksanaan ibu bersalin dengan HIV

D. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari pembuatan laporan akhir ini yaitu
1. Dapat mengetahui pengaruh HIV pada proses persalinan
2. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang pada ibu bersalin dengan HIV
3. Dapat mengetahui faktor yang berperan dalam penularan HIV ibu ke anak
4. Dapat mengetahui pengaruh ibu bersalin dengan HIV pada psikologis ibu
5. Dapat mengatahui bagaimana penatalaksanaan ibu bersalin dengan HIV
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes RI Nomor 52 Tahun 2017. Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus,
Sifilis, Dan Hepatitis B Dari Ibu Ke Anak

Rabrageri, Alberthzon. 2017. Faktor Risiko Transmisi Virus Hiv Pada Ibu Hamil Di Papua.
Jurnal Kesehatan Reproduksi. 4 (1)

Kasmiwati, Sri. 2017. Gambaran Umum Pelayanan Persalinan Pada Pasien Odha (Orang
Dengan Hiv/Aids) Di Rsud Praya Kab. Lombok Tengah Ntb Tahun 2017. Universitas
Aisyah Yogyakarta

Astuti, Indriyani. 2018. Skrining HIV pada Ibu Hamil masih rendah. Diakses tanggal 27 april
2020 pukul 10.00 wita (https://m.mediaindonesia.com/read/detail/200843-skrining-
hiv-pada-ibu-hamil-masih-rendah)

Sitohang, Marya Yenita. 2018. HIV/AIDS pada ibu hamil, ancaman nyata yang selama ini
kurang diketahui. Diakses tanggal 27 april 2020 pukul 10.05 wita
(https://www.google.com/amp/s/theconversation.com/amp/hiv-aids-pada-ibu-hamil-
ancaman-nyata-selama-ibu -kurang-diketahui-100386)

Anda mungkin juga menyukai