Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN FIELD TRIP

OLEH:

ANGGI PUTRI OKTAVIA


18301003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah Swt. sehingga makalah


ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah keperawatan
komplementer. Dalam penyusunan makalah ini penulis ucapkan terima kasih
kepada ibu dosen dan teman-teman Program Studi S-1 Keperawatan Stikes
Payung Negeri Pekanbaru. Makalah ini belum sempurna. Penulis harapkan kritik
dan saran dari pembaca.

Pekanbaru, 17 juni 2020

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 latar belakang.......................................................................................................

BAB II TINJUAN TEORITAS DAN JURNAL PENDUKUNG TERKAIT

2.1 Tinjauan teoritas ..................................................................................................

2.2 Jurnal pendukung refleksi ...................................................................................

BAB III GAMBARAN KASUS LAPANGAN

BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penelitian Kesehatan merupakan suatu hal yang paling menjadi perhatian


masyarakat dewasa ini. Salah satu hal yang mempengaruhi kesehatan seseorang
adalah gaya hidupnya. Gaya hidup sehat pun menjadi pilihan utama. Salah satu
usaha yang dilakukan untuk menjaga kesehatan adalah dengan melakukan pijat
refleksi. Pada dasarnya tubuh manusia bisa mengobati dirinya sendiri, karena di
dalam tubuh manusia terdapat sistem kekebalan tubuh antara lain: (teroid,
parateroid) getah bening yang merupakan kelenjar penghasil hormon pembunuh
kuman yang bisa membentengi manusia dari virus-virus. Tetapi jaman modern
sekarang ini pola hidup manusia yang kurang sehat seperti : stress, kurang
olahraga, terlalu banyak berada di tempat ber AC, kurang istirahat, makan
makanan berbahan pengawet, pewarna, perasa, berlemak serta didukung oleh
lingkungan yang kurang sehat. Sehingga fungsi reflexology sangat berarti untuk
kesehatan.

Di saat seperti sekarang ini, bisnis pijat refleksi merupakan suatu peluang
bisnis yang sangat baik. Hal ini dapat dikatakan seperti ini, karena bisnis pijat
reflesi ini telah menjadi salah satu kebutuhan bagi gaya hidup sehat masyarakat
kosmopolitan. Baik pria maupun wanita ingin mempertahankan kesehatan dirinya,
maka dapat memilih pijat refleksi sebagai alternatif kesehatan. Pijat refleksi telah
menjadi salah satu solusi yang dikenal sebagai metode sehat untuk menunjang
aktivitas masyarakat yang semakin padat. Karena pijat refleksi dapat memberikan
berbagai manfaat kesehatan yang sangat dibutuhkan seperti dapat mencegah
berbagai macam penyakit, penuaan dini, sulit tidur, peredaran darah yang tidak
lancar, dan relaksasi bagi konsumen.

Pijat refleksi memang bukan untuk pengobatan, tetapi untuk menunjang gaya
hidup sehat bagi masyarakat dengan biaya yang murah dan terjangkau. Kesehatan
merupakan salah satu harta yang paling berharga di dunia ini. Artinya, gaya hidup
sehat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan agar dapat terus
menikmati kesehatan yang prima di era global ini. Disamping itu, pijat refleksi
bukan hanya sekedar tempat untuk menjaga kesehatan saja tetapi sekaligus tempat
untuk memberikan relaksasi bagi konsumen. Bahkan untuk beberapa kalangan,
pijat refleksi sudah menjadi gaya hidup.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teoritis


Massage (Pijat)

a. Definisi
Pijat adalah bagian dari hampir setiap peradaban. Definisi dan makna
pijat dipengaruhi dan ditafsirkan oleh budaya dan filosofi penyembuhan
disiplin perawatan kesehatan yang dominan (Lindquist, dkk. 2018).
Istilah pijat berasal dari kata Yunani massein, yang berarti “untuk uleni
”. Massa dalam bahasa Arab atau mas'h, "untuk menekan dengan lembut,"
juga berarti "Pijat". Definisi pijat bervariasi menurut disiplin ilmu.
Perawatan adalah salah satu disiplin ilmu pertama yang menggunakan
pijat. Dokter, fisik terapis, terapis pijat, dan bahkan ahli tata rias
menggunakan pijat (Lindquist, dkk. 2018).
Asosiasi Terapi Pijat Amerika (APTA) didefinisikan pijat sebagai
"manipulasi jaringan lunak manual, dan termasuk memegang,
menyebabkan gerakan, dan/ atau memberikan tekanan pada tubuh"
(Fletcher, 2009.). Sederhananya, “Pijatan adalah manipulasi terapeutik dari
jaringan lunak tubuh dengan tujuan untuk mencapai normalisasi jaringan-
jaringan itu ” (Lindquist, dkk. 2018).
b. Dasar Ilmiah
Meskipun pijatan adalah seni dan sains, dan beberapa ahli berpendapat,
bahwa, “Pijat adalah ilmu, bukan amode masa ”, dan mendefinisikan
pijatan juga sebagai "manipulasi ilmiah jaringan tubuh sebagai tindakan
terapeutik" (Lindquist, dkk. 2018).
Florence Nightingale mendasarkan penggunaan intervensi
nonfarmakologis tersebut sebagai pijatan pada Teori Adaptasi
Lingkungan. Nightingale percaya akan hal itu, maka perawat harus
mempromosikan lingkungan terbaik yang memungkinkan hukum alam
untuk meningkatkan proses penyembuhan.
Saat ini, mungkin karena kurangnya penelitiannya oleh penelitian yang
teliti, metode pijat sering dianggap sebagai hanya sekedar seni dan tidak
melebihi sains. Perawat Peneliti Dr. Tiffany Field mendirikan pusat
pertama di dunia yang dikhususkan untuk ilmu sentuhan dan pijat. Touch
Research Institute didirikan pada tahun 1992 di Fakultas Kedokteran
Universitas Miami (Touch Research Institute, n.d.). Field adalah salah satu
yang pertama mempelajari efek pijat pada pertambahan berat badan pada
bayi prematur dan membangun kapasitas untuk menyusui ilmu pijat
(Lindquist, dkk. 2018).
c. Manfaat
Pijat digunakan oleh perawat untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan. Ini digunakan untuk meningkatkan sirkulasi, meredakan
rasa sakit, menginduksi tidur, mengurangi kecemasan atau depresi, dan
meningkatkan kualitas hidup (Rose, 2010). Pijat menghasilkan efek terapi
pada banyak system tubuh diantaranya: integumen, muskuloskeletal,
kardiovaskular, getah bening, dan saraf.
Studi menunjukkan bahwa pijatan menghasilkan indikator fisiologis
dan psikologis untuk respons relaksasi (Harris & Richards, 2010).
Menggunakan pijat kaki dengan pasien jantung, Hattan, King, dan
Griffiths (2002) menemukan bahwa subjek menerima terapi ini dilaporkan
merasa jauh lebih tenang.
Pijat adalah terapi holistik yang meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan, termasuk emosional kesejahteraan; mengurangi rasa sakit dan
kecemasan selama persalinan dan meningkatkan kualitas hidup (Lindquist,
dkk. 2018).
d. Intervensi
Ada sejumlah jenis pijat: Swedia (pijat menggunakan panjang, stroke
yang mengalir), Esalen (pijatan meditatif dengan sentuhan ringan),
jaringan dalam atau neuromuskuler (pengocok tubuh yang intens), pijatan
olahraga (giat pijat untuk melonggarkan dan meredakan nyeri otot),
shiatsu (titik tekanan Jepang teknik untuk menghilangkan stres), dan pijat
refleksi (pijatan kaki yang dalam yang berhubungan ke bagian tubuh)
(Lindquist, dkk. 2018).
Lingkungan, di mana pijat diberikan adalah penting. Itu ruangan harus
cukup hangat agar orang merasa nyaman karena menggigil bisa
meniadakan efek pijatan. Selain itu, privasi perlu diperhatikan.
Menambahkan musik dan aromaterapi telah membuktikan dapat
meningkatkan efektivitas pijatan. Sebelum memberikan pijatan, perawat
harus menjelaskan intervensi, memperoleh riwayat, dan mendapatkan izin
dari pasien (Lindquist, dkk. 2018).
Meskipun pijatan diresepkan oleh dokter di awal sejarah keperawatan,
perawat merespons dengan menunjukkan kepemimpinan untuk
mengkhususkan diri dalam pijatan. Teknik pijatan ini sering digunakan
pada penyakit stroke seperti; effleurage, gesekan, tekanan, petrissage,
getaran, dan perkusi (Lindquist, dkk. 2018).
1) Teknik
 Teknik untuk Pijat Punggung dengan Stroke Lambat
- Lingkungan
- Ruangan harus berada pada suhu yang nyaman
- Lampu harus redup
- Kebisingan harus dihilangkan
- Perawat harus berbicara minimal (Lindquist, dkk. 2018).
 Pasien
- Tanyakan pada pasien apakahia akan menggunakan kamar
mandi dahulu dan jelaskan mengenai pijatan yang akan
dilakukan pada pasien.
- Pasien harus dibantu ke posisi yang nyaman
- Pakaian harus dilepas sehingga bagian belakangnya terbuka
- Kesederhanaan harus dihormati (Lindquist, dkk. 2018).
 Pijat Punggung yang Lambat-Stroke
- Telapak tangan dan jari digunakan (effleurage)
- Perawat menghangatkan tangannya
- Perawat menggunakan lotion non alergi untuk tangannya
- Telapak tangan diletakkan di area sakral di setiap sisi tulang
belakang (Lindquist, dkk. 2018).
 Tekan dengan lembut
- Pijat searah jarum jam, lambat, berirama, digunakan untuk
bergerak ke atas di setiap sisi dari tulang belakang menuju
pangkal leher
- Kemudian sapuan melingkar yang panjang, lambat, berirama,
digunakan untuk bergerak ke bawah setiap sisi tulang belakang
menuju area sacral
- Pijatan ini bisa dilakukan selam 12-15 pijatan per menit untuk
melakukan ritmis gerakan
- Pijatan harus dilanjutkan sampai selesai tanpa melepaskan
tangan dari belakang (Lindquist, dkk. 2018).
 Penyelesaian
- Lepaskan tangan dari tulang belakang
- Ganti pakaian ke belakang
- Ganti bedcover
- Instruksikan pasien untuk bangkit perlahan
- Instruksikan pasien untuk tetap terhidrasi
- Diam-diam tinggalkan ruangan (Lindquist, dkk. 2018).
2) Pengukuran hasil
Baik hasil fisiologis dan psikologis telah digunakan untuk
mengukur efektivitas pijat. Indeks relaksasi-detak jantung, tekanan
darah, frekuensi pernapasan, suhu kulit, tingkat kortisol, dan
ketegangan otot-telah diukur dalam banyak penelitian. Persediaan dan
skala kecemasan untuk menentukan tingkat nyeri dan kualitas tidur,
serta indeks kualitas hidup, telah digunakan untuk menentukan khasiat
pijatan. Protokol untuk durasi pijatan dibutuhkan. Khas pijatan
diberikan dengan interval 30 atau 60 menit karena ini adalah durasi
waktu digunakan oleh terapis pijat (Lindquist, dkk. 2018).
Hasil uji coba terkontrol secara acak (n = 125) menggunakan dosis
pijat 60 menit sekali seminggu dalam protokol 8 minggu untuk
osteoartritis lutut (Perlman et al., 2012). Ini adalah standar optimal
untuk masa depan studi penemuan dosis. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk membantu implementasi dan standarisasi protokol
pijat untuk kondisi lain dan sangat penting untuk memikirkan durasi
pijat ini sendiri.
3) Kontra indikasi
Batavia pada tahun 2004 menyebutkan bahwa pijatan ini memiliki
kontra indikasi, yaitu:
- Arteritis,
- Varises esofagus,
- Hipotensi yang tidak stabil,
- Gagal napas lanjut,
- Infark postmyocardial,
- Aneurisma,
- Emboli,
- Aritmia,
- Terapi antikoagulan,
- Gagal jantung,
- Flebitis,
- Varicose vena,
- Trombosis vena dalam,
- Aterosklerosis,
- Tumor, dan
- Kanker (Lindquist, dkk. 2018).

2.2 Jurnal Pendukung Refleksi


Judul Jurnal: Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Dengan Metode
Manual Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah
Karangrejo Timur Wonokromo Surabaya
BAB III
LAPORAN FIELD TRIP

Rumah reflexi yang berada di Gayungan, Surabaya. Rumah reflexi ini


memiliki 4 pilihan pijat sesuai dengan yang kita butuhkan, di rumah reflexi ini
bisa untuk cewek dan cowok, untuk pemijatnya kita juga bisa memilih siapa
yang akan memijat, tempatnya nyaman, luas, privasi, dan di dalam rumah reflexi
tersebut di suguhkan dengan alunan musik sunda, dan juga intrumen seperti air
mengalir atau air mancur, nah setelah di pijat kita akan di berikan anduk hangat
untuk membersihkan cream yang ada di tubuh yang gunanya agar tubuh lebh
bersih dan lebih nyaman setelah di pijat, setelah di pinat akan di suguhkan
minuman seperti jahe hangat atau air mineral. Terapis disini dilatih secara
profesional, customer pria akan dilayani denga terapis pria begitu juga untuk
wanita. Lokasinya tenang dan lahan parkir luas. Rumah refleksi in sangat
family-friendly dan ruangan full ac.
PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI DENGAN
METODE MANUAL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KARANGREJO TIMUR
WONOKROMO SURABAYA

Faridah Umamah *Shinta


Paraswati** Program
Studi SI Keperawatan
Fakultas Keperawatan
dan Kebidanan
Universitas Nahdlatul
Ulama Surabaya Email:
umamahfarida@unusa.ac

ABSTRAK.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak dapat dianggap penyakit yang
ringan. Tidak hanya menurunkan kualitas hidup, namun dapat mengancam
jiwa penderita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
terapi pijat refleksi kaki dengan metode manual terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi. Desain penelitian ini menggunakan Quasi experimental
design dengan pendekatan pretest-posttest control group design. Populasi
seluruh penderita hipertensi pada bulan Maret 2018 di Karangrejo Timur
Wonokromo Surabaya berjumlah 38 orang, sampel sebagian penderita
berjumlah 35 diambil dengan metode simple random sampling. Variabel
independen terapi pijat refleksi kaki dengan metode manual, variabel
dependen adalah tekanan darah penderita hipertensi. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi. Uji statistik menggunakan Uji Wilcoxon
dengan nilai kemaknaan α = 0,05.Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah
sebelum intervensi setengah (50%) responden mengalami Hipertensi derajat 1,
setelah intervensi sebagian besar (72,2%) tekanan darah normal, dan hasil uji
wilcoxon didapatkan nilai ρ = 0,001. Simpulan dari penelitian adalah terapi
pijat refleksi kaki dengan metode manual berpengaruh menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Diharapkan perawat dapat memberikan
penyuluhan tentang cara pencegahan dan pengobatan terhadap hipertensi baik
menggunakan terapi pijat refleksi dengan metode manual maupun dengan
metode yang lain.

Kata kunci : Terapi pijat refleksi kaki, Metode manual, Hipertensi

ABSTRACT.
Hypertension or high blood pressure cannot be considered a mild
disease. Not only decreasing the quality of life, but also it can threaten
patient’s self. The objective of this study was to find out the effect of the foot
reflexology massage therapy with manual method on the blood pressure in
patients with hypertension.The design of the study used the Quasy
experimental design with the approach pretest-posttest control group design.
The population of all patients with hypertension at Karangrejo Timur
Wonokromo Surabaya is 38 people, and the sample was 35 people taken by
simple random sampling method. The independent variable’s is foot
reflexology massage therapy with manual method, whereas the dependent
variable is the blood pressure of hypertension patients. The instrument used
was a observation sheet. Statistical test using Wilcoxon test with a
significance of α = 0,05. The result of Wilcoxon test showed that value of ρ =
0,001 and the value of α = 0,05 meaning that ρ < α then H 0 are rejected. It
means that foot reflexology massage therapy with manual method had an
effect on the blood pressure of patients with hypertension. The conclusions of
the study is foot reflexology therapy with manual method can lower blood
pressure in hypertension patients. Expected nurses can

provide counseling about prevention and treatment of hypertension either


using reflexology massage therapy with manual method or with other
methods.

Keyword : Foot reflexology massage therapy with manual method, blood


pressure, hypertension

PENDAHULUAN serangan hipertensi (Dalimartha,


2008). Fenomena yang terjadi saat
Hipertensi atau tekanan darah ini, banyak penderita hipertensi yang
tinggi tidak dapat dianggap penyakit masih mengeluh tentang penyakit
yang ringan. Gejala dan keluhan hipertensi meskipun penderita sudah
mungkin dapat diabaikan. Namun, mengkonsumsi obat- obatan anti
perlu diketahui bahwa hipertensi hipertensi.
merupakan faktor risiko utama dari World Health Organization
penyakit jantung dan stroke. (WHO) tahun 2014 menyatakan,
Penyakit hipertensi juga disebut penduduk Indonesia mengalami
sebagai “the silent disease” karena hipertensi sebesar 23,3%. Data WHO
tidak dapat dilihat dari luar tahun 2012 menunjukkan, diseluruh
(Dalimartha, 2008). Perkembangan dunia sekitar 972 juta orang atau
hipertensi berjalan secara perlahan, 26,4% penghuni bumi mengidap
tetapi secara potensial sangat hipertensi dengan perbandingan
berbahaya. Penderita biasanya tidak 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka
menunjukkan gejala dan diagnosis ini kemungkinan akan meningkat
hipertensi selalu dihubungkan menjadi 29,2% di tahun 2030.
dengan kecenderungan penggunaan Berdasarkan data dari Riskesdes
obat seumur hidup. Ketika obat anti (2013), kejadian hipertensi di
hipertensi digunakan sebagai Indonesia adalah sebesar 26,5%.
pengobatan farmakologis, Survei Indikator
pengobatan non farmakologis juga Kesehatan
sangat diperlukan sebagai Nasional
penunjang untuk mengatasi (SIRKENAS) tahun 2016
menunjukkan prevalensi hipertensi meningkat dari tahun 2014 dengan
meningkat menjadi 32,4%. total
Surveilan terpadu penyakit 530.070 pengunjung menjadi
puskesmas di Jawa Timur 536.199 pengunjung di tahun 2015.
menunjukkan jumlah kunjungan Berdasarkan profil Dinas Kesehatan
penderita hipertensi Kota Surabaya kejadian hipertensi
di Surabaya dari tahun ke tahun
selalu berada dalam 10 daftar
penyakit terbanyak. Pada tahun
2011 kejadian hipertensi sebanyak
3,30%. Pada tahun 2012 sedikit
menurun menjadi 3,06%. Pada
tahun 2013 meningkat pesat
menjadi 13,6% dan menempati
urutan ke dua dari penyakit
terbanyak di Surabaya. Pada tahun
2014 menurun menjadi 3% dan
menempati urutan ke tujuh. Hasil
pengambilan data awal di Wilayah
Karangrejo Timur Wonokromo
Surabaya pada tanggal 17 Januari
2018 di dapatkan bahwa dari jumlah
48 orang yang terkena hipertensi.
Tekanan darah yang selalu
tinggi adalah salah satu faktor risiko
untuk stroke, serangan jantung,
gagal jantung dan aneurisma arterial
dan merupakan penyebab utama
gagal jantung kronis (Marya, 2013).
Pada sebagian besar penderita
hipertensi tidak menimbulkan gejala
meskipun secara tidak sengaja
beberapa gejala terjadi bersamaan
dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang
dimaksud adalah sakit kepala,
pendarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan
yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah
yang normal (Maryanto, 2010).
Beberapa penanganan untuk
mengatasi hipertensi yaitu dengan
pengobatan farmakologis dan non
farmakologis. Pengobatan secara
farmakologis yaitu dengan
mengkonsumsi obat anti adalah olahraga, tidak merokok,
hipertensi, sedangkan non tidak minum
farmakologis yang dapat dilakukan
alkohol, menghindari stress, terapi dengan metode manual. Populasi
air, terapi batu giok, terapi bekam, dalam penelitian ini adalah seluruh
terapi herbal, meditasi dan terapi penderita hipertensi pada bulan
pijat refleksi (Dalimartha, 2008). Maret 2018 di Wilayah Karangrejo
Refleksi kaki dapat Timur Wonokromo Surabaya yang
memberikan rangsangan relaksasi berjumlah 38 orang. Sampel dalam
yang mampu memperlancar aliran populasi ini adalah sebagian
darah dan cairan tubuh pada bagian- penderita hipertensi di Wilayah
bagian tubuh yang berhubungan Karangrejo Timur Wonokromo
dengan titik saraf kaki yang dipijat. Surabaya. Sampel diambil dengan
Sirkulasi darah yang lancar akan menentukan kriteria inklusi. Kriteria
memberikan efek relaksasi sehingga inklusi adalah kriteria dimana subyek
tubuh mengalami kondisi seimbang penelitian dapat
(Gala, 2009). Pada prinsipnya, pijat
yang dilakukan pada penderita
hipertensi adalah untuk
memperlancar aliran energi didalam
tubuh sehingga gangguan penyakit
hipertensi termasuk penyerta dan
komplikasinya dapat diminimalisir.
Ketika semua jalur energi terbuka
dan aliran energi tidak lagi
terhalang oleh ketegangan otot dan
hambatan lain maka risiko
hipertensi dapat ditekan (Gala,
2009). Penatalaksanaan yang telah
dikemukakan diatas bertujuan untuk
menurunkan tekanan darah dengan
mengurangi kegiatan jantung
memompa dan mengurangi
mengerutnya dinding- dinding
pembuluh nadi halus sehingga
tekanan pada dinding-dinding
pembuluh darah berkurang dan
aliran darah menjadi lancar
sehingga tekanan darah akan
menurun (Rezky, 2015).

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
adalah Quasi experimental design
dengan rancangan pretest-posttest
control group design. Pada
rancangan ini kelompok intervensi
diberikan terapi pijat refleksi kaki
mewakili dalam sampel penelitian langkah berikutnya adalah:
yang memenuhi syarat sebagai a. Melakukan pengukuran
sampel (Notoatmodjo,2011) yaitu: tekanan darah sebelum
a. Penderita hipertensi dengan dilakukan intervensi terapi pijat
usia 36-59 tahun TD 130/85 refleksi kaki dengan
mmHg menggunakan
b. Penderita hipertensi yang sphygmomanometer Air Raksa.
bersedia menjadi responden b. Responden diberikan pijat
Besar sampel dihitung refleksi kaki dengan metode
menggunakan rumus Notoatmodjo manual selama
(2010) dan didapat hasil 35 orang, 30 menit setiap perlakuan yang
diambil dengan tehnik sampling dilakukan selama 3 kali dalam
probability sampling dengan 1 minggu dengan selang 2 hari
teknik simple random sampling (senin, rabu dan jumat)
yaitu dengan cara di acak. c. Setelah dilakukan pijat refleksi
Dalam melaksanakan kaki selama 1 minggu 3 kali,
penelitian ini, peneliti responden dilakukan
mendapatkan persetujuan dari
pengukuran tekanan darah
ketua RW di Wilayah Karangrejo
kembali dengan selang waktu
Timur Wonokromo Surabaya
sebagai tempat penelitian, maka 10 menit
langkah berikut adalah: tahap Setelah data berhasil
persiapan, tahap seleksi dan tahap dikumpulkan, selanjutnya yang
pelaksanaan . Pada tahap perlu dilakukan ialah mengolah data
pelaksanaan setelah responden dan dianalisis menggunakan uji
menandatangani lembar statistik Wilcoxon sign Rank test
persetujuan menjadi responden dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan Jenis Kelamin
1. Hasil penelitian Tabel 2 karakteristik Responden
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan Usia. Usia Jumlah % Jumlah %
(Tahun) Responden Responden
Tabel 1 karakteristik responden Perlakuan Kontrol
berdasar usia. Laki-laki 6 33.3 4 23.5
Usia Jumlah % Jumlah % Perempu 12 66.7 13 76.5
(Tahun) Responden Responden an
Perlakuan Kontrol Total 18 100.0 17 100.0
36-59 18 100.0 17 100.0
Total 18 100.0 17 100.0 Sumber : Data primer, Maret 2018
Sumber : Data primer, Maret 2018

Berdasar tabel 2 didapatkan


Berdasar tabel 1 didapatkan bahwa karakteristik responden
bahwa karakteristik responden menurut jenis kelamin
menurut usia menunjukkan menunjukkan bahwa Jenis
bahwa pada kelompok kelamin pada kelompok
perlakuan dan kontrol perlakuan sebagian besar ( n: 12,
seluruhnya (100.0%) responden 66.7%) dan kelompok kontrol
berumur 36 – 59 tahun. hampir seluruhnya (n: 13,
b. Karakteristik Responden 76.5%) responden berjenis
kelamin perempuan. menunjukkan bahwa pada
c. Karakteristik Responden kelompok perlakuan sebagian
Berdasarkan Riwayat besar ( n: 12, 66.7%)
Keturunan Hipertensi disebabkan adanya riwayat
Table 3 Karakteristik keturunan sedangkan pada
Responden kelompok kontrol sebagian
Berdasarkan Riwayat besar ( n: 11, 64.1%)
Keturunan disebabkan adanya riwayat
Hipertensi keturunan.
Riwayat Jumlah % Jumlah
Keturunan Responden Responden
d. Karakteristik Responden
Perlakuan Kontrol Berdasarkan Konsumsi Obat
Ya 12 66.7 11 94.1 Hipertensi
Tidak 6 33.3 6
Total 18 100.0 17 100.0 Tabel 4 Karakteristik
Sumber : Data primer, Maret 2018 Responden
Berdasarkan Konsumsi Obat
Berdasar tabel 3 didapatkan Hipertensi
bahwa karakteristik responden Konsumsi Jumlah % Jumlah %
berdasarkan riwayat keturunan Obat Responden Responden
Hipertensi Perlakuan Kontrol
hipertensi. Ya 9 50.0 16 94.1
Tidak 9 50.0 1 5.9
Total 18 100. 17 100.
0 0
Sumber : Data primer, Maret 2018

Berdasar table 4 didapatkan


bahwa karakteristik responden
berdasarkan konsumsi
obat
hipertensi
menunjukkan bahwa pada
kelompok perlakuan
setengahnya (n: 9, 50.0%)
mengkonsumsi obat dan
setengahnya (n: 9, 50.0%) tidak
mengkonsumsi obat sedangkan
pada kelompok kontrol hampir
seluruhnya (n : 16, 94.1%)
mengkonsumsi obat hipertensi.
e. Karakterisktik
Responden Berdasarkan
Makanan Asin/Tinggi Garam.
Tabel 5 Karakterisktik
Responden Berdasarkan
Makanan
Asin/Tinggi
Garam
Makana Jumlah % Jumlah %
Tinggi Responden Respond
Garam Perlakuan en Berdasar table 5 didapatkan
Kontrol
Ya 18 100.0 17 100.0 bahwa karakteristik responden
Tidak 0 0.0 0 0.0 berdasrkan makanan asin /
Total 18 100.0 17 100.0 tinggi menunjukkan bahwa
Sumber : Data primer, Maret 2018
pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol seluruhnya
(100.0%) mengkonsumsi.
f. Karakteristik Responden setengahnya (n: 5, 29.4%)
Berdasarkan Kurang Olahraga merokok
Table 6 Karakteristik h. Tekanan darah sebelum
Kurang Jumlah % Jumlah % dilakukan terapi pijat refleksi
Olahraga Responden Responden
Perlakuan Kontrol kaki metode manual pada
Ya 18 100.0 16 94.1 menunjukkan bahwa sebelum
Tidak 0 0.0 1 2.9
Total 18 100.0 17 100.0
dilakukan terapi pijat refleksi
Sumber : Data primer, Maret 2018 kaki metode manual pada
kelompok perlakuan
setengahnya (n: 9, 50.0%)
Berdasarkan tabel 6 didapatkan memiliki tekanan darah dengan
bahwa karakteristik responden kategori hipertensi derajat 1
berdasarkan kurang olahraga yaitu 140/90-159/99 mmHg.
menunjukkan bahwa pada Dan pada kelompok kontrol
kelompok perlakuan seluruhnya
yang diberikan edukasi tentang
(n: 18, 100.0%) dan kelompok
hipertensi dipadat hasil
kontrol hampir seluruhnya (n:
16, 94.1%) kurang melakukan setengahnya (n:6, 35.3%)
olahraga. memiliki tekanan darah
dengan
g. Karakteristik Responden
Berdasarkan Kebiasaan
Merokok
Tabel 7 Karakteristik Responden
Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Kebiasaan Jumlah %) Jumlah %
Merokok Responden Responden
Perlakuan Kontrol
Ya 6 33.3 5 29.4
Tidak 12 66.7 12 70.6
Total 18 100.0 17 100.0
Sumber : Data primer, Maret 2018

Berdarkan tabel 7 didapatkan


bahwa karakteristik responden
berdasarkan kebiasaan merokok
menunjukkan bahwa pada
kelompok perlakuan hampir
setengahnya (n: 6, 33.3%)
merokok sedangkan pada
kelompok kontrol hampir
kategori normal yaitu <130 Berdasarkan uji wilcoxon sign
mmHg/<85 mmHg dan hampir rank test didapatkan nilai ρ
setengahnya (n: 6, 35.3%) adalah 0,001 yang artinya ada
memiliki tekanan darah dengan pengaruh terapi pijat refleksi
kategori hipertensi derajat 1 kaki terhadap tekanan darah
yaitu 140/90- 159/99 mmHg. pada penderita hipertensi di
i. Tekanan darah sesudah Karangrejo Timur Wonokromo
dilakukan terapi pijat refleksi Surabaya.
kaki metode manual
menunjukkan bahwa sesudah PEMBAHASAN
dilakukan terapi pijat refleksi 1. Tekanan darah sebelum
kaki metode manual pada diberikan terapi pijat refleksi
kelompok perlakuan sebagian kaki
besar (n:13, 72.2%) memiliki Berdasarkan hasil penelitian
tekanan darah dengan menunjukkan bahwa sebelum
kategori normal yaitu Normal dilakukan terapi pijat refleksi kaki
<130 mmHg/<85 mmHg. Dan metode manual pada kelompok
pada kelompok control yang perlakuan setengahnya (50.0%)
diberi edukasi tentang memiliki tekanan darah dengan
hipertensi didapatkan hasil kategori hipertensi derajat 1 yaitu
hampir setengahnya (n:7, 140/90- 159/99 mmHg.
41.2%) memiliki tekanan darah Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan
dengan kategori normal yaitu bahwa sebelum edukasi tentang
<130 mmHg/<85 mmHg. hipertensi pada kelompok kontrol
setengahnya (35.3%) memiliki
j. Pengaruh Terapi Pijat Refleki
tekanan darah dengan kategori
Kaki Metode Manual Terhadap
normal yaitu <130 mmHg/<85
Tekanan Darah Pada Penderita mmHg dan hampir setengahnya
Hipertensi di Karangrejo Timur (35.3%) memiliki tekanan
Wonokromo Surabaya.
darah dengan kategori hipertensi dikontrol, adapun faktor yang tidak
derajat 1 yaitu 140/90-159/99 dapat dikontrol meliputi, usia, jenis
mmHg. kelamin, keturunan, sedangkan faktor
Hipertensi merupakan The yang dapat dikontrol meliputi
Silent Killer atau pembunuh secara konsumsi garam yang berlebih,
diam-diam, ini dikarenakan tidak kurang olahraga, kebiasaan merokok,
adanya gejala namun berbahaya stress, dan kegemukan (obesitas).
bagi penderita jika tidak segera Hipertensi sebetulnya mudah
ditangani. Sebenarnya dari beberapa dicegah, antara lain melalui
literature menyebutkan bahwa pengecekan tekanan darah secara
penyebab hipertensi belum rutin serta olahraga tetapi
diketahui secara pasti namun ada kebanyakan orang datang ke dokter
beberapa faktor resiko yang memicu ketika mereka sudah ada komplikasi
terjadinya hipertensi. Menurut di jantung atau penyumbatan di
Dalimartha (2009) faktor resiko pembuluh darah yang dapat memicu
yang dapat memicu terjadinya stroke.
hipertensi terbagi menjadi faktor
yang tidak dapat dikontrol dan dapat 2. Tekanan darah sesudah terapi
pijat refleksi kaki Menurut Dalimartha dkk
Hasil penelitian terhadap (2008) penanganan
tekanan darah pada penderita nonfarmakologis terhadap
hipertensi di Karangrejo Timur RW hipertensi atau tekanan darah tinggi
03 Wonokromo Surabaya salah satunya menggunakan terapi
menunjukkan bahwa terjadi pijat refleksi kaki, Dalam hal ini,
penurunan tekanan darah setelah terapi pijat refleksi kaki dapat
diberikan terapi pijat refleksi kaki menghasilkan relaksasi oleh
selama 3 kali dalam satu minggu. stimulasi taktil jaringan tubuh
Berdasarkan hasil penelitian menyebabkan respon neuro humoral
menunjukkan bahwa sesudah yang komplek dalam The
dilakukan terapi pijat refleksi kaki Hypothalamic- Pituitary Axis
metode manual pada kelompok (HPA) ke sirkuit melalui jalur
perlakuan sebagian besar (72.2%) sistem saraf. Adaptasi stres diatur
memiliki tekanan darah dengan oleh kapasitas HPA untuk
kategori normal yaitu Normal <130 mensekresikan hormon seperti
mmHg/<85 mmHg. Berdasarkan kortisol dan endorphin yang
tabel 5.11 menunjukkan bahwa mengurangi aktivitas sistem saraf
sesudah edukasi tentang hipertensi simpatik dan meningkatkan respon
pada kelompok kontrol hampir saraf parasimpatis. Dengan
setengahnya (41.2%) memiliki demikian, kerja jantung tidak
tekanan darah dengan kategori membutuhkan tekanan kuat untuk
normal yaitu <130 mmHg/<85 memompa dan peredaran darah ke
mmHg. seluruh tubuh akan maksimal.
Ketika semua jalur energi terbuka
dan aliran energi tidak lagi
terhalang oleh ketegangan otot dan
hambatan lain maka resiko
hipertensi dapat ditekan,
menurunkan tekanan darah dengan
mengurangi kegiatan jantung
memompa, dan mengurangi
mengerutnya dinding- dinding
pembuluh nadi halus sehingga
tekanan pada dinding-dinding
pembuluh darah berkurang dan
aliran darah menjadi lancar
sehingga tekanan darah akan
menurun.

3. Pengaruh terapi pijat refleksi


kaki terhadap tekanan darah
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa terjadi
penurunan pada kategori tekanan
darah. Responden memiliki tekanan
darah sebelum di berikan pijat
refleksi kaki yakni hipertensi
derajat 1 140-159 mmHg/90-99 refleksi kaki terhadap tekanan darah
mmHg sedangkan sesudah di pada penderita hipertensi di
berikan pijat refleksi kaki yakni Karangrejo Timur Wonokromo
normal <130 mmHg/<85 mmHg. Surabaya. Berdasarkan uji wilcoxon
Dari penyajian tabel diatas sign rank test didapatkan nilai ρ
diketahui bahwa terdapat pengaruh adalah 0,001 dan nilai α
setelah diberikan terapi pijat
= 0,05, berarti ρ < α maka H0 untuk berjalan, hal ini sesuai dengan
ditolak yang artinya ada pengaruh teori Gala (2009) yang menyatakan
terapi pijat refleksi kaki terhadap reaksi-reaksi sesudah sesi pengobatan
tekanan darah pada penderita refleksiologi, pasien akan mengalami
hipertensi di Karangrejo Timur perasaaan sehat, kehangatan yang
Wonokromo Surabaya. menyenangkan dan relaksasi
Pada penelitian yang mendalam, peningkatan pada
dilakukan Agus Arianto (2018) banyaknya buang air, dan kadang-
menyimpulkan bahwa pijat refleksi kadang lebih sering, tidur nyenyak
kaki bisa menurunkan tekanan dan bangun jauh lebih segar. Jika
darah pada tekanan sistolik dan pada malam hari tidur terasa
diastolik pada hasil perhitungan nyenyak, berarti refleksi yang
menggunakan perhitungan wilcoxon dilakukan sudah tepat. Namun
yang mengatakan bahwa hasil sebaliknya, jika tubuh masih terasa
penelitiannya adalah ada hubungan sakit atau pegal- pegal, berarti daerah
pijat refleksi terhadap penurunan yang direfleksi tidak
tekanan darah pada pasien
hipertensi.
Menurut Wahyuni (2014) Pijat
refleksi kaki merupakan salah satu
terapi alternatif pengobatan
nonfarmakologis yang efektif untuk
membantu meringankan dan
menyembuhkan daripada penyakit
tekanan darah tinggi atau hipertensi,
teknik dasar yang sering dipakai
dalam pijat refleksi diantaranya:
mengusap (massase), teknik
merambatkan ibu jari, memutar
tangan pada satu titik, serta teknik
menekan dan menahan.
Rangsangan-rangsangan berupa
pijatan dan tekanan pada kaki dapat
memancarkan gelombang-
gelombang relaksasi ke seluruh
tubuh. Setelah dilakukan terapi pijat
refleksi kaki responden mengatakan
sering buang air kecil dan nyenyak
ketika tidur dimalam hari serta
ketika bangun badan terasa enteng
dan kaki terasa ringan ketika dibuat
tepat, atau penekanan terlalu kuat sakit pada tubuh. Manfaat lainnya
dan lama (Dalimartha, 2008). adalah mencegah berbagai
Menurut Tarigan (2009) penyakit,
salah satu cara terbaik untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
menurunkan tekanan darah adalah membantu mengatasi stress,
dengan terapi pijat refleksi. Terapi tekanan darah tinggi, membantu
pijat refleksi yang dilakukan penyembuhan penyakit kronis, dan
secara teratur bisa menurunkan mengurangi ketergantungan
tekanan darah sistolik dan terhadap obat- obatan. Dengan
diastolik, menurunkan kadar proses- proses diatas menunjukkan
hormon stress cortisol, bahwa melalui pemberian terapi
menurunkan sumber depresi dan pijat refleksi kaki, tekanan darah
kecemasan, sehingga tekanan pada penderita hipertensi di RW 03
darah akan terus turun dan fungsi Karangrejo Timur Wonokromo
tubuh semakin membaik. Dengan Surabaya mengalami penurunan.
pijat akan mempengaruhi
kontraksi dinding kapiler sehingga SIMPULAN DAN SARAN
terjadi keadaan vasodilatasi atau 1. Simpulan
melebarnya pembuluh darah Berdasarkan hasil penelitian
kapiler dan pembuluh getah dan pembahasan mengenai
bening. Aliran oksigen dalam pengaruh terapi pijat refleksi kaki
darah meningkat, pembuangan dengan metode manual terhadap
sisa-sisa metabolik semakin lancar tekanan darah pada penderita
sehingga memacu hormon hipertensi di Karangrejo Timur
endorphin yang berfungsi Wonokromo Surabaya maka dapat
memberikan rasa nyaman. ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Manfaat pijat refleksi untuk a. Tekanan darah pada penderita
kesehatan sudah tidak perlu hipertensi sebelum terapi pijat
diragukan lagi. Salah satu refleksi kaki pada kelompok
khasiatnya yang paling populer perlakuan
adalah untuk mengurangi rasa
setengahnya memiliki tekanan kategori normal, sedangkan
darah dengan kategori pada kelompok kontrol
hipertensi derajat 1, sedangkan hampir
pada kelompok kontrol hampir setengahnya memiliki tekanan
setengahnya memiliki tekanan darah dengan kategori normal
darah dengan kategori normal tinggi di Karangrejo Timur
dan hampir setengahnya Wonokromo Surabaya.
memiliki tekanan darah dengan
c. Terdapat pengaruh terapi pijat
kategori hipertensi derajat 1 di
refleksi kaki meode manual
Karangrejo Timur Wonokromo
Surabaya terhadap penurunan tekanan
b. Tekanan darah pada penderita darah pada penderita hipertensi
hipertensi sesudah dilakukan di Karangrejo Timur Wonokromo
terapi pijat refleksi kaki metode Surabaya.
manual pada kelompok
2. Saran
perlakuan sebagian besar
Berdasarkan hasil penelitian ini
memiliki tekanan darah dengan
yang diperoleh, maka dapat pentingnya cara pencegahan dan
diberikan saran sebagai berikut: pengobatan terhadap hipertensi baik
a. Bagi Pendidikan dengan cara mengubah kebiasaan
Penelitian ini dapat dijadikan hidup yang kurang sehat maupun
sebagai bahan kajian atau referensi dengan metode terapi pijat refleksi
mengenai cara penurunan tekanan kaki. Untuk saran pelayanan
darah pada penderita hipertensi keperawatan sendiri implikasi
dengan terapi pijat refleksi kaki. keperawatan yang diberikan yaitu
b. Bagi Penelitian terapi pijat refleksi kaki dapat
Penelitian ini menjadikan acuan digunakan untuk terapi hipertensi
proses belajar dalam menerapkan sesuai dengan standar operasional
ilmu yang telah diperoleh di prosedur yang tertera.
perkuliahan. Penelitian selanjutnya d. Bagi masyarakat
akan lebih baik jika memperhatikan Mengingat hipertensi atau
faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah tinggi tidak dapat
tekanan darah, seperti kebiasaan dianggap penyakit yang ringan, dan
merokok, pola makan yang tidak merupakan faktor risiko utama dari
sehat, stress dan konsumsi alkohol, penyakit jantung dan stroke.
dan obesitas. Diharapkan masyarakat dapat
c. Bagi institusi kesehatan dan mengubah pola makan yang tidak
sarana pelayanan keperawatan sehat, kebiasaan hidup yang tidak
Tenaga kesehatan khususnya sehat seperti merokok, kurang
konselor lebih aktif dalam olahraga, stress, konsumsi makanan
memberikan pendidikan kesehatan asin berlebih dan berlemak tinggi
dan penyuluhan tentang yang dapat mengakibatkan obesitas
serta menggunakan pengobatan
farmakologis yang tepat, dan
ditunjang dengan pengobatan non
farmakologis salah satunya adalah
terapi pijat refleksi kaki agar lebih
efektif dalam mengatasi hipertensi
atau tekanan darah tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Arianto. (2018). Pengaruh
Terapi Pijat Refleksi Kaki
Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi. Vol 3.
No 2.

Arikunto, Suharsimi. (2010).


Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arumi, Sekar. (2001). Aspiani, Reny. (2014). Buku Ajar
Menstabilkan Darah Tinggi Asuhan Keperawatan Klien
dan darah Rendah. Gangguan Kardiovaskuler
Yogyakarta: Araska. Aplikasi NIC & NOC. Jakarta :
EGC.
AS, Muhammadun. (2010). Hidup
bersama Hipertensi Seringai
Darah Tinggi Sang
Pembunuh Sekejap.
Yogyakarta : Divapress.

Dalimartha, Setiawan., dkk. (2008). Hayuaji, Gangsar R. (2011). Belajar


Care Your Self Hipertensi. Mudah Pijat Refleksi.
Jakarta: Plus. Yogyakarta : Buku Biru

Dewi, Sofia & Familia, Digi. (2010). Hidayat, A. A. A. (2009). Metode


Hidup Bahagia Dengan Penelitian Keperawatan dan
Hipertensi. Jakarta: A Plus tekhnik analisa data. Jakarta:
Book. Salemba Medika.

Dharma, Kusuma Kelana. (2011). James PA, dkk. (2014). Evidence


Metodologi Based Guideline for the
Management of High Blood
Penelitian Keperawatan : Presure From the Panel
Panduan Melaksanakan dan Members Appointed to the
Menerapkan Hasil Eighth Joint National
Penelitian. Jakarta: Trans Committee (JNC 8).
Info Media.
Kowalak, Jenifer P. (2011). Buku Ajar
Dinkes Jatim. (2015). Survailens Patofisilogi. Jakarta: EGC.
Terpadu Penyakit Puskesmas
Tahun 2014 dan 2015. Dinas Kowalkski. (2010). Terapi Hipertensi:
Kesehatan Jawa Timur. Program 8 minggu
menurunkan tekanan darah
Gala, Dhiren, Dkk. (2009). tinggi dan mengurangi risiko
Refleksiologi Kaki : Jurus serangan jantung dan stroke
Sehat dengan Pijat Refleksi secara alami. Bandung:
Secara Penerbit Qanita.
Mandiri.
Yogyakarta : Image Press. Mahmud, Dodi. (2014). Buku Pintar
Sehat Seumur Hidup. Bekasi:
Yayasan Media Kesehatan Marya. (2013). Buku Ajar
Alternatif. Patofisiologi: Mekanisme
terjadinya Penyakit. Jakarta:
Binapura Aksara.

Maryanto, (2010). 99% Rahasia


manfaat Jus Buah &
Sayuran Berkhasiat. Jakarta:
Gudang Ilmu

Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar


Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan
Hematologi. Jakarta: Salemba
Medika.

Notoatmodjo, S. (2011).
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta

Nursalam. (2013). Metodologi


Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Nurul Wahdah dr. (2011).


Menaklukan Hipertensi dan
Diabetes. Yogyakarta : Multi
Press.

Rezky, Rindang Azhari. (2015).


Pengaruh Terapi Pijat
Refleksi Kaki terhadap
Tekanan Darah. Jom Vol. 2
No. 2.

Ridwan, M. 2009. Mengenal,


Mencegah, Mengatasi Silent
Killer Hipertensi. Semarang :
Pustaka Widyamara.
Riskesdas. (2013). Badan
penelitian dan
pengembangan

kesehatan kementrian
kesehatan RI tahun 2013.
Diperoleh tanggal 3

September 2017dari
http://www.riskesdas.litbang
.depkes
.
go.id/download/Laporan_riske
sdas
_2011.pdf.
Soeryoko, hery. (2010). 20
Tanaman Obat Terpopuler
Penurun Hipertensi.
Yogyakarta: Andi.

Setyoadi, Kushariyadi. (2011).


Terapi Modalitas
Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta:
Salemba Medika.

Smeltzer, S.C dan Bare B.G.


(2008). Buku Ajar
Keperwatan Medikal
Bedah, Volume 2, Ed. 8.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai