Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

RT 23 KELURAHAN KENALI BESAR

DI SUSUN
O
L
E
H

KELOMPOK 5

1. SRI GUSTINI G1B117015


2. DIAN ANNA SARI S. G1B117017
3. AULIA MAHESA G1B117014
4. DITYA RAHMA RISKY G1B117025
5. JONI JEMI ULO G1B117033

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. NURLINAWATI, S.Kep., M.Kep.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
ANALISIS KASUS

DIAGNOSA KLINIK :

1.ISPA
1) Pengkajian
a) Identitas
1. Umur : ISPA bisa menyerang siapa saja termasuk seseorang yang
mengalami kelainan sistem kekebalan tubuh, juga pada seorang lanjut
usia dikarenakan kekebalan tubuh menurun dan juga memiliki resiko
pada balita dan anak-anak, dikarenakan sistem kekebalan tubuh
mereka belum terbentuk sepenuhnya. (Wahid, 2013, hal. 194)
2. Jenis kelamin : bisa menyerang laki laki atau perempuan (Wahid,
2013, hal. 194)
b) Status kesehatan saat ini
c) Keluhan Utama
Keluhan pada klien biasanya ditandai dengan gejala antar lain Demam dan
pilek akibat infeksi pertama dan peradangan pada tenggorokan. (Wahid,
2013, hal. 194)
d) Alasan masuk rumah sakit
Pasien masuk rumah sakit dikarenakan keluhan muncul mengeluh demam,
batuk, pilek dan sakit tenggorokan (Wahid, 2013, hal. 194)
e) Riwayat penyakit sekarang
Pada klien penyakit ISPA keluhan yang ada adalah Demam, batuk, pilek,
muntah dan anoreksia. (Wahid, 2013, hal. 194)
f) Riwayat Kesehatan Terdahulu
g) Riwayat penyakit sebelumnya
Perawat menanyakan tentang penyakit yang dialaminya sebelumnya
terutama yang mendukung atau yang memperberat kondisi sistem
pernapasan pada klien saat ini, pernahkah klien menderita Asma,
pneumonia dan sebagainya. (Wahid, 2013, hal. 195)
h) Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keturunan anggota keluarga yang pernah mengalami sakit
seperti penyakit klien. Salah satu anggota keluarganya menderita penyakit
asma. (Wahid, 2013, hal. 195)
i) Riwayat pengobatan
Perawat perlu mengklarifikasi pengobatan masa lalu dan riwayat alergi,
catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Klien minum jeruk
nipis dan kecap saat mengalami batuk dan sakit tenggorokan. (Wahid,
2013, hal. 195)
j) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
Kesadaran (Biasanya pada penderita ISPA tingkat kesadaranya adalah
composmentis, tetapi jika keadaan pasien sudah parah maka tingkat
kesadarannya bisa Somnolen.) (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
3. Tanda- tanda vital
TD : pada pasien ISPA tensi meningkat
Suhu : suhu meningkat 39-40ºC
RR :pernapasan meningkat
Nadi : nadi teraba cepat (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
k) Body System
1. Sistem pernafasan
a) Infeksi
b) Membran mukosa hidung faring tampak kemerahan.
c) Tonsil tampak kemerahan dan edema.
d) Tampak batuk tidak produktif.
e) Tidak ada jaringan parut pada leher.
f) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
cuping hidung.
Palpasi :
1. Adanya demam.
2. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis.
3. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
Perkusi : Suara paru normal (resonance).
Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua
sisi paru.

2. Sistem kardiovaskuler
a) Inspeksi : Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
b) Palpasi : Denyut nadi cepat
c) Perkusi : Batas jantung mengalami pengeseran
d) Auskultasi : Tekanan darah meningkat (Wahid, 2013, hal. 195-196)
3. Sistem persyarafan
Klien mengalami gejala panas disertai juga tanda dan gejala seperti pilek, sakit
tenggorokan, demam. (Wahid, 2013, hal. 196)
4. Sistem perkemihan
Jarang ditemukan gejala pada sistem perkemihan (Wahid, 2013, hal. 196)
5. Sistem pencernaan
Pada s istem pencernaan klien mengalami nyeri tekan pada tenggorokan, nyeri
perut, penurunan nafsu makan. (Wahid, 2013, hal. 196)
6. Sistem integumen
Mengkaji warna kulit integritas kulit utuh atau tidak, turgor kulit kelihatan
kering, panas dan nyeri saat ditekan.
7. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kelainan didalam sistem ini kecuali ada komplikasi penyakit lain
(Wahid, 2013, hal. 196)
8. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan kecuali ada komplikasi. (Wahid, 2013, hal. 196)
9. Sistem reproduksi
Tidak ada kelainan pada bentuk alat kelamin laki-laki maupun
perempuan. (Wahid, 2013, hal. 196)
10. Sistem penginderaan
Pada sistem pengindraan bagian konjungtiva, sklera normal dan pupil dapat
menangkap cahaya dengan baik. (Marni, 2014, hal. 26)
11. Sistem imun
Biasanya gejala terjadi saat kekebalan tubuh menurun. (Wahid, 2013, hal.
194)
l) Pemeriksaan penunjang
1) Kultur : pemeriksaan kultur untuk mengidentifikasi mikroganisme yang
menyebabkan infeksi klinis pada sistem pernafasan.
2) Uji fungsi pulmonal : pemeriksaan fungsi pulmonal untuk mendapatkan
data tentang pengukuran volume paru, mekanisme pernafasan dan
kemampuan difusi paru.
3) Biopsi :pengambilan bahan spesimen jaringan untuk bahan pemeriksaan.
4) Pemeriksaan gas darah arteri : pemeriksaan untuk memberikan data
objektif tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas, ventilasi alveolar
dan keseimbangan asam basa.
5) Radiologi dada: untuk mendeteksi penyakit paru antara lain: TB,
PNEUMONIA, ABSES PARU dll
6) Pemeriksaan sputum : untuk mengidentifikasi organisme patogenik dan
untuk menentukan apakah terdapat sel-sel maligna atau tidak. (Kunoli,
2012, hal. 219-220)
m) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapat 2
dari 3 tujuana program turunya kematian atau penggunaan anti biotik dan
obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA.
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi
pengunaan antibiotik untuk kasus kasus batuk pilek biasa, serta
mengurangi pengunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.
1) Ringan : tampa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan dirumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol.
2) Sedang : ISPA yang sedang diberikan obat kotrimoksazol peroral. Jika
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksilin, atau penisilin prokain.
3) Berat : dirawat dirumah sakit dan diberikan anti biotik parenteral, oksigen
dan sebagainnya.(Kunoli, 2012, hal. 220)

2) Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif .(SDKI, 2016)
Definisi: ketidak mampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas
untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Batasan karateristik
a) Subjektif: dispnea, sulit berbicara,ortopnea
b) Objektif:. Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih,
mengi, whezing dan ronkhi kering, mekonium dijalan napas, gelisah,
sianosis, bunyi nafas menurun,frekuensi nafas berubah dan pola nafas
berubah.
Faktor yang berhubungan
a) Lingkungan: merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
b) Obstruktif jalan nafas: spasme jalan nafas, retensi sekret, adanya jalan
nafas buatan, terdapat benda asing.
c) Fisiologis: disfungsi neuromuskulor, hiperplasia dinding bronkial,
PPOK, infeksi, asma, jalan nafas alergik( trauma ).
2. Peningkatan suhu tubuh(SDKI, 2016, hal. 284)
Definisi : resiko tehadap kegagalan untuk mempelihara suhu tubuh dalam
batas normal.
Batasan karateristik
a) Subjektif : tidak tersedia
b) Objektif : perubahan laju metabolisme, dehidrasi, kulit merah, kejang,
takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
Faktor yang berhubungan
Proses infeksi hiperteroid, stroke , dehidrasi, trauma, dan prematuritas.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan
Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Batasan karakteristik:
a) Subjektif: kram abdomen, nyeri abdomen (dengan atau tanpa penyakit),
menolak makan, indigesti (non-NANDA Internasional),
b) Objektif: pembuluh kapiler rapuh, diare atau steator, kekurangan makanan,
kehilangan rambut yang berlebihan, bising usus hiperaktif, kurang
informasi,membran mukosa pucat, tonus otot memburuk, menolak untuk
makan dan rongga mulut terluka.
Faktor yang berhubungan :
Ketidakmampuan untuk menelan atau mencerna makanan atau mennyerap
nutrian akibat faktor biologis, psikologis, atau ekonomi termasuk beberapa
contoh: ketergantungan zat kimia, penyakit kronik, kesulitan mengunyah
atau menelan, faktor ekonomi, intoleransi makanan, mual muntah dan
hilang nafsu makan.
4. Nyeri akut (SDKI, 2016, hal. 172)
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Batasan karakteristik :
a) Subjektif: mengeluh nyeri
b) Objektif: tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, TD meningkat, nafsu makan berubah dan berfokus
pada diri sendiri.
Faktor yang berhubungan :
Agents-agents, sindrom koroner akut, infeksi penyebab cidera( misalnya
biologis,kimia,fisik, dan psikologis)

2. HIV/AIDS
1.Pengkajian
a. Identitas klien
HIV/AIDS bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan diseluruh dunia.
Namuan ada beberapa perbedaan penting, hasil dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa dengan jumlah CD4 yang sama, perempuan dengan HIV
positif mempunyai jumlah virus yang lebih rendah daripada laki-laki dengan
HIV positif, jumlah virus bisa menghilang dengan berlalunya waktu. Hasil
penelitian juga menyatakan bahwa perempuan dengan HIV positif bisa
meninggal lebih cepat daripada laki-laki (Gallant, 2010, hal. 140).
b. Riwayat keluarga
c. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering terjadi seperti demam dan penurunan berat
>10% tanpa sebab disertai dengan diare (Nurarif & Kusuma, 2015)
d. Riwayat kesehatan sekarang
Klien merasakan sariawan yang tak kunjung sembuh, diare kronik selama
1 bulan terus-menerus, demam berkepanjangan (Gallant, 2010, hal. 23).
e. Riwayat kesehatan dulu
Pada pasien HIV/AIDS sering dijumpai riwayat yang bergonta-ganti
pasangan maupun menggunakan jarum suntik, transfusi darah yang
mengandung HIV (Gallant, 2010, hal. 24).
f. Riwayat kesehatan sekarang
Umumnya infeksi HIV/AIDS ditularkan kepada bayi ketika dalam
kandungan atau masa menyusui (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 10)
g. Pemeriksaan fisik
h. Keadaan umum
Umumnya pasien dengan infeksi HIV/AIDS akan menunjukkan keadaan
yang kurang baik karena mengalami penurunan BB (>10%) tanpa sebab, diare
kronik tanpa sebab sampai >1 bulan, demam menetap (Nurarif & Kusuma,
2015, p. 10)
i. Tanda-tanda vital
Tekanan darah normal atau sedikit menurun.
Denyut perifer kuat dan cepat (Kunoli, 2012, hal. 194).
j. Body sistem
1) Sistem neurologi
2) Sistem penglihatan
Inspeksi : mata anemia, gangguan refleks pupil, vertigo (Wijayaningsih,
2013, hal. 247).
3) Sistem pendengaran
Inspeksi : kehilangan pendengaran dengan efek nyeri yang berhubungan
dengan mielopati, meningitis, sitomegalovirus dan reaksi-reaksi otot
(Bararah & Jauhar, 2013, p. 303)
4) Sistem pengecapan
Inspeksi : lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna
mucosa mulut (Bararah & Jauhar, 2013, p. 302)
5) Sistem integumen
Inspeksi : munculnya bercak-bercak gatal diseluruh tubuh yang
mengarahkan kepada penularan HIV/AIDS menuju jarum suntik , turgor
kulit jelek (Katiandagho, 2015, hal. 30).
6) Sistem endokrin
Inspeksi : terdapat pembengkakan pada kelenjar getah bening
Palpasi : teraba pembesaran kelenjar getah bening (Gallant, 2010, hal. 21).
7) Sistem pulmoner
Inspeksi : batuk menetap lebih dari 1 bulan, bentuk dada barrel chest
(Muttaqin & Sari, 2011, p. 3)
8) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : sianosis, hipotensi, edema perifer (Wijayaningsih, 2013, hal.
248)
Palpasi : Takikardi (Wijayaningsih, 2013, hal. 248)
9) Sistem gastrointestinal
Inspeksi : diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan, berat badan
menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan (Bararah & Jauhar, 2013, p. 302)
10) Sistem urologi
Pada kondisi berat didapatkan penurunan urine output respons dari
penurunan curah jantung (Mutaqin, 2011, hal. 491).
11) Sistem muskulokeletal
Respon sistemik akan menyebabkan malaise, kelemahan fisik, dan di
dapatkan nyeri otot ekstremitas (Mutaqin, 2011, hal. 492).
12) Sistem imunitas
Inspeksi : pasien dengan HIV/AIDS cenderung mengalami penurunan
imun akibat rusaknya CD4 (Gallant, 2010, hal. 21).
13) Sistem perkemihan
Inspeksi : tidak mengalami perubahan pada produsi urine
Palapasi : nyeri tekan abdominal (Muttaqin & Sari, 2011, p. 491)
14) Sistem reproduksi
Inspeksi : ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam
kandungan atau saat melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI) (Nurarif &
Kusuma, 2015, p. 3)
k. Pemeriksaan penunjang
1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
2) ELISA (positif, hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
3) Western blot (positif)
4) P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
5) Kultur HIV (positif, kalau dua kali uju kadar secara berturut-turut
mendeteksi enzim reverse transcriptase atau antigen P24 dengan kadar
yang meningkat
6) Tes untuk deteksi gangguan sistem imun
7) LED (Normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
8) CD4 limfosit menurun (jika menurun akan mengalami penurunan
kemampuan untuk beraksi terhadap antigen)
9) Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
10) Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya
penyakit)
11) Kadar immunoglobin menurun(Bararah & Jauhar, 2013, p. 303)
l. Penatalaksanaan
1) Pengobatan suportif
2) Meningkatkan keadaan umum pasien
3) Pemberian gizi yang sesuai
4) Pemberian obat antivirus seperti golongan dideosinukleotid, yaitu
azidomitidn(AZT) yang dapat menghambat enzim RT dengan berintegrasi
ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkip DNA HIV
5) Dukungan psikososial (Bararah & Jauhar, 2013, p. 303)
m. Pencegahan
Program pencegahan HIV/AIDS akan lebih efektif bila dilakukan dengan
komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah
ataupun mengurangi perilaku resiko terhadap penularan HIV , upaya
pencegan meliputi :
a) Memberiakan penyuluhan kesehatan disekolah dan di masyarakat untuk
tidak berganti-ganti pasangan
b) Tidak melakukan hubungan seks bebas atau menggunakan kondom saat
berhubungan
c) Menganjurkan pada pengguna jarum suntik untuk menggunakan metode
dekontaminasi dan menghentikan penggunaan jarum bersama
d) Menyediakan fasilitas konseling HIV dimana identitas penderita bisa
dirahasiakan juga menyediakan tempat untuk melakukan pemeriksaan
darah
e) Untuk wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk
dilakukan tes HIV sebagai kegiatan rutin
f) Semua donor darah harus di uji antibodi HIVnya (Desmon, 2015, hal. 21-
23).

2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan
asupan oral
Definisi : Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik
Penyebab :
a) Ketidakmampuan menelan makanan
b) Ketidakmampuan mencerna makanan
c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
d) Peningkatan kebutuhan metabolisme
e) Faktor ekonomi(mis: finansial tidak mencukupi)
f) Faktor psikologis (mis.stres, keenganan untuk makan)
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentan normal
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram/nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
Objektif :
a) Bising usus hiperaktif
b) Otot pengunyah lemah
c) Otot menelan melemah
d) Membran mukosa pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontok berlebih
h) Diare
Kondisi klinis terkait :
a) AIDS
b) Kanker
c) Kerusakan neuromuskular
d) Infeksi
e) Parkinson
f) Penyakit Crohn’s (PPNI, 2016, hal. 56)

2) Intoleransi Aktifitas berdasarkan keadaan mudah letih, kelemahan,


malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Definisi : ketidak cukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab :
a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b) Tirah baring
c) Kelemahan
d) Imobilitas
e) Gaya hidup monoton
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : Mengeluh lelah
Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
a) Dispnea sesaat atau setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah aktivitas
c) Merasa lemah
Objektif :
a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b) Gambarakan EKG menunjukkan aritmia setelaha melakukan aktivitas
c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
d) Sianosis
Kondis klinis terkait :
a) Anemia
b) Gagal jantung kongestif
c) Penyakit jantung koroner
d) Penyakit katup jantung
e) Aritmia
f) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
g) Gangguan metabolik
h) Gangguan muskuloskletal (PPNI, 2016, hal. 128).

3) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berdasarkan pneumonia carinii


(PCVP) peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk
batuk menyertai kelemahan serta keadaan mudah letih
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi
saluran napas untuk mempertahankan agar jalan napas tetap paten
Penyebab :
Fisiologis :
a) Spasme jalan napas
b) Hipersekresi jalan napas
c) Disfungsi neuromuskular
d) Benda asing dalam jalan napas
e) Adanya jalan napas buatan
f) Sekresi yang tertahan
g) Hiperplasia dinding jalan napas
h) Proses infeksi
i) Respon alergi
j) Efek agen farmakologis
Situasional :
a) Merokok aktif
b) Merokok pasif
c) Terpajan polutan
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif
1) Batuk tidak efektif
2) Tidak mampu batuk
3) Sputum berlebih
4) Mengi, wheezing dan ronkhi kering
5) Mekonium di jalan napas (pada neonatus)
Gejala dan tanda minor :
Subjektif :
1) Dispnea
2) Sulit bicara
3) Ortopnea
Objektif :
Gelisah
1) Sianosis
2) Bunyi napas menurun
3) Frekuensi napas berubah
4) Pola napas berubah
Kondisi klinis terkait :
1) Gullian barre syndrome
2) Sklerosis multipel
3) Myasthenia gravis
Prosedur diagnostik
1) Depresi sistem saraf pusat
2) Cedera kepala
3) Stroke
4) Kuadriplegia
5) Sindrom aspirasi mekonium
6) Infeksi saluran napas (PPNI, 2016, hal. 18).
4) Defisiensi pengetahuan berdasarkan cara-cara mencegah penularan HIV
dan perawatan mandiri
Definisi : Tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topik tertentu
Penyebab :
1) Gangguan fungsi kognitif
2) Keterbatasan kognitif
3) Kekeliruan mengikuti anjuran
4) Kurang terpapar informasi
5) Kurang minat dalam belajar
6) Kurang mampu mengingat
7) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif
1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjura
2) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Gejala dan tanda minor :
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif
1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
2) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis: apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)
Kondisi klinis terkait
1) Kondisi klinis yang baru dihadapi klien
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis (PPNI, 2016, hal. 246)

3. TBC
1) Pengkajian
a) Identitas :
Penyakit tuberkulosis (TB) dan dapat menyerang manusia mulai dari usia
amnak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara
laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyka ditemukan pada
pasien yang tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga
masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim. (Somantri,
2012, hal. 68)
b) Status kesehatan saat ini
c) Keluhan Utama
1. Demam : subfebris, febris (40-41 ) hilang timbul.
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk
kering samapai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum).
3. Sesak napas : bila sudah lanjut di mana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
4. Nyeri dada : jarang di temukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam.
6. Sianosis, sesak napas, dan kolaps merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong
ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit tampak
bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
7. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular. (Muttaqin, 2012, hal. 82)
8. Alasan Masuk Rumah Sakit
9. Batuk
10. Sesak napas
11. Nyeri dada (Muttaqin, 2012, hal. 82)
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan batuk timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan, mula-mula nonproduktif kemudian berdahak bahkan
bercampur darah bila sudah terjadi kerusakan jaringan. Batuk akan timbul
apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus, di mana terjadi iritasi
jaringan. Batuk akan timbul apabila proses penyakit telahmelibatkan bronkus,
batuk akan menjadi produktif yang berhuna untuk membuang produk ekskresi
peradangan dengan sputum yang bersifat mukoid atau purulen. (Muttaqin,
2012, hal. 83)
Klien TB paru sering menderita batuk darah. Adanya batuk darah
menimbulkan kecemasan pada diri klien karena batuk darah sering dianggap
sebagai suatu tanda dari beratnya penyakit yang diidapnya. Kondisi seperti ini
seharusnya tidak terjadi jika perawat memberikan pelayanan keperawatan
yang baik pada klien dengan memberi penjelasan tentang kondisi yang sedang
terjadi pada dirinya. Wilson-barnett dalam Nancy Roper (1996) mengatakan
bahwa adanya hubungan terapeutik dengan menjelaskan kepada klien
mengenai apa yang akan terjadi pada dirinya dapat mengurangi kadar tingkat
kecemasannya. (Muttaqin, 2012, hal. 83)
e) Riwayat kesehatan terdahulu
f) Riwayat penyakit sebelumnya
Pada riwayat dahulu biasanya keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah
diderita oleh penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru
antara lain ISPA, efusi pleura, serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
(Joyce M. Black, 2014, hal. 319)
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita TB paru, keluhan bstuk lama pada masa kecil,
tuberkolosis dari organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang
memperbesar TB paru seperti diabetes miletus (Muttaqin, 2012, hal. 86)
Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa
yang lalu yang masih relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif.
Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Adanya alaergi obat juga
harus ditanyakan serta reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien
mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat. Kaji lebih dalam tentang
seberapa jauh penurunan berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir.
Penurunan BB pada klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses
penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering
disebabkan karena meminum OAT. (Muttaqin, 2012, hal. 86)
g) Riwayat penyakit keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perlu menyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor
pedisposisi penularan di fdalam rumah. (Muttaqin, 2012, hal. 86)
h) Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum :
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital : pada klien TB paru biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat
apabila disertai sesak napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan, dan tekanan
darah biasanya sesuai dengan adanya penyakit penyulit seperti
hipertensi. (Muttaqin, 2012, hal. 86)
I) Body System
1. System Pernapasan
Inspeksi : bentuk dada dan gerakan pernapasan. Sekilas pandang
klien dengan TB paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya
penurunan proporsi diameter bentuk dada antero-posterior dibandingkan
proporsi diameter lateral. (Muttaqin, 2012, hal. 87)
Palpasi : palpasi trakhea, adanya pergeseran trakhea menunjukkan-
meskipun tetapi tidak spesifik-penyakit dari lobus atas paru. Pada TB paru
yang disertai adanya efusi pleura masif dan oneumothoraks akan
mendorong posisi trakhea ke arah berlawanan dari sisi sakit. Gerakan
dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB paru tanpa komplikasi
pada saat palpasi, grerakan dada saat bernapas biasanya normal dan
seimbang anara bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan dinding
pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB paru dengan kerusakan
parenkim paru yang luas. Getaran suara (femkitus vokal), getaran yang
terasa ketika perawat meletakkan tangannya di dada klien saat klien
berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring
arah distal sepanjang pohon bronkial untuk membuat dinding dada dalam
gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan. Kapasitas untuk
merasakan bunyi pada dinding dada disebut taktil fremitus. Adanya
penurunan taktil fremitus pada klien TB paru biasanya ditemukan pada
klien yang disertai komplikasi efusi pleura masif, sehingga hantaran suara
menurun karena transmisi getaran suara harus melewati cairan yang
berakumulasi di rongga pleura. (Muttaqin, 2012, hal. 87)
Perkusi : pada klien TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya
akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada
klien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura akan
didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai
banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila disertai
pneumothoraks, maka didapatkan bunyi hiperresonan terutama jika
pneumothoraks ventil yang mendorong posisi paru ke sisi yang sehat.
(Muttaqin, 2012, hal. 88)
Auskultasi : pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas
tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa
untuk mendokumentasikan hasil auskultasi didaerah mana didapatkan
adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika klien
berbicara disebut sebagai resonan vokal. Klien dengan TB paru yang
disertai komplikasi seperti efusi pleura dan pneumthoraks akan didapatkan
penurunan resonan vokal pada sisi yang sakit. (Muttaqin, 2012, hal. 88)
2. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : inspeksi tentang adanya jaringan parut dan keluhan kelemahan
fisik.
Palpasi : denyut nadi perifer melemah.
Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan efusi
pleura masih mendorong ke sisi sehat.
Auskultasi : tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan. (Muttaqin, 2012, hal. 88)
3. Sistem Persyarafan
Kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien
tampak dengan wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan
menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan
adanya konjungtiva anemis pada TB paru dengsn hemoptoe masif dan
kronis, dan sklera ikretik pada TB paru dengan gangguan fungsi
hati. (Muttaqin, 2012, hal. 88)
4. Sistem Perkemihan
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena
hal tersebut merupakan tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar
terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang
menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi karena meminum
OAT terutama Rifampisin. (Muttaqin, 2012, hal. 88)
5. Sistem Pencernaan
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan. (Muttaqin, 2012, hal. 89)
6. Sistem Integumen
Inspeksi : turgor kulit buruk, kering, bersisik, hilang lemak subkutis.
Palpasi : suhu badan klien biasanya meningkat 400-410 (Manurung, 2016 ,
hal. 107)
7. Sistem Muskuloskelet
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien TB paru. Gejala
yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup
mentetap, dan jadwal olahraga menjadi tidak teratur. (Muttaqin, 2012 , hal.
89)
8. Sistem Endokrin
Inspeksi : terdapat pembengkakan pada kelenjar getah bening persisten.
9. Palpasi : pembesaran getah bening teraba. (Joyce M. Black, 2014, hal.
324)
10. Sistem Reproduksi
Tidak terjadi kelainan pada sistem reproduksi kecuali jika adanya
penyakit yang menyertai. (Joyce M. Black, 2014, hal. 321)
11. Sistem Pengindraan
a) Mata
b) Sklera ikterik pada TB paru dengan gangguan fungsi hati. (Muttaqin,
2012 , hal. 88)
c) Telinga
Tidak terdapat kelainan pada telinga kecuali jika adanya komplikasi
penyakit telinga yang menyertai. (Manurung, 2016 , hal. 106)
d) Hidung
Tidak terdapat kelainan pada hidung kecuali jika adanya komplikasi
penyakit hidung yang menyertai. (Manurung, 2016 , hal. 106)
12. Sistem Imun
Sistem imun yang non spesifik dapat menyebabkan bakteri
mycrobacterium tuberkulosis berkembang baik karena sistem imun
merupakan yang paling berperan dalam penyebaran bakteri. (Joyce M.
Black, 2014, hal. 321)
i) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Darah
TB Paru aktif biasanya ditemukan peningkatan leukosit dan laju endap
darah (LED)
3. Sputum BTA
4. Pemeriksaan bakteriologi dilakukan untuk menemukan kuman
tubaerkolosis. Diagnosa pasti ditegakkan bila pada biakan ditemukan
kuman tuberkolosis. Pemeriksaan penting untuk diagnosa definitive
dan menilai kemajuan klien. Dilakukan 3 kali berturut-turut dan biakan
atau kultur BTA selama 4-8 minggu
5. Test tuberculin (Mantoux Test)
Pemeriksaan ini banyak digunakan untuk menegakkan diagnosa
terutama pada anak-anak. Biasanya diberikan suntikan PPD (protein
perified Derivation) secara intracutan 0,1 cc. Lokasi penyuntikan
umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah sebelah kiri bagian depan.
Penilaian test tuberkolosis dilakukan setelah 48-72 jam penyuntikan
dengan mengukur diameter darp pembengkakan (indurasi) yang terjadi
pada lokasi suntikan. Indurasi berupa kemerahan dengan hasil sebagai
berikut :
Indurasi 0,5 mm : negatif
Indurasi 6-9 mm : meragukan
Indurasi > 10 mm : positif. (Manurung, 2016 , hal. 110)
6. Pemeriksaan tambahan
a. Sputum culture : untuk memastikan apakah keberadaan M.
Tuberkolosis pada stadium aktif.
b. Ziehl neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) : positif
untuk BTA.
c. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch) : reaksi positif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen
intradermal) mengidentifikasi penyakit sedang aktif.
d. Chest X-ray : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di
bagian atas paru-paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik
atau cairan pleura. Perubahan yang mengidentifikasi TB yang lebih
berat dapat mencakup area berlubang dan fibrosa.
e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan
CSF, serta biopsi kulit) : positif untuk M. Tuberkolosis.
f. Needle biopsi of lung tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel-
sel besar yang mengindikasi nekrosis.
g. Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya;
misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat ditemukan
pada TB paru-paru kronis lanjut.
h. ABGs : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa
kerusakan paru-paru.
i. Bronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
paru-paru karena TB.
j. Darah : lekositosis, LED meningkat.
k. Test fungsi pau-paru : VC menurun, dead space meningkat, TLC
meningkat, dan menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala
sekunder dari fibrosis/infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit
pleura. (Manurung, 2016 , hal. 108)

2) Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan TBC
sebagai berikut : (PPNI, 2016)
1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Definisi :Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi
saluran napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab
a) Fisiologis
b) Spasme jalan napas
c) Hipersekresi jalan napas
d) Disfungsi neuromuskuler
e) Benda asing dalam jalan napas
f) Adanya jalan naps buatan
g) Sekresi yang tertahan
h) Hiperplasia dinding jalan napas
i) Proses infeksi
j) Respon alergi
k) Efek agen farmakologis (mis. Anastesi)
l) Situasional
m) Merokok aktif
n) Merokok pasif
o) Terpajan polutan
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : (tidak ada)
Objektif : Batuk tidak efektif,Tidak mampu batuk,Sputum
berlebih,Mengi, wheezing dan/ronkhi kering,Mekonuim dijalan napas
(pada neonatus)
Gejala dan tanda minor
Subjektif : Dispnea,Sulit bicara,Ortopnea
Objektif : Gelisah,Sianosis,Bunyi napas menurun,Frekuensi napas
berubah,Pola napas berubah,Kondisi klinis terkait,Gullian barre
syndrome,Sklerosis multipel,Myasthenia gravis,Prosedur diagnostik
(mis. Bronkoskopi, transesophageal echocardiography (TEE),Depresi
sistem saraf pusat,Cedera kepala,Stroke,Kuadriplegia,Sindrom aspirasi
mekonium,Infeksi saluran napas (PPNI, 2016, hal. 18)

2. Gangguan pertukaran gas


Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigen dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membran kapiler alveolus-kapiler.
Penyebab :
a) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
b) Perubahan membran alveolus-kapiler
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : Dipsnea
Objektif :PCO2 meningkat/menurun,PO2 menurun,Takikardi
Gejala dan tanda minor
Subjektif : Pusing,Penglihatan kabur
Objektif : Sianosis,Diaforesis,Gelisah,Napas cuping hidung,Pola
napas abnormal (cepat/lambat. Regular/iregular, dalam/dangkal),Warna
kulit abnormal (mis.pucat, kebiruan),Kesadaran menurun
Kondisi klinis terkait : Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),Gagal
jantung kongestif,Asma,Pneumonia,Prematuritas,Infeksi saluran napas
(PPNI, 2016, hal. 22)
3. Defisit Nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
Penyebab :
a) Ketidakmampuan menelan makanan
b) Ketidakmampuan mencerna makanan
c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
d) Peningkatan kebutuhan metabolisme
e) Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
f) Faktor psikologis (mis, stress, keengganan untuk makan)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor
Subjektif : Cepat kenyang setelah makan,Kram/nyeri abdomen,Nafsu
makan menurun
Objektif : Bising usus hiperaktif,Otot pengunyah lemah,Otot
menelan lemah,Membran mukosa pucat,Sariawan,Serum albumin
turun,Rambut rontok berlebihan,Diare
Kondisi klinis terkait : Stroke,Parkinson,Mobius syndrome,Cerebral
palsy,Cleft lip,Cleft palate,Amvotropic lateral sclerosis (PPNI, 2016, hal. 56)
4. Hipertermi
Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
Penyebab :
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit (mis.infeksi, kanker)
d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : (tidak ada)
Objektif : Suhu tubuh diatas nilai normal
Gejala dan tanda minor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif : Kulit merah,Kejang,Takikardi,Takipnea,Kulit terasa
hangat
Kondisi klinis terkait : Proses
infeksi,Hipertiroid,Stroke,Dehidrasi,Trauma,Prematuritas (PPNI, 2016, hal.
284)

4. DBD
1) Pengkajian
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue
Menurut Nursalam 2005 adalah :
a) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b) Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk
datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan
ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4),
melena, atau hematemesis.
d) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak
bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus
yang lain.
e) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f) Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
g) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h) Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare
atau konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV
bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing
sedikit atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade
IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas
tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang
nyamuk Aedes Aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
i) Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade)
Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah,
kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.
j) Sistem integument
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,
III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami
hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura),
rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
6) Ekstremitas.
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit
infeksi Demam Berdarah Dengue tergantung pada data yang ditemukan.
Menurut Nursalam 2005 diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi
virus.
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah
perifer.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
4. Potensial terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
permeabilitas kapiler, muntah dan demam.
6. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kelemahan tubuh.
7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak.

5. Diare dan Muntah Ber


1) Pengkajian
a) Anamnesa
1. Umur : pada pasien geriatric biasanya akibat tumor , divertikulitis,
laksan berlebih. Pada pasien muda dan anak- anak biasanya infeksi,
intoleransi lactase, sindrom kolon iritatif.
2. Frekuensi diare : biasanya frekuensi diare oleh infeksi bakteri biasanya
dari hari ke hari makin sering, berbeda dengan diare akibat minum
laksan atau akibat salah makan
3. Lamanya diare : diare akut biasanya berlangsung cepat, diare kronik
berlansung lama
4. Nyeri Abdomen : nyeri abdomen disertai diare terjadi pada infeksi
bakterial pada usus, sedangkan nyeri sesudah diare yang tidak pernah
puas pada infeksi maupun sindrom mauoun usus iritabel
Data subyektif :
1. Keluhan utama : BAB cair , lemas, gwelisah, mual muntah, anoreksia,
badan panas.Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
2. Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau
lingkungan.
3. Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
4. Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka
makan makanan pedas.
Data obyektif :
Mata cekung,Ubun – ubun besar dan cekung,Turgor kulit kurang dan
kering,Lidah, bibir dan mukosa kering,Konsistensi feses cair,Peningkatann
suhu tubuh,Penurunan BB,Pasien tampak lemah dan lemas
b) Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan Muka
2. Kepala :inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agakcekung
3. Rambut: terjadi rontok atau merah karena malnutrisi
4. Mata: mata pada umumnya agak cekung
5. Mulut: mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering bibir sianosis.
6. Pipi: pada tulang pipi biasanya menonjol
7. Wajah: tampak lebih pucat
8. Leher : Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
9. Jantung : Menimbulkan aritmia jantung
10. Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya simetris, supel tidak ada lesi Perkusi :
tympani ( kembung)
Palpasi: umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus
dan dapat terjadi kejang perut .
Auskultasi : bising usus >30x / menit
11. Anus : Anus terjadi iritasi, kemerahan padsa daerah sekitarnya
12. Kulit : Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah
1 – 2 detik kesadaran : compasmentis, pasda dehidrasi berat dapat
terjadiapatis, somnolen, kadaang sopokomateus.
13. Keadaan umum : sedamg atau lemah
14. Vital sign : pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik
dengan :
TD menurun ( missal 90/40 mmHg )
Nadi sepat sekali (tachikardi )
Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya
infeksi dalam usus
Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya
kompensasi asam basa.
c) Pemeriksaan Penunjang
d) Data laboratorium
1. Pemeriksaan Tinja
makroskopis : Bentuk cair, kurang lebih jumlahnya 250 gram dalam sehari
mikroskopis: Na normal dalam tinja 56 – 105 mEq/l, chloride normal
dalam tinja 55 – 95 mEq/l, kalium normalnya 25 – 26 mEq/l,HCO3
normalnya 14 – 31 meq/l.
. Pemeriksaan PH
2. PH dan kadar gula dapat diperiksqa dengan kertas lakmus dan tablet
clini test bila didugaterjadi intoleransi gula.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah lebih
tepat lagi dengan dilakukan pemeriksaan analisa gas darah
4. Pemeriksaan kadar urin dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
5. Pemeriksaan Darah
6. Darah lengkap meliputi elektrolit serum, kreatinin, BUN menunjukan
adanya dehidrasi, hemoglobin, hematokrit, dan BUN biasanya
mengalami penurunan pada diare akut
7. Duodenal Intubation
untuk mengetahui kuiman penyebab secar kuantitatif terutama pada
diarekronik.
8. Rekto kolonoskopi
9. kolonoskopi tidak diindikasikan pada diare akuttapiu pada waktu lebih
dari 10 haritidak berhenti / cenderung menjadi kronik maka rekto
sigmoidoskopi sangat perlu . Bila diare berdarah mutlak perlu
dilakukan rektokolomoskopi.
10. Foto sinar X ( Rontgen )
foto sinar X tidak perlu dilakukan pada diare akut. Pada kasus diare
akur peranan
11. Rontgen sudah digantikan oleh endoskopi. Lain halnya pada diare
kronik dimana pemeriksaan sinar X memegang peranan yang sama
dengan endoskopi.

2) Diagnosa Keperawatan
1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan
elektrolit pada tubuh.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbsi.
3. Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering defekasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi
ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS

A. PENGKAJIAN DATA
1.` Core/ inti komunitas
A. Riwayat
- Riwayat wilayah RT 23 Kelurahan Kenali Besar
- Usia penduduk yang paling tua di wilayah tersebut tidak terkaji
B. Demografi
- Jumlah penduduk : tidak terkaji
- Tingkat pendidikan rata-rata penduduk : tidak terkaji
- Pekerjaan tidak terkaji.
- Tingkat penghasilannya tidakterkaji
- Status ekonomi tidakterkaji
C. Statistik Vital
Masalah kesehatan yang terjadi di RT 23 adalah ISPA, HIV, TBC, DBD,
Diare/muntaber, denganprevalensi:
- 78 % menderita ISPA
- 12 % mengalamI HIV/AIDS
- 56 % menderita TBC
- 37 % menderita DBD
- 67 % balita mengalami Diare dan Muntahber
- 54 % masyarakat MCK nya ke sungai

D. Nilai dan Kepercayaan


Tidak Terkaji

2. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman) :


1) Perumahan: Lingkunga nsekita RT 23 tidak sehat, terlihat got tersumbat,
sungai di penuhi sampah, banyak tempat pembuangan sampah yang
sembarangan
2) Pendidikan: tidak terkaji
3) Keamanan dan keselamatan di lingkungan tempat tinggal: kondisi
keamanan dan keselamatan di RW 23 tidakterkaji.
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: tidakterkaji
5) Pelayanan kesehatan yang tersedia di RT 23 kelurahan kenali besar yaitu
puskesmas.
6) System komunikasi: ada berbagai sarana pelayanan kemasyarakatan untuk
mengaktualisasi pengetahuan masyarakat seperti kegiatan PKK
penyuluhan kesehatan, Posyandu, Posbindu, Senam dll.
7) Ekonomi: tingkat ekonomidi masyarakat tidakterkaji
8) Rekreasi: tidak terkaji.

B. ANALISIS DATA
NO Data Masalah Penyebab
1 DS : penyakit yang paling Peningkatan angka kejadian Pola /gaya hidup yang
tinggi kejadian di RT 23 ISPA di RT 23 buruk
adalah ISPA
DO :
1. 78 % warga RT 23
Kelurahan kenali besar
mengidap ISPA
2. Banyak tempat
pembuangan sampah
sembarangan

2. DS : Lingkungan sekita RT 23 Kurang pengetahuan tentang PHBS Rendah


tidak sehat, terlihat got penyakit diare dan muntaber
tersumbat, sungai di penuhi
sampah, banyak tempat
pembuangan sampah yang
sembarangan
DO :
- 67 % balita mengalami
Diare dan Muntahber
- 54 % masyarakat MCK
nya ke sungai

3. DS : Resiko terjadi peningkatan lingkungan yang kurang


Lingkungan sekita RT 23 kasus penyakit (saluran sehat seperti got
tidak sehat, terlihat got cerna, demam berdarah, tersumbat, sungai di
tersumbat, sungai di penuhi ISPA, dll). penuhi sampah, banyak
sampah, banyak tempat tempat pembuangan
pembuangan sampah yang sampah yang
sembarangan sembarangan
DO :
- 78 % menderita ISPA
- 12 % mengalami
HIV/AIDS
- 56 % menderita TBC
- 37 % menderita DBD
- 67 % balita mengalami
Diare dan Muntahber
- 54 % masyarakat MCK nya
ke sungai

4. DS : ketidakmampuan
Kurang pengetahuan tentang
Lingkungan sekita RT 23 masyarakat mengenal
penyakit TBC
tidak sehat, tingginya angka masalah kesehatan yang
kejadian TBC. ada
DO :
- 56 % menderita TBC

5. DS : Tingginya angka kejadian - Prevalensi kejadian


Lingkungan sekitar RT 23 DBD di wilayah RT 23 DBD tinggi
tidak sehat, terlihat got Kenali besar - Ada media
tersumbat, sungai di penuhi perkembangbiakan
sampah, banyak tempat nyamuk
pembuangan sampah yang - Lingkungan kurang
sembarangan. sehat
DO :
- 37 % menderita DBD

6. DS : - Kurangnya pengetahuan Kejadian HIV/AIDS di


DO : masyarakat tentang Bahaya RT 23 Kelurahan kenali
- 12 % mengalami HIV/AIDS besar
HIV/AIDS

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Kurang pengetahuan tentang penyakit diare dan muntaber
2. Peningkatan angka kejadian ISPA di RT 23
3. Resikoterjadipeningkatankasuspenyakit (salurancerna, demamberdarah,
ISPA, dll).
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit TBC
5. Tingginya angka kejadian DBD di wilayah RT 23 Kenalibesar
6. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Bahaya HIV/AIDS
D. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
N Masalah kesehatan A B C D E F G H I J K L Tot prioritas
o. al
1. Peningkatan angka 4 5 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 44 2
kejadian ISPA di RT
23
2. Kurang pengetahuan 4 4 5 3 4 3 3 4 3 4 4 4 45 1
tentang penyakit
diare dan muntaber
3. Resiko terjadi 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 43 3
peningkatan kasus
penyakit (saluran
cerna, demam
berdarah, ISPA, dll)

4. 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 42 4
Kurang pengetahuan
tentang penyakit
TBC

5. Tingginya angka 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 42 5
kejadian DBD di
wilayah RT 23
Kenalibesar
6. Kurangnya 4 2 2 3 4 3 3 4 3 4 4 4 40 6
pengetahuan
masyarakat tentang
Bahaya HIV/AIDS
Keterangan:
Skoring:
5 : Sangat tinggi A : Sesuai dengan G : Sesuai dengan
4 : Tinggi perawat program
3 : Cukup komunitas pemerintah
2 : Rendah B : Jumlah yang beresiko H : Sumber daya tempat
1 : Sangat rendah C : Besarnya resiko I : Sumber daya waktu
D : Kemungkinan untuk J : Sumber daya dana
pendidikan kesehatan K : Sumber daya fasilitas
E: Minat masyarakat L : Sumber daya orang
F:Kemungkinan untuk
diatasi
E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Strategi Evaluasi
N Dx. Kep Tujuan Tujuan Rencana
Interve Sumber Tempat PJ
o. Kom Umum Khusus Kegiatan Kriteria Standar
nsi
1. Kurang Setelah Setelah K.I.E Respon a. Pengertian Mahasi Balai Bapak RT
pengetahuan dilakukan dilakukan 1. Diskusikan pengertian verbal diare. swa RT 23 23 dan
tentang tindakan tindakan diare pada balita b. Menyebut dan mahasisw
penyakit keperawatan 1 keperawatan 2. Diskusikan penyebab kan masyar a
diare dan kali pertemuan diharapkan : diare & muntaber minimal 1 akat
muntaber diharapkan 1. Masyarakat 3. Diskusikan tanda dan dari 3
keluarga dapat dapat gejala diare& penyebab
mengetahui dan mengenal muntaber pada balita diare &
mengerti diare& 4. Jelaskan akibat yang muntaber:
tentang muntaber bisa terjadi c. Menyebutk
perawatan diare 2. Masyarakat bilakeluarga tidak an minimal
dan muntaber. mampu mengambil keputusan 2 dari 7
mengambil untuk mengatasi tanda/
keputusan diare& muntab gejala
untuk 5. Beri kesempatan diare&
merawat bertanya muntaber
anggota 6. Gali pendapat d. Menyebutk
keluarga Masyarakat tentang an 1 dari 3
yang diare & muntaber akibat bila
menderita 7. Bimbing dan bantu keluarga
diare & untuk mengambil tidak
muntaber keputusan yang tepat melakukan
8. Berikan informasi perawatan
mengenai MCK yang diare&
benar muntab
e. Keluarga
dapat
mengambil
keputusan
yang tepat
untuk
segera
merawat
anggota
keluarga
yang
menderita
diare&
muntaber
2. Peningkatan Setelah Setelah K.I.E 1.Berikan penyuluhan verbal a. Pengertian Mahasi Balai Bapak RT
angka dilakukan dilakukan tentang Penyakit ISPA Infeksi swa RT 23 23 dan
kejadian tindakan tindakan pada masyarakat di RT 23 saluran dan mahasisw
ISPA di RT keperawatan keperawatan pernapasan masyar a
23 selama 1 kali komunitas atas akat
pertemuan dalam 1 kali b.Tanda dan
diharapkan pertemuan gejala Ispa
masyarakat RT diharapkan: c. Tindakan
23 mampu : - Prevalensi yang dapat
ISPA dilakukan
- Mengenali
menurun bila anggota
tanda dan
keluarga
gejala ISPA
sakit
- Menggunakan
pelayanan
kesehatan
yang ada di
lingkungan
- Memodifikasi
lingkungan
yang sehat
- Dapat
merawat
anggota
keluarga

3. Resiko Setelah Setelah Pemb - Gotong royong - Media - Media Mahasi Balai Bapak RT
terjadi dilakukan dilakukan erday perke perkembang swa RT 23 23 dan
peningkatan tindakan tindakan aan mbang Menurun dan dan mahasisw
kasus keperawatan keperawatan masy biakan lingkungan masyar a
penyakit komunitas komunitas arakat penyak menjadi akat
(saluran dalam 2 bulan, dalam 2 bulan it di bersih dan
cerna, angka penyakit - Tidak ada RT 23 sehat
demam di RT 23 media kelura
berdarah, kenalibesar perkembanga hanken
ISPA, dll). menurun n penyakit alibesa
- Prevalensi r0%
penyakit
menurun
- MCK
wargabaik
- Lingkungan
bersih tanpa
sampah
4. Kurang Setelah Setalah 1. Identifikasi verbal a. Pengertian Mahasi Balai Bapak RT
pengetahuan dilakukan dilakukan pengetahuan TBC swa RT 23 23 dan
tentang tindakan tindakan masyarakat tentang b.Tanda dan dan mahasisw
penyakit keperawatan keperawatan TBC gejala TBC masyar a
TBC selama 2 masyarakat 2. Lakukan penyuluhan c. Tindakan akat
minggu dapat: kesehatan tentang yang dapat
diharapkan 1. Pengetahuan penyakit TBC dilakukan
pengetahuan masyarakat (pengertian, penyebab, bila anggota
masyarkat tentang TBC cara pencegahan dan keluarga
meningkat (80%) penularan) sakit
tentang TB Paru 2. Masyarakat 3. Anjurkan untuk
serta peranan mengetahui meningkatkan fasilitas
fasilitas tentang TBC pelayanan kesehatan
pelayanan penyebab,
kesehatan cara
meningkat pencegahan
dan
penularan
3. Adanya
penyuluhan
dari tenaga
kesehatan
tentangTBC
5. Tingginya Setelah Setelah Promos Pendidikan kesehatan Verbal - 70 % - Mahasi - Wilaya - Bapak
angka dilakukan dilakukan ikeseha tentang Masyarakat swa h RT RT 23
kejadian tindakan tindakan tan. - Pengertian DBD RT 23 dan 23 danMah
DBD di keperawatan keperawatan - Penyebab DBD kelurahan masyar kelura asiswa
wilayah RT komunitas komunitas - Cara penularan DBD kenali besar akat hanken
23 Kenali dalam 2 bulan, dalam 2 bulan - Tanda dan gejala DBD mengerti alibesa
besar angka DBD di - Tidak ada - Pencegahan DBD tentang r
RT 23 media - Pengertian
kenalibesar perkembangb DBD
menurun iakan - Penyebab
nyamuk DBD
- Cara
- Prevalensi penularan
DBD DBD - Aula
menurun - Tanda dan RT 23
gejala DBD kelura
- Pencegahan han
DBD kenali
besar
6. Kurangnya Setelah dilaku Setelah dilaku Penyeb Kunjungan ke Masyarakat Respo - Menjelaska Mahasi Balai Bapak RT
pengetahuan kan tindakan ke kan tindakan aran 1. Memberi informasi n n kembali swa RT 23 23 dan
masyarakat perawatan pada ke perawatan Informa tentang bahaya verbal tentang dan mahasisw
tentang masyara kat pada masyara si HIV/AIDS bahaya masyar a
Bahaya diharap kan kat diharap 2. Supervise didaerah AIDS akat
HIV/AIDS masyarakat kan rawan HIV/AIDS - Mengidenti
mampu masyarakat 3. Penyuluhan tentang fik asi
mengerti mampu pencegahan HIV/AIDS kelompok-
tentang mengerti 4. Memotivasi kader kelompok y
pentingnya - menangulangi untuk aktif mengikuti ang
menangulangi HIV/AIDS kegiatan penyuluhan beresiko
HIV/AIDS serta - cara 5. Membantu Kader - Masyarakat
cara pencegahanny dalam persiapan media dapat
pencegahannya a informasi tentang menjelaska
- menerapkanhi bahaya HIV/AIDS n kembali
dupsehat tentang
pencegahan
Mengidenti
fik asi
kelompok-
kelompok y
ang beresik
- Masyarakat
yang ditunjuk
oleh kader
dapat
melakukan
penyuluhan
keberbagai
profesi
terutama
kelompok
umur dan
profesi yang
beresiko

F. RENCANA KERJA (POA) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

No Masalah Tujuan Rencana Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ


1. Kurang a. Masyarakat Mengenali Pendidikan kesehatan Masyarakat RT 23 14 Balai Kas RT Bapak
pengetahuan tanda dan gejala tentang terutama yang Oktober RT 23 dan dana RT 23
tentang penyakit muntaber dan - Pengertian Muntaber mempunyai anak 2019 mahasiswa dan
diare dan muntaber mmengambil keputusan - Penyebab muntaber dan balita mahasisw
bila terjadi muntaber - Tanda dan gejala ISPA a
pada anak dan balita - Akibat muntaber
a. Memodifikasi - Pencegahan muntaber
lingkungan yang sehat - Penangan Muntaber
Dapat merawat anggota
keluarga
2. Peningkatan angka a. Masyarakat Mengenali Pendidikan kesehatan Masyarakat RT 23 17Okto Balai Kas RT Bapak
kejadian ISPA di tanda dan gejala ISPA tentang terutama yang ber RT 23 dan dana RT 23
RT 23 dan menggunakan - Pengertian ISPA menderita ISPA 2019 mahasiswa dan
pelayanan kesehatan - Penyebab ISPA mahasisw
yang ada di lingkungan - Cara penularan ISPA a
b. Memodifikasi - Tanda dan gejala ISPA
lingkungan yangsehat - Pencegahan ISPA
c. Dapat merawat anggota
keluarga
3. Resiko terjadi Lingkungan menjadi sehat - Gotong royong Seluruh 20 Lingkun Kas RT Bapak
peningkatan kasus dan tidak ada sumber Masyarakat RT 23 Oktober gan RT dan dana RT 23
penyakit (saluran penyakit 2019 23 mahasiswa dan
cerna, demam mahasisw
berdarah, ISPA, a
dll).
4. Kurang a. Masyarakat Mengenali Pendidikan kesehatan 24
pengetahuan tanda dan gejala tentang Oktober
tentang penyakit TBCdan menggunakan - Pengertian TBC 2019
TBC pelayanan kesehatan - Penyebab TBC
yang ada di lingkungan - Cara penularan TBC
b. Memodifikasi - Tanda dan gejala TBC
lingkungan yangsehat - Pencegahan TBC
c. Dapat merawat anggota
keluarga
5. Tingginya angka - Prevalensi DBD Pendidikan kesehatan - Bapak-bapak di 27 Balai RT Kas RT Bapak
kejadian DBD di menurun tentang RT 23 Oktober 23 dan dana RT 23
wilayah RT 23 - Pengertian DBD kelurahankenali 2019 mahasiswa dan
Kenalibesar - Penyebab DBD besar mahasisw
- Cara penularan DBD - Ibu-ibu di RT a
- Tanda dan gejala DBD 23
- Pencegahan DBD kelurahankenali
besar
6. Kurangnya a. Masyarakat Mengenali 1. Memberi informasi Masyarakat RT 23 31 Balai RT Kas RT Bapak
pengetahuan tanda dan gejala tentang bahaya Kenali besar Oktober 23 dan dana RT 23
masyarakat HIV/AIDSdan HIV/AIDS 2019 mahasiswa dan
tentang Bahaya menggunakan pelayanan 2. Supervise didaerah mahasisw
HIV/AIDS kesehatan yang ada di rawan HIV/AIDS a
lingkungan 3. Penyuluhan tentang
pencegahan
HIV/AIDS
4. Memotivasi kader
untuk aktif mengikuti
kegiatan penyuluhan
5. Membantu Kader
dalam persiapan media
informasi tentang
bahaya HIV/AIDS
G. DOKUMENTASI IMPLENTASI DAN EVALUASI

NO HARI, IMPLEMENTASI EVALUASI


TANGGAL
1. Senin, 14 Penyuluhan pada S : Masyarakat mengatakan sudah paham
Oktober masyarakat tentang Muntah tentang pengertian, penyebab, penularan,
2019 dan Berakdi RT 23 tanda dan gejala, serta pencegahan
Jam: 16.00 Muntaber.
WIB O :Masyarakat terlihat antusias mengikuti
penyuluhan tentang muntaber,Masyarakat
dapat mengetahui tentang pengertian,
penyebab, penularan, tanda dan gejala, serta
pencegahan muntaber
A : Kurangnya pengetahuan tentang muntaber
teratasi sebagian
P :Lakukan pemantauan kebersihan lingkungan
2. Kamis, Penyuluhan pada S : Masyarakat mengatakan sudah paham
17Oktober masyarakat tentang ISPA di tentang pengertian, penyebab, penularan,
2019 RT 23 tanda dan gejala, serta pencegahan ISPA.
Jam: 16.00 O :Masyarakat terlihat antusias mengikuti
WIB penyuluhan tentang ISPA,Masyarakat dapat
mengetahui tentang pengertian, penyebab,
penularan, tanda dan gejala, serta
pencegahan ISPA
A : Kurangnya pengetahuan tentang ISPA teratasi
sebagian
P :Lakukan pemantauan kebersihan lingkungan
3. Minggu, 20 Pemberdayaanmasyarakat S :
Oktober dan Gotong Royong - Masyarakat mengatakan bahwa hari
2019. mingguakanmelakukan kerja bakti,
Jam: 07.00 - Masyarakat mengatakan sudah membuat
WIB jadwal kerja bakti 2 minggu sekali, setiap
hari minggu pagi.
- Masyarakat mengatakan sedang
merencanakan pengasapan pada RT 23
kelurahankenalibesar

O:
- Tidak ditemukan genangan air di sekitar
pemukiman penduduk.
- Lingkungan rumah penduduk terlihat lebih
bersih.

A : Tingginya angka kejadianpenyakit yang


adateratasi sebagian
P : Pemantauan kebersihan lingkungan RT 23
kelurahankenalibesar
4. Kamis, Kurang pengetahuan S : Masyarakat mengatakan sudah paham
24Oktober tentang penyakit TBC tentang pengertian, penyebab, penularan,
2019 tanda dan gejala, serta pencegahan TBC.
Jam: 16.00 O :Masyarakat terlihat antusias mengikuti
WIB penyuluhan tentang TBC,Masyarakat dapat
mengetahui tentang pengertian, penyebab,
penularan, tanda dan gejala, serta
pencegahan TBC
A : Kurangnya pengetahuan tentang TBC teratasi
sebagian
P :Lakukan pemantauan kebersihan lingkungan di
RT 23 Kelurahan kenali besar
5. Minggu, 27 Penyuluhan kesehatan S : Masyarakat mengatakan sudah paham
Oktober DBD tentang pengertian, penyebab, penularan,
2019 tanda dan gejala, serta pencegahan DBD.
Jam: 08.00 O :Masyarakat terlihat antusias mengikuti
WIB penyuluhan tentang DBD,Masyarakat dapat
mengetahui tentang pengertian, penyebab,
penularan, tanda dan gejala, serta
pencegahan DBD
A : Kurangnya pengetahuan tentang DBD teratasi
sebagian
P :Lakukan pemantauan kebersihan lingkungan di
RT 23 Kelurahan kenali besar
6. 31 Oktober a. Mengadakan S : Masyarakat mengatakan sudah paham
2019 Penyuluhan tentang tentang pengertian, penyebab, penularan,
Jam: 16.00 pencegahan tanda dan gejala, serta
WIB HIV/AIDS pencegahanHIV/AIDS.
b. Memotivasi kader O :Masyarakat terlihat antusias mengikuti
untuk aktif mengikuti penyuluhan tentang HIV/AIDS,
kegiatan penyuluhan A : Kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS
c. Membantu Kader teratasi sebagian
dalam persiapan media P :Lakukan pemantauan pada lingkungan RT 23
informasi tentang
bahaya HIV/AIDS

Anda mungkin juga menyukai