PENDAHULUAN
penyediaan oksigen dalam batas curah jantung yang dapat dihasilkan oleh
morbiditas dan motalitas setelah transfusi darah juga cukup tinggi. Karena itu
transfusi darah seyogiyanya hanya diberikan apabila ada indikasi yang jelas.
gangguan fungsional yang ditimbulkan oleh kehilangan 10% isi darah, 20%
(Ramelan, 2010).
1
Komplikasi transfusi darah dapat dibagi menjadi 2 kategori
berdasarkan waktu munculnya gejala pertama: reaksi akut yang terjadi selama
atau dalam waktu 24 jam setelah transfuse darah, dan komplikasi terlambat
unit plasma terkoleksi setiap tahunnya untuk transfuse dari sekitar 10 juta
pendonor. Sekitar 72% donor mendonor ulang dan 95% terjadi disenter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Transfusi adalah proses pemindahan darah atau komponen darah dari seseorang
autologus. Transfusi allogenik adalah darah yang disimpan untuk transfusi berasal
dari tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang disimpan
berasal dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa hari sebelumnya, dan
dengan cairan.
4. Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma
Biasanya tidak efektif pada pasien dengan destruksi trombosit yang cepat seperti: ITP,
TTP dan KID dan transfusi biasanya dilakukan hanya pada adanya perdarahan yang
aktif. Pasien dengan trombositopenia yang disebabkan oleh sepsis atau hipersplenisme
Hb dan jumlah eritrosit dan leukosit pasien yang tidak normal (Shannon, 2012)
3
c) Transfusi darah dengan golongan darah yang berbeda.
Hepatitis B.
Whoole Blood
Darah lengkap sebaiknya tidak diberikan pada pasien dengan anemia kronik yang
Dapat menyebabkan hipervolemia jika diberikan dalam jumlah banyak dalam waktu
Darah lengkap ini berisi sel darah merah, leukosit, trombosit dan
plasma. Satu unit kantong darah lengkap berisi 450 ml darah dan 63 ml
dengan 37 ml antikoagulan. Suhu simpan antara 1-6 0C. lama simpan dari
darah lengkap ini tergantung dari antikoagulan yang dipakai pada kantong
darah, pada pemakaian sitrat fosfat dektrose (CPD) lama simpan adalah 21
hari, sedangkan dengan CPD adenine (CPDA) adalah 35 hari (WHO, 2002).
a) Darah utuh sangat segar, umurnya < 6 jam, masih berisi trombosit dan
4
c) Darah Utuh Simpan, umurnya > 24 jam sampai 3-4 minggu, selain
albumin.
luka bakar
2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25%
dari plasma dibuang. Satu unit PRC dari 500 ml darah lengkap volumenya
200-250 ml dengan kadar hematokrit 70-80%, volume plasma 15-25 ml, dan
volume antikoagulan 10-15 ml. Mempunyai daya pembawa oksigen dua kali
lebih besar dari satu unit darah lengkap. Waktu penyimpanan sama dengan
Secara umum pemakaian PRC ini dipakai pada pasien anemia yang tidak
yang ada tanda oxsygen need (rasa sesak, mata berkunang, palpitasi, pusing,
5
dan gelisah). PRC diberikan sampai tanda oxsygen need hilang. Biasanya pada
minimal.
Kerugian PRC adalah masih cukup banyak plasma, lekosit, dan trombosit
yang tertinggal sehingga masih bisa terjadi sensitisasi yang dapat memicu
efek samping komponen non eritrosit maka dibuat PRC yang dicuci (washed
3. Sel darah merah Pekat Dengan Sedikit Leukosit (Packed Red Blood Cell
Leukocytes Reduced)
menetapkan bahwa sel darah merah yang disebut dengan sedikit leukosit jika
kandungan leukositnya kurang dari 5x106 leukosit/unit. Sel darah ini dapat
diperoleh dengan cara pemutaran, pencucian sel darah merah dengan garam
6
fisiologis, dengan filtrasi atau degliserolisasi sel darah merah yang disimpan
beku. Karena pada pembuatannya ada sel darah merah yang hilang, maka
kandungan sel darah merah kurang dibandingkan dengan sel darah merah
Suhu simpan 1-6 0C, sedang masa simpan tergantung pada cara
ganda (system tertutup) masa simpannya sama dengan darah lengkap asalnya,
tapi bila dengan pencucian/filtrasi (system terbuka) produk ini harus dipakai
4. Sel Darah Merah Pekat Cuci (Packed Red Blood Cell Washed)
Dibuat dari darah utuh yang dicuci dengan normal saline sebanyak tiga
selama 4 jam pada suhu 4oC, karena itu harus segera diberikan. Sel darah
merah yang dicuci dengan normal salin memiliki hematokrit 70-80 % dengan
volume 180 ml. Pencucian dengan salin membuang hamper seluruh plasma
hanya dapat disimpan dalam 4 jam dalam suhu 1-6 0C (WHO, 2012).
5. Sel Darah Merah Pekat Beku Yang Dicuci (Packed Red Blood Cell Frozen,
Sel darah merah beku ini dibuat dengan penambahan gliserol suatu
sediaan krioprotektif terhadap darah yang usianya kurang dari 6 hari. Darah ini
penyimpanan beku, pencairan dan pencuciannya ada sel darah merah yang
7
hilang maka kandungan sel darah merah minimal 80% dari jumlah sel darah
merah pekat asal, demikian pula hematokrit kurang lebih 70-80%. Proses
pencucian dapat menggunakan larutan glukosa dan salin. Suhu simpan 1-6 0C
dan tidak boleh digunakan lebih dari 24 jam karena proses pencucian biasanya
6. Leukosit/Granulosit konsentrat
yang tidak membaik/ berat yang tidak sembuh dengan pemberian antibiotik,
kualitas leukosit menurun. Komponen ini dibuat dari seorang donor dengan
metode pemutaran melalui hemonetic 30. Dengan alat ini darah dari donor
Indikasi :
antibiotik
granulosit pada penderita neutropenia dengan panas yang tinggi dan gagal
diobati dengan antibiotik yang adekuat lebih dari 48 jam. Efek pemberian
transfusi granulosit tampak dari penurunan suhu badan penderita terjadi pada
8
7. Trombosit
tumor ganas.
b. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi
Dari 250 ml darah utuh diperoleh 125 ml plasma. Plasma banyak digunakan
temperatur 30 0C. Karena dibuat dari darah segar, maka hampir semua
9
faktor-faktor pembekuan masih utuh selama penyimpanan 30 0C kecuali
trombosit. Tapi bila disimpan pada temperatur 4oC, maka semua faktor
berikut.
a. Segera setelah terapi warfarin
b. Untuk koreksi defisiensi faktor koagulasi yang mana untuk faktor yang
dari satu unit volume darah dan jika PT dan PTT tidak dapat diperoleh
saat dibutuhkan.
e. FFP sebaiknya diberikan dalam dosis yang diperhitungkan mencapai
konsentrasi albumin.
Plasma biasa (Plasma Simpan)
Mengandung faktor stabil fibrinogen, albumin, dan globulin. Didapat
dari dari darah lengkap yang telah mengalami penyimpanan. Dari 250 cc
10
c. Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas.
d. Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang
hemoragik fever, atau luka bakar yang luas. Dosis pemberian tergantung
sirkulasi. Indikasi ini sekarang tidak dianjurkan lagi karena lebih aman
9. Cryopresipitate
Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,
demam, alergi. Satu kantong (30 ml) mengadung 75-80 unit faktor VIII,
Indikasi :
- Hemophilia A
- Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
- Penyakit von wilebrand
11
Konsentrate factor VIII dibuat dari plasma manusia atau diproduksi
setelah pengambilan darah. Semua produk dibuat steril, stabil, murni dan
Sediaan ini steril, stabil dan kering beku sebagai hasil dari fraksinasi
(WHO, 2012).
beberapa protein lain yang dibuat dengan proses fraksinasi alcohol dingin.
13. Immunoglobulin
(IgG) dengan sedikit IgA dan IgM. Terdapat dua sediaan yakni
12
intramuscular (IM) dan intravena (IV). Pada sediaan IM, produk ini
waktu 4-7 hari untuk mencapai kadar puncak dalam plasma, dosis
maksimum yang dapat diberikan dibatasi oleh massa otot dan pada
anti D. terdapat dua sediaan yaitu IM dan IV. Sediaan IV dosis 120 ug dan
300 ug telah disetujui oleh FDA untuk supresi imun terhadap antigen D dan
terlambat, yang dapat dibagi lagi menjadi kategori infeksius dan non infeksius.
Komplikasi akut terjadi dalam hitungan menit sampai 24 jam setelah transfusi,
dimana komplikais terlambat dapat terjadi dalam hitungan hari, bulan, atau
menggunakan istilah Efek samping serius non infeksius dari transfusi untuk
karena kemajuan proses skrining darah; risiko untuk mendapatkan infeksi dari
telah menurun 10.000 kali lipat sejak tahun 1980 (Sharma, Sharma, and Tyler,
2011).
13
Efek samping non infeksius dari transfusi adalah lebih dari 1000 kali lebih
sering dari pada komplikasi infeksius. Namun, tidak ada kemajuan dalam
pencegahan efek samping serius non infeksius, dari pada perbaikan pada
pemeriksaan skrining dan kemajuan medis lainnya. Sehingga, pasien lebih sering
untuk mengalami efek samping transfusi non infeksius yang serius dari pada
Non Infeksius
Akut
1. Reaksi Transfusi: Febris
temperature satu derajat selama atau dalam 3 jam transfuse, yang tidak
leuko dari unit sel darah merah (Glliss, Looney, and Gropper, 2011).
merah dan 1:20 untuk transfuse platelet. Reaksi transfuse febris dapat
14
2. Reaksi Alergi
kira-kira 1-3% dari semua transfusi, dan diduga sebagai hasil dari
Gropper, 2011).
atau reaksi transfuse anafilaktoid. Reaksi ini terjadi secara spesifik oleh
Gropper, 2011).
atrial kiri atau volume berlebih yang terjadi dalam waktu 6 jam setelah
vascular, Kerley B line, dan opasitas bilateral pada foto dada. Pada
15
pasien tanpa edema paru, tekanan kapiler paru diseimbangkan oleh
kiri dan tekanan kapiler paru selama homeostasis tetap dijaga oleh
tekanan atrium kiri dan rasio pembentukan edema paru. Edema paru
darah total. Pada TACO, peningkata sedang pada volume darah dan
melewati titik batas edema paru. Pada pasien dengan jantung dan ginjal
Sungwon, 2015).
16
Konfirmasi hipoksemia, melakukan foto x-ray dada, dan
lain. Reaksi transfuse hemolitik dan septik tampak mirip dengan TRALI.
TRALI, tetapi tanda dan gejala jalan nafas lebih sering pada pasien
transfuse. Gangguan fungsi miokardial dan terapi cairan yang cepat dan
agitasi, menggigil, dan sensasi terbakar pada tempat infuse, nyeri dada,
dispneu. Gejala-gejala objektif juga dapat terlihat pada pasien yang tidak
17
dan/atau perubahan warna urin (warna transparan kemerahan). Perdarahan
difus sebagai tanda DIC atau anuria sebagai akibat gagal ginjal dapat
Terlambat
1. Transfusi terkait penyakit graft-Vs-host
resipien. Hal ini fatal pada lebih dari 90% kasus. Pasien yang rentan
terdiri dari gatal, demam, diare, disfungsi liver, dan pansitopenia yang
Tyler, 2011).
18
terjadinya penyakit graft-vs-host terkait transfuse (Sharma, Sharma,
Infeksius
utama yang terkait dengan transfusi darah. Estimasi yang akurat tentang risiko
negara lain, tergantung pada jumlah kasus IMLTD dalam populasi tertentu dari
mana unit darah yang diperoleh misalnya dari donor sukarela, donor komersial
infeksi dimana darah donor sudah infeksius tetapi hasil skrining masih negatif
(Kiswari, 2014).
lainnya seperti CMV, EBV dan Herpes. Di antara semua infeksi HIV, Virus
Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis B (HCV), Sifilis adalah virus yang paling
sering skrining atau diuji saring di layanan transfusi sesuai dengan standard
WHO. Risiko infeksi dapat dihindari jika dilakukan skrining dengan cara yang
19
Semua donor sebaiknya dilakukan skrining pada minimal satu marker
serologis yang cocok untuk masing-masing empat infeksi ini dan skrining
logistik dan tingkat sumber daya yang tersedia. Setiap negara harus memenuhi
syarat dalam pengumpulan darah dan juga komponen darah untuk memastikan
bahwa suplei darah bebas dari HIV, virus hepatitis dan infeksi lain yang
mengancam jiwa orang yang dapat ditularkan melalui transfusi yang tidak
ini bisa terjadi karena viremia virus hepatitis A sangat pendek dan tidak
20
dapat dicegah atau diminimalkan dengan seleksi donor yang baik dan
1,9% kasus infeksi HIV melalui transfusi darah dan komponen darah.
diperkirakan hanya 1 dari 500.000 kali transfusi dan HIV-2 hanya 1 dari
pada usia 40-60, menggambarkan adanya masa infeksi laten yang lama
d. Virus Cytomegalo
komponen darah yang sero-positif berkisar 8-25% dimana, risiko ini akan
(IDAI, 2008).
21
Sembilan puluh persen darah donor mempunyai antiboditerhadap
(Kiswari, 2014).
disebarkan oleh kutu, keluhan mulai dari tidak ada keluhan sampai yang
dengan kinin atau klindamisin. Infeksi ini jarang yang fatal (Kiswari,
2014).
2014).
g. Kontaminasi Bakteri
22
pembersihan kulit tidak adekuat. Transfusi trombosit yang disimpan pada
dan salmonella. Keluhan dapat berupa seperti febris non hemolitik sampai
sepsis akut dengan panas, hipotensi dan kematian. Keluhan yang berat
sama seperti pada sepsis karena organisme lain yang sesuai (Kiswari,
2014).
h. Infeksi Lainnya
HTLV-I dan HTLV-II (virus terkait dengan T-cell leukemia / limfoma manusia).
Sejak tahun 2003, darah yang disumbangkan juga diuji untuk mengetahui virus
West Nile, yang terbaru adalah pengujian atas penyakit Chagas (penyakit umum
tertentu, virus, dan parasit, seperti Babesiosis, malaria, penyakit Lyme, dan lain-
lain juga dapat ditularkan melalui transfusi darah. Tapi karena donor potensial
23
2.5. Tatalaksana Reaksi Transfusi
Pada reaksi transfusi dibedakan berdasarkan ada tidaknya demam dan waktu
reaksinya. Reaksi transfusi akut terjadi selama atau kurang dari 24 jam setelah
transfusi, reaksi transfusi delayed terjadi lebih dari 24 jam setelah transfusi. (D. Joe
Chaffin, 2012).
injury (TRALI)
Reaksi transfusi tanpa adanya infeksi
AKUT DELAYED
overload (TACO)
tekanan darah sistolik > 100 mmHg dan perfusi jari-jari terasa hangat
c. Bila urine < 1 cc/kgBB/jam, maka segera berikan furosemide 1-2 mg/kgBB
24
d. Atasi demam dengan antipiretik
e. Periksa faal hemostasis untuk mengatasi kemungkinan DIC
2. Reaksi transfusi febris non hemolitik
a. Transfusi dipelankan pada reaksi yang ringan dan sedang
b. Berikan antipiretik (paracetamol 1g PO) dan monitor secara ketat
3. Transfusion related Sepsis
a. Berikan segera antibiotik broadspectrum
b. Berikan O2 dan penunjang lain yang dibutuhkan
4. TRALI
Pengobatan TRALI yang utama adalah dengan pemberian Oksigen dan intubasi
bila diperlukan
5. Reaksi transfusi alergi
a. Transfusi dihentikan dan diganti dengan infus NaCl 0,9%
b. Ganti bloodset baru
c. Berikan antihistamin (IM atau IV)
d. Setelah gejala hilang transfusi dapat dilanjutkan, sebaiknya dengan unit darah
yang lain.
6. Reaksi Hipotensi
a. Hentikan transfusi dan berikan terapi cairan NaCl 0,9%
7. Reaksi anafilaksis
a. Tinggikan kedua tungkai untuk memperbaiki venous return
b. Hentikan transfusi dan diganti dengan infus NaCl 0,9%
c. Adrenalin 0,1-0,2 mg IV diulang tiap 5-15 menit sampai sirkulasi membaik.
Pada edema paru berat perlu diberikan morfin IV dengan titrasi pelan 1 mg pelan-
pelan, diulang tiap 10 menit sampai sesak mereda. Sedikit overdosis morfin akan
25
BAB III
RINGKASAN
Transfusi adalah proses pemindahan darah atau komponen darah dari seseorang
autologus. Transfusi allogenik adalah darah yang disimpan untuk transfusi berasal dari
tubuh orang lain. Sedangkan transfusi autologus adalah darah yang disimpan berasal
dari tubuh donor sendiri yang diambil 3 unit beberapa hari sebelumnya, dan setelah 3
volume dengan cairan; Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara
lain; Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen; Plasma loss atau
hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma subtitute atau larutan
albumin.
dengan golongan darah yang berbeda, transfusi darah dengan darah yang mengandung
26
Terdapat beberapa komponen darah, yaitu Darah Lengkap/ Whole Blood (WB),
Packed Red Cell, Sel darah merah Pekat Dengan Sedikit Leukosit (Packed Red Blood
Cell Leukocytes Reduced), Sel Darah Merah Pekat Cuci (Packed Red Blood Cell
Washed), Sel Darah Merah Pekat Beku Yang Dicuci (Packed Red Blood Cell Frozen,
Packed Red Blood Cell Deglycerolized), Leukosit/Granulosit konsentrat, Trombosit,
Plasma biasa dan Plasma Segar Beku, Cryopresipitate, Konsentrat Faktor VIII (Faktor
VIII consentrate), Konsentrat Faktor IX, Albumin Dan Fraksi Protein Plasma,
Immunoglobulin dan Rh Immune Globulin.
Secara garis besar komplikasi transfusi dibagi menjadi 2, yaitu komplikasi non
infeksius (akut, terlambat) dan komplikasi infeksius. Komplikasi akut terjadi dalam
hitungan menit sampai 24 jam setelah transfusi, dimana komplikasi terlambat dapat
Komplikasi non infeksius akut: reaksi transfusi febris, reaksi alergi, Transfusion-
penyakit graft-Vs-host
Komplikasi infeksius: Hepatitis karena transfusi, virus HIV tipe 1 dan 2, Virus
Human T Lymphotropic I dan II, Virus Cytomegalo, Virus Epstein Barr, Infeksi yang
transfusi diuji untuk mengetahui apakah beresiko terhadap penularan infeksi. Infeksi
Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD) adalah masalah utama yang terkait dengan
transfusi darah. Estimasi yang akurat tentang risiko IMLTD sangat penting untuk
memantau keamanan suplai darah dan mengevaluasi efektivitas dari prosedur skrining
saat ini yang dikerjakan. Transfusi darah membawa risiko IMLTD, termasuk HIV,
lainnya seperti CMV, EBV dan Herpes. Di antara semua infeksi HIV, Virus Hepatitis
27
B (HBV), Virus Hepatitis B (HCV), Sifilis adalah virus yang paling sering skrining
atau diuji saring di layanan transfusi sesuai dengan standard WHO. Risiko infeksi
dapat dihindari jika dilakukan skrining dengan cara yang baik dan berfokus pada
kualitasnya.
Penatalaksaan pada reaksi transfusi tergantung dengan jenis reaksi yang terjadi
Daftar Pustaka
Boediwarsono, Soebiandiri, Sugianto et al. 2007. Transfusi Darah dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Dr.
Soetomo Surabaya. Surabaya: Airlangga University Press. pp:187-92
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Buku Ajar Neonatologi Ed.1. Cetakan ke-1.
Badan penerbit IDAI. Jakarta. 2008
Kiswari Rukman, dr. Hematologi & Transfusi. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2014.
Ramelan S, Gatot D, Transfusi Darah Pada Bayi dan Anak dalam Pendidikan
Kedokteran berkelanjutan (Continuing Medical Education) Pediatrics Updates, 2010,
Jakarta, IDAI cabang Jakarta, halaman: 21-30.
Roubinian N. H. and Murphy E. L. 2015. Transfusion-assosiated Circulatory
Overload (TACO): Prevention, Management, and Patient Outcomes. International
Journal of Clinical Transfusion Medicine, vol. 3, p; 17-28.
Sharma S, Sharma P, and Tyler L. N. 2011. Transfusion of Blood and Blood Products:
Indications and Complications. American Family of Family Physicians; volume 83,
Number 6, p; 719-724.
28
Sjamsuhidajat dan De Jong, 2005; Buku Ajar Ilmu Bedah; Edisi III, EGC Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta, hal. 911, 921 922
Staf Pengajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2
Ed.IV. Badan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2010
WHO (World Health Organization Blood Transfusion Safety). The Clinical Use of
Blood in Medicine, Obstetrics, Pediatrics, Surgery & Anesthesia, Trauma & Burn.
GENEVA. 2012
29