Anda di halaman 1dari 3

Judul : KINIPAN (Full Movie)

Tema : Deforestasi Kerusakan Alam dan Kehidupan Masyrakat Adat yang Tersingkir
Tujuan Penulisan : 1. Untuk memperlihatkan kondisi alam Indonesia melalui tulisan
2. Memberi argumen pendapat untuk membuka pandangan
masyarakat
Rumusan Masalah : 1. Mengapa kerusakan alam di Kinipan dapat terjadi?
2. Apa respon pemerintah terkait masalah Kinipan ini?
3. Bagaimana keadaan desa Kinipan pasca deforestasi?

Film Dokumenter Kinipan karya Indra Jati Surya Atmaja yang diproduksi oleh Watchdoc
Dokumenter ini menceritakan tentang bagaimana masyarakat mempertahankan hutan, yang
dijawab oleh negara dengan berbagai kebijakan seperti UU Cipta Kerja (Omnibuslaw), dan
lumbung pangan (Food Estate), yang dapat berpotensi semakin merusak lingkungan.
Kinipan adalah sebuah desa di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, yang alamnya
tergerus karena invasi perkebunan sawit sejak beberapa tahun lalu. Digambarkan dalam film
ini, kerusakan hutan di Kinipan terjadi dan masyarakatnya tersingkir. Pengalih fungsi hutan
untuk perkebunan sawit, pembukaan lahan pertanian, pertambangan, dan pembangunan jalan
raya, dan sebagainya.
Film ini dapat menjadi bahan pembelajaran tentang bagaimana desforestasi dan bagaimana
siklus yang terjadi pada kerusakan alam kita. Film ini juga menjadi materi untuk mengenal
isu akan bagaimana isu kerusakan alam direspon, seperti apa restorasi yang direspon dengan
krisis pangan lalu direspon dengan lumbung pangan.
Film Kinipan ini menyampaikan pandangan tentang penebangan hutan oleh perusahaan yang
akan ditanami sawit akan menjadi kekuatan investasi. Film ini disampaikan secara faktual.
Persoalan masalah yang dibahas dalam film ini adalah bagaimana pemerintah memberikan
solusi dan mengelolanya dengan baik. Persoalan yang berpangkal pada alih fungsi lahan
hutan yang berlanjut menjadi masalah serius ke berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat
ini menimbulkan efek yang sangat besar. Banyaknya satwa yang mati, kebakaran hutan, dan
banjir.
Melalui film ini memperlihatkan menderitanya orang Kinipan karena sebagian hutan adat
terinvasi perusahaan sawit di Kalimantan Tengah. Kerusakan hutan dan masyarakat yang
tersingkir. Persoalan ini dapat terjadi karena ada aturan dan sistem yang jauuh dari luar laman
mereka. Film ini juga bertolak dari dasar pemikiran bahwa deforestasi dapat mendekatkan
patogen pada manusia, yang dapat berujung pada munculnya pandemi.
Berdasar film Kinipan ini, saya berpandangan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah gagal
dalam memulihkan lingkungan hidup dan menjawab krisis karena mengabaikan peran
tradisional masyarakat. Menurut saya, film ini sangat bagus untuk para generasi penerus
negeri yang harus mencintai alamnya. Kita sebagai generasi yang mempunyai pandangan
luas, harus dapat mempertahankan hutan kita agar dapat terjaga dengan baik. Lawan
kebijakan yang dapat memperburuk kerusakan hutan dan lingkungan Indonesia kita.
DINA RACHMA PUTRI / 11
XII IPS 1

Judul : Film Dokumenter Orang Rimba “The Life of Suku Anak Dalam” (2011)
Tema : Pesan Amanat Orang rimba “Kegelisahan atas falsafah hidup yang mulai
luntur”
Tujuan Penulisan : 1. Memberi argumen pendapat tentang kondisi orang rimba
Tengganai
2. Memberikan pandangan kondisi orang rimba melalui tulisan
Rumusan Masalah : 1. Apa saja kekayaan yang dimiliki orang rimba/suku anak dalam?
2. Bagaimana corak filsafat hidup dan kondisi sosial kehidupan
orang rimba?
3. Bagaimana isi “kotak besar” kehidupan suku anak dalam di
Taman Nasional Bukit Duabelas?

Film dokumenter berjudul The Real of Suku Anak Dalam besutan dosen dan mahasiswa
Politeknik Sriwijaya ini berupaya mengangkat amanat leluhur suku orang rimba di Taman
Nasional Bukit Duabelas, Jambi. Dimana dalam film ini, sesepuh atau yang dituakan
menyatakan kegelisahannya akan falsafah hidup dan hukum, adat, dan budaya yang mulai
luntur karena tidak diteruskan oleh generasinya.
Film ini menggambarkan bagaimana orang rimba hadir di Taman Nasional Bukit Duabelas,
dimulai dari kesehariannya tentang bagaimana mereka bertahan hidup, berkomunikasi hingga
berupaya untuk melestarikan budayanya. Bagaimana mereka memiliki hukum adat sendiri,
tentang pernikahan, pemakaman, hubungan dengan masyarakat luar, dan bagaimana mereka
menilai kehidupan bernegara, dunia luar hingga mitos-mitos yang terus dipertahankan dalam
perspektif orang rimba.
Selain menunjukkan pengetahuan adat orang rimba, pada film dokumenter ini juga
memperlihatkan bagaimana kondisi sosiologis yang dialami masyarakat rimba di Bukit
Duabelas, yakni perubahan yang terjadi pada mereka dan tentang permasalahan hidupnya saat
ini.
Film dokumenter ini merupakan sebuah ungkapan dokumentasi hidup suku orang rimba yang
hingga kini masih menjaga jarak dari peradaban di pedalaman hutan Taman Nasional Bukit
Duabelas. Hal ini karena orang rimba ingin menjaga eksistensi simbol-simbol dan atribut
hidup berdasarkan ajaran hukum adat peninggalan leluhur mereka.
Film ini juga mengungkapkan tentang bagaimana sistem kekuasaan masyarakat suku anak
dalam di bukit duabelas tentang kebudayaannya, dari sastra tutur, seni suara, seni tari,
teknologi, sampai dengan hukum-hukum adanya. Puncak dari alur film ini adalah membahas
bagaimana ketatnya hubungan interaksi di antara masyarakat suku anak dalam dengan
masyarakat luar yang mereka sebut “Orang Terang”. Juga reaksi terhadap perubahan sosial
yang terjadi pada masyarakat suku anak dalam yang mereka alami akhir-akhir ini yang begitu
memprihatinkan. Perubahan yang terjadi kian berjalannya waktu nyatanya sangat berdampak
bagi keguncangan budaya suku anak dalam di Taman Nasional Bukit Duabelas karena
mereka tidka memiliki cukup waktu untuk dapat beradaptasi dengan perubahan ekologis yang
begitu cepat.
DINA RACHMA PUTRI / 11
XII IPS 1

Anda mungkin juga menyukai