Anda di halaman 1dari 7

NAMA : KARINA HAMIDAH PUTRI

NIM : 2120207035
KELAS : BIOLOGI 2
PRODI : PENDIDIKAN BIOLOGI
MATA KULIAH : PANCASILA

RESUME BAB V DAN BAB VI

BAB V
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

A. PEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI TERTIB HUKUM TERTINGGI


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau UUD 1945 adalah
konstitusi Negara Republik Indonesia. Pembukaan UUD 1945 bersama dengan UUD 1945
disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia
(PPKI) dan mulai berlaku pada tanggal 18 Agustus 1945.
Tertib hukum merupakan keseluruhan peraturan-peraturan hukum yang memenuhi 4
syarat, yaitu:
1. Adanya kesatuan subjek yangg mengadakan peraturan-peraturan hukum.
2. Adanya kesatuan asas kerohanian yang meliputi keseluruhan peraturan-peraturan
hukum.
3. Ada kesatuan waktu dalam mana peraturan itu berlaku.
4. Ada kesatuan daerah dalam mana peraturran-peraturan hukum itu berlaku.

B. PEMBUKAAN UUD 1945 SEBAGAI POKOK KAIDAH NEGARA


FUNDAMENTAL
Seperti telah disebutkan bahwa pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah
negara yang fundamental (staatfudementalnorm) yang memberikan faktor-faktor mutlak bagi
adanya suatu tertib hukum Indonesia dan kedudukan sebagai asas bagi hukum dasar baik
yang tertulis maupun tidak tertulis serta peraturan-peraturan hukum lainnya yang lebih
rendah.
Pokok kaidah negara yang fudemental (staatsfudementalnorm) menurut ilmu hukum
tata negara memiliki beberapa unsur mutlak antara lain:
1. Dari segi terjadinya
2. Dari segi isinya, pembukaan UUD 1945 memuat dasar pokok negara yaitu:
a. Sebagai tujuan negara
b. Ketentuan diadakannya UUD dasar negara
c. Bentuk negara
d. Dasar filsafat negara (asas kerohanian negara)
C. ISI DAN KEDUDUKAN PEMBUKAAN UUD 1945
Bagian-bagian pembukaan UUD 1945 terdiri atas 4 alinea. Tiap-tiap alinea pembukaan
UUD 1945 memiliki makna dan cita-cita tersendiri sebagai satu kesatuan.
1. Alinea Pertama
“Bahkan sesungguhnyya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan
dan prikeadilan.”
Kalimat tersebut menunjukkan keteguhan dan kuatnya motivasi bangsa Indonesia untuk
melawan penjajahan untuk merdeka, dengan demikian segala bentuk penjajahan haram
hukumnya dan segera harus dienyahkan dari muka bumi ini karena bertentangan dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Di dalam alinea ini terkandug makna bahwa bangsa Indonesia menjunjung tinggi
kemerdekaan bukan hanya untuk bangsa Indonesia tersendiri, melainkan juga kemerdekaan
seluruh bangsa dunia. Walaupun Indonesia baru memproklamasikan kemerdekaannya tetapi
Indonesia telah mengakui adanya hak hasasi manusia yang dimiilikii oleh seluruh bangsa
dunia bahkan sebelum Universal Declaration of Human Right (UDHR) 10 Desember 1948.
2. Alinea Kedua
“Dan perjuangan pergerakan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentosa menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang
kemerdekaan Indonesia yang merdeka, ersatu, berdaulat, adil, dan makmur.”
Kalimat tersebut membuktikan adanya penghargaan atas perjuangan bangsa Indonesia
selama ini menimbulkan kesadaran bahwa keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan dengan
keadaan kemarin dan langkah sekarang akan menentukan keadaan yang akan datang. Nilai-
nilai yang tercermin dalam kalimat diatas adalah negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat adil dan makmur hal ini perlu diwujudkan.
3. Alinea Ketiga
“Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan bangsa yang bebas, maka rakyat indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.”
Pernyataan ini bukan saja menegaskan lagi apa yang menjadi motivasi rill dan materil
bangsa indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga menjadi keyakinan menjadi
spiritualnya, bahwa maksud dan tujuannya menyatakan kemerdekaannya atas berkat rahmat
Allah yang maha esa. Dengan demikian, bangsa indonesia mendambakan kehidupan yang
berkesinambungan kehidupan materil dan spiritual, keseimbangan dunia dan akhirat.
4. Alinea Keempat
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara indonesia yang
melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan indonesia iitu dalam suatu undang-undang dasar negara indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan negara republik indonesia, yang berkedaulatan rakyat,
dengan berdasarkan kepada, ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia.”
Di dalam alinea ini terkandung makna bahwa memperhatikan bangsa secara
internasional. Selanjutnya di alinea keempat ini juga dirumuskan pancasila sebagai dasar
negara. Sebagai konsekuensi pancasila sebagai dasar negara, maka pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum. Oleh karena itu, peraturan perundang-undangan yang
dibentuk tidak boleh bertentangan dengan pancasila.

D. FUNGSI PEMBUKAAN UUD 1945 DAN POKOK PIKIRAN DALAM


PEMBUKAAN UUD 1945
Fungsi pembukaan UUD 1945 secara lebih terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pembukaan UUD 1945 merupakan kebatinan dari UUD 1945.
2. Pembukaan UUD 1945 mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar
negara.
3. Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber inspirasi (semangat) bagi UUD 1945.
Pokok-pokok yang terkandung dalam pembukaan UUD yaitu sebagai berikut.
1. Pokok pikiran pertama
Dalam pembukaan ini diterima pengertian aliran negara persatuan, negara yang
melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya.
2. Pokok pikiran kedua
Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
3. Pokok pikiran ketiga
Negara berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan.
4. Pokok pikiran keempat
Negara berdasar asas ketuhanan yang maha esa menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.

E. HUBUNGAN ANTARA PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PASAL-PASAL


UUD 1945, PANCASILA DAN PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945

1. Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pasal-pasal UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 dengan pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan
langsung dengan pasal-pasal UUD 1945, karena pokok pikiran yang dijelmakan dalam pasal-
pasal UUD 1945 terdapat dalam pembukaan UUD 1945. Semangat dari UUD 1945 serta
yang disemangati yaitu pasal-pasal UUD 1945 pada hakikatnya satu rangkaian kesatuan yang
bersifat kausal organis. Kesatuan serta semangat yang demikian harus dipahami serta
dihayatri oleh segenap bangsa indonesia yang mencintai negaranya.
Sebelum perubahan atau amandemen atas UUD 1945, yang dimaksud dengan UUD
1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri atas 3 bagian.
1. Pembukaan, yang terdiri dari 4 alinea.
2. Batang tubuh, yang terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2
ayat tambahan.
3. Penjelasan UUD 1945 yang terbagi atas penjelasan umum dan penjelasan pasal
demi pasal.
Dalam kurun waktu tahun 1999 sampai 2002, UUD 1945 telah empat kali
diamandemen, yaitu.
1. Perubahan pertama UUD 1945 hasil sidang umum MPR tahun 1999 (ditetapkan
19 Oktober 1999).
2. Perubahan kedua UUD 1945 hasil sidang tahunan MPR tahun 2000 (ditetapkan 18
Agustus 2000).
3. Perubahan ketiga UUD 1945 hasil sidang tahunan MPR tahun 2001 (ditetapkan 18
Agustus 2001).
4. Perubahan keempat UUD 1945 hasil sidang tahunan MPR tahun 2002
(ditetapkan10 Agustus 2002).

2. Demokrasi Pancasila
Demokrasi yang berkembang di Indonesia adalah demokrasi Pancasila. Dan nilai-nilai
yang terkandung dalam setiap sila-sila pada pancasila sesuai dengan ajaran-ajaran demokrasi.
Oleh sebab itu, manakala kita mengkaji nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
pancasila, niscaya kita akan mendapatkan nilai-nilai demokratis sebagaimana berikut ini.
1. Kedaulatan rakyat.
2. Republik.
3. Negara berdasar atas hukum.
4. Pemerintahan yang konstitusional.
5. Sistem pemerintahan.
BAB VI
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN DAKWAH ISLAM

A. LATAR BELAKANG
Pancasila adalah bagian ajaran agama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian
dan persamaan hak serta pengalaman agama dalam konteks bernegara. Dalam suatu negara
dibutuhkan suatu tata aturan yang bisa mengkoordinir seluruh masyarakat dibawah naungan
negara tersebut.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan keselarasan pancasila dengan ajaran islam
adalah sebagaimana uraian berikut.
a. Pancasila bukan agama dan tidak dapat menggantikan agama.
b. Pancasila menjadi wahana implementasi syariat islam.
c. Pancasila dirumuskan oleh tokoh bangsa yang mayoritas beragama islam.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Al-quran dalam beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada
umatnya untuk selalu mengesakan Tuhan, misalnya QS. Al-baqarah : 163. Dalam kacamata
islam, Tuhan adalah Allah semata. Namun, dalam pandangan agama lain Tuhan adalah yang
mengatur kehidupan manusia, yang disembah.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Mencerminkan nilai kemanusiaan dan bersikap adil (QS. Al-maidah:8). Islam selalu
mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersikap adil dalam segala hal, adil terhadap diri
sendiri, orang lain, dan alam.
3. Persatuan Indonesia
Semua agama termasuk islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersatu dan
menjaga kesatuan dan persatuan (QS. Ali-Imron:103).
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Selaras dengan apa yang telah digariskan al-quran dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa an bernegara. Islam selalu mengajarkan untuk selalu bersikap bijaksana dalam
mengatasi permasalahan kehidupan (Shaad:20) dan selalu menekankan untuk
menyelesaikannya dalam suasana demokratis (Ali-Imron:159).
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
Menggambarkan terwujudnya rakyat adil, makmur, aman, dan damai. Hal ini
disebutkan dalam surat Al-Nahl ayat 90.
B. DOMINASI PANCASILA DALAM DAKWAH
Saat itu, kalangan islam ideologis tidak mendapatkan panggung yang sebanding untuk
memperjuangkan kembali dasar negara islam. Otoritarianisme membuat ekspresi politik
kelompok ini mati kutu. Sebaliknya, sebagian kelompok nasionalis-sekuler mendapatkan
panggung justru karena berlindung di balik otoriterianisme. Memang, muncul pula kelompok
agama dalam formasi kekuatan politik saat itu, akan tetapi eksistansi mereka tak lebih dari
sebagai pelengkap belaka untuk sebuah formalitas unsur kebangsaan. Mereka tidak mewakili
arus utama kelompok ideologis.

C. HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN PANCASILA


Kalau kita menengok kembali perdebatan tentang pancasila sebagai dasar negara NKRI
di sidang konstituante 1957, tampak jelas bahwa keberatan kaum agama lain terhadap klaim
keunggulan islam sebagai dasar negara adalah islam dalam sejarahnya di dunia maupun di
indonesia masih mengandung ketidakadilan dalam artian demokrasi modern.
Beragama dalam bingkai ke-indonesiaan berarti mengamalkan nilai-nilai pancasila dan
berpancasila dalam segala tindakan etik dan moral kita sejatinya buah dari religiusitas
beragama yang dewasa dan modern. Celakanya agama modern sekarang lebih berorientasi
pada masa lalu yang dianggap otentik dan murni, mirip dengan pancasila di zaman orba yang
memfosilkan pancasila itu sendiri.

D. RELASI ISLAM DENGAN PANCASILA


Umat islam menerima pancasila hanyalah sebagai dasar negara, tidak lebih daripada itu
karena umat islam memiliki pedoman/pandangan hidup sendiri yakni al-quran dan al-hadits.
Al-quran tidak bisa disamakan atau dibandingkan apalagi diganti dengan pancasila. Pancasila
bukan wahyu, akan tetapi umat islam menjadikan pancasila sebagai cerminan.
Deklarasi hubungan antara pancasila dengan islam, yangg merupakan simpul dan titik
akhir dari pembahasan keagamaan (bahtsul masa’il) ulama NU tentang pancasila sebagai
ideologi negara, tentang wawasan kebangsaan, dan posisi islam dalam negara-negara. Secara
delngkap deklarasi itu berbunyi sebagai berikut.
1. Pancasila sebagai dasar dan filsafat negara republik indonesia bukanlah agama, dan
tidak dapat menggantikan agama dan tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan
kedudukan agama.
2. Sila ketuhanan yang maha esa sebagai asar negara republik indonesia menurut pasal
29 ayat 1 undang-undang dasar 1945, yang menjiwai sila-sila yang lain,
mencerminkan tauhid menurut pengertian keimanan dalam islam.
3. Bagi NU, islam adalah aqidah dan syariah, meliputi aspek hubungan manusia dengan
Allah dan hubungan antar manusia.
4. Penerimaan dan pengamalan pancasila merupakan perwujudan dari upaya umat islam
indonesia untuk menjalankan syariat agamanya.
5. Sebagai konsekuensi dari sikap diatas, Nahdatul Ulama berkewajiban mengamankan
pengertian yang benar tentang pancasila dan pengamalannya yang murni dan
konsekuen oleh semua pihak.
Sikap NU adalah menjadikn pancasila sebagai asas negara dan islam sebagai
aqidahnya. NU bukan hanya pertama menerima tetapi menerima pancasila.
Sedangkan Muhammadiyah menerima pancasila setelah terbitnya undang-undang
nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan. Paham pancasila akan sulit diterima,
kecuali dengan pendekatan agama, yakni agama islam.

Anda mungkin juga menyukai