Anda di halaman 1dari 13

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC

COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

MEMAHAMI ANCAMAN NEGARA NON-MILITER DAN


STRATEGI MENGHADAPINYA MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER
PADA MATA PELAJARAN PPKN DI SEKOLAH

Muhamad Hari Purnomo Hadi


SMK Negeri 1 Sidoarjo
Jalan Monginsidi, Sidoarjo
Email : gurumhariph@gmail.com

ABSTRAK

Bangsa / Negara adalah kesatuan dari manusia-manusia beserta karakternya. Kekuatan karakter
sebuah bangsa sangat diperlukan ketika harus berhadapan dengan ancaman terhadap Negara
tersebut. Dewasa ini muncul fenomena yang menunjukkan lunturnya karakter bangsa Indonesia
sebagai akibat dari serangan – serangan non militer yang membahayakan kedaulatan,
kepribadian, keutuhan dan keselamatan bangsa . Untuk mengatasi hal ini, diperlukan sebuah
Pendidikan, sebagai upaya yang sadar dan terencana dengan lebih menekankan pengembangan
karakter luhur bangsa. Pendidikan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak
mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Di sekolah,
mata pelajaran PPKn memiliki peran strategis karena materi yang diajarkan sangat berkaitan
dengan norma atau nilai-nilai yang bisa ditanamkan, dikembangkan, dieksplisitkan dan dikaitkan
dengan konteks kehidupan sehari-hari. Diperlukan strategi yang harus dipahami dan
dilaksanakan oleh Guru dalam memaksimalkan peran tersebut

Kata Kunci : Ancaman Non-Militer, Pendidikan Karakter, Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan

PENDAHULUAN negara tersebut adalah Yugoslavia


Semua negara di dunia, dan Uni Sovyet. Bubarnya kedua
termasuk indonesia menghadapi Negara tersebut harus bisa menjadi
ancaman yang memiliki potensi pelajaran bagi indonesia, sebagai
membahayakan eksistensinya. Negara dengan segala
Kemungkinan terburuk dari negara keunggulannya juga menghadapi
yang tidak berhasil menghadapi ancaman nyata berupa ancaman yang
ancaman adalah bubarnya negara menggunakan senjata (militer) dan
tersebut. Di era modern kita ancaman yang tidak menggunakan
mengenal dua negara yang awalnya senjata (non-militer)
besar dan kuat, menjadi lemah Ancaman Negara non-militer
kemudian bubar akibat tidak bisa adalah ancaman yang tidak
menghadapi ancaman yang dalam hal menggunakan senjata. Ancaman ini
ini berwujud disintegrasi. Dua menggunakan faktor-faktor non-

Page | 221
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

militer yang bersifat abstrak, namun agama dari Negara) , Hedonisme


mampu membahayakan kedaulatan (Paham yang mengajarkan seseorang
negara, kepribadian bangsa, untuk mengejar kenikmatan duniawi
keutuhan wilayah negara, dan tanpa mendasarkan pada nilai dan
keselamatan segenap bangsa. norma) , Seks Bebas, Kapitalisme,
Ancaman non militer salah dsb. yang merupakan akibat
satunya disebabkan oleh pengaruh langsung dari pengaruh negatif
negatif dari globalisasi. Globalisasi serangan ideologi asing.
yang menyamarkan batas pergaulan Ancaman di bidang politik
antar bangsa secara disadari ataupun dapat bersumber dari dalam negeri
tidak telah memberikan kesempatan maupun luar negeri. Dari dalam
masuknya budaya asing yang secara negeri adalah tindakan maker atau
langsung member pengaruh negatif kudeta, yakni penggunaan kekuatan
yang kemudian menjadi ancaman berupa pengerahan massa untuk
bagi keutuhan sebuah negara, menumbangkan suatu pemerintahan
termasuk Indonesia. Ancaman non- yang berkuasa, atau menggalang
militer diantaranya dapat berdimensi kekuatan politik untuk melemahkan
ideologi, politik, ekonomi dan sosial kekuasaan pemerintah. Selain itu,
budaya. ancaman disintegrasi berupa perang
Ancaman Negara di bidang saudara atau separatisme merupakan
ideologi adalah masuknya paham bentuk lain dari ancaman politik
komunisme dengan segala yang timbul di dalam negeri. Dari
propagandanya dan liberalisme atau luar negeri, ancaman di bidang
paham kebebasan yang mengancam politik dilakukan oleh suatu negara
ideologi Negara Pancasila. Gejala asing dengan melakukan tekanan
munculnya paham –paham tersebut politik terhadap Indonesia.
bisa dilihat dari makin marakya Intimidasi, provokasi, atau blokade
propaganda symbol komunisme, politik merupakan bentuk ancaman
merebaknya pola pikir Atheisme non-militer berdimensi politik yang
(paham yang mengajarkan penafikan seringkali digunakan oleh pihak-
adanya Tuhan), Sekulerisme (Paham pihak lain untuk menekan negara
yang mengajarkan pemisahan urusan lain.

Page | 222
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

Ancaman Negara di bidang ulasan di media massa baik media


ekonomi muncul dari luar negeri dan cetak, maupun media elektronik
dalam negeri. Ancaman dari luar mengemuka, membahas tentang
negeri adalah adanya dominasi problem ini, tentang sebab dan
barang-barang produk asing. Selain akibatnya. Pemerintah bersama para
itu juga adanya serbuan tenaga asing pengamat pendidikan tengah banyak
dan penanaman modal asing secara berbicara mengenai persoalan
bebas . Ancaman ekonomi dari karakter bangsa di berbagai forum
dalam berupa banyaknya angka seminar, baik pada tingkat lokal,
pengangguran, kemiskinan,dan nasional, maupun internasional.
kesenjangan ekonomi yang semakin Persoalan yang makin marak muncul
lebar. di masyarakat seperti korupsi,
Ancaman – ancaman non- perampokan, pembunuhan,
militer di bidang ideology, politik, vandalisme dan kekerasan, seks
ekonomi dan sosial budaya bebas, perkosaan dan kejahatan
membutuhkan upaya nyata untuk seksual lainnya, perusakan,
menghadapinya. Upaya tersebut perkelahian massa, perilaku merusak
harus direncakan secara baik, diri, dan sebagainya menjadi
dilaksanakan secara problem serius bangsa yang harus
berkesinambungan dan dikontrol segera diupayakan solusinya.
secara efektif melalui Pendidikan. Pentingnya perbaikan karakter
Pendidikan yang dimaksud adalah bangsa adalah sebagai benteng
pendidikan yang mampu pertahanan dari segala ancaman yang
menumbuhkan karakter luhur membahayakan kedaulatan dan
bangsa. keutuhan bangsa. Bangsa dengan
karakter yang kuat akan kokoh
KONSEP ILMIAH / berdiri dengan tegap sesuai denga
GAGASAN kepribadiannya akan tetap eksis dan
Problem lunturnya karakter maju serta dan tidak terpengaruh
bangsa kini menjadi perhatian serius oleh dampak negative dari budaya
dari Pemerintah dan seluruh lapisan asing dan bahayanya.
masyarakat Indonesia. Berbagai

Page | 223
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

Sebagaimana yang pernah diucapkan Pendekatan yang kedua adalah


oleh penyair dari Mesir, Syaiqi Beiq. pendekatan “Bottom Up”, yakni
Beliau berkata bahwa suatu bangsa pendekatan dari bawah ( rakyat atau
akan jaya dan abadi bila akhlaq masyarakat), dalam hal ini adalah
mulia masih ada padanya, sebaliknya dengan cara melaksanakan
bangsa itu akan musnah bila akhlaq / Pendidikan kepada rakyat atau
budi pekerti yang luhur telah hilang generasi bangsa, yang dimulai dari
dari mereka“. keluarga, sekolah dan Masyarakat.
Upaya perbaikan karakter Pendidikan menurut Ki Hajar
bangsa, pada dasarnya bisa ditempuh Dewantoro (TIM MKDK IKIP
melalui dua pendekatan yang harus Surabaya, 1996 : 20) adalah suatu
dilakukan secara bersamaan dan daya upaya untuk memajukan
harus saling bersinergi. Pendekatan perkembangan budi pekerti
pertama, adalah pendekatan “Top (kekuatan batin), pikiran (intelek)
Down”, yakni pendekatan dari atas, dan jasmani anak-anak. Dalam hal
dalam hal ini adalah sikap dan ini pendidikan menjalankan perannya
keteladanan karakter dari sebagai upaya memperbaiki karakter
Pemerintah. Pendekatan “Top bangsa. Pendidikan merupakan
Down” bisa dilakukan seperti upaya yang bersifat konstruktif
penerbitan peraturan, undang- (pembangunan) sekaligus bersifat
undang, peningkatan upaya preventif (pencegahan). Pendidikan
pelaksanaan dan penerapan hukum merupakan upaya konstruktif karena
yang lebih kuat, adil dan benar, di dalamnya ada kegiatan yang
terlaksannya Pemerintah yang terencana untuk membangun
menjunjung tinggi nilai kejujuran, konstruksi karakter siswa yang
dan tanggung jawab dan anti- mulia. Di samping itu pendidikan
korupsi, dan sebagainya. Dengan juga merupakan upaya preventif
adanya sikap dan keteladanan karena pendidikan merupakan upaya
karakter dari pemerintah, maka untuk membangun generasi baru
rakyat secara langsung akan melihat, bangsa yang lebih baik, yang bisa
mencermati dan diharapakan bisa mencegah lahirnya generasi bangsa
meneladani karakter tersebut. yang berkarakter hina. Sebagai upaya

Page | 224
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

pencegahan, pendidikan akan terbiasa menanamkan nilai karakter


berusaha mengembangkan kualitas di sekolah. Pembuatan kebijakan
dan moralitas generasi muda bangsa sekolah, dan penerapan aturan
dalam berbagai Pendidikan karakter sekolah juga harus sejalan dengan
di sekolah memiliki peran penting nilai, norma dan hukum yang
dalam memperbaiki karakter siswa, berlaku. Dalam hal ini keteladanan
mengingat akhir-akhir ini muncul dan kepemimpinan kepala sekolah
berbagai macam fenomena yang sangat diperlukan.
menggambarkan menurunnya Pengintegrasian nilai - nilai
kualitas karakter siswa. Di Sekolah, karakter ke dalam mata pelajaran
siswa akan belajar mengembangkan juga harus dilakukan dalam
sikap, batin, pikiran, ilmu, pembelajaran. Setiap guru di sekolah
pengetahuan, keterampilan dan memiliki tanggung jawab yang sama
keahliannya sehingga menjadi untuk menjadi model pengembangan
manusia yang benar-benar karakter bagi siswa. Sebagai model,
berkarakter mulia. Pengembangan guru harus memberi teladan karakter
karakter ini harus melibatkan yang mulia, memberi ruang
komponen budaya sekolah, kebijakan penanaman nilai karakter, dan
sekolah, serta pengintegrasian nilai- membiasakan nilai karakter tersebut
nilai karakter yang nyata dalam sebagai “way of life” bagi siswa.
pembelajaran. Lebih lanjut, Guru yang berkarakter merupakan
pengembangan karakter ini harus pendidik karakter, yang memliki
dilakukan secara integratif dan tanggung jawab ikut mewariskan
berkesinambungan. karakter-karakter luhur bangsa
Pengembangan Budaya kepada siswa-siswanya.
Sekolah berkarakter menjadi sesuatu Pancasila merupakan dasar
yang harus dilakukan agar peran Negara Kesatuan Republik Indonesia
sekolah sebagai pusat pembangunan (NKRI) sehingga memiliki fungsi
karakter bisa tercapai. Kegiatan yang sangat fundamental. Selain
intrakulikuler dan ekstrakulikuler bersifat yuridis formal yang
harus dirancang dan diarahkan mengharuskan seluruh peraturan
sedemikian rupa sehingga siswa bisa perundang-undangan berlandaskan

Page | 225
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

pada Pancasila (sering disebut bangsa. Dalam konteks yang bersifat


sebagai sumber dari segala sumber subtansial, pembangunan karakter
hukum), Pancasila juga bersifat bangsa memiliki makna membangun
filosofis. Pancasila merupakan dasar manusia dan bangsa Indonesia yang
filosofis dan sebagai perilaku berkarakter Pancasila. Berkarakter
kehidupan. Artinya, Pancasila Pancasila berarti manusia dan bangsa
merupakan falsafah negara dan Indonesia memiliki ciri dan watak
pandangan/cara hidup bagi bangsa religius, humanis, nasionalis,
Indonesia dalam menjalankan demokratis, dan mengutamakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, kesejahteraan rakyat. Nilai-nilai
dan bernegara untuk mencapai cita- fundamental ini menjadi sumber nilai
cita nasional. Sebagai dasar negara luhur yang dikembangkan dalam
dan sebagai pandangan hidup, pendidikan karakter bangsa.
Pancasila mengandung nilai-nilai Gambaran karakter bangsa
luhur yang harus dihayati dan Indonesia pada hakikatnya adalah
dipedomani oleh seluruh warga cerminan dari seluruh ciri-ciri
negara Indonesia dalam hidup dan perilaku bangsa Indonesia yang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, membedakannya dengan bangsa lain
dan bernegara. Lebih dari itu, nilai- di dunia. Karakter tersebut antara
nilai Pancasila sepatutnya menjadi lain adalah sifat religius,
karakter masyarakat Indonesia kemanusian, kekeluargaan, gotong
sehingga Pancasila menjadi identitas royong, kerakyatan, keadilan, ramah
atau jati diri bangsa Indonesia. tamah, dan Bhineka Tunggal Ika.
Oleh karena kedudukan dan Karakter bangsa juga merupakan
fungsinya yang sangat fundamental pola kebudayaan bangsa Indonesia
bagi negara dan bangsa Indonesia, asli yang mendapat pengaruh dari
maka dalam pembangunan karakter unsur-unsur kebudayaan asing yang
bangsa, Pancasila merupakan sesuai dengan karakter bangsa ( TIM
landasan filosofis utama. Sebagai Penulis MPK – Unesa, 2005 : 189).
landasan, Pancasila merupakan Lunturnya karakter bangsa
rujukan, acuan, dan sekaligus tujuan disebabkan karena lunturnya
dalam pembangunan karakter pemahaman dan pengamalan

Page | 226
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

Pancasila sebagai falsafah dan memecahkan masalah


(pandangan hidup) bangsa. secara bersama
Pendidikan karakter harus berupaya d. Kesadaran gotong-royong,
memahamkan dan mengamalkan saling menolong
pancasila pada siswa. Sebagai e. Kesadaran tenggang rasa
landasan filosofi bangsa Indonesia, dan tepo seliro
Pancasila dijadikan pandangan dan Pendidikan merupakan suatu
cara hidup yang diangkat dari realitas usaha sadar yang dilakukan untuk
sosial budaya dan tata nilai dasar mengembangkan potensi siswa
masyarakat indonesia. Nilai dasar ini secara optimal. Usaha sadar itu harus
yang menjiwai dan merupakan memiliki relevansi atau keterkaitan
perwujudan kepribadian (Karakter) dengan lingkungan siswa berada,
bangsa. terutama dari lingkungan budayanya,
Nilai Pancasila adalah meliputi karena siswa adalah bagian yang
Nilai Ketuhanan, Nilai Kemanusiaan, tidak terpisahkan dari lingkungan
Nilai Persatuan, Nilai Kerakyatan budayanya. Siswa hidup dan
dan Nilai keadilan Sosial. Nilai-nilai berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
ini pula yang menjadi dasar filosofis budaya yang dikembangkan dalam
penerapan Pendidikan Karakter. lingkungannya. Sering kali orang
Mohammad Noor Syam (Tim tidak faham tentang hakikat budaya,
MKDK IKIP Surabaya, 1996 : 52) sehingga seringkali menyamakan
telah merumuskan nilai-nilai karakter makna budaya dengan kebiasaan,
dasar di dalam bangsa Indonesia padahal makna budaya yang
yang telah berkembang sejak awal sesungguhnya lebih komprehensif
peradaban, terutama meliputi: dan lebih mulia. Budaya menurut
a. Adanya kesadaran Edward B. Taylor (Sujiyanto, 2007 :
keTuhanan dan keagamaan 3) adalah keseluruhan yang
b. Kesadaran kekeluargaan, kompleks, yang di dalamnya
sebagai dasar dan kodrat terkandung pengetahuan,
terbentuknya masyarakat kepercayaan, kesenian, moral,
c. Kesadaran musyawarah hukum, adat-istiadat, dan
mufakat dalam menentukan kemampuan-kemampuan lain yang

Page | 227
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

didapat seseorang sebagai anggota budaya asing tanpa proses


masyarakat. Berdasarkan pengertian pertimbangan yang sejalan dengan
ini, maka tidak benar jika kita Pancasila. Hal ini disebabkan karena
menyebut aktivitas tawuran, korupsi dia tidak memahami norma dan nilai
sebagai budaya, sebab secara moral budaya nasionalnya yang dapat
hal tersebut sangat bertentangan. digunakan sebagai dasar untuk
Pendidikan yang tidak dilandasi melakukan pertimbangan (valueing)
oleh prinsip relevansi terhadap tersebut. Semakin kuat seseorang
lingkungan budaya, akan memiliki dasar pertimbangan,
menyebabkan siswa terpinggirkan semakin kuat pula kecenderungan
dari budayanya. Ketika hal ini untuk tumbuh dan berkembang
terjadi, maka siswa tidak akan menjadi warga negara yang baik
mengenal budayanya dengan baik (Good Citizenship). Hal ini selaras
sehingga ia menjadi orang “asing” dengan fungsi utama pendidikan
dalam lingkungan budayanya. Selain yang diamanatkan dalam UU
menjadi orang asing, yang lebih Sisdiknas yakni “mengembangkan
memprihatinkan jika siswa sampai kemampuan dan membentuk watak
menentang budayanya. Lingkungan serta peradaban bangsa yang
Budaya, yang menyebabkan siswa bermartabat dalam rangka
tumbuh dan berkembang, dimulai mencerdaskan kehidupan bangsa”.
dari budaya di lingkungan keluarga, Pendidikan adalah suatu proses
lingkunagn tempat tinggal ( RT, RW, enkulturasi, yakni pewarisan nilai-
desa, kelurahan atau perumahan), nilai budaya dari generasi ke
lingkungan sekolah, kemudian generasi. Pendidikan akan
berkembang ke lingkungan yang mengembangkan nilai-nilai budaya
lebih luas yaitu budaya nasional bangsa yang luhur, yang sesuai
bangsa dan budaya universal yang dengan kehidupan masa kini dan
dianut oleh ummat manusia. masa yang akan datang, serta
Siswa yang terpinggirkan dari senantiasa mengembangkan budaya
budayanya, sangat rentan tersebut. Oleh karena itu, pendidikan
terpengaruh oleh budaya asing dan budaya dan karakter bangsa
cenderung bersikap menerima

Page | 228
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

merupakan inti dari suatu proses nilai kemandirian berwirausaha.


pendidikan. Pendidikan Sejarah yang
Proses pengembangan budaya memberikan pencerahan dan
dan karakter bangsa harus dilakukan penjelasan tentang jati diri bangsa di
secara berkesinambungan di sekolah, masa lalu yang menghasilkan jati diri
dibiasakan melalui budaya sekolah, bangsa di masa kini dan masa depan,
dikuatkan melalui kebijakan sekolah, Pendidikan Geografi yang memberi
diinternalisasikan dalam kegiatan pengetahuan, wawasan, dan nilai
ekstra kulikuler serta dilakukan yang berkenaan dengan lingkungan,
melalui integrasi ke dalam berbagai tempat diri dan bangsanya hidup,
mata pelajaran. Dalam Pendidikan Sosiologi-Antropologi
pengembangan pendidikan karakter yang memberikan pemahaman
bangsa, kesadaran akan jati diri dan tentang nilai yang hidup di
bangsa harus tumbuh pada siswa. masyarakat, sistem sosial yang
Kesadaran tersebut dibangun dengan berlaku dan sedang berkembang ,
baik melalui sinergi berbagai mata serta mata pelajaran produktif, dan
Pelajaran, Pendidikan lain sebagainya.
Kewarganegaraan akan memberikan Guru harus menyadari bahwa
pemahaman pada siswa untuk secara fitrah, siswa adalah manusia
menjadi Warganegara yang baik yang diciptakan Tuhan YME dengan
(Good Citizenship), yakni bekal akal pikiran dan hati nurani,
warganegara yang religius, cinta yang berfungsi sebagai dasar mereka
tanah air, memiliki pengetahuan dalam mengetahui mana perbuatan
mengenai sistem ketatanegaraan, yang baik dan benar, serta mana
pemerintahan, dan politik. perbuatan yang buruk dan salah.
Pendidikan Agama akan memberi Artinya secara fitrah dan kodrat
pemahaman tentang nilai-nilai siswa adalah manusia yang
agama, Pendidikan bahasa Indonesia berkarakter baik. Adapun kenakalan
mendidik siswa tentang cara berpikir yang siswa lakukan adalah bagian
dan berbahasanya. Pendidikan dari proses imitasi dan identifikasi
Kewirausahaan akan memberikan mereka pada lingkungan tempat
pemahaman kepada siswa tentang mereka hidup, sekaligus sebagai

Page | 229
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

proses pembentukan kepribadian. “nation and character building”,


Guru harus menyadari bahwa peran yakni :
yang harus dijalankan adalah sebagai 1. PPKn merupakan bidang
teladan dan pembimbing kehidupan kajian kewarganegaraan yang
siswa. Tanggung jawab Guru bukan didukung berbagai disiplin
sekedar mengajar, melainkan juga ilmu yang saling berkaitan,
mendidik siswa, yakni berupaya yaitu: ilmu agama, politik,
untuk memanusiakan siswa agar hukum, sosiologi,
menjadi manusia. antropologi, psokoliogi dan
Selanjutnya, Guru Pendidikan disiplin ilmu lainnya yang
Pancasila dan Kewarganegaraan digunakan sebagai landasan
harus menyadari betul urgensi untuk melakukan kajian-
keberadaan PPKn, dan misi yang kajian terhadap proses
diemban. PPKn merupakan mata pengembangan konsep, nilai
pelajaran yang memfokuskan pada dan perilaku demokrasi
pembentukan warganegara yang Negara dan warganegara.
memahami dan mampu 2. PPKn mengembangkan daya
melaksanakan hak-hak dan nalar (state of mind) bagi para
kewajibannya untuk menjadi warga peserta didik. Pengembangan
Negara yang baik (Good karakter bangsa sebagai cara
Citizenship), yang cerdas, terampil, menghadapi ancaman militer
dan berkarakter yang diamanatkan merupakan proses
oleh Pancasila dan UUD 1945. pengembangan warganegara
Pendidikan Kewarganegaraan yang cerdas dan berdaya nalar
(Citizenship Education) merupakan tinggi. Sehingga mampu
mata pelajaran yang memfokuskan berpikir kritis dan analitis untuk
pada ”nation and character building” mencegah dirinya terbawa arus
yakni pembentukan karakter diri negatif globalisasi. PPKn
yang baik dari segi agama, sosio- memusatkan perhatiannya pada
kultural, dan sebagainya. Ada pengembangan kecerdasan
beberapa hal yang perlu diperhatikan warga negara (civic
dalam pelajaran PPKn dalam rangka intelegence) sebagai landasan

Page | 230
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

pengembangan nilai dan dikembangkan bahan


perilaku demokrasi yang selalu pembelajaran yang interaktif
berdasarkan nilai – nilai yang dikemas dalam berbagai
Pancasila, dengan menjujung bentuk seperti bahan belajar
tinggi NKRI, UUD 1945 dan tercetak, terekam, tersiar,
bhineka tunggal ika. elektronik, dan bahan belajar
3. PPKn sebagai suatu proses yang digali dari ligkungan
pencerdasan, maka pendekatan masyarakat sebagai
pembelajaran yang digunakan pengalaman langsung untuk
adalah yang pendekatan yang menghadapi ancaman non
lebih kontekstual. Artinya militer yang ada di tenga –
dalam proses pembelajaran, tengah masyarakat.
setiap materi yang 4. Kelas PPKn sebagai
disampaikan dan diajarkan laboratorium moral dan
selalu dikaitkan dengan demokrasi. Melalui PPKn,
penerapan dan kondisi yang pemahaman sikap dan perilaku
sebenarnya di tengah yang bermoral Pancasila dan
masyarakat. Proses demokratis dikembangkan bukan
pencerdasan ini juga semata-mata melalui ‘mengajar
membutuhkan pembelajaran ” (teaching ), tetapi melalui
yang inspiratif dari guru PPKn model pembelajaran yang secara
yang juga mampu langsung menerapkan cara hidup
menginspirasi. Pencerdasan (doing ).
akan menemui kesempurnaan
dalam prosesnya ketika PPKn PENUTUP
disampaikan melalui Pendidikan Pancasila dan
pendekatan yang partisipatif Kewarganegaraan merupakan mata
dengan menekankan pelatihan pelajaran yang memfokuskan pada
penggunaan logika dan pembentukan warganegara yang
penalaran secara nyata. Untuk memahami dan mampu
menfasilitasi pembelajaran melaksanakan hak-hak dan
PPKn yang efektif kewajibannya untuk menjadi warga

Page | 231
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

Negara yang baik (Good Pancasila maka PPKn, dalam hal ini
Citizenship), yang cerdas, terampil, memiliki peran strategis bagi bangsa
dan berkarakter yang diamanatkan indonesia agar tetap eksis dan
oleh Pancasila dan UUD 1945. mampu mengatasi berbagai ancaman
Pendidikan Pancasila dan yang muncul. Khususnya ancaman
Kewarganegaraan merupakan mata non militer dalam dimensi ideologi,
pelajaran yang memfokuskan pada politik, ekonomi dan sosial budaya.
”Character Building” yakni Untuk menyukseskan peran tersebut
pembentukan karakter diri yang baik maka guru mata pelajaran PPKn
dari segi agama, sosio-kultural, dan harus memiliki pemahaman tentang
sebagainya. Dengan mendidik warga bidang kajian PPKn, pengembangan,
negara menjadi baik dan berkarater proses dan perannya
luhur sesuai dengan ideologi
DAFTAR PUSTAKA
BP7 Pusat, 1995, UUD 1945, P4, Kebudayaan Republik
GBHN, Bahan Penataran P4, Indonesia
Jakarta, BP7 Pusat Sujiyanto, Muhlisin, 2003, Praktik
Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Belajar Pendidikan Kewarga-
Jawa Timur, 2010, Arah dan negaraan untuk SMA., Jakarta:
Prioritas kebijakan Pendidikan Ganeca Extact
Budaya dan Karakter. Makalah Tim MKDK IKIP Surabaya,
disampaikan dalam Workshop 1996, Pengantar
Pendidikan Budaya dan Pendidikan, Surabaya :
Karakter Bangsa di Batu, Jawa University Press IKIP
Timur Surabaya
Lubis, Yusnawan dan Mohamad Tim MPK Unesa. 2005.
Sodeli, 2014, Pendidikan Pendidikan Pancasila,
Pancasila dan Surabaya : University
Kewarganegaraan Press
SMA/SMK/MA/MAK XI Kisyani, 2010, Budaya
Semester 2, Jakarta : Sekolah. Makalah
Kementrian Pendidikan dan disampaikan dalam

Page | 232
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan : Tema “DESAIN PEMBELAJARAN DI ERA ASEAN ECONOMIC
COMMUNITY (AEC) UNTUK PENDIDIKAN INDONESIA BERKEMAJUAN” Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. ISBN 978-602-70216-2-4

Workshop Pendidikan
Budaya dan Karakter
Bangsa di Batu, Jawa
Timur

Page | 242

Anda mungkin juga menyukai