Anda di halaman 1dari 15

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1. Diskusi Hasil

6.1.1. Identifikasi Responden Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin

1. Identifikasi Responden Berdasarkan Umur

Responden pada penelitian ini adalah lansia yang berusia 45-59

tahun yang mengalami kadar glukosa darah tinggi. Peningkatan usia

menyebabkan perubahan metabolisme karbohidrat dan perubahan

pelepasan insulin yang dipengaruhi oleh glukosa dalam darah dan

terhambatnya pelepasan glukosa yang masuk kedalam sel karena

dipengaruhi oleh insulin. Jika dilihat dari umur responden saat pertama

kali mengalami peningkatan kadar glukosa maka dapat diketahui

bahwa semakin meningkatnya usia seseorang maka semakin besar

kejadian DM (Brunner and Suddarth, 2013).

Berdasarkan observasi didapatkan hasil pada kelompok intervensi

sebagian kecil (43,5%) lansia berusia 45-50 tahun mengalami kadar

glukosa darah tinggi, dan sebagian besar (56,5%) lansia berusia 51-59

tahun yang mengalami kadar glukosa darah tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rudi (2017) mengenai

faktor risiko yang mempengaruhi kadar gula darah puasa pada

pengguna layanan laboratorium. Intoleransi glukosa pada lanjut usia

ini sering dikaitkan dengan obesitas, aktivitas fisik yang kurang,

96
97

berkurangnya masa otot, adanya penyakit penyerta dan penggunaan

obat, disamping itu pada orang lanjut usia sudah terjadi penurunan

sekresi insulin dan resistensi insulin. Resiko terkena kadar gula darah

akan meningkat sejalan dengan penuaan, para ahli sepakat mulai usia

45 tahun keatas.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isnaini (2018)

mengenai faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus tipe

dua Risk factors was affects of diabetes mellitus type 2. Peningkatan

usia menyebabkan perubahan metabolisme karbohidrat dan perubahan

pelepasan insulin yang dipengaruhi oleh glukosa dalam darah dan

terhambatnya pelepasan glukosa yang masuk kedalam sel karena

dipengaruhi oleh insulin. Jika dilihat dari umur responden saat pertama

kali menderita DM maka dapat diketahui bahwa semakin

meningkatnya umur seseorang maka semakin besar kejadian DM tipe

dua.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa usia mempengaruhi penurunan pada semua sistem

tubuh, tidak terkecuali sistem endokrin. Penambahan usia

menyebabkan kondisi resistensi pada insulin yang berakibat tidak

stabilnya level gula darah sehingga banyaknya kejadian kadar glukosa

darah tinggi salah satu diantaranya adalah karena faktor penambahan

usia yang secara degenerative menyebabkan penurunan fungsi tubuh.


98

2. Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pada

kelompok intervensi jus buah tomat dan kelompok intervensi jus buah

naga merah hampir semuanya sama yaitu berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa pada kelompok

intervensi jus buah tomat berjenis kelamin perempuan sebagian besar

(65,0%) mengalami kadar glukosa darah tinggi, sedangkan responden

berjenis kelamin laki-laki hampir setengahnya (35,0%) mengalami

kadar glukosa darah tinggi, dan kelompok intervensi jus buah naga

merah berjenis kelamin perempuan hampir setengahnya (74,0%)

mengalami kadar glukosa darah tinggi. Sedangkan responden berjenis

kelamin laki-laki sebagian kecil (26,0%) lansia mengalami kadar

glukosa darah tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2013)

mengenai Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di

Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat. Berdasarkan

analisis antara jenis kelamin dengan kejadian DM Tipe 2, prevalensi

kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-

laki.Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik

wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih

besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-

menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah


99

terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko

menderita diabetes mellitus tipe 2.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi terjadinya

peningkatan kadar glukosa darah tinggi karena perempuan mengalami

siklus bulanan dan menopouse yang berkontribusi membuat distribusi

peningkatan jumlah lemak tubuh menjadi sangat mudah terakumulasi

akibat proses tersebut sehingga perempuan lebih berisiko mengalami

peningkatan kadar glukosa darah tinggi.

6.1.2. Nilai Glukosa Darah pada Klien yang Mengalami Kadar Glukosa Darah

Tinggi Sebelum Pemberian Jus Buah Tomat.

Berdasarkan tabel 5.2 hasil identifikasi kadar glukosa darah pada

responden usia 45-59 tahun pada kelompok intervensi 1 di Wilayah Kerja

Puskesmas Perawatan Simpang Empat diperlihatkan bahwa sebelum

diberikan jus buah tomat hampir setengahnya (37,0%) mengalami diabetes

melitus atau glukosa darah tinggi, dan sebagian kecil (13,0%) mengalami

kadar glukosa darah sedang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Antika (2016),

dengan judul pengaruh jus tomat terhadap kadar gula darah sewaktu pada

lansia hiperglikemi di Dusun Niten Nogotirto Gamping Sleman

Yogyakarta, sebelum diberikan jus buah tomat didapatkan seluruhnya

mengalami kadar glukosa darah tinggi atau diabetes melitus. Antika

menjelaskan bahwa faktor penyebab kadar glukosa darah meningkat yang


100

dialami responden yaitu akibat konsumsi gula atau makanan manis –

manis yang berlebihan dan kurangnya aktivitas seperti olahraga serta

faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu usia dan genetik.

Faktor pemicu peningkatan kadar glukosa darah pada responden

yang mengalami kadar glukosa darah tinggi adalah akibat mengkonsumsi

makanan yang banyak mengandung gula yang berlebih dan kurangnya

aktivitas olahraga serta resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu seiringnya

bertambah usia. Kurangnya aktivitas fisik atau jarang melakukan olahraga,

zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun

dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk

mengubah glukosa menjadi energi maka akan menimbulkan peningkatan

kadar glukosa darah tinggi. (Kemenkes, 2010 dalam Antika, 2016).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini tidak terdapat

kesenjangan dengan teori yang dijelaskan sebelumnya.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti

didapatkan bahwa pemberian jus buah tomat paling banyak sebagai

pemicu responden yang mengalami kadar glukosa darah tinggi adalah

faktor yang tidak dapat dikontrol oleh responden yaitu usia dan jenis

kelamin, faktor yang dapat dikontrol oleh responden yaitu konsumsi

makanan yang dapat memicu terjadinya peningkatan glukosa darah tinggi

misalnya pengolahan makanan dengan menambahkan gula yang

berlebihan serta faktor stressor dan kurangnya aktivitas olahraga.


101

6.1.3. Nilai Glukosa Darah pada Klien yang Mengalami Kadar Glukosa Darah

Tinggi sesudah Pemberian Jus Buah Tomat

Berdasarkan tabel 5.3 hasil observasi yang dilakukan peneliti

dengan melakukan pengukuran glukosa darah terhadap 23 responden pada

kelompok intervensi diperlihatkan bahwa sesudah pemberian jus buah

tomat hampir setengahnya (37,0%) mengalami penurunan kadar glukosa

darah tetapi penurunan tersebut masih di kategorikan nilai glukosa darah

tinggi, sebagian kecil (10,9%) mengalami penurunan dengan kategori

glukosa darah sedang, dan sebagian kecil lagi (2,1%) mengalami

penurunan glukosa darah normal.

Berdasarkan hasil observasi, setelah dilakukan pemberian jus buah

tomat dalam penelitian ini dapat menurunkan kadar glukosa darah

disebabkan serat pada jus buah tomat dapat memperlambat penyerapan

glukosa dari usus kecil. Serat tidak larut mengurangi proses

glukoneogenesis yang berpengaruh terhadap peningkatan sekresi insulin.

Selain itu likopen berperan sebagai antioksidan bekerja menurunkan kadar

glukosa darah dengan meningkatkan kerja pankreas dalam memproduksi

insulin untuk menurunkan resistensi insulin yang menyebabkan toleransi

glukosa meningkat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudiarto (2018) dengan judul

potensi jus tomat menurunkan kadar gula darah sewaktu (GDS) pada

pasien diabetes militus. Dari hasil penelitian selisih kadar GDS Sebelum

dan sesudah pemberian jus tomat terhadap penurunan kadar gula darah
102

sewaktu berdasarkan hasil uji statistik Paired t test pada kelompok kontrol

di peroleh rata-rata selisih GDS dengan nilai p=0,225. Nilai p > 0,05 yang

berarti tidak terjadi penurunan GDS pada kelompok kontrol secara

signifikan. Hasil menggunakan uji Paired t-test pada kelompok intervensi

diperoleh rata-rata selisih GDS sebelum dan sesudah pemberian jus tomat

nilai p=0,000. Nilai p < 0,05 yang berarti jus tomat dapat menurunkan

GDS pada kelompok intervensi secara signifikan.

Berdasarkan hasil observasi dan dihubungkan dengan teori dapat

disimpulkan bahwa setelah dilakukan pemberian jus buah tomat dalam

penelitian ini dapat menurunkan kadar glukosa darah dibuktikan dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil bahwa setelah

dilakukan pemberian jus, kadar glukosa darah pada responden mengalami

penurunan karena buah tomat memiliki kandungan serat dapat

memperlambat penyerapan glukosa dari usus kecil. Serat tidak larut

mengurangi proses glukoneogenesis yang berpengaruh terhadap

peningkatan sekresi insulin dan likopen berperan sebagai antioksidan

bekerja menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan kerja

pankreas.

6.1.4. Nilai Glukosa Darah pada klien Diabetes Melitus Sebelum diberikan Jus

Buah Naga Merah.

Berdasarkan tabel 5.4 hasil identifikasi glukosa darah pada

responden usia 45-59 tahun pada kelompok intervensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Perawatan Simpang Empat diperlihatkan bahwa sebelum


103

diberikan jus buah naga merah semua (50%) responden mengalami

glukosa darah tinggi.

Berdasarkan hasil observasi wawancara pada kelompok intervensi

yaitu pemberian jus buah naga merah adalah paling banyak faktor pemicu

responden yang mengalami kadar glukosa darah tinggi, faktor yang tidak

dapat dikontrol yaitu usia dan jenis kelamin dan faktor yang dapat

dikontrol seperti konsumsi makanan yang dapat memicu terjadinya

peningkatan kadar glukosa darah atau diabetes melitus misalnya

pengolahan makanan dengan menambahkan gula yang berlebihan serta

faktor stressor dan kurangnya aktivitas olahraga.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Noer (2015) dengan judul

pengaruh pemberian jus buah naga merah (hylocereus polyrhizus) terhadap

kadar glukosa darah puasa pria prediabetes, sebelum diberikan jus buah

naga merah seluruhnya mengalami kadar glukosa darah tinggi. Faktor

penyebab terjadinya peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi yang

dialami responden yaitu aktifitas fisik yang rendah memicu terjadinya

obesitas. Obesitas merupakan faktor resiko utama terjadinya kadar

glukosa darah yang tinggi. Hal ini disebabkan karena presentase lemak

tubuh yang berlebihan dapat menyebabkan respon sel beta terhadap

glukosa darah menjadi berkurang, selain itu reseptor insulin pada target sel

di seluruh tubuh kurang sensitif dan jumlahnya berkurang sehingga insulin

dalam darah tidak dapat dimanfaatkan.


104

Berdasarkan hasil observasi peneliti dan dihubungkan dengan teori

dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya peningkatan kadar glukosa

darah dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu stress, aktivitas fisik yang

rendah memicu terjadinya obesitas, pola makan yang tidak teratur dan

suka makan yang manis-manis. Salah satu contoh penyebab peningkatan

kadar glukosa darah yaitu kurangnya aktifitas fisik dapat memicu

terjadinya obesitas, presentase lemak tubuh yang berlebihan dapat

menyebabkan respon sel beta terhadap glukosa darah menjadi berkurang,

selain itu reseptor insulin pada target sel di seluruh tubuh kurang sensitif.

6.1.5. Nilai Glukosa Darah pada klien Diabetes Melitus sesudah diberikan Jus

Buah Naga Merah.

Berdasarkan tabel 5.5 observasi yang dilakukan peneliti dengan

melakukan pengukuran glukosa darah terhadap 23 responden pada

kelompok intervensi 2 diperlihatkan bahwa sesudah pemberian jus buah

naga merah hampir setengahnya (24,0%) mengalami penurunan kadar

glukosa darah normal, hampir setengahnya (24,0%) mengalami penurunan

kadar glukosa darah tetapi masih dikategorikan tinggi, sedangkan sebagian

kecil lagi (2%) mengalami penurunan glukosa darah dengan kategori

sedang.

Berdasarkan hasil observasi setelah dilakukan pemberian jus buah

naga merah dalam penelitian ini dapat menurunkan kadar glukosa darah

disebabkan serat pada buah naga merah mengikat banyak air dan

membentuk gel, kemungkinan glukosa untuk bersentuhan dengan dinding


105

usus halus dan masuk ke darah menjadi lebih kecil, maka insulin yang

dihasilkan oleh pankreas juga menjadi lebih sedikit. Flavonoid berperan

sebagai antioksidan kemampuannya menurunkan stress oksidatif dan

mengurangi Reactive Oxygen Species sehingga menimbulkan efek

protektif terhadap sel beta pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin

terutama quercetin merupakan penghambat yang kuat terhadap GLUT 2

(glucose transporters) pada mukosa usus, suatu lintasan absorbsi glukosa

dan fruktosa pada membran usus, mekanisme penghambatan ini bersifat

nonkompetitif menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan

fruktosa dari usus. Kelompok intervensi dalam penelitian ini ada 3 orang

yang mengalami peningkatan kadar glukosa darah karena dipengaruhi

beberapa faktor seperti aktivitas fisik, stres, pola makan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Winarno (2018) dengan judul

efektifitas jus buah naga dan jus buah alpukat terhadap penurunan gula

darah pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Krompol Kecamatan

Bringin Kabupaten Ngawi. Dari hasil penelitian terdapat perbedaan yang

bermakna antara kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian jus

buah naga pada kelompok intervensi di Puskesmas Krompol Kecamatan

Bringin Kabupaten Ngawi.

Penelitian lain yang dilakukan penelitian sebelumnya oleh Hidayati

(2017) dengan judul pengaruh buah naga terhadap kadar glukosa darah

pasien diabetes mellitus tipe II di Puskesmas Temon 1 Kulon Progo

Yogyakarta. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa terdapat penurunan


106

rerata kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian buah naga

merah seberat 200 gram pada kelompok intervensi. Penurunan kadar

glukosa darah ini dimungkinkan karena buah naga merah memiliki

komponen yang dapat memberikan efek hipoglikemik yang berfungsi

untuk menyeimbangkan kadar glukosa darah seperti serat dan antioksidan.

Kelompok intervensi meskipun sudah diberikan buah naga merah, akan

tetapi terdapat 4 responden (26,67%) mengalami peningkatan kadar

glukosa darah. Hal tersebut, dimungkinkan dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti aktivitas fisik, stres, pola makan.

Berdasarkan hasil observasi dan dihubungkan dengan teori dapat

disimpulkan bahwa pemberian jus buah naga dalam penelitian ini terbukti

dapat menurunkan kadar glukosa darah pada lansia yang mengalami

peningkatan kadar glukosa darah dibuktikan dengan hasil penelitian yang

dilakukan peneliti, setelah pemberian jus buah naga merah yang dilakukan

1 kali/hari pemberian selama 7 hari berturut – turut dengan waktu 7 hari

didapatkan hasil bahwa glukosa darah mengalami penurunan karena salah

satu manfaat kandungan buah naga untuk meningkatkan kekebalan tubuh,

menurunkan kolestrol dan mencengah peningkatan kadar glukosa darah.


107

6.1.6. Analisis Perbandingan Antara Jus buah Tomat (Solanum Lycopersicum)

Dengan Jus Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap

Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia 45-59 Tahun Di Wilayah

Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat.

Berdasarkan tabel 5.6 hasil penelitian didapatkan bahwa mean rank

untuk kelompok intervensi pemberian jus buah tomat nilai p value =

0,014, sedangkan mean rank untuk kelompok intervensi pemberian jus

buah naga merah nilai p value = 0,005 (<0,05) yang berarti H0 ditolak dan

H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan antara pemberian jus buah

tomat dengan pemberian jus buah naga merah terhadap penurunan kadar

glukosa darah pada lansia 45-59 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas

Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian, kelompok pemberian jus

buah naga merah lebih berpengaruh di bandingkan kelompok jus buah

tomat terhadap penurunan kadar glukosa darah pada lansia 45-59 tahun

karena serat pada buah naga merah lebih banyak dibandingkan dengan

buah tomat. Serat pada buah naga merah mengikat banyak air dan

membentuk gel, maka kemungkinan glukosa untuk bersentuhan dengan

dinding usus halus dan masuk ke darah menjadi lebih kecil. Ketika kadar

glukosa yang masuk kedalam darah lebih sedkit, maka insulin yang

dihasilkan oleh pankreas juga menjadi lebih sedikit.

Flavonoid berperan sebagai antioksidan kemampuannya

menurunkan stress oksidatif dan mengurangi (Reactive Oxygen Species)


108

ROS sehingga menimbulkan efek protektif terhadap sel beta pankreas dan

meningkatkan sensitivitas insulin terutama quercetin merupakan

penghambat yang kuat terhadap GLUT 2 (glucose transporters) pada

mukosa usus, suatu lintasan absorbsi glukosa dan fruktosa pada membran

usus, mekanisme penghambatan ini bersifat nonkompetitif. Hal ini

menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus.

Menurut Winarno (2018) buah naga mengandung zat bioaktif

sangat bermanfaat bagi tubuh diantaranya antioksidan (yang dapat

menurunkan kadar gula darah), dan meniral seperti kalsium, phosphor, dan

besi. Selain menjadi antioksidan jus buah naga juga kaya akan kandungan

serat di dalamnya. Mengkonsumsi banyak serat merupakan jenis

pengobatan non farmakologi yang baik pada penderita diabetes karena

dapat menurunkan kadar gula darah.

Penelitian serupa dilakukan oleh Widyastuti & Noer (2015),

didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan kadar glukosa darah Pretest

dan Postest pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Disimpulkan

bahwa ada pengaruh pemberian jus buah naga merah terhadap kadar

glukosa darah puasa pria prediabetes.

Hal serupa penelitian dilakukan oleh Roiffatul (2017) dalam

penelitiannya didapatkan bahwa terdapat penurunan rerata kadar glukosa

darah sebelum dan sesudah pemberian buah naga merah seberat 200 gram

pada kelompok intervensi. Penurunan kadar glukosa darah ini

dimungkinkan karena buah naga merah memiliki komponen yang dapat


109

memberikan efek hipoglikemik yang berfungsi untuk menyeimbangkan

kadar glukosa darah seperti serat dan antioksidan.

Berdasarkan hasil observasi peneliti pemberian jus buah naga

merah lebih berpengaruh menurunkan kadar glukosa darah di bandingkan

dengan pemberian jus buah tomat. Disimpulkan bahwa pemberian jus

buah naga merah dalam penelitian ini terbukti dapat menurunkan kadar

glukosa darah pada lansia yang mengalami peningkatan kadar glukosa

darah dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti

memberikan jus 1 kali/hari selama 7 hari berturut – turut dengan waktu 7

hari didapatkan hasil bahwa glukosa darah mengalami penurunan karena

kandungan serat dan antioksidan (flavonoid) yang berfungi meurunkan

kadar glukosa darah.

6.2.Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian pasti memiliki keterbatasan dan kekurangan, begitupun

dengan penelitian ini, adapun keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian

ini yaitu :

1. Selama penelitian peneliti tidak menggunakan ruangan khusus untuk

responden.

2. Selama penelitian peneliti harus memberikan saran kepada responden agar

tidak lupa 15-20 menit setelah mengkonsumsi jus baru boleh makan dan

minum.
110

3. Selama penelitian peneliti tidak mengetahui kemungkinan ada peningkatan

kadar glukosa darah pada responden setelah diberikan jus buah tomat

maupun jus buah naga merah. Hal tersebut, dimungkinkan dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti aktivitas fisik, stres, pola makan.

6.3.Implikasi Keperawatan

Implikasi dari penelitian ini yaitu bagi tenaga kesehatan dapat memberikan

pendidikan kesehatan kepada pasien yang mengalami diabetes melitus tentang

penanganan peningkatan glukosa darah secara nonfarmakologi yang dapat

dilakukan secara mandiri, sebisa mungkin meminimalisir penggunaan obat –

obatan yang memiliki efek samping. Diharapkan kedepannya tenaga kesehatan

lebih difokuskan pada terapi yang tidak memiliki efek samping, aman dan

mudah dilakukan secara mandiri oleh penderita diabetes melitus atau kadar

glukosa tinggi. Salah satu penanganan nonfarmakologi yang dapat dilakukan

secara mandiri oleh pasien yaitu dengan melakukan atau mengkonsumsi jus

buah, dan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang

terapi nonfarmakologi terhadap masyarakat yang mengalami peningkatan

kadar glukosa darah tinggi.

Anda mungkin juga menyukai