DASAR TEORI
1. PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir didalam
pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan. Tekanan darah merujuk kepada
tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung
ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan
biasanya diukur seperti berikut 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke
atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80)
menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan
diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam
keadaan duduk atau berbaring (Frandson, 1992).
Pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator penting dalam menilai fungsi
kardiovaskuler. Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap (Siswanto. 2008).
Menurut Darmawan (1987), tekanan darah timbul ketika bersirkulasi di dalam
pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini
dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan
darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat
sebagai jalan lewatnya darah.
Kekuatan tekanan darah disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Secara Langsung
- Kekuatan pompa jantung, berkaitan dengan aktivitas jantung
- Keadaan pembuluh darah (nadi), jika pembuluh darah vasodilatasi maka tekanan darah akan
menjadi turun
- Volume dan kepekatan darah, semakin banyak volume dan kepekatannya maka tekanan
darahnya semakin naik karena ada energi potensial yang tersimpan.
2. Secara tidak Langsung
- Sistem saraf (simpatis dan parasimpatis) dapat terganggu karena berbagai hal (stress,
olahraga, bekerja, obat perangsang atau penenang).
- Makanan yang dikonsumsi
- Umur dan jenis kelamin
- Perubahan suhu, detak jantung akan meningkat setiap kenaikan suhu 100C (dikenal sebagai
hokum Van’t Hoff).
Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada metode
langsung, kateter arteri dimasukkan langsung ke dalam arteri. Pengukuran tidak langsung
dilakukan dengan sphygmomanometer dan stetoskop (Dellman and Brown, 1989).
Sphygmomanometer atau tensimeter dikenalkan pertama kali oleh dr. Nikolai
Korotkov, seorang ahli bedah Rusia, lebih dari 100 tahun yang lalu. Sejak
itu,sphygmomanometer air raksa telah digunakan sebagai standar emas pengukuran tekanan
darah oleh para dokter. Tensimeter atau sphygmomanometer pada awalnya menggunakan
raksa sebagai pengisi alat ukur ini. Sekarang, kesadaran akan masalah konservasi lingkungan
meningkat dan penggunaan dari air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia.
Bagaimanapun, sphygmomanometer air raksa masih digunakan sehari-hari bahkan di banyak
negara modern. Para dokter tidak meragukan untuk menempatkan kepercayaan mereka
kepada tensimeter air raksa ini (Guyton, 1989).
Sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar,
kantong karet yang terbungkus kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip
jarum stopwatch atau air raksa. Sphygmomanometer tersusun atas manset yang dapat
dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset.
Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai
dengan tekanan dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Sugiarto,
2002).
Agar sphygmomanometer masih dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah
dengan baik, perlu dilakukan kalibrasi. Cara melakukan kalibrasi yang sederhana adalah
sebagi berikut:
1. Sebelum dipakai, air raksa harus selalu tetap berada pada level angka nol (0 mmHg).
2. Pompa manset sampai 200mmHg kemudian tutup katup buang rapat-rapat.
Setelah beberapa menit, pembacaan mestinya tidak turun lebih dari 2 mmHg (ke 198
mmHg). Disini kita dapat melihat apakah ada bagian yang bocor.
3. Laju Penurunan kecepatan dari 200 mmHg ke 0 mmHg harus 1 detik, dengan
cara melepas selang dari tabung kontainer air raksa.
4. Jika kecepatan turunnya air raksa di sphygmomanometer lebih dari 1 detik, berarti
harus diperhatikan keandalan dari sphygmomanometer tersebut. Karena jika
kecepatan penurunan terlalu lambat, akan mudah untuk terjadi kesalahan dalam
menilai. Biasanya tekanan darah sistolik akan terlalu tinggi (tampilannya) bukan hasil
sebenarnya. Begitu juga dengan diastolik.
Penurunan raksa yang lambat ini dapat disebabkan oleh keadaan berikut:
Menurut Ismoyowati, 2005, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengukur
tekanan darah menggunakan Sphygmomanometer jarum, yaitu :
1. Tentukan ukuran manset
Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pemakaian manset yang sesuai bagi
pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan pasien, seperti pada anak-anak, maka
pembacaannya akan lebih rendah dari tekanan sebenarnya. Bila manset terlalu kecil, misalnya
pada penggunaan manset ukuran standar pada pasien obes, maka pembacaan tekanan akan
lebih tinggi dibanding tekanan sebenarnya. Maka diproduksi berbagai ukuran manset untuk
berbagai ukuran lingkar lengan.
2. Pada Dewasa
Tekanan Darah Sistolik Diastolik
Darah rendah atau hipotensi Di bawah 90 Di bawah 60
Normal 90 – 120 60 – 80
Pre-hipertensi 120 – 140 80 – 90
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 1) 140 – 160 90 – 100
Darah tinggi atau hipertensi (stadium 2 /
+160 +100
berbahaya)
Tabel 3. Rentang Nilai Tekanan Darah pada Dewasa
TUJUAN
- Memahami prinsip kerja Sphygmomanometer dalam pengukuran desakan darah arteri serta
berbagai faktor yang mempengaruhinya.
- Mempelajari dan memahami prinsip kerja cara penentuan kadar Hb dengan metode Sahli
(pembentukan asam hematin). Kadar asam ini diukur dengan membandingkan warna standart
secara visual.
ALAT DAN BAHAN
1. PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Sphygmomanometer
Stetoskop
Es
CARA KERJA
1. PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Terlebih dahulu dicari pembuluh darah arteri branchialis (yang letaknya berdekatan dengan
lengan yang dibebat) dan didengarkan bunyi desakan darah yang ada melalui stetoskop
Lengan kid praktikan dibebat dengan sphygmomanometer, udara diisikan didalam pembebat
sehingga air raksa menunjukkan angka 170 mm Hg
Dicatat tinggi permukaan air raksa tepat ketika bunyi desakan darah pertama yang terdengar
dan bunyi desakan udara pertama kali menghilang sama sekali
Diulangi langkah diatas ketika praktikan telah berjalan atau berlari selama 3 menit dan
setelah tangan praktikan direndam dalam air es selama 1-2 menit. Catatlah hasil pengukuran
tensi meter tersebut (sebagai pembanding keadaan diatas)
2. PENGUKURAN KADAR HEMOGLOBIN
Darah dikeluarkan melalui intra cardiac, diletakkan darah dalam botol penampung yang
sudah berisi larutan EDTA
Pada tabung pengencer atau pengukur hemometer diisi dengan 0,1N HCl sampai
menunjukkan angka 2
Darah dihisap dengan pipet Hb sampai angkanya menunjukkan 20, bersihkan darah yang
melekat pada ujung pipet
Dihisap HCl dalam tabung ke pipet dan dikeluarkan lagi, diulangi sampai 3 kali (tujuannya
supaya tercampur secara homogen)
Diamkan selama 8-10 menit, diencerkan dengan akuades setetes demi setetes sambil diaduk
dengan batang pengaduk, hingga warnanya sesuai dengan warna standar
Dibaca angka yang sesuai dengan tinggi permukaan larutan darah (menunjukkan kadar Hb),
diulangi perlakuan sampai 3 kali.
2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini terdiri dari dua kegiatan, yang pertama adalah pengukuran tekanan
darah dan yang kedua pengukuran kadar hemoglobin darah pada mencit. Pada pengukuran
tekanan darah, dalam mencatat tekanan darah secara fisiologis, orang yang akan diukur
tensinya harus berada dalam keadaan yang menyenangkan dan lepas dari pengaruh-pengaruh
yang dapat mempengaruhi hasil pencatatan. Pemasangan bebat sphygmomanometer harus
dipasang ketat dan sempurna pada lengan. Bila pembebat tidak terpasang dengan ketat maka
dapat diperoleh pembacaan yang abnormalnya tinggi.
Saluran karet dari pembebat kemudian dihubungkan dengan sphygmomanometer.
Kemudian rabalah arteri radialis pada lengan tangan orang yang dicoba dan tekanan dalam
sphygmomanometer dinaikkan dengan memompa sampai denyut nadi menghilang. Tekanan
dalam sphygmomanometer kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa
perlahan-lahan dengan kecepatan kira-kira 3 mm/dt.
Dari hasil percobaan diperoleh data 120/80 mmHg. 120 adalah menunjukkan sistole,
yaitu detak jantung yang terdengar dari suara jantung 1 (lubb) ke suara jantung 2 (dubb).
Suara jantung 1 adalah penutupan valvula bicuspidalis dan valvula tricuspidalis. Sedangkan
suara jantung 2 adalah penutupan valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris
pulmonal. Dan 80 adalah detak jantung yang terdengar dari suara jantung 2 ke suara jantung
1. Jika melihat tabel standar interpretasi tekanan darah JNC 7, hal ini menunjukkan hasil
normal
BP Classification SBP mmHg DBP mmHg
Normal ≤ 120 ≤ 80
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulakan bahwa :
1. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri biasa terjadi melalui beberapa cara diantaranya
yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, dan bertambahnya cairan
dalam sirkulasi.
2. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis adalah karena
istirahat, perubahan sikap, kerja otot, pengaruh berpikir, inspirasi dan ekspirasi kuat, umur,
jenis kelamin dan suhu lingkungan.
3. Pengaruh posisi tubuh dalam pengukuran tekanan darah juga mempengaruhi tekanan darah
praktikan.
4. Pada suhu yang menurun secara normal tekanan darah ikut menurun. Dan ketika otot bekerja
kuat secara normal tekanan darah ikut meningkat.
5. Penetapan kadar hemoglobin yang digunakan untuk mendiagnosa anemia, diketahui bahwa
metode hematin asam dengan termometer sahli dinilai lebih besar tingkat ke akuratannya
untuk mendeteksi kadar Hb dalam darah.
DAFTAR PUSTAKA