Mata Kuliah:
Disusun Oleh:
1811110413
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
DAFTAR ISI
Halaman
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 1
i
PEMBAHASAN
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi
sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat spesifik usia. Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure yang ke-7 telah mempublikasikan revisi panduan nilai
tekanan darah sistolik dan diastolik yang optimal dan hipertensif. Pada
umumnya, tekanan yang dianggap optimal adalah kurang dari 120 mmHg untuk
tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik, sementara tekanan yang
hipertensif adalah lebih dari 140 mmHg untuk sistolik dan lebih dari 90 mmHg
untuk diastolik. Istilah “prahipertensi” adalah tekanan darah antara 120 dan 139
mmHg untuk sistolik dan 80 dan 89 mmHg untuk diastolik. Untuk individu
terutama yang memiliki faktor risiko kardiovaskular bermakna, termasuk riwayat
yang kuat dalam keluarga untuk infark miokard atau stroke, atau riwayat diabetes
pada individu, bahkan pada nilai prahipertensif dianggap terlalu tinggi. (Corwin,
2009)
B. Klasifikasi Hipertensi
1
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
2
Adapun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi 2, yaitu:
3
Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko,
seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat 5%
kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.
C. Etiologi Hipertensi
1. Hipertensi essensial
4
2. Hipertensi sekunder
D. Patofisiologi Hipertensi
5
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenalin juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Konteks adrenal mengsekresi
kortisol dan sternoid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Brunner, 2002).
6
Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas
Hipertensi
Perubahan struktur
vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Rangsang
Gangguan Aldosteron
Penurunan Fatique
perfusi curah jantung
jaringan Retensi Na
Intoleransi
Kelebihan volume
aktivitas
Edema cairan
Pathway Hipertensi (Sumber: Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare,
2002; John, 2003; Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
7
E. Pemeriksaan Hipertensi
1. Pemeriksaan Fisik
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan hipertensi adalah
sebagai berikut:
a. Hematokrit
b. Kalium serum
Peningkatan kadar kalium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
c. Kreatinin serum
Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan kreatinin adalah
kadar kreatinin dalam darah meningkat sehingga berdampak
pada pada fungsi ginjal.
8
d. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
atau adanya diabetes.
e. Elektrokardiograf
Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiomegali
dapat dideteksi dengan pemeriksaan ini. Dapat juga
menggambarkan apakah hipertensi telah lama berlangsung (Tom
Smith, 1991).
F. Pengobatan Hipertensi
1. Non-farmakologis
a. Perubahan gaya hidup
b. Diet
1) Hipertensi ringan (diet rendah garam I)
9
3) Hipertensi berat (diet rendah garam III)
Tidak boleh mengkonsumsi garam, kecap, dan MSD
(Isselbacher, 1999).
c. Menghilangkan atau menghindari stress
2. Farmakologis
a. Diuretik, seperti: tiazid, furosemia, spironokiktan, triamteren,
anillorid
1) Hipertensi ringan, dimulai dari dosis amat rendah (contoh
12,5 mg per hari)
2) Hipertensi sedang, dosis maksimum 25 mg per hari
3) Hipertensi berat, dosis 25-50 mg tiap tengah hari
b. Obat antiadrinergik, seperti: klonidin, guonabenz, guanfasin,
trimetafan, reserpin, guantidin, fentolamin propanol, timololol dan
lain-lain.
1) Hipertensi ringan, diberikan pada permulaan 0,1 mg
malam hari
2) Hipertensi sedang, diberikan dengan dosis 125 mg per hari
10
3) Hipertensi berat, dosis 250 mg dua kali sehari
c. Vasodilator, seperti: hidralazin, minaksidil, dianoksid, nitropusid
Pada penderita hipertensi penggunaan dosis dibatasi sampai 300
mg per hari
d. Inhibitor enzim mengubah angiotensin, seperti: kaptoril,
benezebril, ramipril, enalapril, dan lain-lain.
1) Hipertensi ringan, diberikan dengan dosis 2,5 – 10 mg tiap
tengah hari atau 2 kali sehari
2) Hipertensi sedang, diberikan dengan dosis 0,5 mg tiap
tengah hari atau 2 kali sehari
3) Hipertensi berat, diberikan dosis 6,2 mg tiab tengah hari
atau 2 kali sehari
e. Antagonis saluran kalsium, seperti: nifedemin, diltiazom,
veratamil, dan lain-lain.
1) Hipertensi ringan, diberikan dengan hasil 40-80 mg tiga
kali sehari
2) Hipertensi sedang, diberikan dengan dosis 30-120 mg tiap
tengah hari
3) Hipertensi berat, diberikan dengan dosis 120-200 mg tiap
tengah hari. (Tom Smith, 1991)
11
oleh wanita pasca menopause, dibandingkan dengan pra
menopause. (Issebacher, 1999)
2) Jenis Kelamin
3) Ras
4) Tipe Keluarga
5) Status Sosial
12
dengan penduduk sebaliknya. (Purwati, 1998). Orang yang dalam
bekerja membutuhkan pemikiran dan kerja fisik yang berat dapat
menimbulkan stress, sehingga dapat memicu terjadinya hipertensi.
(Soeparman, 1999). Tempat tinggal di daerah pesisir pantai
dengan kadar garam yang tinggi dapat mengakibatkan konsumsi
garam yang berlebihan.
6) Kebiasaan Makan
7) Kebiasaan Tidur
8) Kebiasaan Eliminasi
9) Kebiasaan Latihan
13
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Riwayat keluarga
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Tipe lingkungan
14
dibandingkan pada masyarakat terisolir yang hanya 0,6%.
(Soeparman, 1999)
4) Fasilitas transportasi
d. Struktur keluarga
1) Struktur komunikasi
2) Struktur kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga dipegang oleh pengambil
keputusan yang mempunyai hak dalam menentukan masalah dan
kebutuhan dalam mengatasi masalah kesehatan (hipertensi) dalam
keluarga. (Effendy, 1998).
3) Struktur peran
Peran antar anggota keluarga menggambarkan perilaku
interpersonal yang berhubungan masalah kesehatan dalam posisi
dan situasi tertentu. (Effendy, 1998).
15
4) Nilai Kepercayaan
Beban kasus keluarga (hipertensi) sangat tergantung pada
nilai kepercayaan akan kebutuhan terhadap asuhan keperawatan
keluarga. (Effendy, 1998).
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Memberi kasih sayang, perhatian dan juga rasa aman pada
penderita hipertensi merupakan salah satu fungsi afektif keluarga,
yang dapat menurunkan tingkat stress atau beban masalah.
(Efeendy, 1998).
2) Fungsi sosialisasi
Adanya interaksi antar anggota keluarga dan nilai adaptif
terhadap masyarakat sekitar dapat menurunkan stress pada
penderita hipertensi. (Effendy, 1998).
3) Fungsi perawatan kesehatan
1) Pengetahuan keluarga
Pendidikan maupun pengetahuan keluarga yang
rendah, rasa takut akibat masalah yang diketahui, sikap
dan falsafah kehidupan mengenai penyakit hipertensi.
(Effendy, 1998).
2) Mengambil keputusan
Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya
masalah, keluarga tidak sanggup memecahkan masalah
karena kurang pengetahuan, kurangnya sumber daya
keluarga, tidak sanggup memilih tindakan diantara
beberapa pilihan, kurang percaya terhadap petugas dan
lembaga kesehatan terkait dengan penyakit hipertensi.
(Effendy, 1998).
16
3) Merawat anggota keluarga yang sakit
Tidak mengetahui keadaan penyakit misalnyam
sifat, penyebab, penyebaran, perjalanan penyakit, gejala,
dan perawatannya, tidak mengetahui tentang
perkembangan perwatan yang dibutuhkan, kutang atau
tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, serta
sikap dan pandangan hidup terhadap penyakit hipertensi.
(Effendy, 1998).
4) Memodifikasi lingkungan
Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya
keuangan, tanggung jawab/wewenang, kurang dapat
melihat keuntungan dan memanfaatkan pemeliharaan
lingkungan rumah, ketidaktahuan pentingnya sanitasi
lingkungan, ketidaktahuan tentang usaha pencegahan
penyakit hipertensi. (Effendy, 1998)
5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada, tidak
memahami keuntungan yang diperoleh, kurang percaya
terhadap petugas dan lembaga kesehatan terkait,
pengalaman yang kurang baik dari pertugas kesehatan,
sikap, dan falsafah hidup mengenai penyakit hipertensi.
(Effendy, 1998).
f. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Nyeri kepala, vertigo
Mata : Papil edema, diplopia
Hidung : Pendarahan hidung (epitaksis)
Leher : Distensi vena Jugularis
Dada : Sesak nafas, nyeri serta asites pada abdomen
Ekstremitas : Diaforesis, edema, sianosis, capileri reffil lambat.
17
g. Koping keluarga
1) Stressor yang muncul dalam keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan cardiac output
b. Gangguan perfusi jaringan
c. Gangguan rasa nyaman
d. Kelebihan volume cairan
e. Resiko injury
3. Intervensi
a. Penurunan cardiac output
1) Aspek Kognitif
a) Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang
penyakit hipertensi, meliputi: pengertia, faktor penyebab
serta tanda dan gejala penyakit hipertensi.
b) Berikan pendidikan kesehatan kepda keluarga tentang
faktor risiko terjadinya hipertensi, seperti: usia lanjut,
18
obesitas, keturunan, konsumsi garam berlebihan, dan lain-
lain.
2) Aspek Psikomotor
a) Berikan pengetahuan kepada keluarga agar mengenali
secara dini tanda dan gejala penurunan cardiac output,
seperti: pucat, kulit terasa dingin, bengkak pada area tubuh
tertentu.
b) Anjurkan kepada keluarga melakukan pemantauan tekanan
darah secara teratur
c) Lakukan dan anjurkan kepada klien dan kelurga untuk
melakukan tindakan kenyamanan, misalnya: pijat
punggung dan leher, teknik relaksasi.
3) Aspek Afektif
a) Motivasi klien untuk minumobat yang diresepkan secara
teratur dan sesuai dengan aturan penggunaan.
b) Anjurkan klien dan keluarga untuk mencegah komplikasi
hipertensi, misalnya: membatasi asupan garam, lemak dan
kolesterol, dan lain-lain.
c) Rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
perawatan yang lebih lanjut.
b. Gangguan perfusi jaringan
1) Aspek Kognitif
a) Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga
tentang pengertian, tandan dan gejala gangguan perfusi
jaringan pada hipertensi, seperti: pucat, kulit kebiruan,
kulit dingin, pusing, dan lain-lain.
b) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
faktor risiko terjadinya hipertensi, seperti: lanjut usia,
obesitas.
19
2) Aspek Psikomotor
a) Deteksi secara dini adanya gangguan perfusi jaringan
b) Lakukan pemantauan tekanan darah secara teratur kepada
kelurga yang sakit
c) Motivasi klien untuk minumobat secara teratur
d) Monitor pada diet untuk mengurangi asupan garam yang
berlebihan
3) Aspek Afektif
a) Rujuk klien ke pelayanan kesehatan
b) Motivasi klien untuk berpartisipasi dalam pengobatan
c) Bantu klien dan keluarga untuk mencegah komplikasi,
seperti: dengan membatasi asupan garam, lemak dan
kolesterol
c. Gangguan rasa nyaman
1) Aspek Kognitif
a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
tentang keluhan nyeri kepala sebagai salah satu gejala
serta cara mengatasinya.
b) Ajarkan kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi
dalam manajemen stress
c) Anjurkan klien untuk mengurangi aktivitas berat
2) Aspek Psikomotor
a) Anjurkan klien untuk mempertahankan tirah baring selama
sakit kepala
b) Berikan tindakan non-farmakologi untuk menghilangkan
ataupun menurunkan sakit kepala klien, misalnya pijat
punggung, kompres dingin pada dahi, pijat leher, teknik
relaksasi
20
3) Aspek Afektif
a) Berikan analgesik sesuai indikasi
b) Kolaborasi atau rujuk ke pelayanan kesehatan untuk
pengobatan lanjutan
c) Pertahankan hal-hal yang bisa mengurangi nyeri, seperti:
relaksasi
d. Kelebihan volume cairan
1) Aspek Kognitif
a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga
tentang manifestasi klinik kelebihan volume cairan (edema)
sebagai akibat memberatnya hipertensi
b) Berikan pendidikan kepada klien dan keluarga tentang cara
mencegah kelebihan volume cairan memberat, dengan cara
membatasi diet natriumdan intake cairan
2) Aspek Psikomotor
a) Anjurkan klien dan keluarga untuk mengubah posisi sesering
mungkin
b) Motivasi klien dan keluarga agar kooperatif dalam
pelaksanaan program pengobatan
3) Aspek Afektif
a) Rujuk ke pelayanan kesehatan dan kolaborasi pemberian obat
deuretik, seperti: furosemid
b) Pertahankan cairan dan pembatasan natrium sesuai indikasi
yang dikonsultasikan dengan ahli gizi
4. Risiko injury
1) Aspek Kognitif
a) Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien mengenai
adanya risiko injury
b) Jangan letakkan alat-alat yang membahayakan di dekat klien
21
c) Anjurkan keluarga agar menjaga lantai tidak licin, terutama
lantai kamar mandi
2) Aspek Psikomotor
a) Observasi terjadinya pandangan kabur dan pusing dari klien
b) Orientasikan klien terhadap lingkungan
c) Ingatkan klien untuk menggunakan kacamata
d) Pertahankan dan motivasi keluarga untuk menciptakan
lingkungan rumah yang nyaman
3) Aspek Afektif
a) Rujuk atau segera bawa ke pelayanan kesehatan jika terjadi
injury
b) Pertahankan agar lingkungan tetap aman
4. Implementasi
5. Evaluasi
22
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta: EGC
Guyton, AC, Hall, JE. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
EGC
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik
Edisi 4. Jakarta: EGC
Purwati, Susi & Rahayu. (1998). Perencanaan Menu untuk Penderita Tekanan
Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya
23
UJI PLAGIAT
24