A. Pendekatan Biofisikal
Terapi bagi anak yang mengalami penyimpangan tingkah laku bertujuan untuk
mengurangi prilaku yang mengganggu, memperbaiki prestasi sekolah dan hubungan
dengan lingkungannya, serta lebih mandiri di rumah dan di sekolah. Disamping itu,
terapi ditujukan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak dan prilaku yang lebih
aman di komunitas. Saat dilaksanakan terapi disarankan keluarga penderita
dilibatkan agar terapi dapat berlangsung dengan lebih efektif. Keterlibatan anggota
keluarga lainnya dan guru sangat diperlukan dalam penanganannya. Dalam hal ini
dokter berperan sebagai educator dan konsultan bagi penderita dan keluarga
penderita. Terapi Biofisikal dilakukan dengan cara mengontril zat-zat yang ada
dalam otak. Pilihan utama terapi adalah obat dari golongan psikostimulan. Salah
satunya adalah Methylphenidate.Obat tersebut diberikan bila gejalanya cukup
mengganggu, terjadinya hambatan fungsi sosial, edukasi dan emosional. Dengan
memberi obat terapi lain bisa lebih berhasil. Biasanya pengobatan diberikan
sesudah jam sekolah. Berdasarkan penelitian, Methylphenidate dapat dipakai
sebagai pengobatan. Seminggu sejak pengobatan terjadi perbaikan tingkah laku dan
memperbaiki produktifitas, akurasi, dan efesiensi. Mekanisme kerja Methylphenidate
adalah meningkatkan pelepasan dopamin dan noradrenalin di dalam otak. Zat
tersebut juga memblokir masuknya kembali kedua neurotransmeter itu ke
dalam otak. Saat ini Methylphenidate dikembangkan dengan teknologi mutakhir
yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan penderita dalam mengontrol kadar
neurotransmeter
B. Pendekatan Psikodinamik
Setiap manusia berkembang melalui serangkaian interaksi tenaga-tenaga herediter
(keturunan) dengan keadaan lingkungannya. Kekuatan interaksi ini berbeda antara
satu orang dengan orang lain. Sifat-sifat herediter diturunkan oleh orang tua kepada
anak-anaknya melalui gen-gen. setiap orang memiliki potensi keturunan tertentu.
Manusia adalah mahkluk unik karena kemungkinan kombinasi gen-gen yang banyak
dengan berbagai corak situasi lingkungan serta berlapis-lapis aneka pengalaman
sejak konsepsi diawali maka setiap aspek yang ada di sekeliling selalu berinteraksi
dengan potensi dari keturunan. Pada waktu lahir, bayi memberikan sahutan
terhadap rangsangan-rangsangan pertama yang ada di sekitarnya. Setelah bayi
berkembang dari hari ke hari, berinteraksi dengan lingkungannya, bayi yang secara
psikologis belum memiliki bentuk itu sekarang berdiferensi, kemudian berkembang
menjadi EGO atau AKU. Dari sudut pandang psikodinamik, maka dalam proses
perkembangan egonya, kepribadian si bayi diorganisasikan di sekeliling inti yang
terdiri dari kebutuhan psikologis dan biologis. Dalam hal ini dikaitkan dengan anak
berkebutuhan khusus terutama anak tunagrahita yang sama-sama manusia dan
memiliki kebutuhan yang sama dengan manusia pada umumnya terutama dalam
kebutuhan psikoloigis dan biologis. Terapi dalam hal ini bagaimana cara anak
tunagrahita berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, karena hal ini
merupakan factor penting dalam perkembangan ego. Tidak dapat dipungkiri bahwa
anak tunagrahita dapat mengalami prustasi, konflik, bagaimana cara kita sebagai
seorang pendidik dalam bidang ini untuk berusaha memenuhi kebutuhan
anak tunagrahita, cara kita melindungi dan meninggikan integritas egonya. Hal ini
tergantung sejauhmana kita mengenal anak tersebut dan memahami karakteristik
anak.
C. Pendekatan Behavior
Pendekatan behavioral merupakan pendekatan yang paling popular dan terkenal
karena bersifat logis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Asumsi pendekatan Behavioral : Semua prilaku baik itu prilaku baik atau
lurus merupakan hasil belajar
Teori behavioral : berangkat dari penelitian seekor binatang, tokoh dari
behavioral adalah Pavlov.
Prinsip idiosinkratik : yaitu pemberian reinforcement dan punishment yang
sesuai dengan kebutuhan anak.
Reinforcement mendatangkan kesenangan / keenakan
Punishment (hukuman) dilakukan agar prilaku menyimpang itu hilang
D. Pendekatan Sosiologis
Sosiologis secara luas dapat diartika sebagai llmu yang mempelajari
hubungan antara manusia sebagai anggota masyarakat dengan
manusia lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, pendekatan
sosiologis dapat diartikan sebagai salah satu pendekatan yang
menggunakan media masyarakat sebagai media pembelajaran untuk
individu yang dianggap mempunyai tingkah laku menyimpang. Karena
dalam lingkungan itulah individu dapat belajar tentang banyak hal
termasuk di dalamnya adalah tentang pola prilaku yang sesuai dengan
lingkungan di mana ia berada.Dalam lingkungan tersebut anak dapat
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam
interaksi anak dengan lingkungan ia lambat laun mendapat
kesadaran akan dirinya sebagai pribadi. Ia belajar untuk memandang
dirinya sebagai obyek seperti orang lain memandang dirinya. Ia dapat
membayangkan kelakuan apa yang diharapkan orang lain dari padanya.
Ia dapat mengatur kelakuannya seperti yang diharapkan orang
daripadanya. Misalnya ia dapat merasakan perbuatannya yang salah
dan keharusan meminta maaf. Dengan menyadari dirinya sebagai
pribadi ia dapat mencari tempatnya dalam struktur sosial,dapat
mengharapkan konsekuensi positif bila berkelakuan menurut norma-
norma akibat negative atas kelakuan melanggar aturan.
Dalam pendekatan ini dikenal dengan proses sosialisasi yang dapat
diartikan sebagai proses membimbing individu ke dalam dunia sosial.
Sosialisasi dilakukan dengan mendidik anak individu tentang
kebudayaan yang harus dimiliki dan diikutinya, agar ia menjadi angota
yang baik dan masyarakat dan dalam berbagai kelompok khusus.
Sosialisasi dapat juga diartikan sebagai pendidikan. Sosialisasi dapat
tercapai melalui komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya. Pola
kelakukan yang diharapkan dari anak terus menerus disampaikan dalam
segala situasi dimana ia terlibat. Kelakuan yang tidak sesuai
dikesampingkan karena menimbulkan koflik dengan lingkungan
sedangkan kelakuan yang sesuai dengan norma yang diharapakan
dimantapkan. Pendekatan sosiologis lebih menempatkan kegiatan
memilih pada konteks sosial. Melalui pendekatan ini, tingkah laku
seseorang akan dipengaruhi identifikasi diri terhadap kelompok,
termasuk norma yang dianut oleh kelompok tersebut. Dalam
pendekatan ini, mobilitas seseorang yang ingin keluar dari kelompok
untuk bergabung dengan kelompok lain masih dimungkinkan. Karena
itu, pilihan seseorang akan dipengaruhi latar belakang sosial-ekonomi,
demografi, tempat tinggal, pendidikan,pekerjaan dan sebagainya.
Sebenarnya, munculnya penyimpangan tingkah laku pada anak-anak
yang sebagian besar menimpa remaja 14-19 tahun itu bisa dicegah,
yakni melalui peran orang tua dalam menanamkan bekal agama kepada
anak-anaknya. Dengan bekal agama yang memadai, iman mereka akan
kuat, sehingga terhindar dari pengaruh lingkungan yang negative. Dalam
membina anak agar mereka bisa menjadi generasi penerus bangsa
yang bisa diandalkan, peran orang tua paling besar. Mengapa peran
orang tua sangat besar?. Karena waktu terbanyak anak-anak ada di
rumah, kalau di sekolah hanya beberapa jam. Waktu terbanyak itulah
yang seharusnya dimanfaatkan oleh orang tua untuk mendidik
dan membekali pendidikan agama kepada putra-putrinya.