PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi pasien gawat darurat.
Oleh karena itu, fasilitas rumah sakit khususnya instalasi gawat darurat dan intensive care
unit serta seluruh bagian rumah sakit harus dilengkapi sehingga dapat menanggulangi kasus
gawat darurat. Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan profesional yang ditujukan
kepada pasien yang mempunyai masalah yang mengancam kehidupan, terjadi secara
mendadak atau tidak diperkirakan. Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan
Syok adalah kegagalan system kardiovaskuler untuk menghantarkan zat yang penting
seperti oksigen ke seluruh tubuh. Syok juga didefinisikan sebagai gangguan sirkulasi yang
mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau menurunnya volume darah yang
bersirkulasi secara efektif. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan kematian sel yang
Tanda-tanda dari syok adalah penurunan tekanan darah, akral dingin, kulit pucat,
penurunan cardiac output. Pada syok yang kurang parah, kompensasi tubuh dapat berupa
peningkatan laju jantung dan konstriksi pembuluh darah perifer (keduanya secara reflek),
sehingga dapat memelihara tahanan perifer dan aliran darah ke organ-organ vital tetapi ketika
Dengan memahami patofisiologi, mengetahui tanda dan gejala, serta mengetahui respon
yang hendak dilakukan akan membantu memberikan hasil yang baik pada penanganan pasien
syok (Kelley, 2005). Dalam melakukan penanganan terhadap kasus syok, penting untuk
mengidentifikasi penyebab terjadinya syok agar syok dapat tertangani dengan cepat dan
tepat.
Oleh karena itu, sebagai calon dokter dan tenaa yang terampil, dokter muda perlu
membekali dirinya dengan pengetahuan yang baik berhubungan dengan syok agar dokter
muda dapat menangani syok dengan cepat dan tepat untuk menghindari komplikasi dan
bahkan kematian.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mengangkat topik referat syok untuk mengetahui dan
mempelajari lebih dalam patofisiologi serta tata cara penanganan syok yang baik dan tepat.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari jenis-jenis syok
a. Bagi Institusi
Hasil referat ini dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi untuk meningatkan mutu
rumah sakit
Hasil referat ini dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi untuk memperbaiki
b. Bagi Masyarakat
Hasil referat ini dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat yang dapat
Hasil dari referat ini dapat mengembangkan kemampuan dalam membuat referat serta
LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI
Syok didefinisikan sebagai tidak cukupnya substrat dan oksigen untuk memenuhi
kebutuhan metabolism jaringan. Ketika sel-sel kekurangan oksigen dan substrat, sel-sel
tersebut tidak bisa lagi mempertahankan produksi energi aerobik. Metabolism aerobic
menghasilkan 36 ATP molekul. Pengiriman oksigen terganggu pada syok sehingga sel
memasuki jalur metabolisme anaerob, dimana hanya menghasilkan 2 molekul ATP. Tanpa
adanya energy yang cukup fungsi sel normal tidak dapat dipertahankan. Hal ini
hilangnya potassium dari dalam sel. Sel akan membengkak dan permeabilitas membrane sel
turun dan membrane lisosom menjadi rusak. Hal ini akan menyebabkan rilisnya enzim-enzim
yang nantinya merusak sel. Akhirnya terjadi kematian sel yang diikuti dengan pengaktifan
kaskade asam arachnoid, keluarnya mediator inflamasi, dan produksi radikal bebas, yang
nantinya akan memperluas kerusakan seluler di seluruh tubuh. Setelah kerusakan seluler,
pada jaringan terjadi nekrosis. Nekrosis jaringan akan berdampak pada gagalnya fungsi
semua organ. Semua penyebab syok akan menyebabkan pengiriman oksigen yang tidak
memadai ke organ dan jaringan. Hal ini akan menyebakan suatu keadaan yang disebut
Selama fase ini tubuh akan mempertahankan fungsi organ-rgan vital. Mekanisme
kompensasi dilakukan dengan cara menjaga tekanan darah dengan meningkatkan curah
mendistribusikan aliran darah ke otak, jantung, dan ginjal (dengan mengorbankan aliran
darah ke kulit dan saluran cerna). Mekanisme kompensasi tercepat yang dilakukan tubuh
merangsang saraf simpatis dan sistem renin. Kedua hal ini akan mempertahankan cardiac
2. Tahap progresif
Akibat mempertahankan organ vital seperti otak, jantung dan ginjal sehingga organ-organ
(kulit, otot, dan saluran cerna) akan terjadi iskemia yang nantinya terjadi pengeluaran zat-
zat beracun yang akan mempertahankan syok. Fungsi seluler akan memburuk dan
akhirnya akan terjadi disfungsi organ. Sehingga pada tahap ini jika tidak segera di terapi
3. Tahap ireversibel
Ketika syok telah jauh berkembang maka transfusi atau bentuk terapi lain apa pun tidak
Sindrom klinis syok yang terjadi akibat berkurang atau hilangnya volume
intravaskuler secara signifikan. Kondisi tersebut dapat berupa perdarahan, obstruksi usus
halus, luka bakar hebat, dehidrasi berat. Tanda dan gejala klinis pada syok hipovolemik :
a. Pada stadium awal (<20% volume darah), pasien dapat mengalami perubahan
tingkat kesadaran, misalnya agitasi dan gelisah, atau depresi sitem saraf pusat.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda seperti kulit dingin, lembab,
takikardia ringan.
b. Pada stadium sedang (20-40% volume darah), pasien menjadi gelisah, agitasi, dan
c. Pada stadium berat (>40% volume darah) pasien mengalami semua gejala diatas
kesadaran.
2. Syok Kardiogenik
Sindroma klinis akibat penurunan curah jantung yang menyebabkan hipoksia jaringan
dengan volume intravaskuler yang adekuat. Syok kardiogenik terjadi akibat penurunan
kontraktilitas miokardium, misalnya akibat iskemia atau infark, sehingga curah jantung
dan tekanan arteri juga menurun. Tanda dan gejala klinis dapat bervariasi sesuai etiologi
yang mendasari. Pasien dapat mengeluhkan nyeri dada, sesak napas, hingga perubahan
status mental. Pada pemeriksaan tanda vital dapat ditemukan nadi teraba lemah, dan cepat
atau malah bradikardia pada kasus blok konduksi jantung derajat berat. Tekanan sistolik
menurun (<90 mmHg) dengan tekanan nadi yang menyempit (<30 mmHg). Pernafasan
Cheyne-Stokes dan distensi vena jugular dapat ditemukan. Pada auskultasi jantung dapat
terdengar S3 gallop, dan atau murmur sistolik pada kasus regurgitasi mitral berat dan
ruptur septum ventrikel. Dapat pula ditemukan bunyi ronki pada kasus gagal ventrikel
kiri.
3. Syok Anafilaktik
Sindrom klinis syok yang terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe 1, yakni reaksi
antigen dengan antibodi IgE. Alergen yang masuk ke dalam darah akan dikenali oleh
mempresentasikan antigen ke sel limfosit Th2. Sel Th2 akan mengeluarkan sitokin-
sitokin (seperti IL-4 dan IL-3) yang akan memicu sel memori (limfosit B) menghasilkan
IgE.
Apabila alergen kembali muncul, maka alergen akan langsung berikatan dengan IgE,
ikatan antigen-antibodi IgE ini akan mengaktifkan sel mast untuk mengeluarkan
berbagai mediator itulah yang mendasari gejala pada kulit, saluran nafas, sistem vaskuler,
Tanda dan gejala syok anafilaktik adalah hipotensi, takikardia, akral dingin, dan
oligouria. Namun dapat juga disertai oleh gejala klinis akibat reaksis sistemik anafilaksis,
yaitu :
a. Reaksi sistemik ringan : rasa gatal serta hangat, rasa penuh di mulut dan
b. Reaksi sistemik sedang : gejala sistemik ringan ditambah spasme bronkus dan
atau edema saluran nafas sehingga muncul keluhan sesak dan batuk, dapat pula
Spasme bronkus, edema laring, suara serak, stridor, sianosis, hingga terjadi henti
nafas. Edema dan hipermotilitas saluran cerna sehingga nyeri menelan, spasme
otot perut, diare, dan muntah. Gangguan kardiovaskuler, aritmia, hingga koma.
4. Syok Septik
Sindroma klinis yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas kebanyak daerah
tubuh, dengan infeksi yang disebarkan lewat darah dari satu jaringan ke jaringan lainnya,
dan menyebabkan kerusakan yang luas. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh syok septik
adalah suhu tubuh >380C atau <360C, frekuensi nadi >90 x/menit, frekuensi nafas >20
x/menit atau PaCO2 <32 mmHg, hipotensi yang tidak membaik dengan resusitasi cairan
awal,oligouria (keluaran urin <0,5 mL/kgBB/jam selama >2jam meski telah diberi
resusitasi cairan secara adekuat), jumlah hitung leukosit >12.000/mm3 atau <4.000/mm3
atau jumlah neutrofil batang >10%, acute lung injury (ALI) dengan PaO2 <200 (bila
tidak ada pneumonia) atau PaO2 <250 (bila terdapat pneumonia), kreatinin serum >2,0
mg/dL, bilirubin >2 mg/dL, hitung trombosit <100.000/mm3, dan koagulopati (INR >1,5)
5. Syok neurogenik
Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus simpatis.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anastesi spinal, dan kerusakan
sistem saraf. Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat, lembab, dan
bradikardi.
Manajemen syok hipovolemik harus dilakukan simultan antara stabilisasi C-A-B dan
a. Pastikan jalan napas dan pernapasan dalam kondisi baik. Kebutuhan oksigen
b. Tempatkan pasien dalam posisi kaki lebih tinggi dan lakukan resusitasi cairan
segera melalui akses intravena, kateter vena sentral, maupun intraarterial. Cairan
yang diberikan adalah garam isotonus (NaCl 0,9%) yang ditetes dengan cepat
seperti RL (Ringer’s Laktat) dengan jarum infus yang besar. Pemberian 2-4 L
c. Nilai ketat hemodinamik dan amati tanda-tanda perbaikan syok, seperti tanda
vital, kesadaran, perfusi perifer, urine output, pulse oximetry, dan analisis gas
darah.
e. Kehilangan darah dengan kadar hemoglobin (Hb) ≤10 g/dL perlu pergantian
dengan transfusi; pastikan sediaan telah menjalani uji cross-match (uji silang)
sebelumnya. Pada kondisi yang sangat darurat, transfusi packed red cell (PRC)
sesuai golongan darah dapat diberikan, atau pemberian PRC golongan darah O
pasien yang golongan darahnya tidak dapat diketahui. Bila tersedia, analisis
golongan darah harus diprioritaskan dahulu misalnya dengan metode aglutinasi
sederhana. Selalu pertimbangkan antara manfaat dan resiko transfusi darurat ini
dahulu.
2. Syok Kardiogenik
Heart Association (AHA) tahun 2004, yang dimulai dengan identifikasi dan membedakan
syok kardiogenik (masalah pompa) dengan edema paru, hipovolemia, dan gangguan
irama jantung. Prinsip penanganan syok kardiogenik (gagal pompa) harus memperhatikan
hal-hal berikut :
intravaskuler.
pembedahan.
a. Pastikan Airway dan Breathing stabil. Posisikan pasien setengah duduk, pasang
akses vena dan kateter urin, serta berikan O2 hingga 8 L/menit melalui nasal
berat.
akan mengembang saat fase diastolik (perfusi ke koroner akan meningkat melalui
3. Syok Anafilaktik
ada perbaikan;
4) Bila pencetusnya adalah alergen seperti suntikan imunoterapi, penisilin,
isotonis salin normal, yang ditritasi hingga tekanan sistolik >90 mmHg;
sukar diatasi dengan epinefrin atau bahkan menjadi lebih buruk karena
intravena.
c. Pada pasien denga sesak hebat, curigai adanya spasme bronkus atau edema
saluran nafas :
4. Syok Septik
dengan tindakan drainase atau bedah bila diperlukan, terapi antimikroba yang sesuai,
resusitasi bila terjadi kegagalan organ, vasopresor dan inotropik, terapi suportif terhadap
kegagalan organ, gangguan koagulasi dan terapi imunologi bila terjadi respon imun
Penatalaksanaan hipotensi dan syok septik merupakan tindakan resusitasi yang perlu
dilakukan segera mungkin. Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6 jam pertama,
dimulai sejak pasien tiba di unit gawat darurat. Tindakan mencakup airway, breathing,
pemberian terapi yang mencakup penyesuaian beban jantung, preload, afterload, dan
pemberian cairan kristaloid dan koloid 500 ml tiap 30 menit untuk mencapai tekanan
vena sentral (CVP) 8-12 mmHg. Bila tekanan arteri rata-rata (MAP) kurang dari 65
mmHg maka diberikan vasopressor hingga >65 mmHg dan bila MAP >90 mmHg berikan
vasodilator. Dilakukan evaluasi saturasi oksigen vena sentral (ScvO2), bila ScvO2 <70%
dilakukan koreksi hematokrit hingga diatas 30%. Setelah CVP, MAP, dan hematokrit
optimal namun ScvO2 <70%, dimulai pemberian inotropik. Inotropik diturunkan bila
5. Syok Neurogenik
Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau ringer laktat sebaiknya diberikan per
infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap
tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk menilai respon terhadap
terapi.
d. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat
simpatomimetik seperti norepinefrin dan epinefrin. Pada syok ini, sistem saraf
2.6 sahdhas
Suplementasi oksigen ±intubasi
endotrakeal dan ventilasi mekanik
Kristaloid
CVP
Koloid
Obat inotropik
Target
tercapai
Perawatan RS