KEBUDAYAAN
Disusun Oleh :
Ana Kurniawati
Alda Ratika
Dian Anna Sari Simanjuntak
Sabri Yunus
Rinida Elvita
Tata Hayati
Titi Dwielvina
Windi Klariska
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikiran.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis.
Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Kesatuan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab serta mendasari dan dijiwai sila Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dan Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Persatuan dalam sila ketiga ini meliputi makna persatuan dan kesatuan dalam arti
idiologis, ekonomi,politik, sosial budaya dan keamanan. Nilai persatuan ini dikembangkan
dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia yang senasib. Nilai persatuan itu didorong untuk
mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan
berdaulat. Perwujudan Persatuan Indonesia adalah manifestasi paham kebangsaan yang
memberi tempat bagi keberagaman budaya atau etnis yang bukannya ditunjukkan untuk
perpecahan namun semakin eratnya persatuan, solidaritas tinggi,serta rasa bangga dan
kecintaan kepada bangsa dan kebudayaan.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
Kesalahan budaya sering terjadi di Indonesia masa kini karena banyak Pimpinan
Indonesia menggunakan ukuran budaya asalnya sendiri dalam menghadapi masalah-masalah
di wilayah budaya lain.
Kesalahpahaman atau konflik yang timbul akibat adanya keanekaragaman budaya
Indonesia antara lain konflik Ambon, Poso, Timor-timor dan konflik Sambas. Masyarakat
Ambon misalnya, umumnya mereka adalah kelompok masyarakat yang statis. Mereka
Masyarakat Ambon misalnya, umumnya mereka adalah kelompok masyarakat yang statis.
Mereka lebih suka menjadi pegawai negeri, menguasai lahan tempat kelahirannya, juga
memiliki ladang dan pengolahan sagu. Berbeda dengan masyarakat Bugis. Sebagai kaum
pendatang yang tidak memiliki lahan, mereka sangat dinamis dan mampu menangkap
peluang dengan cepat. Pada umumnya mereka adalah pedagang. keadaan ini menyebabkan
masyarakat Bugis banyak menguasai bidang ekonomi di Ambon, lama kelamaan kemampuan
finansial mereka lebih besar yaitu lebih kaya.Sedangkan warga local (Ambon) hanya bisa
menyaksikan tanpa mampu berbuat banyak. Akibatnya, kesenjangan ini kian hari kian
bertambah dan menjadi bom waktu yang siap meledak, bahkan sudah meledak. Sepertinya
konflik Poso pun berlatar belakang hamper sama dengan konflik Ambon. Halsama juga
terjadi di timor-timor. Ketika tim-tim masih di kuasai Indonesia, masyarakat Tim-Tim yang
statis tidak berkembang. Sedangkan warga pendatang, yang umumnya bersuku Batak,
Minang, Jawa, penguasa di berbagai bidang ekonomi, sehingga terjadi kecemburuan social.
Kondisi serupa terjadi di Sambas. Konflik yang terjadi karena suku Madura yang menguasai
sebagian besar kehidupan ekonomi setempat
Untuk mengantisipasi konflik-konflik dimasa yang akan datang, masyarakat yang
berpotensi tunggal seperti itu harus didorong untuk ikut beradaptasi dengan masyarakat
dinamis. Jadi, penyelesaian konflik-konflik perlu cara yang spesifik bukan dengan cara
kekerasan. Pendekatan yang mungkin dilakukan dengan menyerap dan memahami sari-sari
budaya kelompok-kelompok masyarakat yang berupa nilai-nilai yang mereka yakini, pelihara
dan pertahankan, termasuk keinginan-keinginan yang paling dasar.
Untuk menanamkan nilai-nilai budaya nasional pada generasi penerus bangsa,
instansi-instansi hendaknya menyusun kurikulum tentang pendidikan karakter dan budi
pekerti bangsa disekolahsekolah.Tujuannya, untuk menjaga nilai-nilai budaya nasional dan
penangkal masuknya arus globalisasi. Pendidikan budi pekerti juga diharapkan mampu
mencegah timbulnya konflik antar suku bangsa di Indonesia melalui ketahanan budaya
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang Pancasila bertolak dari
hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila
kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu , pembangunan social budaya harus
mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya
dan beradab. Pembangunan social budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab,kejam
brutak dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia yang adil dan
beradab. Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu
meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari
tingkat homo menjadi human.
Berdasar sila Persatuan Indonesia, pembangunan social budaya dikembangkan atas
dasar penghargaan terhadap nilai social dan budaya-budaya yang beragam di seluruh wilayah
Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Perlu ada pengakuan dan
penghargaan terhadap budaya dan kehidupan social berbagai kelompok bangsa Indonesia
sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa. Dengan demikian,
pembangunan social budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi dan
ketidak adilan social.
A.Kesimpulan
Telah kita ketahui bersama bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki
banyak ragam budaya yang berbeda-beda dari setiap suku daerah yang berbeda pula.
Perbedaan itu sendiri justru memberikan konstribusi yang cukup besar pada citra bangsa
Indonesia. Kebudayaan dari tiap-tiapsuku daerah inilah yang menjadi penyokong dari
terciptanya budaya nasional Indonesia.Identitas budaya nasional kita saat ini memang belum
jelas selain hanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan Pancasila sebagai filosofi ata
pandangan hidup bangsa.
Selain itu, perbedaan juga akan ikut menyulut terjadinya sebuah konflik jika para
pelakunya tidak dapat mengendalikan emosi mereka masing-masing. Lingkungan dan
masyarakat sangatlah menentukan bagaimana sebuah kebudayaan itu tumbuh dan
berkembang didalam masyarakat itu sendiri. Manusia sebagai pelakunya dan pencipta
kebudayaan mengatur perkembangan budaya, dan budaya sebagai fenomena sosial ciptaan
manusia mendidik manusia itu sendiri untuk mengerti dan memahami tentang keadaan sosial
masyarakatnya. Itulah yang disebut dengan dialektika atau saling ketergantungan antara
manusia dengan kebudayaan.
Ancaman lain yang turut serta datamg dan membahayakan kebudayaan bangsa adalah
budaya asing yang terbawa dalam arus globalisasi. Kebudayaan dalam konteks Nasional saja
masih bisa berbeda, apalagi kebudayaan yang datang dari luar konteks tersebut, jelas sangat
berbed. Seiring dengan berjalannya waktu, manusia akan mengikuti budaya yang sedang
marak dan mulai melupakan budaya enek moyang mereka, walaupun pada hakikatnya
manusia tidak dapat bebas dari kebudayaan sendiri.
Jika kita melihat bangsa Indonesia pada masa lalu, maka yang ada dibenak kita adalah
sebuah Jika kita melihat bangsa Indonesia pada masa lalu, maka yang ada dibenak kita adalah
sebuah pertanyaan mengapa bangsa Indonesia dapat menunjukan kesatuan saat itu dan
sekarang tidak. Hal itu terjadi karena seluruh komponen masyarkat mengalami nasib yang,
yaitu dalam masa penjajahan. Sekarang, rasa persatuan tersebut hanya dapat kita lihat dalam
beberapa kejadian saja dimana seluruh komponen masyarkat yang Indonesia kembali merasa
senasib, sepenanggungan, dan seperjuangan. Dalam permainan sepak bola misalnya. Baik
masyarkat Jawa, Batak, Minang, Sunda dan masyarakat budaya Indonesia lainnya akan
mendukung tim sepak bola Indonesia dengan rasa kesatuannya, yaitu Indonesia, bukan Bugis,
Madura tau suku-suku lainnya.
Dengan kata lain, kebudayaan Nasional Indonesia tidak bisa hanya diukur dengan
salah satu budaya daerah saja. Kepemimpinan menurut suku Jawa akan berbeda dengan
kepemimpinan menurut suku Asmat dan juga suku lainnya. Kebudayaan Nasional Indonesia,
dan bukan menggunakan budaya dimana pusat pemerintahan itu dijalankan. Pusat hanya
menjadi fasilitator, bukan educator. Hal ini yang dibutuhkan bangsa Indonesia dalam
membentuk kebudayaan nasionalnya.
DAFTAR PUSTAKA