Anda di halaman 1dari 29

Pemeriksaan PT dan APTT:

Prosedur, Critical Point, dan


Berbagi Pengalaman Menggunakan ACL TOP
550
Dharmayanti, S.ST
Pemeriksaan Prothrombin Time (PT) dan
Activated Partial Thromboplastin Time
(APTT)
Umumnya diminta untuk:
• Skrining kelainan predarahan
• Monitoring antikoagulan

Jumlah pemeriksaan PT dan APTT di Laboratorium RSUP Sardjito


mencapai rerata 4,600-4,800 per bulan
Atau sekitar 95% jumlah pemeriksaan hemostasis yang ada
Pemeriksaan PT/APTT

• Pemeriksaan menggunakan reagensia spesifik


• Regensia mengaktifasi jalur ekstrinsik (PT) atau jalur intrinsik
(APTT) untuk memicu terbentuknya bekuan fibrin/klot
• Sampel menggunakan poor platelet plasma (PPP)
• Segera setelah penambahan reagensia pada sampel, diukur
waktu yang dibutuhkan untuk membentuk bekuan fibrin

Plasma cair + reagensia → terbentuk bekuan fibrin

3
Metode pemeriksaan PT/APTT
Metode Tilt Tube (gold standard) Menggunakan koagulometer
• Inkubasi suhu 37 oC dilakukan oleh alat
• PPP ditambahkan reagen dengan pipetasi • Lampu (LED) alat menembakan sinar pada kuvet,
manual, inkubasi suhu 37 oC dan secara kontinyu membaca absorbansi
(perubahan intensitas sinar) segera setelah
penambahan reagensia sampai waktu reaksi selesai
• Alat melakukan kalkulasi dan validasi untuk
menentukan waktu bekuan
• Secara berkala mengamati bekuan dengan
• Alat semi-automatis masih pipetasi manual, alat
menggoyangkan sampel
automatis menggunakan pipet automatik

• Pengamatan dihentikan bila teramati


sampel mulai nampak bekuan dan dicatat
waktunya

4
Pemeriksaan PT/APTT dengan koagulometer

• ↑ presisi hasil
• ↑ efisiensi waktu
• ↓ variasi pengerjaan
• ↑ kontrol mutu
• Dokumentasi proses maupun hasil yang tertelusur

• Akan tetapi cara manual tilt tube tetap harus dikuasai sebagai metode dasar

5
Critical Point Pemeriksaan PT dan APTT
• Pre-analitik (sudah dibahas oleh dr. Usi)
• Analitik (fokus pada penggunaan koagulometer)
• preparasi reagensia,
• preparasi material QC,
• maintenance alat,
• pengkinian data (kalibrasi atau nilai faktor),
• pengamatan error dan flagging alat
• Post-analitik
Analitik: Preparasi Reagensia
Beberapa jenis reagen terkadang bentuknya
mirip, kenali dengan baik! Perhatikan petunjuk
pabrikan

Rekonstitusi reagen PT (thromboplastin)


1. Stabilisasi suhu dan waktu
2. Jenis pelarut yang digunakan, apakah:
1. Disediakan dalam kit, atau
2. Pelarut disediakan sendiri
3. Alat bantu yang diperlukan, apakah:
1. Pipet yang ukurannya sesuai
2. Pipet sudah terkalibrasi?
4. Proses homogenisasi
1. Dibolak-balik (inversi)
2. Tidak boleh terbentuk buih
3. Lainnya/ roller
Analitik: Preparasi Reagensia
Beberapa jenis reagen terkadang bentuknya mirip,
kenali dengan baik! Perhatikan petunjuk pabrikan

Rekonstitusi reagen APTT

Biasanya berupa liquid/cair


Terdiri dari:
1. Reagen phospholipid
2. Reagen CaCl2

Meskipun tanpa pemipetan, tetap perhatikan proses


stabilisasi suhu serta homogenisasinya
Analitik: Preparasi Reagensia
Penyimpanan & stabilitas
Manfaat: meminimalisir penurunan kualitas reagensia
sebelum habis dipakai

1. Dicatat waktu preparasi di botol


2. Hati-hati wadah penyimpanan
1. Vial asli
2. Wadah plastik (cup),
1. Tidak dituang terus menerus
2. Sebaiknya tidak dipakai ulang
Perhatikan petunjuk pabrikan
3. Tempat penyimpanan
1. Di dalam alat
2. Di lemari pendingin
3. Keluar masuk alat/pendingin
4. Suhu spesifik (apakah 2-8° C? 15°C? 25°C?)
5. Durasi penyimpanan
6. Kelembaban ruangan secara keseluruhan
Analitik: QC internal/harian
Setiap lab menentukan kebijakan QC masing-masing:
• Rule yang digunakan
• Frekuensi pelaksanaan QC
• Penyediaan ragam material QC

Kenali material QC yang sesuai, atau


direkomendasikan pabrikan.
1. Parameter/jenis reagen yang akan diuji
2. Bila material QC memiliki nilai pabrikan,
apakah rentang QC yang diharapkan
• Normal
• Abnormal (rendah atau tinggi?)
• Apakah nilai sesuai alat yang ada?

Preparasi material QC serta penyimpanannya


sebaiknya selalu mengikuti petunjuk pabrikan.
Analitik: QC internal/harian
Penetapan nilai QC PT/APTT berdasarkan rekomendasi CLSI.

Tujuan:
• Mendapatkan nilai rentang yang lebih sesuai dengan
kondisi alat, lingkungan dan faktor lainnya di laboratorium
untuk nomor lot QC yang spesifik.
• Memudahkan penerapan Westgard QC rule.

Mekanisme yang dilakukan di RSUP Sardjito:


• Menganalisa sedikitnya 20 kali pemeriksaan QC di kurun
waktu tertentu
• Menetapkan mean serta SD dari QC.

QC lot lama Tips:


QC lot baru Idealnya dilakukan sebelum pergantian lot QC
Sebaiknya tidak sering berganti lot QC (misal 1xsetahun)
Pengumpulan 20
data QC lot baru
Analitik:
Reagensia, material QC dan hubungannya dengan
perbekalan
Data-data dari proses analitik dapat diolah menjadi informasi yang
Ilustrasi perhitungan kebutuhan kit reagen: membantu kebutuhan perbekalan.
Pertimbangan PT APTT
Pahami trend jumlah tes pasien
Jumlah tes/kit 285 720
• Hari kerja vs hari libur (Sabtu/Minggu/Libur panjang),
• Sebelum libur panjang harus stok, antisipasi vendor libur
• Jumlah pasien lebih banyak di awal hari kerja setelah libur
Pemeriksaan/bulan 3,000 3,000 panjang
Bila lab punya LIS, bisa diperhitungkan jumlah pengulangan
(termasuk QC-nya).
Buffer (15%) 450 450
Review berkala tiap minggu, dan komunikasikan ke bagian
pengadaan.
Estimasi kebutuhan
12 kit 5 kit Bila memungkinkan, komunikasikan kepada vendor untuk
kit/bulan mengusahakan 1 lot QC untuk 1 tahun.
Analitik: Pengkinian nilai ISI
Kalibrasi PT dan APTT → perhitungan waktu (detik)
untuk alat yang dilakukan oleh teknisi.

Kalibrasi berlaku untuk pelaporan dalam bentuk


kalkulasi, seperti PT-INR.

INR= Internasional Normalized Ratio, dapat dihitung


menggunakan formula

dimana nilai ISI harus selalu dilakukan pengkinian


apabila terjadi penggantian lot reagensia PT, dan
atau apabila ada pengkinian nilai PT-mean normal.
PT mean normal:
PT rujukan pasien normal misal 10.0-12.0 detik, maka PT mean
normal adalah 11.0 detik.
Analitik: Perawatan Rutin (Maintenance)
Alat automatik umumnya memerlukan
perawatan, yang membedakan:
1. Frekuensi (seberapa sering?)
2. Durasi (berapa lama pengerjaannya?)
3. Kemudahan (manual atau otomatik)

Perawatan terkadang terabaikan,


namun penting dilakukan sebelum muncul
masalah yang tidak terduga.

Dokumentasi otomatis oleh alat akan membantu


proses dan ketertelusuran perawatan yang
dapat digunakan untuk proses audit.
Analitik: Perawatan Rutin (Maintenance)
Pengalaman maintenance harian pada
ACL TOP 550:
1. Frekuensi: 1x sehari, semi-automatik
2. Durasi: sekitar 5 menit; tidak perlu shut-down
alat.
3. Kemudahan: semi-automatik, meletakan
cairan pembersih dan sisanya dilakukan alat

Pembersihan probe dilakukan berkala secara


automatis oleh alat.
Sisanya berupa perawatan mingguan dan bila
diperlukan.
Analitik: Perawatan Rutin (Maintenance)
Bagian kritis perawatan alat otomatik:
1. Suhu dan kelembaban ruangan maupun alat
2. Tidak sembarang mengganti larutan pembersih alat (pH, zat aktif
pembersih, kebersihan cairan/kontaminan lumut atau lendir)
3. Memastikan saluran pembuangan/limbah lancar, selang tidak
tertekuk, sensor volume terpasang baik
4. Kebersihan probe (sumbatan sekecil apapun akan mempengaruhi
akurasi volume pemipetan), biasanya dilakukan oleh teknisi.
Analitik: Memahami error atau flagging
Penting untuk mengenali: Contoh error:
1. Mengenali jenis-jenis error atau flagging Jenis: Kode 5860 Fluid
2. Memahami maknanya Obstruction
3. Memahami penyebabnya ↓
Makna: perubahan tekanan
4. Memahami dampaknya
pada saat aspirasi sampel

Kemungkinan:
untuk dapat menindaklanjuti perbaikan pada tahap Adanya bekuan (clog) pada
analitik, sebelum hasil diproses untuk pelaporan. sampel

Dampak:
Apa bedanya Error dan Flagging? Hasil tidak akurat karena
volume tidak akurat atau
adanya koagulasi dini
Analitik: Memahami error atau flagging
Error → alat mendeteksi kesalahan prosedur
pengerjaan, biasanya disertai gagalnya proses analisa
(hasil tidak muncul atau failed)

Bila muncul error:


1. Kenali maknanya
2. Lakukan aksi perbaikannya
3. Analisa ulang sampel
Analitik: Memahami error atau flagging
Flagging → analisa tetap dijalankan tapi alat
mendeteksi keraguan hasil (akurasi rendah)

Akurasi rendah bisa dikarenakan adanya


interferensi.

Bila muncul flagging:


1. Kenali maknanya
2. Lakukan aksi perbaikannya
3. Konsultasikan ke penanggung jawab
Analitik: Memahami error atau flagging
Pengalaman pada ACL TOP 550
ACL TOP 550 dengan prinsip pembacaan optik mampu
menganalisa sampel dengan kondisi hemolitik, ikterik
dan lipemik dan memberikan flagging/warning pre-
analitik bila interferensi melewati batas (menimbulkan
bias hasil) dan spesifik parameter.

Misal, APTT batasan Hb 500mg/dL, Bil 26 mg/dL dan TG


1.000 mg/dL
• Bila flagging hemolitik muncul (Hb>500mg/dl),
lakukan pengambilan sampel ulang.
• Bila flagging lipemik muncul, lakukan treatment
plasma dengan ultrasentrifugasi lalu periksa ulang.
Metode Pembacaan Alat
• Pemeriksaan PT/APTT tersedia di pasaran menggunakan metode optik atau mekanik/magnetik.
• Metode optik dapat menggunakan panjang gelombang dan cara perhitungan/ penentuan bekuan
fibrin (clot) yang berbeda-beda.

• Metode mekanik menggunakan pergerakan bola metal untuk mendeteksi klot.


• Adanya variasi metode (dan variasi jenis reagensia) menyebabkan perbedaan hasil PT/APTT
meski sampelnya sama.
• Penting untuk kita memahami metode apa yang kita gunakan, kelebihan serta keterbatasannya.
Pengalaman menggunakan alat hemostasis dgn dua metode
berbeda (2021)
Alasan menggunakan dua metode:
Mengkonfirmasi keraguan hasil dari alat optik (ACL
TOP 550), khususnya PT atau APTT memanjang.
Misal, bila hasil dari alat optik APTT>100 detik,
diulang pada alat mekanik , meskipun QC alat optik
baik.
Tantangan:
1. Hasil ulangan dari alat berbeda metode justru
menimbulkan keraguan/pertanyaan klinisi
2. Mengurus dua alat berbeda tidaklah mudah
(adaptasi cara kerja, jenis reagen lebih
bervariasi serta perlakuan berbeda)
3. Back up dengan alat semi-otomatik tidak selalu
mudah (variasi pipetasi)
Pengalaman menggunakan alat hemostasis dgn dua metode
berbeda (2021)
Yang kemudian dilakukan:
1. Memahami hal-hal yang mempengaruhi hasil PT/APTT
• Faktor pre-analitik
• Faktor pasien (misal, dengan terapi antikoagulan, ada defisiensi)
2. Memahami lebih baik prinsip kerja alat ACL TOP 550 dan
keunggulannya
• Apa saja jenis flagging pre-analitik
• Apa makna informasi kurva klot
• Selama tidak ada error atau flagging dari alat, hasil PT/APTT yang
memanjang dengan yakin dapat dilaporkan (tanpa perlu cross
check metode mekanik)
3. Dilakukan penetapan nilai rujukan normal spesifik alat
dan mewakili populasi normal untuk ACL TOP 550
Pengalaman menggunakan alat ACL TOP 550:
• ACL TOP 550 dengan metode optik mampu melakukan analisa
sampel dengan hemolitik, ikterik maupun lipemik dan
menginformasikan apabila kondisi tersebut sudah membuat bias
pada hasil.
• Alur kerja pemeriksaan PT/APTT lebih efisien, tahu apa yang
harus dilakukan apabila ada flagging pre-analitik dan lebih yakin
mengeluarkan hasil PT/APTT (dengan cek kurva klot).
• ACL TOP 550 membantu memastikan kecukupan reagensia dalam
alat sebelum melakukan pemeriksaan sampel.
• QC relatif stabil, sangat jarang melakukan pengulangan.
• Proses maintenance mudah dan cepat.
Kesimpulan
• Titik kritis pemeriksaan PT/APTT di tahap analitik diantaranya preparasi reagensia, preparasi
material QC, maintenance alat, pengkinian nilai ISI, pengamatan flagging atau error yang
diinformasikan alat.
• Memahami metode alat, kelebihan dan keterbatasannya baik untuk dilakukan, sehingga
dapat memanfaatkan secara maksimal untuk menunjang pekerjaan sehari-hari.
• ACL TOP 550 dengan metode optik:
• Mampu melakukan analisa sampel dengan kondisi hemolitik, ikterik dan lipemik dengan
memberikan flagging yang spesifik utk tiap parameter apabila melebihi batas toleransi,
sebagai salah satu kontrol kualitas pre-analitik.
• Memberikan informasi kurva klot yang membantu memastikan proses pembentukan klot
pada pemeriksaan PT/APTT.
• Yang secara keseluruhan membantu meningkatkan proses alur kerja menjadi lebih
efisien waktu dan hasil yang lebih berkualitas (dibandingkan praktik sebelumnya
dengan dua alat dan dua metode).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai