PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejahatan sexual sebagai salah satu bentuk dari kejahatan yang menyangkut
Menururt KPAI di Indonesia tercatat 218 kasus kekerasan sexual anak pada
tahun 2015, sementara pada tahun 2016 terdapat 120 kasus, kemudian pada
tahun 2017 tercatat sebanyak 116 kasus. Di Jakarta, angka perkosaan pada
tahun 2002 naik 20,22% (tahun 2001: 89 kasus dan tahun 2002: 107 kasus),
Surabaya pada tahun 2002 sebanyak 165 kasus (naik 15,5 %) dan korban
perkosaan pada tahun 2001 (1,7%) dan pada tahun 2002 (2,1%) dari tindak
1
yang tidak tersalurkan (misalnya, impulse control disorder) atau
perkosaan, maka dalam hal ini Ilmu Keodkteran Forensik sangat berperan
dilakukan oleh Polri selaku penyidik untuk mendapatkan barang bukti dan
terhadap perkiraan umur serta pemutian apakah seseorang itu memang sudah
B. Tujuan
1. Umum
perkosaan
2. Khusus
2
c. Mengetahui upaya kedokteran forensik dalam pembuktian kasus
C. Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kematian).4
kepada orang lain. Oleh karena itu secara umum ada empat jenis
kekerasan:
seperti mengancam;
dan
4
d. Kekerasan defensive, kekerasan yang dilakukan untuk perlindungan
diri.
Baik kekerasan agresif maupun defensif bisa bersifat terbuka atau tertutup.
Perspektif definisi kekerasan di atas lebih menekankan pada sifat dari sebuah
dan ofensif.
kekuatan (power) dan karenanya dia pun patut melakukan apa saja termasuk
5
kekerasan dapat dilakukan dengan ancaman (psikologis) dan tindakan nyata
(fisik).
3. Definisi Perkosaan
vagina dengan penis, secara paksa atau dengan cara kekerasan. Dalam
6
pemerkosaan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan perkosa atau
segala bentuk serangan yang melibatkan alat kelamin yang dengan cara
kekerasan dan pemaksaan oleh pelaku terhadap korban. (Tim Prima Pena)
hubungan seks disertai dengan ancaman dan kekeraasan fisik terhadap diri
tanpa persetujuannya.
7
b. Persetubuhan yang tidak sah oleh seorang pria terhadap seorang
telah dikodifikasi yaitu KUHP. Terdapat dua jenis tindak pidana perkosaan
8
2. Pasal 289 mengatur mengenai tindak pidana perkosaan untuk berbuat
cabul. (KUHP)
Dalam Pasal 285 KUHP tidak ditegaskan apa yang menjadi unsur kesalahan,
baik itu sengaja atau alpa. Namun dengan dicantumkannya unsur memaksa dalam
terjadi persetubuhan antara pelaku dan korban. Apabila tidak sampai terjadi
KUHP) dan tindak pidana perkosaan untuk berbuat cabul (Pasal 289 KUHP).4
tahun penjara (pasal 286 KUHP) jika persetubuhan dilakukan terhadap wanita
yang diketahui atau sepatutnya dapat diduga berusia dibawah 15 tahun atau belum
tahun. Untuk penuntutan ini harus ada pengaduan dari korban atau keluarganya
(pasal 287 KUHP) . Khusus untuk yang usianya dibawah 12 tahun maka untuk
Hukuman perbuatan cabul lebih ringan, yaitu 7 tahun saja jika perbuatan cabul
ini dilakukan terhadap orang yang sedang pingsan, tidak berdaya. berumur
9
dibawah 15 tahun atau belum pantas dikawin dengan atau tanpa bujukan (pasal
290 KUHP). Perbuatan cabul yang dilakukan terhadap orang yang belum dewasa
oleh sesama jenis diancam hukuman penjara maksimal 5 tahun (pasal 291
uang atau barang, menyalahgunakan wibawa atau penyesatan terhadap orang yang
belum dewasa diancam dengan hukuman penjara maksimal 5 tahun (pasal 293
KUHP) .Perbuatan cabul yang dilakukan terhadap anak, anak tiri, anak angkat,
Hukuman yang sama juga diberikan pada pegawai negeri yang melakukan
penjara, tempat peker]aan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit,
rumah sakit jiwa atau lembaga sosial yang melakukan perbuatan cabul dengan
penghubung bagi perbuatan cabul terhadap korban yang belum cukup umur
diancam dengan hukuman penjara maksimal 5 tahun (pasal 295 KUHP). Jika
hukumannya satu tahun 4 bulan atau denda paling banyak Rp. 15.000.7
10
Bentuk-Bentuk Perlindungan Terhadap Korban Perkosaan
kepada situasi yang sangat sulit. Mengingat penderitaan yang dialami oleh korban
perkosan, perlu dikaji mengenai bentuk-bentuk perlindungan apa saja yang dapat
a. Restitusi
kepada korban atau keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga, dapat berupa
kuasanya dengan surat kuasa khusus secara tertulis dalam bahasa Indonesia di
11
Restitusi lebih diarahkan pada tanggung jawab pelaku terhadap akibat
dalam merumuskannya. Hal ini tergantung pada status sosial pelaku dan
korban. Dalam hal korban dengan status sosial lebih rendah dari pelaku, akan
status sosial korban lebih tinggi dari pelaku maka pemulihan harkat serta
dan Korban korban perkosaan juga berhak mendapatkan bantuan medis dan
diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dan di atas kertas bermaterai
kepada LPSK.
12
disamping itu perlu juga pembuktian terhadap perkiraan umur serta
pembuktian apakah seseorang itu memang sudah pantas atau mampu untuk
saja.
13
6. Perhatikan cara berpakaian dan berhias, adalah berlebihan atau
mengandung gairah.
pemeriksaan ini.
ketat dan tidak boleh ditemui seorang pun atau berhubungan dengan
tamu/keluarga.
Untuk kepentingan penyidikan, alat bukti sangat penting. Pengumpulan alat bukti
Barang bukti/material kimia, biologic dan fisik yang ditemukan ditempat kejadian
14
E. Pemeriksaan Korban Perkosaan
1. Anamnesa
awam yang mudah dimengerti oleh korban. Gunakan bahasa dan istilah-
b. Status pernikahan,
15
korban sadar atau tidak pada saat atau setelah kejadian, adanya pemberian
minuman, makanan, atau obat oleh pelaku sebelum atau setelah kejadian, adanya
penetrasi dan sampai mana (par-sial atau komplit), apakah ada nyeri di daerah
kemaluan, apakah ada nyeri saat buang air kecil/besar, adanya perdarahan dari
daerah kemaluan, adanya ejakulasi dan apakah terjadi di luar atau di dalam
Tanggal dan jam kejadian, bandingkan dengan tanggal dan jam melapor, dan
apakah tindakan tersebut baru satu kali terjadi atau sudah berulang, tempat
dari tempat kejadian yang melekat pada tubuh dan/ataupakaian korban). Apakah
pelaku dikenal oleh korban atau tidak, jumlah pelaku, usia pelaku, dan hubungan
2. Pemeriksaan Fisik
dapat ditunda dan dokter fokus untuk ”life-saving” terlebih dahulu. Selain
16
itu, dalam melakukan pemeriksaan fisik, perhatikan kesesuaian dengan
gigi dan mulut (terutama pertumbuhan gigi molar kedua dan ketiga), kuku
(apakah ada kotoran atau darah dibawahnya, apakah ada kuku yang
tanda intoksikasi NAPZA, serta status lokalis dari luka-luka yang terdapat
pada jaringan lunak atau bercak cairan mani, penyisiran rambut pubis
(rambut kemaluan), yaitu apakah adanya rambut pubis yang terlepas yang
pubis akibat cairan mani daerah vulva dan kulit sekitar vulva/paha bagian
dalam (adanya perlukaan pada jaringan lunak, bercak cairan mani), labia
mayora dan minora (bibir kemaluan besar dan kecil), apakah ada
17
perlukaan pada jaringan lunak atau bercak cairan mani, vestibulum dan
lokasi dan arah robekan (sesuai arah pada jarum jam, dengan korban
tidak, dan adanya perdarahan atau tanda penyembuhan pada tepi robekan
vagina (liang senggama), cari perlukaan dan adanya cairan atau lendir;
melahirkan dan adanya cairan atau lendir, uterus (rahim), periksa apakah
ada tanda kehamilan, anus (lubang dubur) dan daerah perianal, apabila
lain-lain), untuk mencari bercak mani atau air liur dari pelaku; serta
dilakukan dengan traksi lateral dari labia minora secara perlahan, yang
diikuti dengan penelusuran tepi selaput dara dengan lidi kapas yang kecil
18
umunya lipatan akan menghilang, sedangkan robekan tetap tampak
pemotretan, korban juga tidak perlu diperiksa terlalu lama karena foto-
3. Pemeriksaan Laboratorium1
Pemeriksaan laboratorium pada korban perkosaan bertujuan untuk
mengetahui :
A. Pemeriksaan adanya spermatozoa
1) Bahan pemeriksaan : cairan vagina
2) Metode : sediaan basah, tanpa pewarnaan: satu tetes cairan vagina
ditaruh pada objek glass dan ditutup, diperiksa pada mikroskop
dengan pembesaran 500 kali.
3) Hasil yang diharapkan : spermatozoa yang bergerak (motilitas).
4) Metode : sediaan kering dengan pewarnaan gram, giemza atau
methylene blue atau dengan pengecatan Malachite-green.
Pengecatan Malachite-green
Sediaan hapusan dari cairan vagina pada objek gelas, keringkan di
udara, fiksasi dengan api, warnai dengan malachite-green 1% dalam
air, tunggu 10-15 menit, cuci dengan air,warnai dengan Eosin-
yellowish 1% dalam air, tunggu 1 menit, cuci dengan air, keringkan,
periksa di mikroskop.
1) Hasil yang di harpakan pada pengecatan Malachite-green :
basis kepala sperma berwarna ungu, bagian hidung merah
19
muda, dan pada pengecatan Gram akan terlihat sperma yang
terdiri kepala berwarna kemerahan, leher dan ekor yang
berwarna kebiruan. Dikatakan positif, apabila ditemukan
sperma paling sedikit satu sperma yang utuh.
2) Bahan pemeriksaan : Pakaian
3) Pemeriksaan pendahuluan : Noda sperma pada pakaian terlihat
sebagai noda yang berwarna putih kelabu, kadang-kadang
mengkilat seperti agak perak dan pada perabaan kaku.
4) Pemeriksaan dengan sinar ultraviolet : noda sperma akan
menunjukkan adanya flueresensi, yaitu warna putih kebiruan.
Pemeriksaan ini tidak spesifik, sebab nanah dan fluor albus
juga memberikan warna fluoresensi yang sama.
5) Metode : pakaian yang mengandung bercak yang di ambil
sedikit pada bagian tengahnya (konsentrasi sperma terutama di
bagian tengah).
6) Bahan pewarnaan Baeechi :
+ acid fuchsien 1% ( 1 ml )
+ Methylene blue 1% ( 1 ml)
+ HCl 1% ( 1 ml )
7) Cara kerja :
1) Ambil pakaian pada bagian tengahnya (ukuran 2x2 cm )
2) Warnai dengan Baeeche selama 2-3 menit
3) Cuci dengan HCl 1% selama 5 detik
4) Dehidrasi dengan alcohol 70%, 85% , dan absolut,
bersihkan dengan xilol dan keringkan, letakkan pada
kertas saring.
5) Ambil dengan jarum, pakaian yang mendandyng bercak
di ambil benangnya 1-2 gelai, kemudian di uraiakan
sampai menjadi serabut-serabut pada gelas objek
20
6) Tetesan Canada balsem, tutup dengan penutup, lihat di
bawah mikroskop dengan pembesaran 500 kali
8) Hasil : kepala sperma merah, ekor berwarna biru muda, kepala
sperma menempel pada serabut benang.
B. Pemeriksaan air mani (semen)
Kadang kesulitan dalam mencari spermatozoa, misalnya pelakunya
menderita azoospermia, telah coitus berulang-ulang. Dalam keadaan
seperti ini perlu di pakai cara pemeriksaan yang lain, yaitu
berdasarkan atas pemeriksaan yang lain berdasarkan atas komposisi
cairan semen, berupa asam fosfatase yang berasal dari prostat dan
kristal kholin yang berasal dari vesica seminalis.
21
Penentuan kristal spermin
Bahan pemeriksaan : cairan vagina
Metode : Berberio : cairan vagina ditetesin
larutan asam pikrat di mikroskop
Hasil yang di harapkan : kristal-kristal spermin pikrat akan
terbentuk rhomboik ato jarum yang berwana kuning kehijauan.
22
2. Semprot dengan reagensia, jika timbul warna ungu berarti
pakaian atau bahan tersebut mengandung air mani.
3. Bila kertas saring tersebut di letakkan pada pakaian atau bahan
seperti semula, maka dapat diketahui letak dari air mani atau
bahan yang diperiksa.
c. Sinar ultraviolet, visual, taktil, dan penciuman
1. Pemeriksaan dengan UV : Bahan yang akan diperiksa ditaruh
dalam ruang yang gelap, kemudian di sinari dengan sinar
ultraviolet, bila terdapat air mani, terjadi fluoresensi.
2. Pemeriksaan secara visual, taktil dan penciuman tidak sulit
untuk di kerjakan.
C. Pemeriksaan adanya penyakit kelamin
Dilakukan dengan pemeriksaan smear dari cairan vulva vagina dan
cervix yang kemudian di cat dengan pewarnaan Gram. Maka di cari
adanya kuman Nasseria Gonorhea (G.O) dengan membuat sediaan
kemudian dilakukan pemeriksaan melalui dark field mikroskop kita
cari adanya kuman Treponema pallidum.
Bahan pemerikaan : Secret uretra dan secret cervix uteri
Metode : pewarnaan Gram
Hasil yang di harapkan : kuman N. Gonorhea
D. Pemeriksaan adanya kehamilan
Untuk mengeahui adanya kehamilan dilakukan dengan memeriksa
adanya HCG dalam urin. Setelah persetubuhan membutuhkan waktu
yang lama agar kadar HCG dapat memberi hasil reaksi yang positif.
Tujuan adalah mengetahui apakah korban hamil sebelum atau sesudah
perkosaan.
Bahan pemeriksaan : urin
Metode : a. Hemagglutination inhibition test (Pregnoticon)
b.Agglutination inhibition test (Gravindex)
hasil yang di harapkan : terjadi aglutinasi pada kehamilan
23
E. Pemeriksaan bahan lain dari tubuh korban yang dapat dipakai
sebagai petunjuk
a. Pemeriksaan Toksikologi
Tujuan pemeriksaan toksikologi untuk mengetahui apakah korban
sebelum terjadi perkosaan telah diberi obat-obatan yang dapat
menurunkan kesadaran. Pada pemeriksaan ini diperlukan darah
dan urin dari korban.
Bahan pemeriksaan : darah dan urin
Metode : TLC dan Mikrodiffusi, dan sebagainya
Hasil yang di harapkan : adanya obat yang dapat menurunkan atau
menghilangkan kesadaran.
b. Pemeriksaan substansi golongan darah dari cairan semen
Pemeriksaan golongan darah A,B,O dari cairan semen dengan
menggunakan teknik abosbsi inhibisi atau absorbsi eliminasi.
Untuk menentukan golongan darah pemerkosa dari cairan semen
yang ditemukan di vagina kadang-kadang tidak sulit asal korban
mempunyai golongan darah yang berbeda dengan pemerkosa
tersebut.
Pemeriksaan ini dapat digunalan untuk menyingkirkan seorang
pria tertentu atau menunjang bukti lain yang melibatkan seorang
pria.
Bahan pemeriksaan : cairan vagina yang berisi air mani dan darah
Metode : serologi (A,B,O grouping test)
Hasil yang di harapkan : golongan darah dari air mani berbeda
dengan golongan darah korban.
Pemeriksaan ini hanya dapat di kerjakan bila tersangka pelaku
kejahatan termasuk golongan “secretor”
24
F. Pemeriksaan Pelaku Perkosaan
1. Anamnesa10
Hal yang penting diperhatikan :
a. Kepada tertuduh harus di jelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan
dan adanya kemungkinan bahwa hasil pemeriksaan bisa memberatkan
dirinya.
b. Suatu persetujuan tertulis harus diperoleh. Menurut undang-undang
tidak seorang pun boleh mengalami pemeriksaan medis dengan
paksaan.
c. Jika tidak mendapatkan persetujuan, maka yang dicatat hanya temuan
dari pemeriksaan luar dan hasilnya dikirimkan disertai dengan
keterangan bahwa tertuduh menolak untuk diperiksa.
d. Waktu, tempat dan tanggal pemeriksaan harus dicatat.
2. Pemeriksaan Fisik11
a. Adanya bercak sperma, darah, tanah pada pakaian (juga pakaian
25
e. Pemeriksaan menyeluruh pada bagian alat kelamin harus dilakukan.
3. Pemriksaan Laboratorium3
a. Menentukan adanya sel epitel vagina pada penis
Bahan pemeriksaan: cairan yang masih melekat disekitar corona
glandis. Metode:
1) Dengan gelas objek di tempelkan mengelilingi corona glandis,
kemudian gelas objek diletakkan diatas cairan lugol.
2) Hasil Yang diharapkan: Epitel dinding vagina yang berbentuk
hexagonal tampak berwarna coklat atau coklat kekuningan.
26
b. Menentukan adanya kuman N.gonorrheae (GO)
27
G. Alur pemeriksaan1
1. Harus ada surat permintaan 3. Harus ada seorang perawat wanita atau
Visum Et Repertumdari polisi polisi wanita yang mendampingi dokter
dan ketrerangan mengenai selama melakukan pemeriksaan
kejadian
Pemeriksaan
Anamnesa
28
H. Contoh Kasus
29
BAB III
RINGKASAN
Kejahatan sexual sebagai salah satu bentuk dari kejahatan yang menyangkut
kriminal yang berwatak seksual yang terjadi ketika seseorang manusia memaksa
manusia lain untuk melakukan hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina
dengan penis, secara paksa atau dengan cara kekerasan. Pengaturan mengenai
KUHP. Pasal 285 diatur mengenai tindak pidana perkosaan untuk bersetubuh.
Pasal 289 mengatur mengenai tindak pidana perkosaan untuk berbuat cabul.
suspek, dan barang bukti medik tindak perkosaan, sehingga dalam pemeriksaan
terbatas di dalam upaya pembuktian ada atau tidak adanya tanda kekerasan, tanda
terhadap perkiraan umur serta pembuktian apakah seseorang itu memang sudah
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Dr. H Agus Moch Algozi, Sp. F (K), SH, DFM. 2013. Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal: Kejahatan Sexual. Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Hal: 187-215
31