1. Galuh Nilam (1061921036) kelompok penyanggah mau menyanggah untuk regimen
terapinya masih kurang jelas diberikan sampai berapa lama contoh seperti kanamisin sampai berapa lama akan dinjeksikan. Dan dikarenakan pasien sudah 2 tahun terdiagnosa TB harusnya sudah ada data lab sebelum diberikan terapi seperti Tes BTA untuk menentukan regimen yg akan dilakukan. Jawaban: Untuk pengobatan jangka pendek TB-MDR dengan durasi pengobatan 9-12 bulan. untuk injeksi kanamisin dikasih selama 6 bulan tiap hari pada pasien rawat jalan, karena menurut jurnal ini kanamisin adalah lini kedua pengobtan tbc mdr walaupun sifatnya lebih toxsik. Lalu bagaimana cara memberikan informasi ke pasien untuk obat injeksi intramuskular ? diedukasi bahwa pasien wajib ke rs / puskesmas/klinik untuk melanjutkan terapi obat khususnya yang injeksi. Dosis kanamycin? kanamicin dosisnya Dewasa IM 12-15mg/kg/hari maksimal 1 gram, 22- 25mg/kg maksimal 1,5 gram 2-3 kali/minggu. dosis untuk pediatrinya IM 20-40mg/kg/hari maksimal 1 gram, 25-30mg/kg maksimal 1,5 gram 2-3 kali/minggu (Handbook of clinical drug data (2002) : 92). kanamisin kalo /week itu max 3-4.5g. Tapi di kasus 1g/hari. Oleh karena itu di plan minta diturunkan 500-750 bu dan ini sesuai berat badannya efek samping kanamycin: ototoksik, Nefrotoksisitas, neourotiksik. untuk efek samping kanamycin yg nefrotoksis berat pada gangguan renal, sehingga pemberian kanamisin mungkin bisa dihentikan dan diganti capreomycin 2. Dwi Mustika Jayadi (1061922021) dari tim penyanggah mau menyanggah dri penggunaan obat INH pada kasus ini msih tetap d berikan sedangkan d pengertian untuk kasus TB-MDR ini mnyatakan Resisten trhadap INH dan Rifampisin. . Hrusnya tidak perlu d berikan krna sudah resisten d tambah lagi 3 dari 4 intraksi obat yg terjadi berhububgan dg INH. Jawaban: karena isoniazid dan rifampisin merupakan lini pertama pengobatan tbc, termasuk dalam OAT, apabila penggunaan isoniazid di hentikan dapat menyebabkan gejala putus obat. Maka dari itu terapi dengan isoniazid tidak dihentikan dan di bantu dengan pengobatan lini kedua yaitu kanamisin. Walaupun isoniazid dengan rifampisin berinteraksi namun interaksi nya masih dapat di monitoring. Lalu interaksinya dg pirazinamid, ethionamid dan cycloserin bgaimana ? untuk interaksi pirazinamid, ethionamid dan cycloserin, bersifat minor dan efek bisa di monitor isoniazid tetap diberikan dg pemberian dosis tinggi brdasarkan WHO karenaINH lini pertama dalam pengobatan tbc.. namun dalam jurnal yg saya temukan pza bisa diganti dengan moxifloxacin karena menyebabkan ATDH lebih sedikit drpd pza.. ketika sudah terdeteksi resisten rifampisin bisa dgn segera dilakukan drug sensitive testing untuk mengetahui obat yg akan digunakan sebagai first line, bisa digunakan obat floroquinolon, dan aminoglicoside. Ketika diketahui juga resisten isoniazid, gol floroquinolon tdk disarankan. 3. Khaerul umam (1061921044) ingin menyanggah mengapa pada analisis drp indikasi tanpa obat tidak ada padahal regimen terapi mdr tb dengan terapi pada kasus tidak sesuai. Harusnya tidak terdapat obat Pas, Cm, dan Mfx. Jawaban: 4. Efson Sustera Irawan (1061922024) ingin memberikan sanggahan, yang pertama saya ingin menyinggung mengenai Plan pada PPT kalian yang tidak menyertakan terapi non farmakologinya, itu karna lupa apa memang untuk TBC MDR ini tidak ada terapi non Farmakologinya. yang ke dua disini saya tidak melihat adanya tas lab atau objektifnya, jadi apakah tidak lebih baik tuk di cek sputumnya untuk mengetahui tingkat resistensinya. Jawaban: untuk terapi non farmakologinya digunakan untuk membantu kondisi pasien agar tidak memperparah TB nya terapi non farmakologi yang dapat dilakukan yaitu seperti menghindari merokok. untuk pengecekan sputum seharusnya memang dilakukan namun pada kasus kami, kami tidak mendapatkan data labnya. Terapi non farmakologi: ikan gabus untuk penyembuhan luka paru karena albuminnya tinngi bagus khususnya utk liver. tbc harus dengan pengobatan karna bakteri penyebabnya harus diobatin dan untuk non farmakologinya blum ditemukan. Herbal blm bisa/sangat sulit membunuh bakteri TB
SESI TANYA JAWAB
1. Amrina (005) ingin bertanya. pasien sudah 2 tahun pengobatan sesuai dengan algoritma, tetapi pasien membaik keadaanya malah terjadi MDR, pertanyaan saya, apakah terapi tersebut tetap digunakan? begaimana evaluasi kedepan melihat sudah terdiagnosanya pasein terkena MDR? Jawaban: apabila pasien sudah didiagnosa TB-MDR terapi pengobatan tersebut tetap digunakan namun tetap dilakukan evaluasi ke rumah sakit untuk pengecekan seperti tes sputum untuk memantau kondisi pasien. Mungkin 2 th terapi tp kadang lupa minum obat...jd bisa MDR, untuk dosisnya sesuai dengan BB pasien. 2. Defi Rahayu NIM 1061922013 saya mau bertanya. .Pada gejala TBC disebutkan dalam slide ada gejala umum dan gejala khusus, apakah ada perbedaan antara terapi obat yang diberikan dan lama pengobatannya? Jawaban: gejala umun tbc seperti demam lemas BB turun, nyeri dada dan berkeringat dimalam hari dan batuk berlangsung lama, tp kadang tanpa gejala juga. Bagaimana dengan gejala khususnya? apakah ada perbedaan terapi pemilihan obat antara gejala umum dan gejala khususnya. .karena dislide dituliskan gejala khusus pada TB pasien dalam kondisi yang lebih parah dibandingkan dengan gejala umum? Gejala khususnya adalah suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak 3. fadhil erlangga erwin (nim 029) Saya punya temen, di diagnosa tb resistant rifampisin, disitu data lab nya,. resistant rifampisin, dan ada hasil rontgen sedikit bercak putih di paru tetapi BTA (-). Padahal sebelumnya belom pernah mengkonsumsi obat TB dan belom pernah mendapat penyakit TB.. kesehariannya tidak mengalami gejala tb, dia tidak merokok, nafsu makan masih normal, BB tidak ada penurunan, batuk pun tidak ada. Keluarga terdekat juga tidak ada riwayat TB.. pada saat itu dia melakukan cek lab untuk membuat surat keterangan bebas tbc sebagai syarat masuk universitas X. Yang saya ingin tanyakan.. mengapa hal itu bisa terjadi dan mendapatkan diagnosa tb-resistant rifampisin? Jawaban: bercak putih diparu belum tentu TB, harus cross chek dahulu apakah benar itu TB, terapinya di nebul di RS dan konsumsi susu bear brand. Orang sehat yg terpapar TBMDR langsung bisa tertular TBMDR. 4. dyah permatasari NIM 1061921023 ingin bertanya apakah perbedaan yg spesifik antara tuberkulosis dan tuberkulosis MDR? Dan apakah efek samping yang dialami penderita tuberkulosis dan tuberkulosis MDR ? Jawaban:
Efek samping TBMDR
5. TB otak terapinya apa? Jawaban: Tb otak (meningitis TB) biasanya pusing sakit kepala bu, biasanya diterapi rifampicin, inh, pirazinamid, etambutol dan streptomicin 2bln bu, terus selanjutnya Inh dan rifampicin dilanjutkan selama 10blm untuk mencegah resistensi obat. Obat steroid jg kadang diberikan bu tp pas awal" minggu pertama, tp harus kontrol rutin 6. chafina (1061922011) mau bertanya, apakah pasien MDR beresiko naik menjadi XDR terkait dengan kepatuhan pasien yg mungkin bosan dlm minum obat, lalu bagaimana penangannnya apakah harus mengulang dr awal terapi? Jawaban: