Anda di halaman 1dari 59

Laporan kasus

INFEKSI VIRUS DENGUE, INFEKSI SALURAN KEMIH,


DEMAM TYPHOID

OLEH :

I MADE MEGA KENCANA PUTRA

Pembimbing:
Dr. Endah Tjiptaningsih, Sp.A
TINJAUAN PUSTAKA
DENGUE FEVER

DEFINISI

Demam Dengue: penyakit demam akut

Penyebab : virus genus Flavivirus, famili


Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe
DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4

Perantara : Nyamuk Aedes aegypti atau


Aedes albopictus.
EPIDEMIOLOGI

50 juta kasus
25.000 kasus
demam dengue 500.000 kasus
kematian setiap
setiap tahun di Rumah Sakit
tahunnya.
diseluruh dunia

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013


112.511 kasus dan 871 kasus berujung kematian
C. ETIOLOGI

Virus dengue
Virus dengue yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan
genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2,
Den-3 dan Den-4, ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Stegomiya
aegipty dan Stegomiyaalbopictus.
Faktor yang meningkatkan transmisi virus
dengue yaitu:

Nyamuk

Pejamu

Virus Abiotik
D. PATOGENESIS
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS
Perjalanan Penyakit
Demam Dengue
Expanded Dengue Syndrom
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

• Isolasi Virus
• Dapat dilakukan dengan menanam spesimen pada biakan jaringan
nyamuk atau dengan inokulasi /penyuntikan pada nyamuk
• Deteksi Asam Nukleat
• Genome virus dengue yang terdiri dari asam ribonukleat (RNA)  RT-
PCR
• Deteksi Antigen Virus Dengue
• Pemeriksaan NS-1 antigen virus dengue (sensitifitas tinggi pd hari 1-2
demam)
• Pemeriksaan Serologi
• IgG dan IgM anti dengue
• Parameter Hematologi
• Leukopenia pada akhir fase demam
• Hematokrit meningkat >20% (hemokonsentrasi)
• Trombosit <100.000 /ul (trombositopenia)

• Pemeriksaan radiologis  foto thorax atau USG dapat


ditemukan:
• Dilatasi pembuluh darah paru
• Efusi pleura
• Kardiomegali dan efusi perikard
• Hepatomegali, dilatasi V. heapatika dan kelainan parenkim hati
• Cairan dalam rongga peritoneum
TATALAKSANA

Tersangka Infeksi Dengue


Demam 2-7 hari, mendadak tinggi kontinua, nyeri kepala, mialgia,
artralgia, nyeri retroorbital, manifestasi perdarahan (spontan/rumple
leede), leukosit <4000/mm3, kasus DBD di lingkungan

Umum Menolak makan dan minum, muntah


persisten
Warning signs dari DBD Nyeri perut hebat, hepatomegali dan nyeri
tekan, letargi, gelisah, akumulasi cairan,
hematokrit awal tinggi, demam turun tetapi
keadaan anak memburuk
Tanda dan gejala syok Memenuhi syok terkompensasi atau
dekompensasi
Tanda dan gejala keterlibatan Ensefalitis-ensefalopati, hematokesia,
organ / expanded dengue hematuri, urin berwarna gelap
syndrome (hemoglobinuria), gangguan jantung, gagal
ginjal akut, Haemolytic uraemic syndrome
Indikasi sosial Rumah jauh atau tidak ada orangtua/wali
yang dapat diandalkan untuk merawat anak
di rumah

Tidak Ya

Rawat jalan; beri nasihat


kepada orang tua

Rawat Inap :
- Demam Dengue
Apakah terdapat warning signs? Ya - Demam Berdarah Dengue
- Demam Berdarah Dengue dengan syok
-Expanded Dengue Syndrome
Prinsip Terapi Cairan Pada DBD
• Kristaloid isotonik harus digunakan selama masa kritis.
• Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat dan
tidak ada respon pada minimal volume cairan kristaloid yang diberikan.
• Volume cairan rumatan + dehidrasi 5% harus diberikan untuk menjaga
volume dan cairan intravaskular yang adekuat.
• Pada pasien dengan obesitas, digunakan berat badan ideal sebagai acuan
untuk menghitung volume cairan.
Rumatan Rumatan + defisit 5% Jumlah cairan Kecepatan (mL/kgBB/jam)
BB Ideal (kg)
(mL) (mL) ½ rumatan 1,5
5 500 750 Rumatan 3
10 1000 1500 Rumatan + defisit 5% 5
15 1250 2000
Rumatan + defisit 7% 7
20 1500 2500
Rumatan + defisit 10% 10
25 1600 2850
30 1700 3200
• DBD derajat I dan II (kasus non syok)
Cairan sesuai kebutuhan rumatan (untuk 1 hari) + defisit 5% (oral
maupun intavena) selama 48 jam.

SINDROM SYOK DENGUE TERKOMPENSASI


Anak gelisah, takikardi, takipnea, kulit dingin, tekanan nadi <20 mmHg, CRT >2 detik,
jumlah diuresis turun

· Beri oksigen 2-4L/menit


· Periksa hematocrit, kristaloid RL 10-20 mL/kgBB dalam 60 menit

Syok teratasi? Tidak


Ya

IVFD 10 mL/kgBB, 1-2 jam


Periksa A-B-C-S, Ht, BGA,
GDA, kalsium, perdarahan
Koreksi bila ditemukan segera asidosis,
Tanda vital stabil,
hipoglikemia, hipokalsemia
Turunkan IVFD bertahap
7, 5, 3, dan 1,5 mL/kgBB/jam

Ht meningkat Ht menurun

Stop IVFD
maksimal 48 jam Bolus kedua kristaloid Perdarahan
setelah syok teratasi atau koloid 10-20 mL/kgBB
dalam waktu 10-20 menit Tidak jelas

Transfusi darah
Bila tidak teratasi
Koloid 10-20 mL/kgBB
Dalam 10-20 menit
Jika syok menetap dianjurkan transfuse darah
SINDROM SYOK DENGUE DEKOMPENSASI
Kulit dingin dan lembab, Takikardi, Syok hipotensif (hipotensi, nadi cepat kecil), syok dalam
(nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak terukur), Pernafasan Kusmaull atau Hipernoe,
Sianosis

· Beri oksigen 2-4L/menit


· Bolus kristaloid dan/atau koloid 10-20 mL/kgBB dalam waktu 10-20 menit
· Periksa ABCS : hematocrit, analisis gas darah, gula darah, kalsium

Ya Syok teratasi? Tidak

IVFD 10 mL/kgBB, 1-2 jam Koreksi segera asidosis,


hipoglikemia, hipokalsemia
perhatikan nilai hematokrit
Tanda vital stabil,
Turunkan IVFD bertahap
7, 5, 3, dan 1,5 mL/kgBB/jam
Ht meningkat Ht menurun

Stop IVFD
maksimal 48 jam
setelah syok teratasi Bolus kedua kristaloid Perdarahan Klinis
atau koloid 10-20 mL/kgBB Tidak jelas Perdarahan
dalam waktu 10-20 menit

Bila tidak teratasi Transfusi darah


Koloid 10-20 mL/kgBB
Dalam 10-20 menit
Jika syok menetap dianjurkan transfuse darah
INFEKSI SALURAN KEMIH

DEFINISI

• Infeksi saluran kemih (urinary tract infection=UTI) adalah bertumbuh


dan berkembang biaknya kuman atau mikroba dalam saluran kemih
dalam jumlah bermakna.

• ISK simtomatik adalah ISK yang disertai gejala dan tanda klinik. ISK
simtomatik dapat dibagi dalam dua bagian yaitu infeksi yang
menyerang parenkim ginjal, disebut pielonefritis dan infeksi yang
terbatas pada saluran kemih bawah (sistitis)

• ISK non spesifik adalah ISK yang gejala klinisnya tidak jelas. Ada
sebagian kecil (10-20%) kasus yang sulit digolongkan ke dalam
pielonefritis atau sistitis, baik berdasarkan gejala klinik maupun
pemeriksaan penunjang yang tersedia.
• ISK simpleks (simple UTI, uncomplicated UTI) adalah infeksi
pada saluran kemih yang normal tanpa kelainan struktural
maupun fungsional saluran kemih yang menyebabkan stasis
urin.

• ISK kompleks (complicated UTI) adalah ISK yang disertai


dengan kelainan anatomik dan atau fungsional saluran kemih
yang menyebabkan stasis ataupun aliran balik (refluks) urin.
ETIOLOGI & FAKTOR
RISIKO

ETIOLOGI FAKTOR RISIKO

• Escherichia coli (80%)  Kelainan fungsi atau kelainan

• Staphylococcus anatomi saluran kemih


 Gangguan pengosongan
saprophyticus dan
kandung kemih (incomplete
Proteus mirabilis bladder emptying)
 Konstipasi
• Mikroorganisme lain
 Operasi saluran kemih
 Kekebalan tubuh yang rendah
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

• Neonatus :
• Gejala klinik tidak spesifik dapat berupa apati, anoreksia, ikterus
atau kolestatis, muntah, diare, demam, hipotermia, tidak mau
minum, oliguria, iritabel, atau distensi abdomen.

• 1 bulan-1 tahun :
• Demam, penurunan berat badan, gagal tumbuh, nafsu makan
berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, dan distensi
abdomen. Pada palpasi ginjal anak merasa kesakitan. Demam
yang tinggi dapat disertai kejang.
• Anak usia 1-4 tahun
• Demam yang tinggi hingga menyebabkan kejang, muntah dan
diare bahkan dapat timbul dehidrasi.
• Tampak gejala klinik lokal saluran kemih berupa polakisuria,
disuria, urgency, frequency, ngompol, sedangkan keluhan sakit
perut, sakit pinggang, atau pireksia lebih jarang ditemukan.
PIELONEFRITIS SISTITIS

• Demam tinggi • Demam jarang melebihi


• Mual, muntah, diare 380C
• Nyeri pinggang • Nyeri perut bagian
• Iritabel, Kejang bawah
• Gagguan berkemih
berupa frekuensi
• Nyeri waktu berkemih
• Rasa diskomfort
suprapubik
• Urgensi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DAN PENCITRAAN
Tabel 12. Kriteria diagnosis ISK
Pengambilan Jumlah koloni Kemungkinan infeksi (%)
urin
Aspirasi Gram-negatif : berapa pun >99%
suprapubik
Gram-positif : > beberapa
ribu
Kateterisasi >105 95%
104-105
Kemungkinan besar infeksi
103-104
<103 Meragukan, ulangi

Kemungkinan tidak infeksi


Mid-stream /
kantung
Anak laki-laki >104 Kemungkinan besar infeksi
Anak perempuan 3 sediaan = >105 95%
2 sediaan = 105 90%
1 sediaan = >105 80%
5 × 104 105 Meragukan, ulangi
104 5 × 104 + gejala : meragukan, ulangi
- gejala : kemungkinan tidak
infeksi
<104 Kemungkinan tidak infeksi
• USG
• Pemeriksaan USG dari saluran kemih pada bayi, anak kecil atau
adolesen dengan diagnosis pertama pyelonefritis akut.

• Voiding cystourethrogram (VCUG)


• Lakukan VCUG pada pasien anak dengan pyelonefritis akut yang
belum pernah pencitraan saluran kemih sebelumnya.
• Beberapa klinisi melakukan VCUG pada pasien yang berusia >4-5
tahun dengan pielonefritis akut yang memiliki pola berkemih
yang normal ketika tak terinfeksi.
TATALAKSANA

• Apabila gejala yang timbul berat, maka terapi harus segera diberikan
sementara menunggu pemeriksaan hasil biakan urin. Apabila gejala
ringan dan diagnosis meragukan, maka terapi dapat ditunda sampai
hasil biakan urin diketahui, dan pemeriksaan biakan dapat diulang
apabila hasil biakan pertama meragukan.

• Trimethoprim-sulfamethoxazole selama 3-5 hari efektif terhadap strain


E. coli.
• Nitrofurantoin 5-7 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis efektif untuk bakteri
Klebsiella-Enterobacter.
• Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari juga efektif sebagai terapi inisial.
THYPOID FEVER

ETIOLOGI

• Demam Tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh


bakteri Salmonella typhi.
• Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah S. typhi,
S. paratyphi A, S. paratyphi B (S. Schotmuelleri) dan S.
paratyphi C (S. Hirschfeldii).
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

Dalam minggu pertama:


• Demam
• nyeri kepala
• Anoreksia
• Mual dan muntah
• Diare, konstipasi.
• Pemeriksaan fisik: hanya didapatkan suhu badan yang
meningkat.
Setelah minggu kedua
• Demam remiten
• Lidah tifoid
• Pembesaran hati dan limpa,
• Mungkin disertai ganguan kesadaran dari yang ringan sampai
berat.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

• Dilakukan pada minggu pertama dan minggu kedua


1. Kultur
dikarenakan masih terjadi bakterimia.

• Pemeriksaan whole blood culture PCR terhadap S. Typhi


hanya membutuhkan waktu kurang dari 8 jam, dan
2. PCR memiliki sensitivitas yang tinggi.

• Rapid tes
3. Serologi • Widal
Tes

• Pemeriksaan hematologi untuk demam tifoid tidak


4. spesifik.
Hematologi
TATALAKSANA

Suportif :
tirah baring, isolasi memadai, serta kebutuhan cairan dan kalori yang adekuat.
Berikan diet makanan yang lunak (mudah dicerna), dapat diberikan makanan
yang lebih padat dengan kalori terpenuhi sesuai kebutuhan.

Medikamentosa
Lini I : Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari PO dibagi dalam 4 dosis atau
Amoksisilin 100 mg/kgBB/ hari PO atau IV

Lini II :
• Seftriakson 80 mg/kgBB/hari IV atau IM atau sefiksim 10 mg/kgBB/ kali PO
dibagi dlm 2 dosis
• Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan penurunan kesadaran 
deksametason 1-3 mg/kgBB/ hari IV dibagi 3 dosis
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
• Nama : An. M
• Umur : 14 Tahun
• Tanggal lahir : 20 Maret 2003
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat : Jl. Lumajang RT 01/10
• No. register : 212978
• Tanggal Masuk : 25-08-2017
• Tanggal Keluar : 31-08-2017
3.2 SUBYEKTIF
• Keluhan Utama : Panas
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan panas sudah sejak kurang lebih 8 hari,
panas dirasakan naik turun, saat panas pasien terkadang
sampai menggigil, badan terasa kesemutan/linu-linu, dan
pusing terutama saat berjalan. Sebelumnya pasien sudah
berobat di pondok dan mendapat obat penurun panas tapi
panas tidak membaik, kemudian pasien dibawa berobat ke
bidan dan mendapat obat syrup dan panas turun sebentar.
Saat panas pasien tidak ada mimisan, gusi berdarah (-),
mual (+), muntah (-), batuk (+) sejak 5 hari yang lalu hilang
timbul, pilek (-), sesak (-), nafsu makan menurun, minum
seperti biasa, nyeri perut (+) bagian atas, BAB seperti biasa,
BAK seperti biasa, nyeri (-), panas saat kencing (-).
Riwayat Penyakit Terdahulu
• Pasien tidak pernah MRS sebelumnya
• Pasien juga tidak memiliki riwayat kejang dan asma sebelumnya
• Alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


• Riwayat asma tidak ada
• Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung
disangkal
• Riwayat alergi tidak ada
Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap
Riwayat Diit
• Makanan saat ini : Nasi
Riwayat Kehamilan Ibu
• Anak pertama dari 2 bersaudara

Riwayat Kelahiran
• Bayi lahir normal spontan, lahir di Bidan, Usia Kehamilan 9 Bulan,
BBL = 3500 gram, nangis kuat, gerak aktif, cacat -, PRM -, caput -,
tidak ada kelainan bawaan.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


• Ibu pasien mengatakan perkembangan anak baik, sesuai dengan
usianya
3.3 Objektif
Keadaan umum: Cukup
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda – tanda vital :
• Tekanan darah : 100/70 mmHg
• Nadi : 120 x/menit
• Pernafasan : 23 x/menit
• Suhu : 37,7 ºC
Data Antropometri :
• Berat Badan : 40 kg
• Tinggi Badan : 151 cm
• Lingkar Kepala : Tidak dievaluasi
• Lingkar Lengan : Tidak dievaluasi
• BBI : 42 kg
• Status Gizi : 95,2 % (Normal)
Status Generalis dan Lokalis
Kepala :
• Mata : - Bentuk simetris, mata cowong (+)
• A/I/C/D :-/-/-/-
• Hidung : PCH (-)
• Telinga : bentuk simetris, serumen -/-, sekret -/-
• Mulut : - Mukosa bibir : kering
• Lidah kotor (-)
• Faring hiperemi (-)
• Ulkus pada mulut (-)
• Nyeri telan (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), kelenjar thyroid tak teraba
membesar
Dada : Bentuk : simetris +/+
Pulmo
• Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis & dinamis, tidak ada
bagian paru yang tertinggal, penggunaan otot bantu napas (-),
retraksi (-)
• Palpasi : Vocal fremitus sama di kedua hemithorax
• Perkusi : Sonor di kedua hemithorax
• Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba
• Perkusi : dalam batas normal, tidak terdapat pembesaran
jantung
• Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-) gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : datar, scar (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : supel, nyeri tekan daerah epigastrium, hepar dan lien
tidak teraba pembesaran
• Perkusi : Timpani
Genetalia
• Perempuan dengan genetalia normal
Ekstremitas
• Akral hangat di keempat ekstremitas, edema -/-
• CRT < 2 detik
Status Neurologis
• Kaku kuduk (-)
Pemeriksaan tambahan: test tourniquet negatif
3.4 Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 25 Agustus 2017

Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Trombosit 100.000 Cmm 150000-450000
Hemoglobin 13,7 g/Dl 12-16
Leukosit 4.150 U/I 4000 - 11000

3.5 Assessment
IGD :
Diagnosis : Obs. Febris Hari ke 7
Diagnosis banding : Thypoid Fever
Ruangan :
Diagnosis : Dengue Fever
3.6 Planning
Diagnosa : DL, Widal, UL
Terapi :
• IGD:
• Inf. RL 1940 cc/24jam
• Inf. Sanmol 3x400 mg
• Inj. Ranitidin 2x1 amp
• Ruangan: (25 Agustus 2017)
• Rehidrasi Inf. Asering (7-5-3-1,5 cc/kgbb/jam)
Inf Asering 280cc/1jam  200cc/1jam  120cc/jam 
maintenance 60cc/jam
• Inf. Sanmol 3x400 mg
• Inj Ranitidin 2x1 amp
• Trolit 2 x 1 sach
• Xanda 1 x Cth 1
Follow Up
Tgl : Sabtu, 26 Agustus 2017
Sakit hari ke : 9
S: Panas hari ke 9 naik turun, nyeri sendi (+), nyeri perut (+), mual (-), muntah (-), nafsu
makan menurun, BAB (-) sejak kemarin, BAK (+) lancar.

O: KU : cukup
Kes : CM
Tanda Vital :
Suhu : 38,10C TD 90/60 mmHg
RR : 48x/menit Nadi : 100x/menit
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Mata cowong (-), faring hiperemi -
PCH -
Pemb. KGB -
Thorax : Simetris +/+ retraksi -/-
Jantung : S1S2 tunggal, murmur –
Paru : Vesikuler +/+ Rh +/+ Wz -/-
Abdomen : Supel, BU (+), nyeri tekan daerah epigastrium, turgor baik
Ekstremitas: Akral hangat +/+, CRT < 2 detik, edema -/-

A: Dengue Fever

P:Rehidrasi Inf. Asering (7-5-3-1,5 cc/kgbb/jam)


Inf Asering 280cc/1jam  200cc/1jam  120cc/jam  maintenance 60cc/jam
Inf. Sanmol 3x400 mg
Inj Ranitidin 2x1 amp
Trolit 2 x 1 sach
Xanda 1 x Cth 1
Periksa : DL

Hasil lab (26-9-2017)


DL :
- Hb : 12,7 g/dL
- Hct : 36%
- Trombosit : 132.000/cmm
- Leukosit : 4.010/cmm
Widal:
- Typhi H : 1/160
Follow Up
Tgl: Minggu, 27 Agustus 2017
Sakit hari ke : 10
S: Panas hari ke 10 naik turun, nyeri perut (+), nafsu makan menurun, mual (+),
muntah (-), BAB (-), BAK (+)

O: KU : cukup
Kes : CM
Tanda Vital :
Suhu : 38,20C. TD 100/80 mmHg
RR :30 x/menit Nadi : 84x/menit
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Mata cowong (-), faring hiperemi (-)
PCH -
Pemb. KGB -
Thorax : Simetris +/+ retraksi -/-
Jantung : S1S2 tunggal, murmur -
Paru : Vesikuler +/+ Rh +/+ Wz -/-
Abdomen : Supel, BU (+), nyeri tekan daerah epigastrium, turgor baik
Ekstremitas: Akral hangat +/+, CRT < 2 detik, edema -/-

A: Dengue Fever

P : Inf Asering 1500 cc/24jam


Inf. Sanmol 3x400 mg
Inj Ranitidin 2x1 amp
Trolit 2 x 1 sach
Xanda 1 x Cth 1

Hasil lab
DL :
- Hb : 12,2 g/dL
- Hct : 35%
- Trombosit : 150.000/cmm
- Lekosit : 3.260/cmm
Follow Up
Tgl : Senin, 28 Agustus 2017
Sakit hari ke : 11
S: Panas hari ke 11 naik turun, kemarin malam menggil, nyeri perut (+), nafsu makan
membaik, mual (-), muntah (-), BAB (-) 2 hari, BAK (+) lancar, terasa nyeri (+)

O: KU : cukup
Kes : CM
Tanda Vital :
Suhu : 38,90C. TD : 120/80 mmHg
RR : 22x/menit Nadi : 112x/menit
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Mata cowong -, faring hiperemi (-)
PCH -
Pemb. KGB -
Thorax : Simetris +/+ retraksi -/-
Jantung : S1S2 tunggal, murmur -
Paru : Vesikuler +/+ Rh +/+ Wz -/-
Abdomen : Supel, BU (+), nyeri tekan daerah epigastrium, turgor baik
Ekstremitas: Akral hangat +/+, CRT < 2 detik, edema -/-
A: Dengue Fever + Typhoid Fever
P : Inf D5 ½ NS 1500CC/24jam
Inj. Sanmol 3x400mg
Inj. Viccilin 3x1g
Inj. Ranitidin 2x1amp
Trolit 2x1 sach
Xanda 1x Cth 1
Periksa : Widal, UL
Hasil Lab
UL: WIDAL :
- Albumin (-) Typhi H 1/320
- Bilirubin (-) Typhi O (-)
- Epithel 2-3/LP
- Eritrosit 1-2/LP
- Lekosit 4-6/LP
- Lain-lain : Leko (+)
- Silinder (-)
Follow Up
Tgl: Selasa, 29 Agustus 2017
Sakit hari ke : 12
S: Panas hari ke 12 naik turun, menggigil kemarin malam, nyeri perut (+), pusing (+),
sesak (-), nafsu makan membaik, mual (-), muntah (-), BAB (+) kemarin 1x, BAK (+)
lancer, terasa nyeri.

O: KU : cukup
Kes : CM
Tanda Vital :
Suhu : 400C. TD : 100/60 mmHg
RR : 24x/menit Nadi : 120x/menit
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Mata cowong -, faring hiperemi (-)
PCH -
Pemb. KGB -
Thorax : Simetris +/+ retraksi -/-
Jantung : S1S2 tunggal, murmur -
Paru : Vesikuler +/+ Rh +/+ Wz -/-
Abdomen : Supel, BU (+), nyeri tekan daerah epigastrium dan suprapubis, turgor
baik
Ekstremitas: Akral hangat +/+, CRT < 2 detik, edema -/-

A: Dengue Fever + ISK + Typhoid fever

P : Inf D5 ½ NS 1500CC/24jam
Inf. Sanmol 3x500mg (prn)
Inj. Viccilin 3x1g
Inj. Ranitidin 2x1amp
Inj. Glibotic 2x300mg
Trolit 2 x 1 sach
Xanda 1 x Cth 1
Periksa : DL

Hasil lab
- Hb : 11,8 g/dL
- Hct : 35%
- Trombosit : 202.000/cmm
- Lekosit : 4.460/cmm
Follow Up
Tgl : Rabu, 30 Agustus 2017
Sakit hari ke : 13
S: Panas hari ke 13 naik turun, nyeri perut (-), pusing (+), sesak (-), nafsu makan
membaik, mual (-), muntah (-), BAB (-), BAK (+) lancar, nyeri berkurang.

O: KU : cukup
Kes : CM
Tanda Vital :
Suhu : 38,40C. TD : 90/60 mmHg
RR : 22x/menit Nadi : 104x/menit
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Mata cowong -, faring hiperemi (-)
PCH -
Pemb. KGB -
Thorax : Simetris +/+ retraksi -/-
Jantung : S1S2 tunggal, murmur -
Paru : Vesikuler +/+ Rh +/+ Wz -/-
Abdomen : Supel, BU (+), nyeri tekan (-), turgor baik
Ekstremitas: Akral hangat +/+, CRT < 2 detik, edema -/-

A: Dengue Fever + ISK + Typhoid Fever

P : Inf D5 ½ NS 1500CC/24jam
Inf. Sanmol 3x500mg (prn)
Inj. Ceftriaxon 2x1gr
Inj. Ranitidin 2x1amp
Inj. Glibotic 2x300mg
Trolit 2 x 1 sach
Xanda 1 x Cth 1
Follow Up
Tgl: Kamis, 31 Agustus 2017
Sakit hari ke : 14
S: Panas hari ke 14 naik turun, menggigil (-), nyeri perut (-), pusing (+), sesak (-),
nafsu makan membaik, mual (-), muntah (-), BAB (+), BAK (+) lancer, nyeri
berkurang.

O: KU : cukup
Kes : CM
Tanda Vital :
Suhu : 37,70C. TD : 100/70 mmHg
RR : 20x/menit Nadi : 100x/menit
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-
Mata cowong -, faring hiperemi (-)
PCH -
Pemb. KGB -
Thorax : Simetris +/+ retraksi -/-
Jantung : S1S2 tunggal, murmur -
Paru : Vesikuler +/+ Rh +/+ Wz -/-
Abdomen : Supel, BU (+), nyeri tekan (-), turgor baik
Ekstremitas: Akral hangat +/+, CRT < 2 detik, edema -/-

A: Dengue Fever + ISK + Typhoid Fever

P : Inf D5 ½ NS 1000CC/24jam
Inf. Sanmol 3x500mg (prn)
Inj. Ceftriaxon 2x1gr
Inj. Ranitidin 2x1amp
Inj. Glibotic 2x300mg
Trolit 2 x 1 sach
Xanda 1 x Cth 1

Hasil lab
- IgG Anti dengue rapid (+)
- IgM Anti dengue rapid (+)
- IgG Anti typhoid rapid (-)
- IgM Anti typhoid rapid (+)
ANALISIS KASUS

Dengue Fever
Diagnosis Dengue Fever (DF) ditegakkan berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pada pasien ini. Menurut kriteria WHO, penegakkan
diagnosis dilihat dari anamnesis berdasar adanya lebih dari
2 kriteria yang memenuhi kriteria klinis infeksi virus dengue
yaitu demam tinggi tanpa sebab yang jelas, naik turun,
berlangsung selama 2-7 hari, serta didapatkan badan terasa
linu-linu dan pusing saat berjalan
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien lemah
dan peningkatan suhu badan 37,70C, nyeri tekan pada daerah
epigastrium. Pada pasien ini tidak didapatkan manifestasi
pedarahan seperti gusi berdarah maupun mimisan dan tes
tourniquet negatif dimana tanda-tanda dan gejala tersebut
menunjukkan kriteria dari demam dengue. Dari pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan darah lengkap didapatkan hasil
Darah 25/8/2017 26/8/2017 27/8/2017 29/8/2017
Lengkap
Hematokrit - 36 % 35 % 35 %

Haemoglobin 13,7 g/dL 12,7 g/dL 12,2 g/dL 11,8/dL

Leukosit 4.150 /mm3 4.010 /mm3 3.260 /mm3 4.460 /mm3

Trombosit 100.000 / 132.000 / mm3 150.000 / mm3 202.000 / mm3


mm3

Imunologi 31/8/2017

IG G Anti Dengue Positif

IG M Anti Dengue Positif


Dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan trombosit
pada hari ke-8 100.000/mm3 dan mulai peningkatan pada
hari ke-9, hal ini bisa dikarenakan pemeriksaan darah
lengkap dilakukan pada fase konvalesen sehingga
pemeriksaan trombosit tidak dapat dijadikan acuan untuk
menegakkan diagnosis karena pada demam dengue
trombosit biasanya dibawah 100.000/mm3. Namun pada
hasil pemeriksaan imunologi Ig G dan Ig M anti dengue
didapatkan hasil yang positif, dimana hasil tersebut
menunjukan bahwa infeksinya merupakan infeksi
sekunder.
Pada kasus ini terapi awal diberikan terapi rehidrasi cairan infus
asering (7-5-3-1,5 cc/kgBB/jam) dan dimaintanance dengan
infus asering 1500 cc/kgBB/24 jam. Terapi suportif pada pasien
ini diberikan infus sanmol (3x400 mg), Xanda syrup (1xCth 1),
Trolit (2x 1 sachet).

Pada tinjauan pustaka penanganan kasus dengue fever yang


tidak memiliki komorbiditas dan indikasi sosial cukup hanya
terapi rawat jalan dan diberi pengobatan simtomatik berupa
antipiretik seperti paracetamol.
Namun pada pasien ini diindikasikan untuk rawat inap
dikarenakan pasien susah untuk makan dan minum disertai
adanya warning sign dari DBD yaitu adanya nyeri perut. Terapi
cairan rehidrasi diberikan pada pasien ini dikarenakan pada
pasien demam bila terjadi kenaikan 10C maka kebutuhan cairan
meningkat sebanyak 12% dan pasien ditemukan adanya tanda
dehidrasi yaitu keadaan umum yang lemah, mata cowong dan
mukosa bibir yang kering.
Infeksi Saluran Kemih
• Untuk diagnosis ISK didapatkan keluhan pasien masih
panas sampai hari ke-14 yang tidak turun-turun dimana
pada pasien DF seharusnya sudah tidak demam pada
hari ke-6 dan 7 sehingga pasien dicurigai adanya infeksi
sekunder yaitu di saluran kencing, selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri perut dan nyeri saat kencing yang
merupakan gejala dari penyakit tersebut. Setelah
dilakukan pemeriksaan penunjang urin lengkap
didapatkan leukosit yang meningkat yaitu 4-6/LP, leuko
(+), silinder (-) yang termasuk dalam tanda untuk
penyakit ISK bagian bawah.
• Pasien ini setelah ditegakkan diagnosis ISK mendapat terapi
inj. glibotic (2x300 mg), terapi ini sesuai dengan teori yang ada
dimana tujuan penanganan ISK adalah mengatasi keadaan
akut, mencegah terjadinya urosepsis dan kerusakan parenkim
ginjal, sehingga diberikan pasien ini diberikan antibiotik broad
spectrum dari organisme gram negatif.
Typhoid Fever
• Pada pasien ini juga didiagnosis Typhoid Fever dikarenakan
pada gejala klinis ditemukan panas yang lebih dari satu
minggu dan peningkatan suhu yang naik terus menerus saat
dirawat di rumah sakit.

• Pada pemeriksaan penunjang ditemukan Uji Widal typhi H


1/160 (26-8-2017) dan 1/320 (28-8-2017) namun pemeriksaan
uji widal memiliki sensitifitas dan spesifitas yang rendah
dibandingkan tes imunologi, sehingga dilakukan pemeriksaan
Uji Imunologi dan ditemukan IgM Anti Typhoid positif dimana
ini menunjukan pasien terkena infeksi akut.
• Pada kasus ini terapi yang diberikan adalah antibotik dimana
sudah sesuai dengan tinjaun pustaka yang ada. Pemberian
antibotik disini diberikan ampicillin sebagai antibotik spectrum
luas dan pasien dianjurkan untuk tirah baring sampai bebas
panas.

Imunologi 31/8/2017

IG G Anti Typhoid Negatif

IG M Anti Typhoid Positif


BAB IV KESIMPULAN
• An. M usia 14 tahun masuk dengan keluhan
utama panas sejak kurang lebih 8 hari, dan panas
yang dirasakan naik turun. Berdasar anamnesa,
pemeriksaan fisik dan penunjang pasien
didiagnosis Dengue Fever, Infeksi Saluran Kemih,
dan Typhoid Fever.
• Tatalaksana DF pada pasien ini berupa terapi dengan infus
cairan yang disesuaikan dengan kebutuhan cairan dengan
tujuan agar tidak terjadi syok, dan untuk terapi ISK diberikan
injeksi antibiotik yaitu glibotic yang memiliki fungsi sebagai
bakteriosida dan bakteriostatik. Sebagai terapi simptomatis
pasien diberikan obat penurun panas Inf. Sanmol 3x500mg.
Karena pasien ini mengeluhkan adanya nyeri perut terutama
di ulu hati maka juga diberikan ranitidine dengan dosis 1 amp
untuk sekali pemberian yang diberikan 2 kali sehari. Selain itu
pasien juga diberikan vitamin peningkat nafsu makan Xanda
1xCth1 karena pola makan pasien yang semakin berkurang
setiap harinya sejak mulai sakit. Dilakukan pengambilan
sampel darah secara rutin.
• Pasien pulang dalam kondisi panas yang masih naik turun
dalam 24 jam dan pasien pulang atas permintaan keluarga.
Saat pulang pasien mendapat terapi oral yaitu ceftriaxone
2x200 mg, paracetamol 3x500 mg, dan xanda syr 1x cth 1.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai