Anda di halaman 1dari 10

Sabtu, 11 Mei 2013

PENGUKURAN TEKANAN DARAH DAN KADAR HEMOGLOBIN

DASAR TEORI
1. PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir didalam
pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan. Tekanan darah merujuk kepada
tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung
ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan
biasanya diukur seperti berikut 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke
atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80)
menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan
diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam
keadaan duduk atau berbaring (Frandson, 1992).
Pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator penting dalam menilai fungsi
kardiovaskuler. Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap (Siswanto. 2008).
Menurut Darmawan (1987), tekanan darah timbul ketika bersirkulasi di dalam
pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini
dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan
darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat
sebagai jalan lewatnya darah.
Kekuatan tekanan darah disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Secara Langsung
- Kekuatan pompa jantung, berkaitan dengan aktivitas jantung
- Keadaan pembuluh darah (nadi), jika pembuluh darah vasodilatasi maka tekanan darah akan
menjadi turun
- Volume dan kepekatan darah, semakin banyak volume dan kepekatannya maka tekanan
darahnya semakin naik karena ada energi potensial yang tersimpan.
2. Secara tidak Langsung
- Sistem saraf (simpatis dan parasimpatis) dapat terganggu karena berbagai hal (stress,
olahraga, bekerja, obat perangsang atau penenang).
- Makanan yang dikonsumsi
- Umur dan jenis kelamin
- Perubahan suhu, detak jantung akan meningkat setiap kenaikan suhu 100C (dikenal sebagai
hokum Van’t Hoff).
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada metode
langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung
dilakukan dengan sphygmomanometer dan stetoskop (Dellman and Brown, 1989).

          Sphygmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai
Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Sejak
itu,sphygmomanometer air raksa telah digunakan sebagai standar emas pengukuran tekanan
darah oleh para dokter. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya menggunakan
raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi lingkungan
meningkat dan penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia.
Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak
negara modern. Para dokter tidak meragukan untuk menempatkan kepercayaan mereka
kepada tensimeter air raksa ini (Guyton, 1989).
Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar,
kantong karet yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip
jarum stopwatch atau air raksa. Sphygmomanometer tersusun atas manset yang dapat
dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset.
Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai
dengan tekanan dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Sugiarto,
2002).
Agar sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah
dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalah
sebagi berikut:

1. Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).
2. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat.
Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2 mmHg (ke 198
mmHg). Disini kita dapat melihat apakah ada bagian yang bocor.
3. Laju Penurunan kecepatan dari 200 mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan
cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.
4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti
harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika
kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam
menilai. Biasanya tekanan darah sistolik akan terlalu tinggi (tampilannya) bukan hasil
sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.
Penurunan raksa yang lambat ini dapat disebabkan oleh keadaan berikut:

1. Saringan yang mampet karena dipakai terlalu lama


2. Tabung kaca kotor (air raksa oksidasi)
3. Udara atau debu di air raksa
Alasan yang pertama mudah kelihatan. Ada dua saringan dalam setiap
sphygmomanometer air raksa yaitu di lubang tabung kaca dan tendon. Saringan di atas
tabung kaca dapat menjadi tersumbat dengan mudah. Ketika air raksa menyentuh saringan,
akan terjadi kelebihan tekanan. Penanganan yang tidak baik setelah dipakai yaitu
membiarkan air raksa di tabung kaca dan tidak kembali ke tabung air raksa (Ismoyowati,
2005).
Alasan yang kedua berkaitan dengan fakta bahwa air raksa adalah suatu logam berat
dan berisi material yang tidak murni. Keadaan ini menyebabkan dalam waktu yang lama akan
mengotori tabung gelas atau kaca. Akibatnya gerakan raksa saat turun terhambat (Schalm,
1975).
Alasan yang ketiga adalah masuknya gelembung udara. Ini disebabkan oleh cara
penanganan yang tidak sesuai dari sphygmomanometer air raksa. Debu dapat masuk lewat
udara. Memindahkan sphygmomanometer air raksa tanpa mengunci air raksa kembali ke
kontainer dan meninggalkan klep membuka dapat menghasilkan suatu gelembung udara di
air raksa (Schalm, 1975).
Menurut Sturkie, 1976 tensimeter bebas air raksa atau jarum, lebih efektif digunakan
mengingat bahwa air raksa merupakan logam berat yang berbahaya, maka sekarang sudah
banyak beredar Sphygmomanometer yang tidak menggunakan raksa contohnya UM-101 A &
Medical Mercury-Free Sphygmomanometer. Pertimbangan banyak dokter dan perawat yang
beralih ke UM-101 A & Medical Mercury-Free Sphygmomanometer adalah:
1. Akurat, konsisten inovatif design.
2. Bebas Mercury /air raksa, aman untuk pasien, diri sendiri, staff dan lingkungan.
3. Tidak ada perasaan cemas menggunakan sphygmomanometer.
4. Mercury-Free Sphygmomanometer mempunyai cara kerja yang sama dengan
tensimeter air raksa.

Menurut Ismoyowati, 2005, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengukur
tekanan darah menggunakan Sphygmomanometer jarum, yaitu :
1.  Tentukan ukuran manset
Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pemakaian manset yang sesuai bagi
pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan pasien, seperti pada anak-anak, maka
pembacaannya akan lebih rendah dari tekanan sebenarnya. Bila manset terlalu kecil, misalnya
pada penggunaan manset ukuran standar pada pasien obes, maka pembacaan tekanan akan
lebih tinggi dibanding tekanan sebenarnya. Maka diproduksi berbagai ukuran manset untuk
berbagai ukuran lingkar lengan.

 TABEL 1. UKURAN-UKURAN MANSET YANG TERSEDIA Dl PASARAN UNTUK EVALUASI


PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Jenis Manset Lebar kantong karet (cm) Panjang kantong karet (cm)

Neonatus 2.5 – 4.0 5.0 – 9.0

Bayi 4.0 – 6.0 11.5 -18.0

Anak 7.5 – 9.0 17.0 – 19.0

Dewasa 11.5 -13.0 22.0 – 26.0

Lengan besar 14.0 -150 30.5 – 33.0

Paha 18.0 -19.0 36.0 – 38.0

2.  Pasang manset dengan benar.


Pasang manset dengan membalutkannya dengan kencang dan lembut pada lengan atas, dan
balon manset harus berada di tengah atas arteri brakialis.

3. Posisi klien dengan benar

4.  Pompa manset hingga mengembang


Pompa manset hingga mengembang, tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut brakial
atau radial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah
dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 – 30 mm
Hg di atas titik hilangnya denyutan radial. Manset kemudian dikempiskan perlahan, dan
dilakukan pembacaan auskultasi maupun palpasi. Dengan auskultsasi kita dapat mengukur
tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat.
5.    Auskultasi Tekanan Darah
Ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat
di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik di mana arteri brakialis
muncul di antara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 – 3 mm
Hg per detik, sementara kita mendengar awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan
darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi Korotkoff, terjadi bersamaan dengan
detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan darah dalam
manset turun di bawah tekanan diastolic. Pada titik tersebut, bunyi akan menghilang. Dalam
praktek sebenarnya, bunyi menjadi lebih sember (karakternya berubah) saat diastolik tercapai
dan kemudian menghilang sekitar 10 mm Hg di bawah tekanan diastolik (Guyton, 1989).
Hilangnya bunyi sangat dekat dengan tekanan diastolik yang sebenarnya. Bila terdapat
lebih dari 10 mm Hg antara bunyi sember dan saat hilangnya, maka tekanan darah dicatat
sebagai tekanan tripartite, misalnya 120/80/60, yang menunjukkan bahwa bunyi menjadi
sember pada 80 mm Hg dan menghilang pada 60 mm Hg (Schalm, 1975).
Kadang-kadang, terjadi penghilangan sementara saat mengauskultasi tekanan darah.
Penghilangan ini dinamakan gap auskulatori. Misalnya, bunyi Korotkoff terdengar pada 170
mm Hg, menghilang pada 150 mm Hg, kembali pada 130 mm Hg, dan menghilang pada 90
mmHg. Pasien tersebut menderita gap auskultori sebanyak 20 poin. Hal ini biasa terjadi pada
pasien dengan tekanan darah tinggi atau stenosis aorta berat (penyempitan muara katup antara
ventrikel kiri dan aorta, menurunkan aliran darah ke aorta) (Rhonda, 2008).

 6. Palpasi Tekanan Darah


Sama saja dengan prosedur ke-5. Ketika manset dikempiskan, arteri brakialis atau radialis
diraba. Pembacaan dimana teraba lagi denyutan adalah tekanan sistolik. Palpasi dilakukan
bila tekanan darah sulit didengarkan. Tetapi, dengan palpasi, tekanan diastolic tidak dapat
ditentukan dengan akurat (Kusmiyati, 2009).
Rentang tekanan darah berbeda-beda pada usia yang berbeda, berikut rentang nilai
tekanan darah, yaitu :
1.    Pada Anak 
Umur Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Neonatal 2-6 tahun 7 tahun 8 75-105 80-110 85-120 90-120 45-75 50-80 50-80 55-85
tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun 90-120 95-130 95-135 95-135 55-85 60-85 60-85 60-85
12 tahun 13 tahun 14 tahun 100-140 105-140 60-90 65-90
Tabel 2. Rentang Nilai Tekanan Darah pada Anak

2. Pada Dewasa
Tekanan Darah Sistolik Diastolik
Darah rendah atau hipotensi Di bawah 90 Di bawah 60
Normal 90 – 120 60 – 80
Pre-hipertensi 120 – 140 80 – 90
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 1) 140 – 160 90 – 100
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 2 /
+160 +100
berbahaya)
Tabel 3. Rentang Nilai Tekanan Darah pada Dewasa

2. PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN


Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru paru. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat
gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.  Kandungan zat besi yang
terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Bila kadar hemoglobin
berkurang di bawah normal, maka akan mengganggu aktifitas dalam tubuh. Suatu keadaan
dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari harga normal (13 gr %) disebut sebagai anemia
(Ganong, 2002).
Di Laboratorium klinik (Gandasoebrata, 1989), kadar hemoglobin dapat ditentukan
kadarnya dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan metode cyanmethemoglobin dan
metode Sahli. Pengukuran kadar hemoglobin Metode cyanmeth dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung yaitu dengan mencampur darah
dengan larutan drabkin kemudian dibaca dengan fotometer. Pembacaan dapat ditunda sampai
24 jam dalam suhu kamar l5 - 25 0C.
Sedangkan pengukuran cara tidak langsung biasa dilakukan sebagai alternatif dalam
kepentingan penelitian kesehatan masyarakat. Hal ini mengingat karena tempat pengambilan
sampel yang jauh dari laboratorium. Cara pemeriksaanya adalah dengan meneteskan
sejumlah volume tertentu darah kedalam kertas saring, lalu dikeringkan. Untuk
pemeriksaannya dengan merendam kertas saring tadi kedalam larutan drabkin selam24 jam
kemudian dibaca dengan spektrofotometer (Pearce, 1995).
Menurut Guyton dan Hall, 1997, penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas
pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0,1N kemudian
diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan
sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%,
sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit. Kadar hemoglobin dalam darah
sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang, seperti berikut ini :
Ø  Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah
Ø  Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah
Ø  Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah
Ø  Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah
Menurut Widman (1987) hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk
sel darah merah dan memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal
bisa mengganggu bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah melewati
pembuluh darah. Beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah SDM dan Hb yaitu :
1.  Jumlah SDM normal tapi kadar Hb kurang karena ukuran SDM lebih kecil daripada normal
yang disebut anemia mikrositik.
2. Jumlah SDM normal tetapi kadar Hb kurang karena kadar Hb memang kuarang daripada
normal yang disebut anemia hipokromik.

TUJUAN
-          Memahami prinsip kerja Sphygmomanometer dalam pengukuran desakan darah arteri serta
berbagai faktor yang mempengaruhinya.
-          Mempelajari dan memahami prinsip kerja cara penentuan kadar Hb dengan metode Sahli
(pembentukan asam hematin). Kadar asam ini diukur dengan membandingkan warna standart
secara visual.
ALAT DAN BAHAN
1. PENGUKURAN TEKANAN DARAH
         Sphygmomanometer
         Stetoskop
         Es

2. PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN


         Haemometer Resistant
         0,1 N HCl
         Darah kapiler atau intra cardiac
         Akuades
         Jarum suntik ukuran 2,5 ml
         Pipet kapiler
         Botol penampung darah

CARA KERJA
1. PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Terlebih dahulu dicari pembuluh darah arteri branchialis (yang letaknya berdekatan dengan
lengan yang dibebat) dan didengarkan bunyi desakan darah yang ada melalui stetoskop

Lengan kid praktikan dibebat dengan sphygmomanometer, udara diisikan didalam pembebat
sehingga air raksa menunjukkan angka 170 mm Hg

Dikeluarkan udara secara perlahan dari sphygmomanometer sambil tetap mendengarkan


bunyi desakan udara melalui stetoskop

Dicatat tinggi permukaan air raksa tepat ketika bunyi desakan darah pertama yang terdengar
dan bunyi desakan udara pertama kali menghilang sama sekali

Diulangi langkah diatas ketika praktikan telah berjalan atau berlari selama 3 menit dan
setelah tangan praktikan direndam dalam air es selama 1-2 menit. Catatlah hasil pengukuran
tensi meter tersebut (sebagai pembanding keadaan diatas)
2. PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN

Darah dikeluarkan melalui intra cardiac, diletakkan darah dalam botol penampung yang
sudah berisi larutan EDTA

Pada tabung pengencer atau pengukur hemometer diisi dengan 0,1N HCl sampai
menunjukkan angka 2

Darah dihisap dengan pipet Hb sampai angkanya menunjukkan 20, bersihkan darah yang
melekat pada ujung pipet

Sebelum darah mengalami penjedalan, darah dimasukkan ke dalam tabung pengencer


hemometer yang telah berisi 0,1 N HCl

Dihisap HCl dalam tabung ke pipet dan dikeluarkan lagi, diulangi sampai 3 kali (tujuannya
supaya tercampur secara homogen)

Diamkan selama 8-10 menit, diencerkan dengan akuades setetes demi setetes sambil diaduk
dengan batang pengaduk, hingga warnanya sesuai dengan warna standar

Dibaca angka yang sesuai dengan tinggi permukaan larutan darah (menunjukkan kadar Hb),
diulangi perlakuan sampai 3 kali.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil
- Untuk pengukuran tekanan darah
Nama : Rizky
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Jenis Kelamin : Perempuan
Pemeriksa : Sri
Hasil percobaan pertama adalah Tekanan Darah sebelum beraktivitas
Sistol = 120, dan diastol = 80
Jadi, tekanan darahnya = 120/80 mmHg
Hasil percobaan kedua dan ketiga setelah melakukan aktivitas :
Tekanan sistole/diastole setelah berlari 3menit 130/90 mmHg
Tekanan sistole/diastole setelah direndam air 105/80 mmHg
dingin selama 2 menit

- Untuk pengukuran kadar hemoglobin


Kadar hemoglobin darah mencit yang diperoleh adalah 6 gr/dl.

2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini terdiri dari dua kegiatan, yang pertama adalah pengukuran tekanan
darah dan yang kedua pengukuran kadar hemoglobin darah pada mencit. Pada pengukuran
tekanan darah, dalam mencatat tekanan darah secara fisiologis, orang yang akan diukur
tensinya harus berada dalam keadaan yang menyenangkan dan lepas dari pengaruh-pengaruh
yang dapat mempengaruhi hasil pencatatan. Pemasangan bebat sphygmomanometer harus
dipasang ketat dan sempurna pada lengan. Bila pembebat tidak terpasang dengan ketat maka
dapat diperoleh pembacaan yang abnormalnya tinggi.
Saluran karet dari pembebat kemudian dihubungkan dengan sphygmomanometer.
Kemudian rabalah arteri radialis pada lengan tangan orang yang dicoba dan tekanan dalam
sphygmomanometer dinaikkan dengan memompa sampai denyut nadi menghilang. Tekanan
dalam sphygmomanometer kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa
perlahan-lahan dengan kecepatan kira-kira 3 mm/dt.
Dari hasil percobaan diperoleh data 120/80 mmHg. 120 adalah menunjukkan sistole,
yaitu detak jantung yang terdengar dari suara jantung 1 (lubb) ke suara jantung 2 (dubb).
Suara jantung 1 adalah penutupan valvula bicuspidalis dan valvula tricuspidalis. Sedangkan
suara jantung 2 adalah penutupan valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris
pulmonal. Dan 80 adalah detak jantung yang terdengar dari suara jantung 2 ke suara jantung
1. Jika melihat tabel standar interpretasi tekanan darah JNC 7, hal ini menunjukkan hasil
normal
BP Classification SBP mmHg DBP mmHg

Normal ≤ 120 ≤ 80

Prehypertensive 120 - 139 80 - 89

Stage 1 hypertension 140 - 159 90 - 99

Stage 2 hypertension 160 1100

Tabel 4. Tekanan Darah JNC 7


Pada perlakuan kedua dan ketiga dilakukan pengukuran tensi setelah melakukan
aktivitas berlari selama 3 menit dan perendaman tangan kedalam air es selama 2 menit.
Diperoleh data 130/90 mmHg dan 105/80 mmHg. Hal ini dapat terjadi karena ketika tubuh
melakukan aktivitas (berlari) keadaan tekanan darah saat usai berlari mengalami peningkatan
dibandingkan keadaan duduk maupun terlentang (kontrol). Ini dikarenakan oleh kerja otot
pada tubuh yang memacu kerja pompa darah di jantung semakin cepat akibat kebutuhan
oksigen yang lebih banyak ketika berlari.
Sedangkan pada uji perubahan suhu, tangan yang direndam didalam air berisi es selama
1-2 menit lamanya kemudian diukur menggunakan sphygmomanometer, hasilnya
menunjukkan mengalami penurunan (ada yang drastis ada yang biasa saja) dibandingkan
dengan keadaan usai berlari maupun duduk dan terlentang. Hal ini dikarenakan detak jantung
yang menurun akibat suhu dingin yang dirasakan, arteri menyempit sehingga menimbulkan
rasa nyeri diikuti dengan suplai oksigen yang menurun.
Pada percobaan pengukuran kadar hemoglobin mencit diperoleh data kadar Hb mencit
6 gr/dl, dari kegiatan yang telah dilakukan hasil yang didapat dibawah ambang batas Hb yang
menjadi standar pengukuran. Identifikasi dari hasil Hb ini dapat diketahui bahwa tikus
mengalami penyakit anemia. Yang biasa terjadi karena ketika akan mengeluarkan darah
(sebelum mencit dibunuh) mencit mengalami stress sehingga menyebabkan menurunnya
kadar Hb pada darah mencit.
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam
diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada
dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan
mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini
adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya
kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam
keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk
mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor
lingkungan.
Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi
yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Hemoglobin merupakan pigmen
dari eritrosit yang sangat kompleks. Hemoglobin merupakan persenyawaan antara protein,
globin dan zat warna (heme). Keistimewaan dari hemoglobin adalah dapat mengikat O2 dan
CO2. Pada metode sahli, darah sengan larutan HCl 0,1 N akan membentuk hematin yang
berwarna coklat. Setelah itu, warna disamakan dengan warna standar sahli dengan
menambahkan aquadest sebagai pengencer. Prinsip hemoglobin diubah mejadi asam hematin,
kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulakan bahwa :
1. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri biasa terjadi melalui beberapa cara diantaranya
yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, dan bertambahnya cairan
dalam sirkulasi.
2. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis adalah karena
istirahat, perubahan sikap, kerja otot, pengaruh berpikir, inspirasi dan ekspirasi kuat, umur,
jenis kelamin dan suhu lingkungan.
3. Pengaruh posisi tubuh dalam pengukuran tekanan darah juga mempengaruhi tekanan darah
praktikan.
4. Pada suhu yang menurun secara normal tekanan darah ikut menurun. Dan ketika otot bekerja
kuat secara normal tekanan darah ikut meningkat.
5. Penetapan kadar hemoglobin yang digunakan untuk mendiagnosa anemia, diketahui bahwa
metode hematin asam dengan termometer sahli dinilai lebih besar tingkat ke akuratannya
untuk mendeteksi kadar Hb dalam darah.

 
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Iyano. 1987. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta.


Dellman,D.H, and Brown, M.E. 1999. Buku Teks histology Veteriner I. Universitas Indonesia.
Press. Jakarta.279 hal.
Frandson R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
Gandasoebrata, R. 1989. Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta.
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Guyton, A.C., 1989. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ismoyowati. 2005. Performans Produksi Itik Tegal Berdasarkan Status Hematologis. Fakultas
Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, dan Fakultas Peternakan
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Kusmiyati. 2009. Mengenal Tekanan Darah dan Pengendaliannya. Vol. 10 No.1, hal 40-41.
Biologi PMIPA FKIP : Unram.
Pearce, E., 1995. Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Rhonda M. Jones, 2008; terj. D. Lyrawati, 2009. Circulation. Bethesda: MD USA.

Anda mungkin juga menyukai