PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia merupakan nama kelompok penyakit maligna yang dikarakteristikan
oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit sirkulasi. Leukemia
dihubungkan dengan pertumbuhan abnormal leukosit yang menyebar mendahului
sumsum tulang. Kata kata leukemia diturunkan dari bahasa Yunani leukos dan aima
yang berarti putih dan darah yang mengacu pada peningkatan abnormal dari
leukosit. Peningkatan tidak trkontrol ini akhirnya menimbulkan anemia, infeksi,
trobositopenia, dan pada beberapa kasus menyebabkan kematian (Jan Tambayong,
2000).
Salah satu penyakit non-infeksi (degeneratif)
merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. World Health
Organization (WHO) mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat
kanker dalam rentang waktu 2005 dan 2015.3 Pada tahun 2000 terdapat 10 juta
orang (5,3 juta laki-laki dan 4,7 juta wanita) menderita kanker di seluruh dunia dan
6,2 juta diantaranya meninggal dunia (Case Fatality Rate/CFR 62%) (WHO, 2003).
Data American Cancer Society (2004), angka kejadian leukemia di Amerika
Serikat 33.440 kasus, 19.020 kasus diantaranya pada laki-laki (56,88%) dan 14.420
kasus baru lainnya pada perempuan (43,12%). Insiden rate (IR) leukemia pada lakilaki di Canada 14 per 100.000 penduduk dan pada wanita 8 per 100.000 penduduk
pada tahun yang sama. Data The Leukemia and Lymphoma Society (2009)
menyebutkan bahwa setiap 4 menit terdapat 1 orang meninggal karena kanker.
Diperkirakan 139.860 orang di Amerika terkena leukemia, lymphoma dan myeloma
dan 53.240 orang meninggal karena kasus ini (CFR 38,1%). IR leukemia yaitu 12,2
per 100.000 penduduk.
Penyakit tersebut mempunyai banyak faktor penyebab namun belum ada yang
mendominasi hingga terjadinya penyakit tersebut. Oleh karena itu, untuk mencegah
leukemia atau kanker darah kita harus mengenal lebih jauh tentang leukemia,
bagaimana gejala-gejalanya, dampak dari penyakit leukemia, cara diagnosa dan
penyembuhannya. Penyakit leukimia ini harus ditangani dengan tepat agar penderita
1
tidak terjangkit penyakit lainnya karena tranfusi yang tidak steril. Berdasarkan
paparan dari fakta inilah maka kami selaku penulis tertarik untuk membahas kasus
mengenai penyakit leukimia ini dan sebagai pemenuhan tugas pada blok sistem
imun dan hematologi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit Leukemia?
2. Apa jenis - jenis penyakit Leukemia?
3. Bagaimanakah etiologi penyakit Leukemia?
4. Bagaimana Faktor Risiko Perkembangan penyakit Leukemia?
5. Bagaimanakah Patofisiologi penyakit Leukemia?
6. Apa sajakah manifestasi klinis penyakit Leukemia?
7. Apa sajakah pemeriksaan diagnostic penyakit Leukemia?
8. Bagaiamankah penatalaksanaan penyakit Leukemia?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien penyakit Leukemia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan istruksional umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan sel darah putih
(leukemia).
1.3.2 Tujuan instruksional khusus
Mengetahui etiologi, manifestasi
klinis,
patofisiologi,
pemeriksaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Leukemia
Leukemia adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliperasi abnormal
dari sel-sel hemotopeitik (Silvia, A. Price, 2006).
2
Leukemia adalah proliperasi sel leukosit yang abnormal, ganas disertai bentuk
leukosit yang lain dari normal, jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan anaemia,
trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Suparman, 2005).
Leukemia adalah produksi sel darah putih yang tidak terkontrol disebabkan
oleh mutasi yang menjurus pada kanker sel mielogenosa atau sel limfogenosa
(Guyton, 1997).
Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai adanya akumulasi
leukosit ganas dalam sum-sum tulang dan darah (A.V.Hoffbrand, 2005).
2.2 Jenis Leukemia
Leukemia digambarkan sebagai akut atau kronis, bergantung pada cepat
tidaknya kemunculan dan bagaimana diferensiasi sel-sel kanker yang bersangkutan.
Sel-sel leukemia akut berdiferensiasi dengan buruk, sedangkan sel-sel leukemia
kronis biasanya berdiferensiesi dengan baik.
Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis sel yang berproliferasi. Sebagai
contoh, leukemia limfoblastik akut, merupakan leukemia yang paling sering di
jumpai pada anak, menggambarkan kanker dari turunan sel limfosit primitive.
Leukemia granulostik adalah leukemia eosinofil, neutrofil, atau basofil. Leukemia
pada orang dewasa biasanya limfositik kronis atau mielobastik akut. Angka
kelangsungan hidup jangka panjang untuk leukemia bergantung pada jenis sel yang
terlibat, tetapi berkisar sampai lebih dari 75% untuk leukemia limfositik akut pada
masa kanak-kanak, merupakan angka statistic yang luar biasa karena penyakit ini
hampir bersifat fatal.
Pembagian penyakit leukemia terdiri dari:
1. Leukemia limfositik akut (LLA)
Leukemia limfoblastik akut adalah leukemia utama pada masa anak-anak,
dan membentuk hamper semua leukemia pada anak berusia kurang dari 4 tahun,
dan lebih dari separuh leukemia selama masa pubertas. Penyakit ini jarang pada
pasien berusia lebih dari 30 tahun. Walaupun LLA dijumpai pada sekitar 15%
leukemia pada orang dewasa, namun dari kasus ini mungkin sebenarnya adalah
gambaran awal dari transformasi akut LMK. (Ronald A. Sacher, 2004)
Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah keganasan yang paling sering
dijumpai pada populasi anak-anak. Di Amerika Serikat, leukemia limfoblastik
akut lebih sering dijumpai pada pria daripada wanita dan lebih sering pada ras
3
Pada
pemeriksaaan
fisik
dijumpai
adanya
memar,
petekie,
bebas penyakit yang lain lama adalah kira-kira 75% pada semua kelompok
resiko.
Sindrom lisis tumor (trias metabolic hiperurisemia, hiperkalemia, dan
hiperfofatemia) merupakan komplikasi terapi yang terjadi ketika sel leukemia
mengalami lisis sebagai respons terhadap kemoterapi sitotoksik dan pelepasan,
kandungan interaselulernya ke dalam aliran darah. Sindrom ini sering terjadi di
dalam sel yang memiliki fraksi pertumbuhan tinggi (leukemia/limfosema sel T
dan limfoma burkitt). Hidrasi, alkalinisasi, dan pemberian aluporinal secara
agresif sebelum memulai kemoterapi dapat meringankan disfungsi ginjal yang
serius. Kedua tidakan pertama membantu ekskresi fosfat dan asam urat, dan
alupurinol mengurangi pembentukan asam urat. Kalium sebaiknya tidak
ditambahkan ke dalam cairan hidrasi. Dengan memantau konsentrasi elektrolit
dan fungsi ginjal secara kilat, seseorang dapat menghindari berkembangnya
gagal ginjal. (M.william schawtz,2005)
2. Leukemia mielositik kronis (CML)
Leukemia mielositik kronis (CML) terhitung kira-kira 3% dari semua kasus
leukemia pada anak-anak. Penyakit ini dapat mengenai semua usia, tetapi
sebagian besar kasus terjadi pada akhir masa kanak-kanak. Penyakit ini relative
lebih lambat disbanding leukima akut. Penyebabnya tidak diketahui. Pasien
sering asimtomatik dan dapat terdapat jumlah leukosit yang tinngi atau
splenomegali yang ditemukan pada pemeriksaan rutin anak yang sehat. Akan
tetapi, dapat terjadi gejala seperti demam, keringat malam, nyeri abdomen atau
nyeri tulang. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya splenomegali nyata.
Hepatomegali dapat juga terjadi. Evaluasi laboratorium secara tipikal
memperlihatkan leukositosis nyata, trombositis, dan anemia ringan. Sumsum
tulang hiperselular tetapi sisertai maturasi myeloid yang normal. Sel blas tidak
banyak dijumpai. Pada kira-kira 90% kasus, tanda sitogenik yang khas pada
leukemia mielositik kronis yang terlihat adalah: kromosom lphiladelphia.
Kromosom ini berkaitan dengan t (9;22) klasik.
Ada tiga tipe leukemia mielositik kronis: fase kronis, fase akselerasi, dan
krisis blas. Fase kronis dapat berlangsung selama bertahun-tahun dan
menunjukkan hiperproliferasi elemen myeloid matur. Pengobatan selama fase ini
5
akibat dari proliferasi sel abnormal tersebut maka akan terjadi kompetisi metabolik
yang akan menyebabkan anemia dan trombositopenia. Apabila proliferasi sel terjadi
di limpa maka limpa akan membesar, sehingga dapat terjadi hipersplenisme yang
selanjutnya menyebabkan makin memburuknya anemia serta trombositopenia
(Supandiman, 1997).
Etiologi leukimia sampai sekarang belum dapat dijelaskan secara keseluruhan. Banyak
para ahli menduga bahwa faktor infeksi sangat berperan dalam etiologi leukimia. Infeksi
terjadi oleh suatu bahan yang menyebabkan reaksi seperti infeksi oleh suatu virus. Mereka
membuat suatu postulat bahwa kelainan pada leukimia bukan merupakan penyakit primer
akan tetapi merupakan suatu bagian dari respon pertahanan sekunder dari tubuh terhadap
infeksi tersebut. Respon defensif tubuh berbeda pada berbagai tingkat usia oleh karena itu
maka
kita lihat bahwa leukimia limfoblastik akut terdapat banyak pada anak-anak,
leukimia mieoblastik akut pada usia dewasa muda, leukimia granulositik kronik pada
dewasa muda dan orang tua dan leukimia limfositik kronik dapat dijumpai pada semua
umur (Supandiman, 1997).
penyebab leukimia akut yaitu faktor genetika, lingkungan dan sosial ekonomi,
racun, status imunologi, serta kemungkinan paparan virus keduanya.
Obat yang dapat memicu terjadinya leukimia akut yaitu agen pengalkilasi,
epindophy ilotoxin. Kondisi genetik yang memicu leukimia akut yaitu Down
sindrom, bloom sydrom, fanconi anemia, ataxia telangiectasia. Bahan kimia pemicu
leukimia yaitu benzen. Kebiasaan hidup yang memicu leukimia yaitu merokok,
minum alkohol keduanya (Dipiro, et al, 2005).
2.4 Faktor Risiko Perkembangan Leukemia
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan resiko seseorang untuk terkena
beberapa jenis leukemia, sebagian bisa kita upayakan untuk diubah (dimodifikasi),
namun sebagian tidak bisa kita hindari. Faktor resiko penyebab leukemia meliputi:
1. Pengobatan kanker sebelumnya
10,48) artinya orang yang menderita LMA kemungkinan 3,81 kali merokok
lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita LMA.
Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan antara LMA
dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim menyebutkan
bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko terjadinya
leukemia pada orang yang merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan
lamanya merokok.
5. Riwayat keluarga leukemia
Jika anggota keluarga ada yang didiagnosis menderita leukemia, maka ada
risiko penyakit leukmia dalam satu keluarga tersebut. Berdasarkan penelitian
Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang
yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA
(OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan
3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang
yang tidak menderita leukemia.
6. Jenis kelamin
Laki-laki lebih berisiko untuk mengembangkan CML, CLL dan AML
daripada wanita.
7. Umur
Risiko leukemia biasanya meningkat dengan usia, kecuali ALL.
8. Imun rendah
Rendahnya sistem kekebalan tubuh pada seseorang akan mengakibatkan
tubuhnya rentan untuk diserang penyakit, termasuk penyakit leukemia. Hal ini
paling sering terjadi pada orang yang mengonsumsi obat-obatan penekan sistem
imun ketika menjalani transplantasi organ.
2.5 Patofisiologi
Sebuah sel induk majemuk berpotensi untuk mengalami diferensiasi, poliferasi
dan maturasi untuk membentuk sel-sel darah matang yang dapat dilihat pada
sirkulasi perifer.
Sel induk berdiferensiasi,
poliferasi, maturasi
Sel Darah Merah
Membentuk
sirkulasi limfosit T
Band
1. Eritrosit
2. Trombosit
3. Monosit
4. Basofil
5. Neutrofil
Sel leukemia tunggal
6. Eusinofil
Berkembang dan memperoleh
mutasi tambahan
Populasi sel leukemia
monoklone
Leukemia
berkembang
Kegagalan menjaga
keseimbangan (proliferasi
dan diferensiasi
Sel bisa membedakan
melewati tahap tertentu sel
yang hematopelosis
Bekembang tak terkendali
10
Hitung darah lengkap dan diferensiasinya adalah indikasi utama bahwa leukemia
tersebut mungkin timbul.Semua jenis leukemia tersebut didiagnosis dengan aspirasi
dan biopsi sumsum tulang.Contoh ini biasanya didapat dari tulang iliaka dengan
pemberian anestesi lokal dan dapat juga diambil dari tulang sternum. (Gale, 2000 :
185)
Pada leukemia akut sering dijumpai kelainan laboratorik seperti:
1) Darah tepi
Dijumpai anemia normokromik-normositer, anemia sering berat dan timbul
cepat.
Trombositopenia, sering sangat berat di bawah 10 x 106/l
Leukosit meningkat, tetapi dapat juga normal atau menurun.
dengan adanya leukomic gap (terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast)
ke sel yang matang, tanpa sel antara). System hemopoesis normal mengalami
depresi. Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam
hitung 500 sel pada apusan sumsum tulang).
12
109/L.
Meningkatnya jumlah basofil dalam darah.
Apusan darah tepi : menunjukkan spektrum lengkap seri granulosit mulai
dari mieloblast sampai netrofil, dengan komponen paling menonjol ialah
segmen netrofil dan mielosit. Stab, metamielosit, promielosit dan mieloblast
sering meningkat.
Fosfatase alkali netrofil (neutrophil alkaline phosphatase [NAP] score) selalu
rendah
2) Sumsum Tulang.
Hiperseluler dengan sistem granulosit dominan.Gambarannya mirip dengan
apusan darah tepi. Menunjukkan spectrum lengkap seri myeloid, dengan
komponen paling banyak ialah netrofil dan mielosit. Sel blast kurang dari 30%.
Megakariosit pada fase kronik normal atau meningkat.
3) Sitogenik: dijumpai adanya Philadelphia (Ph1) chromosome pada kasus 95%
kasus.
4) Vitamin B12 serum dan B12 binding capacity meningkat.
13
50%
proteinuria
Bence
Jones
yang
dikonfirmasi
dengan
14
, mengikis
tulang
cancellous,
dan secara
progresif
dijumpai.
Fraktur kompresi pada badan vertebra, tidak dapat dibedakan dengan
osteoprosis senilis.
Lesi-lesi litik punch out yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi yang
jaringan lunak.
Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut ditemukan pada
suatu penelitian yang melibatkan banyak kasus : kolumna vertebra 66%, iga
44%, tengkorak 41%, panggul 28%, femur 24%, klavicula 10% dan scapula
10%.
16
2.8 Penatalaksanaan
1. Leukimia Limfoblastik Akut (ALL)
1) Pengobatan
17
rencana
induksi
meliputi:
prednisone,
vinkristin
18
2007).
Kemoterapi Hydroxiurea bersifat efektif dalam mengendalikan penyakit dan
mempertahankan hitung leukosit yang normal pada fase kronik, tetapi
19
20
luka di mulut dan saluran pencernaan, nyeri otot, dan mudah memar atau
pendarahan. obat khusus mungkin berunding lainnya khusus efek samping.
2) Terapi radiasi
Dalam myeloma, radiasi digunakan terutama untuk mengobati tumor yang
lebih besar, atau untuk mencegah fraktur patologis dalam-dikompromikan
tulang myeloma.
Pada orang dengan penyakit yang luas, radiasi dapat diterapkan ke area yang
21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Pengkajian
a)
b)
Identitas Klien
Identitas Penanggung Jawab
b. Riwayat Kesehatan
a)
2. Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun
dengan tetangga disekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan
tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam keadaan ekonomi
yang sederhana.
f)
Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
-
PT/PTT : memanjang
g)
Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan Umum tampak lemah
Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.
2. Pemeriksaan Kepala Leher
- Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur
atau bakteri), perdarahan gusi
- Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan
akibat infiltrasi ke SSP.
3. Pemeriksaan Integumen
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika
terjadi dehidrasi
4. Pemeriksaan Dada dan Thorax
-
5. Pemeriksaan Abdomen
-
h) Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
-
Klorambusil
BAB IV
PENUTUP
5.1 Simpulan
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang,
yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan
menyingkirkan jenis sel lain. Leukemia juga digambarkan berdasarkan jenis sel
yang berproliferasi. Sebagai contoh, leukemia limfoblastik akut, merupakan
leukemia yang paling sering di jumpai pada anak, menggambarkan kanker dari
turunan sel limfosit primitive. Leukemia granulostik adalah leukemia eosinofil,
neutrofil, atau basofil. Leukemia pada orang dewasa biasanya limfositik kronis atau
mielobastik akut. Angka kelangsungan hidup jangka panjang untuk leukemia
bergantung pada jenis sel yang terlibat, tetapi berkisar sampai lebih dari 75% untuk
leukemia limfositik akut pada masa kanak-kanak, merupakan angka statistic yang
luar biasa karena penyakit ini hamper brsifat fatal. Obat yang dapat memicu
terjadinya leukimia akut yaitu agen pengalkilasi, epindophy ilotoxin. Kondisi
genetik yang memicu leukimia akut yaitu Down sindrom, bloom sydrom, fanconi
anemia, ataxia telangiectasia. Bahan kimia pemicu leukimia yaitu benzen.
Kebiasaan hidup yang memicu leukimia yaitu merokok, minum alkohol keduanya.
25
Sebagai salah satu tenaga kesehatan, khususnya perawat yang sering bersama
dengan pasien tentunya harus mampu untuk melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sel darah putih (leukemia). Diagnose keperawatan yang
dapat ditemukan dari pasien dengan gangguan sel darah putih adalah gangguan
pertukaran gas, hipertermi dan resiko ketidak adekuatan nutrisi. Oleh karena itu
sebagai seorang perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan untuk
mengembalikan kondisi pasien ke keadaan yang lebih baik.
5.2 Saran
1. Makalah ini adalah makalah yang membahas tentang asuhan keperawatan pasien
dengan Leukemia, sehingga diharapkan bermanfaat bagi pembaca yang
membutuhkan.
2. Makalah ini belum memenuhi kesempurnaan, oleh karena itu dibutuhkan
perbaikan makalah ini agar lebih baik dan lengkap.
3. Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Leukemia.
26
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily. 2002. Keperawatan Pediatrik Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Beda. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran (EGC).
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.
EGC : Jakarta.
Marilyn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler.2002. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Reeves, Charlene J et al. 2001.Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono.
Ed. I. Jakarta : Salemba Medika.
Sacher, Ronald A., Rochard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil pemeriksaan
laboratorium. Jakarta. EGC.
Schwartz, M.Willam. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2002. Patofisiologi (Konsep Klinis ProsesProses Penyakit). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wilkinson, Judith. M, Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
(Nanda, NIC,NOC). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Bersumber dari: Faktor Penyebab Leukemia atau Kanker Darah | Mediskus
27