Anda di halaman 1dari 6

F.

Kriteria Diagnosis Berdasarkan DSM-IV-TR dan PPDGJ-III


Kriteria gangguan tingkah laku pada DSM-IV-TR menyatakan bahwa tiga perilaku
spesifik diperlukan dari 15 perilaku yang tersusun, termasuk menggertak, menakuti, atau
mengintimidasi orang lain dan bergadang meskipun ada larangan orang tua, dimulai sebelum
usia 13 tahun. DSM-IV-TR juga merinci bahwa bolos dari sekolah harus dimulai sebelum usia
13 tahun agar dapat dianggap sebagai gejala gangguan tingkah laku. Gangguan ini dapat
didiagnosis pada orang yang berusia lebih dari 18 tahun hanya jika kriteria untuk gangguan
kepribadian antisosial tidak terpenuhi (Benjamin J.S dan Virginia A.S, 2010).
Kriteria gangguan tingkah laku dalam DSM-IV-TR (Benjamin J.S dan Virginia A.S, 2010):
1. Pola perilaku yang berulang dan menetap yang melanggar hak dasar orang lain, atau
norma atau peraturan sosial utama yang sesuai usia, dan ditunjukkan dengan adanya tiga
(atau lebih) kriteria berikut ini dalam 12 bulan terakhir, dengan sedikitnya satu kriteria
ada pada 6 bulan terakhir :
a. Agresi pada orang lain dan hewan
(1) sering menggertak, menakuti, atau mengintimidasi orang lain
(2) sering memulai perkelahian fisik
(3) menggunakan senjata yang dapat menyebabkan cedera serius pada orang lain
(misal, pentungan, batu bata, pecahan botol, pisau, senjata)
(4) secara fisik kejam pada orang
(5) secara fisik kejam pada hewan
(6) mencuri saat menemukan korban (misalnya membegal, merampas dompet,
memeras, perampokan bersenjata)
(7) memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual
b. Perusakan barang kepemilikan
(8) secara sengaja menimbulkan kebakaran dengan maksud menimbulkan
kerusakan serius
(9) secara sengaja merusak barang kepemilikan orang lain (selain dengan
membakar)
c. Penipuan atau percurian
(10) masuk ke dalam rumah, gedung, atau mobil orang secara paksa
(11) sering berbohong untuk mendapatkan barang atau pertolongan atau untuk
menghindari kewajiban (yaitu, menipu orang lain)
(12) mencuri barang yang bernilai tanpa menemui korban (misalnya mencuri di
toko, tetapi tanpa memecahkan dan memasuki toko;pemalsuan)
d. Pelanggaran peraturan yang serius
(13) sering bergadang meskipun dilarang orang tua, dimulai sebelum usia 13
tahun
(14) lari dari rumah menginap sedikitnya dua kali saat tinggal di rumah orang tua
atau orang tua angkat (atau sekali tanpa kembali untuk periode waktu yang
lama)
(15) sering bolos dari sekolah, dimulai sebelum usia 13 tahun
2. Gangguan perilaku menyebabkan hendaya di dalam fungsi sosial, akademik, atau
pekerjaan yang secara klinis bermakna.
3. Jika orang yang ini 18 tahun atau lebih, kriteria gangguan kepribadian antisosial tidak
terpenuhi.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa
Berdasarkan PPDGJ-III, gangguan tingkah laku (F.91) dapat didiagnosis berdasarkan beberapa
pedoman (Maslim, 2013).
Gangguan tingkah laku berciri khas dengan adanya suatu pola tingkah laku
dissosial, agresif atau menentang, yang berulang dan menetap.
Penilaian tentang adanya gangguan tingkah laku perlu memperhitungkan tingkat
perkembangan anak. Temper tantrums, merupakan gejala normal pada
perkembangan anak berusia 3 tahun, dan adanya gejala ini bukan merupakan dasar
diagnosis ini. Begitu pula, pelanggaran terhadap hak orang lain (seperti tindak
pidana dengan kekerasan) tidak termasuk kemampuan anak berusia 7 tahun dan
dengan demikian bukan merupakan kriteria diagnostik bagi anak kelompok usia
tersebut. Contoh-contoh perilaku yang dapat menjadi dasar diagnosis mencakup
hal-hal berikut: perkelahian atau menggertak pada tingkat berlebihan; kejam
terhadap hewan atau sesama manusia; perusakan yang hebat atas barang milik
orang; membolos dari sekolah dan lari dari rumah; sangat sering meluapkan temper
tantrum yang hebat dan tidak biasa; perilaku provokatif yang menyimpang; dan
sikap menentang yang berat serta menetap. Masing-masing dari kategori ini,
apabila ditemukan, adalah cukup untuk menjadi alasan bagi diagnosis ini, namun
demikian perbuatan dissosial yang terisolasi bukan merupakan alasan yang kuat.
Diagnosis ini tidak dianjurkan kecuali bila tingkah laku seperti yang diuraikan di
atas berlanjut selama 6 bulan atau lebih.

Gangguan tingkah laku dapat digolongkan secara lebih spesifik lagi ke dalam beberapa
subtipe, antara lain (Maslim,2013) :
F91.0 Gangguan Tingkah Laku yang Terbatas pada Lingkungan Keluarga
Pedoman Diagnostik :
Memenuhi kriteria F91 secara menyeluruh.
Tidak ada gangguan tingkah laku yang signifikan di luar lingkungan keluarga dan juga
hubungan sosial anak di luar lingkungan keluarga masih berada dalam batas-batas
normal.

F91.1 Gangguan Tingkah Laku Tak Berkelompok Pedoman Diagnostik


Ciri khas dari gangguan tingkah laku tak berkelompok ialah adanya kombinasi mengenai
perilaku dissosial dan agresif berkelanjutan (yang memenuhi seluruh kriteria F91 dan
tidak terbatas hanya pada perilaku membangkang, menentang, dan merusak), dengan sifat
kelainan yang pervasif dan bermakna dalam hubungan anak yang bersangkutan dengan
anak-anak lainnya.
Tiadanya keterpaduan yang efektif dengan kelompok sebaya merupakan perbedaan
penting dengan gangguan tingkah laku yang berkelompok (socialized) dan ini
diutamakan di atas segala perbedaan lainnya.
Rusaknya hubungan dengan kelompok sebaya terutama dibuktikan oleh keterkucilan dari
dan/atau penolakan ooleh, atau kurang disenanginya oleh anak-anak ebayanya, dan
karena ia tidak mempunyai sahabat karib atau hubungan empatik, hubungan timbal balik
yang langgeng dengan anak kelompok usianya. Hubungan dengan orang dewasa pun
ditandai dengan oleh perseisihan, rasa bermusuhan, dan dendam. Hubungan baik dengan
orang dewasa dapat terjalin (sekalipun biasanya kurang bersifat akrab dan percaya); dan
seandainya ada, tidak menyisihkan kemungkinan diagnosis ini.
Tindak kejahatan lazim (namun tidak mutlak) dilakukan sendirian. Perilaku yang khas
terdiri dari: tingkah lku menggertak, sangat sering berkelahi, dan (pada anak yang lebih
besar) pemerasan atau tidank kekerasan; sikap membangkang secara berlebihan,
perbuatan kasar, sikap tidak mau kerja sama, dan melawan otoritas; mengadat berlebihan
dan amarah yang tidak terkendali; merusak barang orang lain, sengaja membakar,
perlakuan kejam terhadap hewan dan terhadap sesama anak. Namun ada pula anak yang
terisolasi, juga terlibat dalam tindak kejahatan berkelompok. Maka jenis kejahatan yang
dilakukan tidaklah penting dalam menegakkan diagnosis, yang lebih penting adalah soal
kualitas hubungan personal-nya.

F91.2 Gangguan Tingkah Laku Berkelompok Pedoman Diagnostik :


Kategori ini berlaku terhadap gangguan tingkah laku yang ditandai oleh perilaku dissosial
atau agresif berkelanjutan (memenuhi kriteria untuk F91 dan tidak hanya terbatas pada
perilaku menentang, membangkang, merusak) terjadi pada anak yang pada umumnya
cukup terintegrasi dalam kelompok sebayanya.
Kunci perbedaan terpenting adalah adanya ikatan persahabatan langgeng dengan anak
yang seusia. Sering kali, namun tidak selalu, kelompok sebaya itu terdiri atas anak-anak
yang juga terlibat dalam kegiatan kejahatan atau dissosial (tingkah laku yang tidak
dibenarkan masyarakat justru dibenarkan oleh kelompok sebayanya itu dan diatur oleh
subkultur yang menyambutnya dengan baik). Namun hal ini bukan merupakan syarat
mutlak untuk diagnosisnya; bisa saja anak itu menjadi warga kelompok sebaya yang tidak
terlibat dalam tindak kejahatan sementara perilaku dissosial dilakukannya di luar
lingkungan kelompok itu. Bila perilaku dissosial itu pada khususnya, merupakan
penggertakan terhadap anak lain, boleh jadi hubungan dengan korbannya atau beberapa
anak lain terganggu. Perlu ditegaskan lagi, hal itu tidak membatalkan diagnosisnya, asal
saja anak itu memang termasuk dalam kelompok sebaya dan ia merupakan anggota yang
setia dan mengadakan ikatan persahabatan yang langgeng.

F91.3 Gangguan Sikap Menentang (Membangkang)


Ciri khas dari jenis gangguan tingkah laku ini adalah berawal dari anak di bawah usia 9
dan 10 tahun. Ditandai oleh adanya perilaku menentang, ketidak-patuhan, perilaku
provokatif dan tidak adanya tindakan dissosial dan agresif yang lebih berat yang
melanggar hukum ataupun melanggar hak asasi orang lain.
Pola perilaku negativistik, bermusuhan, menentang, provokatif dan merusak tersebut
berlangsung secara berkelanjutan, yang jelas sekali melampaui rentang perilaku normal
bagi anak kelompok usia yang sama dalam lingkungan sosial-budaya yang serupa, dan
tidak mencakup pelanggaran yang lebih serius terhadap hak orang lain seperti dalam
kategori F91.0 dan F91.2. Anak dengan gangguan ini cenderung sering kali dan secara
aktif membangkang terhadap permintaan atau peraturan dari orang dewasa serta dengan
sengaja mengusik orang lain. Lazimnya mereka bersikap marah, benci dan mudah
terganggu oleh orang lain yang dipersalahkan atas kekeliruan dan keulitan yang mereka
lakukan sendiri. Mereka umumnya mempunyai daya toleransi terhadap frustasi yang
rendah dan cepat hilang kesabarannya. Lazimnya sikap menentangnya itu bersikap
provokatif, sehingga mereka mengawali konfrontasi dan sering kali menunjukkan sifat
kasar, kurang suka kerjasama, menentang otoritas.

F91.8 Gangguan Tingkah Laku Lainnya

F91.9 Gangguan Tingkah Laku YTT


Hanya digunakan untuk gangguan yang memenuhi kriteria umum untuk F91, namun
tidak memenuhi kriteria untuk salah satu subtipe lainnya.

G. Diagnosis Banding
1. Gangguan aktivitas dan perhatian (Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD))
ADHD dapat dikonsepkan sebagai gangguan kognitif/perkembangan, dengan onset usia lebih
muda dari gangguan tingkah laku. Anak dengan ADHD lebih menunjukkan defisit pada
perhatian dan fungsi kognitif, dan memiliki aktivitas motorik yang meningkat, dengan
abnormalitas perkembangan neurologis yang lebih hebat. Sedangkan anak dengan gangguan
tingkah laku cenderung memiliki karakteristik sifat agresi yang tinggi dan disfungi keluarga
yang lebih hebat.
2. Gangguan penyalahgunaan zat pada remaja.
3. Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) sering tampak terdapat bersamaan dengan gangguan
perilaku mengacau (disruptive behavior disorder) (Benjamin J.S dan Virginia A.S., 2010).

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai