Anda di halaman 1dari 61

Seminar dan Lokakarya Pemeriksaan Hemostasis

18 Maret 2023

PREANALITIK SAMPEL,
PENGARUHNYA TERHADAP HASIL dan
TROUBLE SHOOTING:
Tes Koagulasi
Usi Sukorini
Departemen/KSM Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium FKKMK UGM/RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
Kasus 1
• Pada suatu hari Laboratorium Klinik, mendadak alat
koagulometer error padahal banyak sampel yang harus
segera diselesaikan untuk pemeriksaan PT dan APTT

• Pertanyaan:
Apa yang harus dilakukan?
Kasus 2
• Ada permintaan pemeriksaan PT dan APTT, tetapi volume sampel yang
dikirim ke laboratorium klinik hanya sedikit

• Pertanyaan:
1. Apakah pemeriksaan ditolak?
2. Apa yang harus dilakukan?
Kasus 3
• Jam 08.00 ada kiriman sampel dengan permintaan
pemeriksaan fibrinogen, setelah melalui proses registrasi,
sampel diperiksa dan hasil baik
• Tiba-tiba jam 10.00: ada susulan permintaan untuk
pemeriksaan PT dan APTT (sampel masih cukup)

Pertanyaan:
Bagaimana jawaban anda?
Kasus 4
• Pada suatu hari anda di-komplain DPJP karena hasil APTT
memanjang tetapi pasien baik-baik saja.

Pertanyaan:
• Apa yang anda lakukan?
Total Testing Process (TTP)

Nurdin, 2021
PENDAHULUAN
Liavibilitas protein koagulasi

• F. VIII dan V merupakan 2 faktor koagulasi yang


paling tidak stabil → mudah rusak dalam
penyimpanan dan paparan suhu panas
• F. V dan F. VIII: mempunyai struktur homolog, kofaktor
serin protease F. IX dan F. Xa
• Memerlukan aktivasi proteolitik oleh F. IIa atau Xa
untuk berfungsi
• Dalam sirkulasi: F. VIII berikatan dengan vWF
(menstabilkan dan mencegah degradasi F. VIII)
• Jika vWF rendah/absen → survival F. VIII
memendek menjadi < 2 jam (N: 8-12 jam)
FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KONDISI SAMPEL

INDIVIDU PENGELOLAAN SAMPEL


• SEHAT • Jenis sampel
• Usia • Pengambilan darah
• Hamil
• Ukuran jarum
• HRT, kontrasepsi oral
• Kondisi sampel
• Golongan darah
• Exercise, dll • Volume darah
• PATOLOGIK: • Rasio darah:antikoagulan
• Anemia hemolitik • Homogenisasi
• Hipertrigliseridemia • Pengiriman sampel
• Hmt tinggi • Proses
• Transfusi, obat • penyimpanan In vitro
In vivo
Pengaruh usia dan jenis kelamin

Bayi prematur Jenis Kelamin:


• faktor koagulasi lebih ▪ Laki-laki:
rendah dp bayi cukup bulan ▪ Kadar F. II, VII, IX, X, XI, XII dan
antitrombin lebih tinggi, protein S
Usia meningkat: lebih rendah
▪ Closure time PFA-100 – catridge
• Terdapat peningkatan: CADP lebih panjang
• D-dimer
▪ Wanita:
• Faktor von Willebrand
▪ HRT, kontrasepsi oral → ethynil
• F. VIII, V, VII, IX, XI
estradiol → F. VII, F. VIII, β-
• Perubahan TEG thromboglobulin
Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
Pengaruh aktivitas pasien dan puasa

• Exercise, merokok, stress, kafein:


• Fungsi trombosit meningkat
• Memicu aktivitas F. VII
• Meningkatkan plasminogen activator inhibitor type-1 (PAI-1) meningkat
• Aktivitas fisik:
• F. VIII dan vWF, meningkat → pemendekan palsu APTT
• Underestimate dx hemofilia dan von Willebrand disease (VWD)
• Puasa: tidak perlu puasa, plasma lipemik dapat disarankan diet lemak

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
Aktivitas Pasien dan Tes Agregasi Trombosit

Tes agregasi trombosit:


• Hindari berolah raga → memicu sel endotel
melepaskan tPA dan fVW,
epinefrin atau adrenalin yang dilepaskan →
mempengaruhi agregasi trombosit
• Merokok dan minum kopi juga tidak diperbolehkan
sebelum pengambilan darah
• Sebelum pengambilan darah pasien harus duduk
tenang minimal 20 menit

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
Pengaruh kehamilan dan golongan darah

• Wanita hamil:
• Fibrinogen, von Willebrand factor (vWF), D-dimer meningkat
• F. VII, VIII, IX, X dan XII meningkat
• Protein S rendah
• Plasminogen activator inhibitor type-1 (PAI-1) meningkat
• Tissue plasminogen activator (t-PA) menurun
• Golongan darah:
• golongan O: F. VIII, vWF, IX dan XII lebih rendah dp non-O

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
Pengaruh obat terhadap pemeriksaan hemostasis

• Obat, jamu dan suplemen:


• mempengaruhi pemeriksaan hemostasis
• NSAID dapat menghambat agregasi trombosit
• Pemberian vitamin K: faal hemostasis memendek
• Konsumsi pil KB:
• Meningkatkan fibrinogen, F. VII, X, XII, AT3,
agregasi dan adesi trombosit
• Heparin: APTT memanjang
• Coumarin/coumadin: PT memanjang

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
Pengaruh obat terhadap pemeriksaan hemostasis

• Obat anti-trombosit:
• Reversibel: NSAID → dihentikan 3 hari sebelum pemeriksaan TAT
• Ireversibel: aspirin, clopidogrel → dihentikan 10 hari
• Persyaratan di atas tidak berlaku jika akan digunakan untuk memantau terapi
aspirin atau clopidogrel
• terapi fibrinolisis (tPA)dan antifibrinolisis (asam traneksamat), direct thrombin
inhibitor (DTI), dan direct anticoagulant oral (DOAC) → mempengaruhi
pemeriksaan koagulasi rutin dan/atau pemeriksaan koagulasi spesifik

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
Pengaruh obat trombolitik terhadap pemeriksaan koagulasi

• Obat Rt-tPA: fibrin-specific thrombolytic agent


• Menyebabkan aktivasi plasmin → mendegradasi fibrinogen dan fibrin
• FDP, DD, faktor koagulasi, alfa2-antiplasmin, TEG → berkorelasi dengan prognosis pada
pasien stroke
• Pemanjangan PT 24 jam setelah IV rt-TPA → merupakan risiko keluaran buruk (3 bulan)

• Alteplase mengkonversi plasminogen menjadi plasmin → melisiskan fibrin, fibrinogen


• Pasien perlu dipantau:
• klinis: perdarahan, hipersensitivitas, status neurologic, TD
• Lab: Hb, hmt, jumlah trombosit, fibrinogen, PT, APTT → PT >, APTT >
• Tes koagulasi tidak reliabel selama terapi alteplase karena alteplase mendegradasi
fibrinogen

Wang et al., 2021. Association Between the Change of Coagulation Parameters and Clinical Prognosis in Acute Ischemic Stroke Patients After Intravenous Thrombolysis With rt-PA, Clinical and Applied Thrombosis/Hemostasis, Vol. 27: 1–6
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499977/
PENGARUH PENGAMBILAN SPESIMEN
TERHADAP HASIL TES KOAGULASI
JENIS SAMPEL

No Parameter Jenis sampel


1 PT, APTT, TT, fibrinogen, D-dimer Platelet poor plasma (PPP)
2 Tes agregasi trombosit Platelet rich plasma (PRP) – light
transmittance aggregometry (LTA)
Whole blood
3 POCT koagulasi Darah utuh (whole blood)
4 TEG, ROTEM, tes fungsi trombosit Darah sitrat
lain
Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
KONSEP PENGAMBILAN DARAH

• darah vena (tes koagulasi)


• blood collection system
• clean venipuncture
• minimal stasis
• hindari traumatic venipuncture
• manipulasi vena → tromboplastin jaringan meningkat → clot in vitro → darah
mengalir lambat dalam tabung penampung

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
VACUTAINER vs SYRINGE
• vakutainer
• syringe → untuk menghindari clot, segera dipindahkan ke tabung dengan volume
tepat dalam waktu 1 menit setelah pengambilan darah

• wing needle → jarak antara vena dan antikogulan jauh, perlu diperhatikan jika
memakai jarum ukuran lebih kecil → aktivasi trombosit dan koagulasi
• jika hasil abnormal tidak dapat dijelaskan atau kontaminasi heparin → ulangi
dengan sampel baru

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
TABUNG

• Pengambilan darah memakai syringe → jarum harus dilepas saat memindahkan


darah dari syringe ke tabung penampung

• Bagian dalam tabung harus terbuat dari bahan yang tidak mengaktifkan faktor
koagulasi
• Bahan dalam lapisan tabung: gelas silikon atau plastik polypropylene untuk
menghindari aktivasi trombosit dan faktor XII

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENGAMBILAN DARAH MULTIPEL

Urutan tabung utk pengambilan darah:


1. Kultur darah (tabung atau botol)
2. Tabung Na-sitrat
3. Plain tubes (tanpa antikoagulan) termasuk dengan clot activator dan gel
4. Tabung heparin (dengan atau tanpa gel)
5. Tabung EDTA (dengan atau tanpa gel separator)
6. Sodium fluoride/potassium oxalate glycolytic inhibitor

Sumber: CLSI
UKURAN JARUM

• flebotomis terlatih, vena mediana cubiti


• jarum ukuran 19-21 gauge → orang dewasa
• jarum ukuran 22-23 gauge → anak dan bayi
• Penggunaan syringe → hemolisis atau terbentuknya bekuan darah
• Hindari jarum yang kecil (≥25 gauge) atau jarum yang lebih besar (≤16 gauge)
• jarum >25 gauge → aliran darah yang lambat karena diameter jarum yang kecil
→ merangsang pembekuan atau aktivasi trombosit
• diameter jarum besar (<16 gauge) → sampel lisis karena turbulensi aliran darah

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PEMBENDUNGAN VENA

• bendungan minimal
• ideal → torniket: < 1 menit
• torniket > 1 menit:
• mengakibatkan stasis vena → menyebabkan hemokosentrasi, konsentrasi
molekul besar (von Willebrand factor dan FVIII) meningkat palsu, serta
mengaktifkan proses fibrinolisis

• Pemasangan tourniquet tidak boleh terlalu kuat, setelah darah mengalir ke dalam
tabung, torniquet harus segera dilepaskan tidak menunggu selesainya atau
terpenuhinya volume tabung

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
DARAH dan ANTIKOAGULAN
• Rasio darah : antikoagulan = 9 : 1
• Jika menggunakan syringe → direkomendasi menggunakan volume syringe kecil
→ kurang dari 20 mL

• darah yang dimasukkan ke dalam tabung sitrat segera dihomogenisasi dengan


gentle

• Tabung harus cukup diisi (sampai dengan tanda yang tertera pada tabung) atau
tidak kurang dari 90% total volume tabung
• Volume darah yang kurang (underfilling), dapat memperpanjang waktu
pembekuan karena adanya pengikatan kalsium oleh sitrat yang berlebih, dan
akan memperpanjang PT dan APTT
Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
ANTIKOAGULAN

• Na-sitrat
• perbandingan darah : antikoagulan = 9 : 1
• antikoagulan natrium sitrat: konsentrasi 0,105-0,109 M (3,2%) atau 0,129 M
natrium sitrat (3,8%)
• disarankan menggunakan Na sitrat 3,2%
• Penggunaan natrium sitrat 3,8%:
• PT dan APTT lebih memanjang dan menurunkan hasil fibrinogen

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
ANTIKOAGULAN

• Antikoagulan oksalat, heparin atau ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) tidak


direkomendasi untuk pemeriksaan koagulasi

• EDTA → dapat mengikat kalsium lebih kuat:


• memperpanjang PT dan APTT
• mengurangi kadar F. V dan F. VIII → misdiagnosis

• Antikoagulan heparin dapat menghambat pembentukan trombin sehingga akan


menghambat terbentuknya fibrinogen dan terbentuknya bekuan darah

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
HOMOGENISASI SAMPEL

• homogenisasi secara gentle


• bolak balik dengan lembut sebanyak 6 kali
• homogenisasi terlalu kuat:
• hemolisis in vitro dan/atau aktivasi faktor pembekuan
• mengakibatkan pemendekan waktu pembekuan darah
• kemungkinan peningkatan palsu aktivitas faktor koagulasi (misalnya faktor VII)
• pencampuran yang terlalu kuat → mengakibatkan timbulnya buih, denaturasi
fibrinogen, f. V dan f. VIII, dan aktivas trombosit

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENGARUH NILAI HEMATOKRIT
TERHADAP HASIL TES KOAGULASI
PENGARUH HEMATOKRIT TERHADAP PT DAN APTT

• Pemeriksaan koagulasi terpengaruh oleh hematokrit


• Hematokrit minimal 55%
• Hematokrit > 55% → PT dan APTT memanjang palsu
• Volume natrium sitrat harus dikoreksi

Troubleshooting
Formula untuk koreksi volume Na-sitrat

C = volume Na-sitrat (ml)


2 H = nilai hematokrit (%)
V = volume darah sitrat

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENGIRIMAN SPESIMEN
PENGIRIMAN SPESIMEN (1)
• Suhu kamar (18-25°C), sesegera mungkin
• Hindari suhu ekstrim pada sampel (dingin atau panas)
• Suhu dingin (whole blood):
• mengaktivasi trombosit dan faktor VII
• faktor VIII dan faktor von Willebrand rusak/hilang

• Pemeriksaan APTT: harus diselesaikan dalam waktu 4 jam setelah pengambilan darah
• Pemeriksaan PT: 24 jam setelah pengambilan darah

• Pemeriksaan APTT untuk pemantauan terapi heparin:


• sebaiknya diproses dalam waktu 1 jam → menghindari netralisasi heparin oleh
platelet factor 4 (PF4) yang dilepaskan oleh trombosit
Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENGIRIMAN SPESIMEN (2)

Penundaan pengiriman:
• faktor V dan faktor VIII tidak stabil
• → pemanjangan waktu pembekuan
• Jika terpaksa, sampel dapat disimpan dengan persyaratan tertentu

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENGIRIMAN SPESIMEN (3)

Penggunaan pnematic tube system (PTS)


• getaran/goncangan keras dapat menyebabkan
denaturasi protein dan mengaktivasi trombosit

• Pemeriksaan fungsi trombosit:


• Tidak direkomendasi pengiriman spesimen
melalui PTS
• Suhu kamar
• Dalam 1 jam setelah pengambilan darah,
harus sudah diproses menjadi plasma sitrat

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PEMROSESAN SPESIMEN
PEMROSESAN SPESIMEN (1)

• Ideal: sampel darah sitrat diproses dalam satu jam setelah pengambilan darah
• Cek: ada bekuan?
• Preparasi PPP (platelet poor plasma):
• sentrifus dengan rotor swing out bucket
• 1500 g selama 10-15 menit
• tidak boleh >1500 g → dapat menyebabkan
aktivasi trombosit dan hemolisis
• suhu kamar, jumlah trombosit < 10.000/uL
• Preparasi PRP (platelet rich plasma):
• 150 g - 200 g, 10 menit, suhu kamar

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
Normogram

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PEMROSESAN SPESIMEN (2)

• Single centrifugation
• PT, APTT, fibrinogen, D-dimer
• Double centrifugation:
• Tabung 1 dipindah ke tabung 2
• Supernatan dipisahkan, pemipetan tidak sampai dasar tabung, simpan dalam
tabung tertutup (mencegah hilangnya CO2 dan perubahan pH)
• Pemeriksaan lupus antikoagulan
• Penggunaan centrifuge breaks dihindari → untuk mencegah pencampuran kembali
sampel → dapat menyebabkan hemolisis dan kontaminasi trombosit
Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PEMROSESAN SPESIMEN (3)

• Jika pemeriksaan PT dan APTT tidak dapat dikerjakan dalam waktu yang telah
ditentukan → disimpan, dengan cara:
• dipisahkan dari selnya, 1 atau 2 kali sentrifus

• Pemeriksaan agregasi trombosit (metode optik):


• platelet rich plasma (PRP)
• Rasio darah : Na-sitrat = 9 : 1
• PRP dibuat dalam 1 jam setelah pengambilan darah
• Pemeriksaan agregasi trombosit harus sudah selesai dikerjakan dalam waktu
3-4 jam setelah pengambilan darah

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENGARUH SAMPEL
HEMOLISIS, IKTERIK, LIPEMIK (HIL)
TERHADAP HASIL TES KOAGULASI
Penyebab hemolisis

Lippi et al., 2013. Interference in Coagulation Testing: Focus on Spurious Hemolysis, Icterus, and Lipemia, Semin Thromb Hemost;39:258–266
PENGARUH SAMPEL HEMOLISIS terhadap PT dan APTT
• Hemolisis dapat menyebabkan nilai PT dan APTT
memendek:
• membran sel eritrosit rusak → hemoglobin,
fosfolipid, kandungan intraseluler eritrosit →
dilepaskan ke sirkulasi memicu koagulasi
• Substansi intraseluler dan tromboplastik yang
dilepaskan oleh lekosit dan trombosit → memicu
koagulasi
• Sampel hemolisis yang didiamkan → mengalami
aktivasi koagulasi berkelanjutan → fibrinogen dan
faktor koagulasi lainnya makin terkonsumsi → APTT
memanjang
• Sampel hemolisis juga menyebabkan aktivasi
Lippi et al., 2013. Interference in Coagulation Testing: Focus on Spurious Hemolysis, Icterus,
and Lipemia, Semin Thromb Hemost;39:258–266 trombosit
Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
TROUBLESHOOTING SAMPEL HEMOLISIS

• Tantangan
• Bukti adanya hemolisis:
• Visual → hemolisis visual belum tentu mempengaruhi hasil tes
koagulasi
• Haemolysis index (HI)
• Panel HIL (alat)

• Hemolisis in vivo atau in vitro?


TROUBLESHOOTING SAMPEL HEMOLISIS

1. Fase pre-preanalitik 3. Fase analitik


• Sampling: teknik, trauma, alkohol, • Cek flagging, analisis panel HIL
syringe, torniket terlalu lama, jarum
<23 gauge, underfilling
4. Pasca analitik
• Homogenisasi: tidak dihomogenisasi
atau berlebihan • Plausibilitas: analisis komprehensif
(klinis dan laboratoris) → masuk akal?
• Transportasi: suhu ekstrim, trauma
mekanik thd specimen • Masuk akal: hasil bisa keluar

2. Fase preanalitik 5. post-post analytical phase


• Didiamkan lama sebelum sentrifugasi • Pembacaan hasil oleh klinisi
• Sentrifugasi terlalu kuat, lama, • Interpretasi hasil lab oleh klinisi
temperature tidak sesuai • Keputusan klinik berdasarkan hasil lab
• Kontaminasi sel
TROUBLESHOOTING SAMPEL HEMOLISIS

• Jika dicurigai hemolisis terjadi secara in vitro, disarankan sampling ulang


• Hal ini merupakan tantangan terutama pada pasien:
• neonatus dan anak
• pemantauan terapi heparin dengan jadwal tertentu
• rawat jalan

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENGARUH SAMPEL IKTERIK TERHADAP TES KOAGULASI

• Ikterik → menyebabkan pemanjangan PT dan APTT (metode optik)


• → hal ini disebabkan adanya interferensi warna
• Spesimen ikterik → mempengaruhi pemeriksaan kromogenik (pemeriksaan
antithrombin)

TROUBLESHOOTING SAMPEL IKTERIK


TROUBLESHOOTING SAMPEL IKTERIK

1. Fase pre-preanalitik 3. Fase analitik


• Sampling: teknik, trauma, alkohol, • Cek flagging, analisis panel HIL
syringe, torniket terlalu lama, jarum
<23 gauge, underfilling
4. Pasca analitik
• Homogenisasi: tidak dihomogenisasi
atau berlebihan • Plausibilitas: analisis komprehensif
(klinis dan laboratoris) → masuk akal?
• Transportasi: suhu ekstrim, trauma
mekanik thd specimen • Masuk akal: hasil bisa keluar

2. Fase preanalitik 5. post-post analytical phase


• Didiamkan lama sebelum sentrifugasi • Pembacaan hasil oleh klinisi
• Sentrifugasi terlalu kuat, lama, • Interpretasi hasil lab oleh klinisi
temperature tidak sesuai • Keputusan klinik berdasarkan hasil lab
• Kontaminasi sel
PENGARUH SAMPEL LIPEMIK TERHADAP TES KOAGULASI

• Sampel lipemik akan memberikan kekeruhan plasma dan mempengaruhi hasil


terutama pemeriksaan dengan koagulometer metode optik
• Hasil failed atau tidak terukur
• PT, APTT memanjang

TROUBLESHOOTING
• Failed → resentrifugasi (speed centrifugation)
• 10.000 – 20.000 rpm, 10-15 menit
• Puasa lemak
• Plausibilitas
SAMPEL HEMOLISIS, IKTERIK, LIPEMIK dan KONDISI PATOLOGIK

HEMOLISIS IKTERIK LIPEMIK


• Anemia hemolitik • Anemia hemolitik • Dislipidemia
• dll • Penyakit hati • Familial
• Kolestasis/obstruski bilier hypertriglyceridemia
PL
• Kelainan pankreas • HLH
• Leptospirosis • Defisiensi familiar
lipoprotein lipase
• Malaria
• Snake bite

PLAUSIBILITAS
https://www.grepmed.com/images/11271/differential-hematology-extravascular-causes-hemolysis
PENYIMPANAN SAMPEL
PENYIMPANAN SAMPEL UNTUK PEMERIKSAAN PT
• Disimpan pada suhu 18-24oC, dalam tabung tertutup
• dalam kondisi sudah atau belum disentrifus → plasma
tetap berada di atas sel

• Pemeriksaan harus sudah dikerjakan dalam 24 jam setelah


pengambilan darah
• Hindari penyimpanan pada suhu dingin 2-4 ̊C (dapat
mengaktivasi F. VII) → mempengaruhi hasil PT

• Jika akan disimpan dalam waktu lama:


• plasma segera dipisahkan dari selnya
• simpan dalam freezer -20 ̊C selama 2 minggu atau –70 ̊C selama 6 bulan
Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENYIMPANAN SAMPEL UNTUK PEMERIKSAAN APTT

• Spesimen tanpa heparin dapat disimpan pada suhu 2 - 4°C atau 18-24oC, dalam
tabung tertutup
• dalam kondisi sudah atau belum disentrifus → plasma tetap berada di atas sel
• Pemeriksaan harus sudah dikerjakan dalam 4 jam setelah pengambilan darah
• Sampel kiriman, ada goncangan → dipisahkan 1 jam setelah pengambilan darah

• Jika akan disimpan dalam waktu lama:


• plasma segera dipisahkan dari selnya
• simpan dalam freezer -20 ̊C selama 2 minggu atau –70 ̊C selama 6 bulan

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENYIMPANAN SAMPEL UNTUK PEMERIKSAAN APTT

• Pemantauan terapi heparin:


• dilakukan sentrifugasi segera dalam 1 jam setelah pengambilan darah
• Sebab: PF4 yang disekresi oleh trombosit yang teraktivasi, akan menetralkan
heparin →
• Plasma sitrat segera dipisahkan dari sel di bawahnya, dan pemeriksaan harus
sudah selesai dikerjakan dalam waktu 4 jam setelah pengambilan darah

• Jika pemeriksaan APTT tidak dapat dikerjakan dalam waktu 4 jam, plasma (PPP)
dapat disimpan beku pada:
• -20oC selama selama 2 minggu atau -70oC, 6 bulan
• Faktor koagulasi yang termasuk vitamin K dependent stabil pada suhu kamar hingga
24 jam
Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENYIMPANAN SAMPEL DALAM FREEZER

• Semakin rendah suhu freezer, semakin lama stabilitas sampel dapat


dipertahankan
• Penyimpanan sampel pada suhu ≤ -20°C → stabil selama 2-4 minggu
• sampel yang disimpan pada suhu ≤-70°C dapat mempertahankan beberapa
bulan → >> untuk penelitian
• Sebaiknya menggunakan frost-free freezer, tidak dianjurkan memakai freezer
dengan sistim defrost otomatis
• Freeze-thaw (FT) → hanya diperbolehkan 1 kali untuk pemeriksaan koagulasi

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
THAWING SAMPEL

• Frozen plasma:
• jika akan dilakukan pemeriksaan, segera setelah dikeluarkan dari freezer
langsung dicairkan (thawing) pada suhu 37 ̊C selama 5-10 menit
• Thawing: harus sampai benar-benar mencair, campur dengan gentle, dan
segera dilakukan pemeriksaan
• Jika pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera, spesimen dapat disimpan
selama 2 jam pada suhu 4 ̊C sampai pemeriksaan dilakukan (kecuali PT)
• Penyimpanan whole blood pada suhu dingin (2-8°C) tidak direkomendasikan

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENOLAKAN SAMPEL
PENOLAKAN SAMPEL

• Sampel beku
• Cek whole blood → ada bekuan? Ada → ditolak
• PT dan APTT akan memanjang palsu
• Sampel dengan antikoagulan yang salah
• Sampel yang terisi kurang dari 90% batas volume sampel pada tabung:
→ Underfilling:
• Darah kurang
• Dilusi sampel oleh sitrat
• PT dan APTT memanjang palsu

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia
PENOLAKAN SAMPEL

• Sampel tanpa label:


• salah identifikasi
• Salah diagnosis
• Salah terapi
• Tabung yang kadaluarsa:
• Kualitas antikogulan berkurang → dapat menyebabkan sampel
membeku
• Kontaminasi

Rahajuningsih, Usi Sukorini, Yetti Hernaningsih Arifoel Hajat, 2019. Pemeriksaan Hemostasis, September, PDSPatKLin, Jakarta, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai