Anda di halaman 1dari 19

PENGERTIAN

Infeksi adalah Adanya suatu organisme Infeksi nosokomial ialah


pada jaringan atau cairan tubuh yang infeksi yang di peroleh
disertai suatu gejala klinis baik lokal selama dalam perawatan di
maupun sistemik. rumah sakit.
Infeksi nosokomial
Nosokomial, berasal dari kata yunani biasanya timbul ketika,
nosos (penyakit) dan komeion pasien di rawat 3 x 24 jam
(merawat) nosocomion berarti di rumah sakit dan infeksi
“Rumah Sakit” ini sangat sulit di atasi
karna di timbulkan oleh
mikroorganisme & bakteri.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Secara umum faktor yang mempengaruhi terjadinya
nosokomial terdiri atas 2 bagian besar, yaitu :
(Roeshadi, D, 1991)
1. Faktor endogen (umur, seks, penyakit penyerta,
daya tahan tubuh dan kondisi-kondisi lokal)
2. Faktor eksogen (lama penderita dirawat, kelompok
yang merawat, alat medis, serta lingkungan)
Bagaimana seorang pasien mendapat infeksi nosokomial selama dirawat di RS dapat
diringkas sebagai berikut

Pasien mendapat infeksi nosokomial


Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui petugas yang merwat di RS
melalui dirinya sendiri (auto infeksi)

Pasien mendapat infeksi nosokomial


Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui melalui keluarga pasien yang bekunjung
pasien-pasien yang dirawat ditempat / kerumah sakit tersebut.
ruangan yang samadi RS tersebut.

Pasien mendapat infeksi nosokomial melalui


Pasien mendapat infeksi niosokomial peralatan makanan yang disediakan rumah sakit
melalui peralatan yang dipakai dirumah ataupun yang didapatnya dari luar rumah sakit.
sakit tersebut.

Faktor Lingkungan
faktor lingkungan tidak kalah penting sebagai factor
penunjang untuk terjadinya infeksi nosokomial
 Air
 Bahan yang harus di buang ( Disposial)
 Udara
Proses Penularan Infeksi Nosokomial
1. Langsung
antara pasien dan petugas yang merawat atau menjaga pasien
2. Tidak langsung
 Pasien tidak bersemangat atau kondisi lemah
 Lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau
sterilkan (Sebagai contoh perawatan luka pasca operasi)
 Penularan cara droplet infection di mana kuman dapat mencapai
ke udara (air borne)
 Penularan melalui vektor, yaitu penularan melalui hewan atau
serangga yang membawa kuman
Skema Penularan Nosokomial
Gejala-gejala Infeksi Nosokomial
1. Demam
2. Tekanan darah rendah
3. Nyeri
4. Iritasi
5. Mengeluarkan cairan, misalnya nanah
6. Area infeksi membengkak
7. Radang paru-paru mungkin termasuk kesulitan bernapas dan
ketidak mampuan untuk batuk.
8. Infeksi diterjemahkan: pembengkakan, kemerahan, dan
kesakitan pada kulit atau luka di sekitar bedah atau luka.
Dampak Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial memberikan dampak sebagai berikut :
1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat
menyebabkan cacat yang permanen serta kematian.
2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi
HIV/AIDS yang tinggi.
3. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak
mampu dengan meningkatkan lama perawatan di rumah sakit,
pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan pelayanan
lainnya, serta tuntutan hukum.
Contoh Infeksi Nosokomial
Tuberkulosis
Penyebab utama adalah adanya strain bakteri yang multi- drugs resisten. Kontrol
terpenting untuk penyakit ini adalah identifikasi yang baik, isolasi, dan
pengobatan serta tekanan negatif dalam ruangan

Infeksi Luka Operasi (ILO)


Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi jika tidak menggunakan
implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut memang tampak
berhubungan dengan operasi dan melibatkan suatu bagian anotomi tertentu (contoh, organ atau
ruang) pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi

Infeksi Pembuluh Darah


Infeksi ini sangat berkaitan erat dengan penggunaan infus, kateter jantung dan suntikan.
Virus yang dapat menular dari cara ini adalah virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan HIV
Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial
Ruangan Isolasi
Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah
Perbaiki Ketahanan Tubuh
dengan membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi
sangat diperlukan terutama untuk penyakit yang
penularannya melalui udara, contohnya tuberkulosis,
dan SARS, yang mengakibatkan kontaminasi berat
Mengontrol resiko penularan dari lingkungan

Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien


dengan cara mencuci tangan dan penggunaan sarung
Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan
tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan
mengontrol penyebarannya.
disinfektan.

Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika


yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.
Keselamatan dan keamanan merupakan kebutuhan
dasar manusia. Keselamatan juga merupakan hal
yang sangat penting dalam setiap pelayanan
kesehatan, sehingga Keselamatan kerja dapat
diartikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari resiko
kecelakaan atau kerusakan atau dengan resiko yang
relatif sangat kecil dibawah nilai tertentu
Keperawatan merupakan profesi yang berfokus kepada
pelayanan dan bertujuan membantu pasien mencapai
kesehatannya secara optimal. Oleh karena itu pada saat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat harus
mampu memastikan bahwa pelayanan keperawatan yang
diberikannya mengutamakan keselamatan pasien.
 Nilai tertinggi pada indikatornya adalah komponen
kepercayaan, artinya bahwa kepercayaan memiliki nilai yang
sangat baik dan memiliki pengaruh yang sangat baik terhadap
perilaku seseorang
 sedangkan nilai untuk pengetahuan adalah yang paling rendah.
 Kepercayaan merupakan keyakinan terhadap sesuatu, predisposing,
reinforcing, enabling, core, care dengan keselamatan dan kesehatan kerja
pada perawat. kepercayaan bersifat abstrak, sebagai contoh seseorang yang
memiliki agama yaitu mereka percaya dan yakin bahwa suatu saat akan ada
yang disebut kiamat, walaupun belum pernah melihat dan merasakan
mereka yakin bahwa hal itu ada, maka dengan demikianmereka berusaha
untuk berbuat yang terbaik untuk menghadapi hal tersebut. Kepercayaan
inilah yang mendasari perilaku perawat bahwa K3 sangat penting dan sangat
berarti untuk dirinya, sehingga mereka berperilaku yang baik terhadap
pelaksanaan K3RS.
Faktor reinforcing (pendorong) (petugas yang menjadi contoh)
pada perawat terhadap K3RSHasil uji statistik nilai faktor
reinforcing (petugas yang menjadi contoh) ini tidak
berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan kerja pada
perawat dalam penanganan pasien
. Faktor enabling (fasilitas keamanan dan keselamatan,
hukum/aturan) pada perawat terhadap K3RS. Faktor enabling
berpengaruh terhadap K3 pada perawat dalam penanganan
pasien Nilai yang paling tinggi pada faktor enabling berada pada
komponen hukum/aturan karena pada prinsipnya perilaku
seseorang dipengaruhi oleh aturan yang ada di lingkungannya
Factor core and care. Faktor core, and care (hubungan
interpersonal dan kepedulian) berpengaruh terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja pada perawat dalam penanganan pasien
namun pada hasil outer wight nilai yang paling tinggi adalah core,
sedangkan care tidak signifikan, hal ini mungkin dipengaruhi oleh
indikator care yang kurang variasi dalam pertanyaan dalam
instrument indikator kepedulian tidak mempunyai nilai yang
bermakna.
• Analisis Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perawat (Tukatman, dkk.) Sholihah, H,H.
2005, Pelaksanaan Universal
• Depkes.2003.Pedoman PelaksanaanKewaspadaan Universal di Pelayanan
Kesehatan.
• DEPKES RI, 2009. Standar Kesehatan dan Keselamatan di Rumah Sakit. Dirjend
Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
• Frestianiasari & Fenti., 2008. Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Pelaksanaan
K3-RS di Bapelkes (RSUD) Genteng Banyuwangi. Jurnal Unair ADLN Perpustakaan
Unair.
• Kurniadi,H.1993.Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial di RS Mitra Keluarga
Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran No. 82 tahun 1993.
• Setyawati, L.2002.Infeksi Nosokomial, Kumpulan Bahan Kuliah Higiene Industri.
UGM
• Sjamsuhidayat & De Jong (2004) Buku ajar Ilmu Bedah, EGC: Jakarta
• www.infeksi.comwww.depkes.com

Anda mungkin juga menyukai