OLEH:
penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Di saat seperti sekarang ini, bisnis pijat refleksi merupakan suatu peluang
bisnis yang sangat baik. Hal ini dapat dikatakan seperti ini, karena bisnis pijat
reflesi ini telah menjadi salah satu kebutuhan bagi gaya hidup sehat masyarakat
kosmopolitan. Baik pria maupun wanita ingin mempertahankan kesehatan dirinya,
maka dapat memilih pijat refleksi sebagai alternatif kesehatan. Pijat refleksi telah
menjadi salah satu solusi yang dikenal sebagai metode sehat untuk menunjang
aktivitas masyarakat yang semakin padat. Karena pijat refleksi dapat memberikan
berbagai manfaat kesehatan yang sangat dibutuhkan seperti dapat mencegah
berbagai macam penyakit, penuaan dini, sulit tidur, peredaran darah yang tidak
lancar, dan relaksasi bagi konsumen.
Pijat refleksi memang bukan untuk pengobatan, tetapi untuk menunjang gaya
hidup sehat bagi masyarakat dengan biaya yang murah dan terjangkau. Kesehatan
merupakan salah satu harta yang paling berharga di dunia ini. Artinya, gaya hidup
sehat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan agar dapat terus
menikmati kesehatan yang prima di era global ini. Disamping itu, pijat refleksi
bukan hanya sekedar tempat untuk menjaga kesehatan saja tetapi sekaligus tempat
untuk memberikan relaksasi bagi konsumen. Bahkan untuk beberapa kalangan,
pijat refleksi sudah menjadi gaya hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi
Pijat adalah bagian dari hampir setiap peradaban. Definisi dan makna
pijat dipengaruhi dan ditafsirkan oleh budaya dan filosofi penyembuhan
disiplin perawatan kesehatan yang dominan (Lindquist, dkk. 2018).
Istilah pijat berasal dari kata Yunani massein, yang berarti “untuk uleni
”. Massa dalam bahasa Arab atau mas'h, "untuk menekan dengan lembut,"
juga berarti "Pijat". Definisi pijat bervariasi menurut disiplin ilmu.
Perawatan adalah salah satu disiplin ilmu pertama yang menggunakan
pijat. Dokter, fisik terapis, terapis pijat, dan bahkan ahli tata rias
menggunakan pijat (Lindquist, dkk. 2018).
Asosiasi Terapi Pijat Amerika (APTA) didefinisikan pijat sebagai
"manipulasi jaringan lunak manual, dan termasuk memegang,
menyebabkan gerakan, dan/ atau memberikan tekanan pada tubuh"
(Fletcher, 2009.). Sederhananya, “Pijatan adalah manipulasi terapeutik dari
jaringan lunak tubuh dengan tujuan untuk mencapai normalisasi jaringan-
jaringan itu ” (Lindquist, dkk. 2018).
b. Dasar Ilmiah
Meskipun pijatan adalah seni dan sains, dan beberapa ahli berpendapat,
bahwa, “Pijat adalah ilmu, bukan amode masa ”, dan mendefinisikan
pijatan juga sebagai "manipulasi ilmiah jaringan tubuh sebagai tindakan
terapeutik" (Lindquist, dkk. 2018).
Florence Nightingale mendasarkan penggunaan intervensi
nonfarmakologis tersebut sebagai pijatan pada Teori Adaptasi
Lingkungan. Nightingale percaya akan hal itu, maka perawat harus
mempromosikan lingkungan terbaik yang memungkinkan hukum alam
untuk meningkatkan proses penyembuhan.
Saat ini, mungkin karena kurangnya penelitiannya oleh penelitian yang
teliti, metode pijat sering dianggap sebagai hanya sekedar seni dan tidak
melebihi sains. Perawat Peneliti Dr. Tiffany Field mendirikan pusat
pertama di dunia yang dikhususkan untuk ilmu sentuhan dan pijat. Touch
Research Institute didirikan pada tahun 1992 di Fakultas Kedokteran
Universitas Miami (Touch Research Institute, n.d.). Field adalah salah satu
yang pertama mempelajari efek pijat pada pertambahan berat badan pada
bayi prematur dan membangun kapasitas untuk menyusui ilmu pijat
(Lindquist, dkk. 2018).
c. Manfaat
Pijat digunakan oleh perawat untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan. Ini digunakan untuk meningkatkan sirkulasi, meredakan
rasa sakit, menginduksi tidur, mengurangi kecemasan atau depresi, dan
meningkatkan kualitas hidup (Rose, 2010). Pijat menghasilkan efek terapi
pada banyak system tubuh diantaranya: integumen, muskuloskeletal,
kardiovaskular, getah bening, dan saraf.
Studi menunjukkan bahwa pijatan menghasilkan indikator fisiologis
dan psikologis untuk respons relaksasi (Harris & Richards, 2010).
Menggunakan pijat kaki dengan pasien jantung, Hattan, King, dan
Griffiths (2002) menemukan bahwa subjek menerima terapi ini dilaporkan
merasa jauh lebih tenang.
Pijat adalah terapi holistik yang meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan, termasuk emosional kesejahteraan; mengurangi rasa sakit dan
kecemasan selama persalinan dan meningkatkan kualitas hidup (Lindquist,
dkk. 2018).
d. Intervensi
Ada sejumlah jenis pijat: Swedia (pijat menggunakan panjang, stroke
yang mengalir), Esalen (pijatan meditatif dengan sentuhan ringan),
jaringan dalam atau neuromuskuler (pengocok tubuh yang intens), pijatan
olahraga (giat pijat untuk melonggarkan dan meredakan nyeri otot),
shiatsu (titik tekanan Jepang teknik untuk menghilangkan stres), dan pijat
refleksi (pijatan kaki yang dalam yang berhubungan ke bagian tubuh)
(Lindquist, dkk. 2018).
Lingkungan, di mana pijat diberikan adalah penting. Itu ruangan harus
cukup hangat agar orang merasa nyaman karena menggigil bisa
meniadakan efek pijatan. Selain itu, privasi perlu diperhatikan.
Menambahkan musik dan aromaterapi telah membuktikan dapat
meningkatkan efektivitas pijatan. Sebelum memberikan pijatan, perawat
harus menjelaskan intervensi, memperoleh riwayat, dan mendapatkan izin
dari pasien (Lindquist, dkk. 2018).
Meskipun pijatan diresepkan oleh dokter di awal sejarah keperawatan,
perawat merespons dengan menunjukkan kepemimpinan untuk
mengkhususkan diri dalam pijatan. Teknik pijatan ini sering digunakan
pada penyakit stroke seperti; effleurage, gesekan, tekanan, petrissage,
getaran, dan perkusi (Lindquist, dkk. 2018).
1) Teknik
Teknik untuk Pijat Punggung dengan Stroke Lambat
- Lingkungan
- Ruangan harus berada pada suhu yang nyaman
- Lampu harus redup
- Kebisingan harus dihilangkan
- Perawat harus berbicara minimal (Lindquist, dkk. 2018).
Pasien
- Tanyakan pada pasien apakahia akan menggunakan kamar
mandi dahulu dan jelaskan mengenai pijatan yang akan
dilakukan pada pasien.
- Pasien harus dibantu ke posisi yang nyaman
- Pakaian harus dilepas sehingga bagian belakangnya terbuka
- Kesederhanaan harus dihormati (Lindquist, dkk. 2018).
Pijat Punggung yang Lambat-Stroke
- Telapak tangan dan jari digunakan (effleurage)
- Perawat menghangatkan tangannya
- Perawat menggunakan lotion non alergi untuk tangannya
- Telapak tangan diletakkan di area sakral di setiap sisi tulang
belakang (Lindquist, dkk. 2018).
Tekan dengan lembut
- Pijat searah jarum jam, lambat, berirama, digunakan untuk
bergerak ke atas di setiap sisi dari tulang belakang menuju
pangkal leher
- Kemudian sapuan melingkar yang panjang, lambat, berirama,
digunakan untuk bergerak ke bawah setiap sisi tulang belakang
menuju area sacral
- Pijatan ini bisa dilakukan selam 12-15 pijatan per menit untuk
melakukan ritmis gerakan
- Pijatan harus dilanjutkan sampai selesai tanpa melepaskan
tangan dari belakang (Lindquist, dkk. 2018).
Penyelesaian
- Lepaskan tangan dari tulang belakang
- Ganti pakaian ke belakang
- Ganti bedcover
- Instruksikan pasien untuk bangkit perlahan
- Instruksikan pasien untuk tetap terhidrasi
- Diam-diam tinggalkan ruangan (Lindquist, dkk. 2018).
2) Pengukuran hasil
Baik hasil fisiologis dan psikologis telah digunakan untuk
mengukur efektivitas pijat. Indeks relaksasi-detak jantung, tekanan
darah, frekuensi pernapasan, suhu kulit, tingkat kortisol, dan
ketegangan otot-telah diukur dalam banyak penelitian. Persediaan dan
skala kecemasan untuk menentukan tingkat nyeri dan kualitas tidur,
serta indeks kualitas hidup, telah digunakan untuk menentukan khasiat
pijatan. Protokol untuk durasi pijatan dibutuhkan. Khas pijatan
diberikan dengan interval 30 atau 60 menit karena ini adalah durasi
waktu digunakan oleh terapis pijat (Lindquist, dkk. 2018).
Hasil uji coba terkontrol secara acak (n = 125) menggunakan dosis
pijat 60 menit sekali seminggu dalam protokol 8 minggu untuk
osteoartritis lutut (Perlman et al., 2012). Ini adalah standar optimal
untuk masa depan studi penemuan dosis. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk membantu implementasi dan standarisasi protokol
pijat untuk kondisi lain dan sangat penting untuk memikirkan durasi
pijat ini sendiri.
3) Kontra indikasi
Batavia pada tahun 2004 menyebutkan bahwa pijatan ini memiliki
kontra indikasi, yaitu:
- Arteritis,
- Varises esofagus,
- Hipotensi yang tidak stabil,
- Gagal napas lanjut,
- Infark postmyocardial,
- Aneurisma,
- Emboli,
- Aritmia,
- Terapi antikoagulan,
- Gagal jantung,
- Flebitis,
- Varicose vena,
- Trombosis vena dalam,
- Aterosklerosis,
- Tumor, dan
- Kanker (Lindquist, dkk. 2018).
ABSTRAK.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak dapat dianggap penyakit yang
ringan. Tidak hanya menurunkan kualitas hidup, namun dapat mengancam
jiwa penderita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
terapi pijat refleksi kaki dengan metode manual terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi. Desain penelitian ini menggunakan Quasi experimental
design dengan pendekatan pretest-posttest control group design. Populasi
seluruh penderita hipertensi pada bulan Maret 2018 di Karangrejo Timur
Wonokromo Surabaya berjumlah 38 orang, sampel sebagian penderita
berjumlah 35 diambil dengan metode simple random sampling. Variabel
independen terapi pijat refleksi kaki dengan metode manual, variabel
dependen adalah tekanan darah penderita hipertensi. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi. Uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon
dengan nilai kemaknaan α = 0,05.Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah
sebelum intervensi setengah (50%) responden mengalami Hipertensi derajat 1,
setelah intervensi sebagian besar (72,2%) tekanan darah normal, dan hasil uji
wilcoxon didapatkan nilai ρ = 0,001. Simpulan dari penelitian adalah terapi
pijat refleksi kaki dengan metode manual berpengaruh menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Diharapkan perawat dapat memberikan
penyuluhan tentang cara pencegahan dan pengobatan terhadap hipertensi baik
menggunakan terapi pijat refleksi dengan metode manual maupun dengan
metode yang lain.
ABSTRACT.
Hypertension or high blood pressure cannot be considered a mild
disease. Not only decreasing the quality of life, but also it can threaten
patient’s self. The objective of this study was to find out the effect of the foot
reflexology massage therapy with manual method on the blood pressure in
patients with hypertension.The design of the study used the Quasy
experimental design with the approach pretest-posttest control group design.
The population of all patients with hypertension at Karangrejo Timur
Wonokromo Surabaya is 38 people, and the sample was 35 people taken by
simple random sampling method. The independent variable’s is foot
reflexology massage therapy with manual method, whereas the dependent
variable is the blood pressure of hypertension patients. The instrument used
was a observation sheet. Statistical test using Wilcoxon test with a
significance of α = 0,05. The result of Wilcoxon test showed that value of ρ =
0,001 and the value of α = 0,05 meaning that ρ < α then H 0 are rejected. It
means that foot reflexology massage therapy with manual method had an
effect on the blood pressure of patients with hypertension. The conclusions of
the study is foot reflexology therapy with manual method can lower blood
pressure in hypertension patients. Expected nurses can
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
adalah Quasi experimental design
dengan rancangan pretest-posttest
control group design. Pada
rancangan ini kelompok intervensi
diberikan terapi pijat refleksi kaki
mewakili dalam sampel penelitian langkah berikutnya adalah:
yang memenuhi syarat sebagai a. Melakukan pengukuran
sampel (Notoatmodjo,2011) yaitu: tekanan darah sebelum
a. Penderita hipertensi dengan dilakukan intervensi terapi pijat
usia 36-59 tahun TD 130/85 refleksi kaki dengan
mmHg menggunakan
b. Penderita hipertensi yang sphygmomanometer Air Raksa.
bersedia menjadi responden b. Responden diberikan pijat
Besar sampel dihitung refleksi kaki dengan metode
menggunakan rumus Notoatmodjo manual selama
(2010) dan didapat hasil 35 orang, 30 menit setiap perlakuan yang
diambil dengan tehnik sampling dilakukan selama 3 kali dalam
probability sampling dengan 1 minggu dengan selang 2 hari
teknik simple random sampling (senin, rabu dan jumat)
yaitu dengan cara di acak. c. Setelah dilakukan pijat refleksi
Dalam melaksanakan kaki selama 1 minggu 3 kali,
penelitian ini, peneliti responden dilakukan
mendapatkan persetujuan dari
pengukuran tekanan darah
ketua RW di Wilayah Karangrejo
kembali dengan selang waktu
Timur Wonokromo Surabaya
sebagai tempat penelitian, maka 10 menit
langkah berikut adalah: tahap Setelah data berhasil
persiapan, tahap seleksi dan tahap dikumpulkan, selanjutnya yang
pelaksanaan . Pada tahap perlu dilakukan ialah mengolah data
pelaksanaan setelah responden dan dianalisis menggunakan uji
menandatangani lembar statistik Wilcoxon sign Rank test
persetujuan menjadi responden dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan Jenis Kelamin
1. Hasil penelitian Tabel 2 karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan Usia. Usia Jumlah % Jumlah %
(Tahun) Responden Responden
Tabel 1 karakteristik responden Perlakuan Kontrol
berdasar usia. Laki-laki 6 33.3 4 23.5
Usia Jumlah % Jumlah % Perempu 12 66.7 13 76.5
(Tahun) Responden Responden an
Perlakuan Kontrol Total 18 100.0 17 100.0
36-59 18 100.0 17 100.0
Total 18 100.0 17 100.0 Sumber : Data primer, Maret 2018
Sumber : Data primer, Maret 2018
DAFTAR PUSTAKA
Agus Arianto. (2018). Pengaruh
Terapi Pijat Refleksi Kaki
Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Vol 3.
No 2.
Notoatmodjo, S. (2011).
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
kesehatan kementrian
kesehatan RI tahun 2013.
Diperoleh tanggal 3
September 2017dari
http://www.riskesdas.litbang
.depkes
.
go.id/download/Laporan_riske
sdas
_2011.pdf.
Soeryoko, hery. (2010). 20
Tanaman Obat Terpopuler
Penurun Hipertensi.
Yogyakarta: Andi.