MAKALAH
oleh
Kelompok 03
Kelas C
MAKALAH
oleh
Kelompok 03
B. Keputusasaan
Sdr. A (24 tahun) didiagnosa oleh dokter menderita penyakit HIV setelah
bekerja di salah satu restoran yang ada di Jakarta sejak 4 tahun yang lalu. Ia merasa
hidupnya sudah tidak berguna lagi dan ia merasa hidupnya sudah tidak akan lama
lagi. Keluarganya selalu memberikan dukungan agar Sdr. A melakukan pengobatan
secara rutin dan percaya bahwa penyakitnya bisa disembuhkannamun, Sdr. A tidak
pernah menghiraukan dukungan dan semangat dari keluarganya, bahkan ia sering
mengurung diri di kamar, tidak mau makan dan uring-uringan pada setiap anggota
keluarga yang mencoba membujuknya. Tetangga sekitar rumahnya sering
menggunjingkan penyakit yang dialami Sdr.A sehingga ia merasa malu. Ia sering
mencoba menyakiti dirinya sendiri dan mencoba bunuh diri, sehingga ia dipasung
oleh keluarganya.
2. Pengertian
A. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau
tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau
tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit
mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi
(NANDA, 2011).
Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi persepsi bahwa
tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil; persepsi kurang
kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan terjadi.
Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang
bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang
penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi.
Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika
seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau
situasi tertentu.
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis ketidak-
berdayaan, yaitu;
a. Ketidakberdayaan situasional
Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin
berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness)
Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan,
gaya hidup, dan hubungan.
B. Keputusasaan
Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan subyektif ketika
seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan alternative serta
tidak mampu memobilisasi energy untuk kepentingannya sendiri. Keputusasaan
menurut NANDA ini memiliki beberapa batasan karakteristik, diantaranya: gangguan
pola tidur, kurang inisiatif, pasif, meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan
selera makan, kurang kontak mata, dan sebagainya. Factor-faktor yang berhubungan
yakni: isolasi soasial, penurunan kondisi fisiologis, stress jangka panjang, serta
kehilangan nilai kepercayaan.
Keputusasaan merupakan suatu keadaan emosional yang dialami ketika individu
merasa kehidupannya sangat berat untuk dijalani dan dirasa mustahil. Seseorang
tersebut tidak akan memiliki harapan untuk memperbaiki kehidupannya, tidak
memiliki solusi untuk masalah yang dialaminya dan ia merasa tidak aka nada orang
yang dapat membantuya menyelesaikan masalahnya (Carpenito, 563).
Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang merasa utus asa
tidak mampu melihat adanya solusi untuk masalah yang dihadapinya dan tidak
menemukan cara untuk mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Sedangkan
ketidakberdayaan adalah seseorang menemukan solusi masalahnya namun memiliki
keterbatasan untuk melakukannya akibat kurangnya kontrol terhadap kejadian atau
situasi tertentu.
d. Number
Sumber stres lebih dari satu, stres dirasakan sebagai masalah yang sangat berat.
Respon terhadap stress/ tanda gejala/ penilaian terhadap respon
a. Kognitif: kurang konsentrasi, ambivalensi, kebingungan,
berkurangnya
kreatifitas, pandangan suram, pesimis, sulit untuk membuat keputusan, mimpi
buruk, produktivitas menurun, pelupa, ketidakpastian.
b. Afektif: sedih, rasa bersalah, bingung, gelisah, apatis/pasif, kesepian, rasa tidak
berharga, penyangkalan perasaan, kesal, khawatir, perasaan gagal.
c. Fisiologis: pasien biasnya mengeluh pusing. Suhu tubuh biasanya panas,
penuruanan berat badan
d. Perilaku: agitasi, perubahan tingkat aktivitas, mudah tersinggung, kurang
spontanitas, sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang, mudah menangis
e. Respon sosial: patisipasi sosial berkurang.
Kemampuan mengatasi masalah/ sumber koping
a. Personal ability; kurang komunikatif, hubungan interpersonal yang kurang baik,
kurang memiliki kecerdasan dan bakat tertentu, mengalami gangguan fisik,
perawatan diri yang kurang baik, tidak kreatif.
b. Sosial support; hubungan yang kurang baik dengan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, kurang terlibat dalam organisasi sosial/kelompok
sebaya, ada konflik nilai budaya.
c. Material asset; penghasilan kurang
d. Positive belief; tidak memiliki keyakinan dan nilai positif, kurang memiliki
motivasi, kurang berorientasi pada pencegahan (lebih senang melakukan
pengobatan)
Mekanisme koping yang dapat terjadi pada ketidakberdayaan antara lain:
- Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu
yang bermanfaat, tidak mempunyai hubungan akrab, ketidakmampuan untuk
mencari informasi tentan perawatan, tidak berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan saat diberikan
B. Keputusasaan
Keputusasaan terjai akibat adanya ketidakberdayaan yang dialami secara
berkepanjangan. Ketidakberdayaan berasal dari depresi serta akibat kehilangan
kontrol. Seseorang yang mengalami keputusasaan merasa dirinya tidak memiliki
harapan sama sekali atau henya memiliki sedikit harapan hidup, merasa tidak
memiliki penyelesaian untuk setiapp masalah yang ia hadapi. Kkeputusasaan yang
dialami oleh seorang individu dapat menyebabkan berbagai masalah diantaranya
individu akan kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual, kehilangan nilai
penting serta pembatasan social.
a. Faktor predisposisi
1. Faktor resiko biologis
Status nutrisi menurun, berat badan menurun akibat pasien kehilangan nafsu
makannya.
2. Faktor resiko psikologis
Psikologis pasien menjadi tidak stabil setelah pasien didiagnosis HIV oleh
dokter, pasien sering mengurung diri di kamar dan sering uring-uringan saat
ada anggota keluarga yang ingin membujuknya. Ppasien tidak memiliki
semangat untuk sembuh, ia merasa sudah tidak memiliki harapan.
3. Faktor resiko sosiokultural
Sejak pasien didiagnosis oleh dokter mengidap HIV, hubungan pasien dengan
lingkungan sekitarnya menjadi sangat tidak baik. Tetangga sering
menggunjingkannya sehingga pasien merasa malu dengan keadaannya.
Keluarga pasien merasa sangat sedih karena dukungan dan semnagatnya
tidak dapat membuatnya semangat untuk sembuh. Selain itu, pasien menjadi
tidak yakin dengan spiritualnya akibat dari keputusasaan yang dialami.
Pasien merasa hidupnya tidak akan lama lagi.
b. Faktor presipitasi
1. Nature
Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien kehilangan nafsu
makannya.
2. Origin
- Internal : persepsi negatif individu pada dirinya dan lingkungan di
sekitarnya
- Eksternal : pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi tidak dengan
lingkungan dan teman-temannya
3. Timing
Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu dekat. Pasien mengalami
stress secara terus-menerus dan berkepanjangan.
4. Number
Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat dirasakan pasien. Pasien
merasa tidak ada harapan sembuh serta merasa hidupnya tidak akan lama
lagi.
c. Respon terhadap stress/tanda gejala/penilaian terhadap respon
1. Kognitif
Pasien merasa kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi, pesimis,
menyalahkan dirinya sendiri, kehilangan minat motivasi, tidak dapt
menyambil keputusan.
2. Afektif
Pasien sering marah, uring-uringan, merasa kesal, kesepian, keputusasaan,
rasa bersalah, sedih, rasa tidak berharga, harga diri pasien rendah, dan
ansietas.
3. Fisiologis
Pasien mengalami anoreksia, keletihan, nyeri dada, sakit punggung, sakit
kepala, dan diare.
4. Perilaku
Pasien menjadi mudah tersinggung, mudah menangis, kebersihan diri pasien
kurang, perubahan tingkat aktifitas dan sangat tergantung.
5. Sosial
Pasien menarik diri dari masyarakat, terjadi isolasi social, dan pasien tidak
mampu mengatasi masalahnya.
d. Reaksi berduka yang dialami pasien menunjukkan penggunaan mekanisme
penyangkalan dan supresi berlebih dalam upaya menghindari distress.
e. Mekanisme koping Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk
melakukan sesuatu, tidak mempunyai hubungan baik dengan lingkungannya,
ketidakmampuan untuk mencari informasi tentan
kesembuhannya, tidak perawatan untuk dalam
berpartisipasi diberikan dukungan oleh pengambilan keputusan
keluarganya saat
Timing : Number :
Nature : Origin :
- Biologis Kapan terjadinya, Stresor akan sulit diatasi
Internal atau
- Psikologis berapa lama individu apabila beberapa stressor
eksternal
- Sosiokultural terpapar stressor, yang terjadi secara
individu
dan berapa sering bersamaan.
Kontruksif Destruktif
MEKANISME KOPING
RENTANG RESPON
EMOSIONAL
2. Keputusasaan
A. Diagnosa Medis
1. Gangguan
bipolar I
2. Gangguan
bipolar II
3. Gangguan
siklotimia
4. Gangguan
depresif
mayor
5. Gangguan
distimia
B. Diagnose
Keperawatan
1. Keputusasaa
n
2. Defisit
perawatan
5. Intervensi/ Penatalaksanaan (Terapi Medis dan Keperawatan)
1. Ketidakberdayaan
- Intervensi/penatalaksanaan medis
1. Antidepresan trisiklik (ATS), antidepresan pertama yang sedang diteliti
mendalam, secara konsisten lebih efektif dibandingkan plasebo baik dalam
mengurangi kompleks gejala gangguan depresi.
2. Terapi perilaku, terapi perilaku-kognitif, dan terapi interpersonal secara
substansial
- Intervensi keperawatan
Mengambil salah satu dari diagnosa keperawatan yaitu ketidakberdayaan
NOC :
1. Mendemonstrasikan pengendalian diri terhadap depresi
2. Menunjukkan partisipasi dalam pengambilan keputusan tentang
perawatan
kesehatan
NIC :
1. Restrukturisasi Kognitif : mendorong pasien untuk mengubah distorsi pola
pikir dan memandang diri sendiri serta dunia secara lebih realistis
2. Dukungan emosional : memberikan penenangan, penerimaan, dan dorongan
selama periode stress
3. Bantuan sumber finansial : membantu individu/
keluarga untuk
mengamankan dan mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan
perawatan kesehatan
4. Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan,
dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik
depresi maupun peningkatan alam perasaan
5. Perlindungan hak pasien : melindungi hak perawatan kesehatan pasien,
terutama pasien dari kelompok minoritas, pasien tidak memiliki kapasitas,
atau tidak kompeten untuk mengambil keputusan
6. Peningkatan harga diri : membantu pasien untuk meningkatkan penilaian
diri terhadap harga dirinya
7. Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk lebih bertanggung
jawab terhadap perilakunya sendiri
2. Keputusasaan
A. Medis
1. Psikofarmaka
Terapi ini menggunakan obat-obatan yang membantu mengurangi atau
meminimalkan gangguan keputusasaan pada pasien.
2. Psikoterapi
Terapi kejiawaan menjadi hal yang penting untuk diberikan pada pasien
setelah pasien meneripa terapi psikofarmaka.
a. Psikoterapi Suportif
Terapi ini diberikan dengan tujuan memberikan motivasi serta semangat
sehingga pasien tidak mengalami putus asa untuk berjuang hingga
mencapai kesembuhannya.
b. Psikoterapi Re-eduktif
Terapi ini dimaksudkan emmberikan pendidikan ulang guna memperbaiki
kesalahan pendidikan sebelumnya.
c. Psikoterapi Rekonstruktif
Terapi ini berguna untuk memperbaiki kepribadian yang sudah rusak
untuk dikembalikan seperti kepribadian sebelum mengalami sakit.
d. Psikoterapi Kognitif
Guna mengembalikan kemampuan dan fungsi kognitif pasien, daya piker
dan daya ngat pasien sehingga pasien dapat membedakan hal baik dan
buruk.
e. Psikoterapi Perilaku
Terapi ini bermaksud mengembalikan perilaku pasien agar pasien
mampu menyesuaikan diri dengan keluarga serta lingkungannya.
3. Terapi Psikososial
Terapi ini diberikan agar pasien dapat kembali beradaptasi dengan lingkungan
sosialnya dan mampu merawat dirinya agar tidak lagi bergantung pada orang
lain dan tidak menjadi beban keluarganya. Pasien yang menjalani terapi ini
hendaknya masih menjalani terapi farmaka.
4. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan jiwa.
Terapi ini berbentuk sembahyang, memanjatkan doa, puji-pujian kepada
Tuhan, ceramah keagamaan, membaca kitab suci, dan rehabilitasi. Kegiatan
rehabilitasi dimaksudkan agar pasien siapdikembalikan lagi ke keluarga serta
lingkungannya
B. Keperawatan
1. Bantu klien mengenali masalah keputusasaan (penyebabnya,
tanda gejalanya, dampaknya, penanganannya)
2. Fasilitasi klien untuk dapa mengungkapkan perasaan dan keputusasaannya
3. Bantu klien untuk identifikasi tujuan yang realistis dengan kemampuannya
4. Identifikasi sumber dukungan dan alternative pilihan untuk membantu
memecahkan masalah klien, keuntungan, kerugian dari setiap solusi yang
ditetapkan
5. Identifikasi dan latih kemampuan positif pasien
6. Afirmasi positif dan reinforcement positif
7. Identifikasi adanya ide-ide atau rencana bunuh diri pada pasien
8. Berikan terapi Acceptance Commitment Therapy (ACT)
9. Bantu pasien meningkatkan koping, beradaptasi dengan stressor, perubahan
atau ancaman dalam kehidupanBerikan konseling untuk membantu pasien
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi
10. Manajemen perasaan, berikan keamanan pada pasien, stabilisasi, pemulihan
dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik
depresi maupun peningkatan alam perasaan.
BAB 3. Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
Capernito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis
Edisi 9 alih bahasa Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna & Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan ```professional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Puwati, Susi. 2013. Analisis Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Masalah Kesehatan
Masyarakat Perkotaan: Ketidakberdayaan pada Klien dengan Gangguan
Penggunaan Opiat di RSKO Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia.