Anda di halaman 1dari 28

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA INSTRUMEN


No. Dokumen No. Revisi Tanggal Efektif Halaman
FM-PM-02-04 00 05 Juni 2017 01 dari 01
LAPORAN PRAKTIKUM AIR DAN LIMBAH INDUSTRI

“ANALISA ALKALINITY, TDS, DAN TSS”

DISUSUN OLEH :

Nama : Putra Saibastian Pardosi

Nim : 19 03 041

Grup :B

Jurusan : Agribisnis Kelapa Sawit

Asisten : Juna Sihombing ST. MT

KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIKN INDONESIA

POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

MEDAN

2020
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA ALKALINITY, TDS, DAN TSS

No Nama Nim Paraf


1. Putra Saibastian Pardosi 1903041

Medan, 01 Desember 2020

Asisten Laboratiorium Pengembangan

( Juna Sihombing, ST,MT)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah , Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmatnya dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
yang berjudul “Analisa Alkalinity, TDS, dan TSS”. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak terkait yang turut membantu di dalam menyelesaikan laporan
praktikum ini yaitu kepada para asisten Laboratorium Pengembangan dan kepada rekan
rekan mahasiswa lainnya.

Penulis berharap laporan ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi yang
relevan dan menambah ilmu bagi para pembaca. Kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat penulis harapkan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 01 Desember 2020

(Putra Saibastian )

i
DAFTAR ISI
Halaman
COVER

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. Tujuan Percobaan Praktikum.................................................. 1

1.2. Landasan Teori ...................................................................... 1

1.2.1. Air................................................................................. 1

1.2.2. Karakteristik Air .......................................................... 2

1.2.3 Pengolahan Air menjadi Air minum.............................. 4

1.2.4 Analisa Alkalinity, TDS, dan TSS................................. 5

BAB II METODOLOGI........................................................................... 9

2.1. Alat dan Bahan........................................................................ 9

2.2.1. Alat............................................................................... 9

2.2.2. Bahan............................................................................ 9

2.2. Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity,

TDS dan TSS.......................................................................... 10

ii
2.2.1 Perancangan Alat........................................................... 10

2.2.2 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa

Alkalinity,TDS dan TSS................................................ 10

2.2.3 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen................................. 11

2.2.4 Prosedur Kerja Pengolahan Air...................................... 11

2.2.5 Prosedur Kerja Alkalinity............................................... 12

2.2.6 Prosedur Kerja TDS........................................................ 12

2.2.7 Prosedur Kerja TSS........................................................ 12

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA........................................ 13

3.1. Data........................................................................................... 13
DAFTAR ISI (LANJUTAN)
3.2. Pengolahan Data....................................................................... 15

3.2.1 Perhitungan Nilai Alkalinity......................................... 15

3.2.2 Perhitungan Nilai TDS dan TSS................................... 16

BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 17

4.1 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai Alkalinity............................ 17

4.2 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai TDS dan TSS...................... 17

BAB V KESIMPULAN............................................................................. 19

5.1 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai Alkalinity........................... 19

5.2 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai TDS dan TSS..................... 19

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

L.1 SNI Air Bersih/Air Minum Dalam Kemasan

iii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 3.1 Data Pengamatan.P-Alkalinity..........................................................13

Tabel 3.2 Data Pengamatan M-Alkalinity………….………………………….13

Tabel 3.2 Data Pengamatan TSS………………………………………………14

Tabel 3.2 Data Pengamatan TDS………………………………………………14

iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa

Alkalinity, TDS dan TSS.......................................................10

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan Praktikum


1. Menentukan sifat keasaman dan kebasaan senyawa-senyawa karbonat,
bikarbonat dan hidroksida.
2. Mengetahui jenis-jenis dan penggunaan indicator
3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi alkalinity
4. Mampu menganalisa alkalinity dengan metode asidimetri
5. Untuk mengetahui atau mengukur total dissolved solid (TDS) dan total
suspended solid (TSS) dalam air baku dan air bersih.

1.2. Landasan Teori


1.2.1. Air

Air merupakan zat cair, pada kondisi standar tidak memiliki rasa,
bau maupun warna dan terdiri atas hidrogen dan oksigen dengan rumus
kimia H2O. Secara alami Air memiliki tiga wujud sekaligus seperti padat
(es), cair (air), dan gas (uang air). air memiliki kemampuan untuk
melarutkan zat kimia seperti garam, asam, gas, serta molekul organik.
Dengan demikian tidak jarang air disebut sebagai zat pelarut universal. Air
berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat dibawah
tekanan dan temperatur standar.Menurut PERMENKES NO.
416.MEN.KES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air yang disebut sebagai air minum adalah air yang telah diproses
melalui pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
secara langsung. Sementara yang dimaksud dengan air bersih adalah air
yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari dimana kualitasnya

1
telah memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum bilamana sudah
dimasak.
Sumber-Sumber Air
-Air Laut
Merupakan air yang memiliki sifat asin karena mengandung garam
NaCI. Kadar garam NaCI yang terlarut dalam air laut mencapai 3%,
dengan demikian air laut tidak dapat dikatakan sebagai air bersih yang
dapat langsung diminum. Akan tetapi air laut melalui proses desalinasi
atau menggunakan mesin RO agar dapat langsung diminum.
-Air Atmosfer (Air Hujan)
Untuk dapat diminum, sebaiknya air hujan yang turun hendaknya
tidak menampungnya pada awal hujan turun karena air tersebut masih
mengandung banyak kotoran. Sebaiknya air ditampung setelah beberapa
saat setelah hujan turun. Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah
air hujan memiliki sifat agresif terutama pada pipa-pipa penyalur & bak-
bak reservior, dengan demikian akan mempercepat terjadinya korosi/karat.
-Air Permukaan
Air permukaan merupakan air yang mengalir di permukaan bumi.
Umumnya air permukaan tercemar selama masa pengalirannya, seperti
oleh air lumpur batang-batang kayu, daun-daunan, limbah industri dan lain
sebagainya. Air permukaan terdiri dari air sungai dan air danau.
1.2.2. Karakteristik Air
pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa,
korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa
lebih toksid dalam bentuk molekuler. Dimana disosiasi senyawa asam dan
basa lebih toksid dala (m bentuk molekul, dimana disosiasi senyawa-
senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.

2
DO (Dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka
kualitas air semakin baik. Satuan DO bisanya dinyatakan dalam persentase
saturasi.

BOD (Biological Oxygent Demand)

BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh


mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencemar)
yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD
digunakan untuk memonitoring kpasitas self purification bahan air
penerima.

COD (Chemical Oxygent Demand)

COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk


mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.

Kesadahan

Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas


pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar.
Didalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin atau pemanas)
adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi
bisa disebabkan oelh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.

Senyawa-Senyawa Kimia yang Beracun

Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah


merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak
ketat (kurang lebih 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan
menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid
merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun
bagi manusia.

3
1.2.3. Pengolahan Air Menjadi Air Minum
Metode pemurian air dapat digunakan untuk menghilangkan padatan,
mikroorganisme serta material organik dan inorganik. Pemilihan metode
bergantung pada kualitas sumber air, biaya proses, dan standar kualitas air
yang dihasilkan.
1. Pengaturan Derajat Keasaman / Kebasaan (pH)
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Koefisien aktifitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental
sehingga nilainya didasarkan pada perhitugan teoritis.
2. Koagulasi dan Flokulasi
Salah satu metode konvensional dalam proses pemurnian air
adalah penambahan bahan kimia untuk membuang partikel yang tidak
diinginkan didalam air. Penambahan koagulan seperti aluminium sulfat
atau iron salts dapat menyebabkan interaksi fisika dan kimia di antara
partikel.
3. Sand Filter
a. Rapid Sand Filter
Air mengalir secara vertikal melalui pasir yang dimiliki lapisan
dari karbon aktif di atas pasir. Lapisan bagian atas akan
menghilangkan kandungan organik yang berpengaruh terhadap rasa
dan bau.
b. Slow Sand Filter
Bergantung pada kecepatan air yang lamban melalui filter. Ini
sangat bergantung pada proses biologi dan fisika dan terdiri atas
beberapa lapisan pasir dengan susunan paling bawah adalah pasir
kasar dan pasir halus dibagian atas.
4. Membran Ultrafiltrasi

4
Ultrafiltrasi merupakan proses berbasis membran yang terletak
antara proses nanofiltrasi dan mikrofiltrasi. Membran ultrafiltrasi yang
sering digunakan memiliki ukuran pori 0,01 mm samapai dengn 1 mm
(Pardamean Sebayang, 2015).
Peralatan yang digunakan dalam pengolahan air minum
satu set alat yang dirangkai untuk pengolahan air yang terdiri dari bak
penampung dan sedimentasi, bak koagulasi, bak sedimentasi, bak
aerasi, dan dua buah bak filtrasi, serta bak penampung air.
Media filter yang digunakan seperti kerikil, arang zeolit
pasir, saringan akuarium, dan wadah disenfeksi, serta penampung air
bersih. Peraltan pendukung untuk analisa kualitas air dapat dilihat pada
analisa parameter mutu air.
Prosedur kerja:
1. Lakukan analisa terhadap kualitas air baku yang akan diolah.
2. Alirkan air baku melalui bap penampung dan sedmentasi I. Air akan
terus mengalir ke bak koagulasi, sedimentasi II, menuju bak aerasi,
dan selanjutnya akan difiltrasi pada filtrasi I dan filrasi II.

Air yang telah difiltrasi akan dipanaskan guna melakukan


desinfeksi. Setelah melalui tahapan desinfeksi air telah dapat ditampung
pada bak penampung air. Ukurlah debit air hasil olahan.

1.2.4. Analisa Kadar Alkalinity,TDS dan TSS


TDS adalah ukuran dari jumlah material yang dilarutkan dalam
air. Bahan ini dapat mencakup karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat,
fosfat, nitrat, kalsium, magnesium, natrium, ion-ion organik, dan ion-ion
lainnya. Tingkat tertentu dalam air ion ini diperlukan untuk kehidupan
akuatik. Perubahan dalam konsentrasi TDS dapat berbahaya karena
densitas air menentukan aliran air masuk dan keluar dari sel-sel
organisme. Namun, jika konsentrasi TDS terlalu tinggi atau terlalu
rendah, pertumbuhan kehidupan, jumlah air dapat dibatasi, dan kematian
dapat terjadi. Serupa dengan TSS, TDS tinggi juga dapat mengurangi

5
kejernihan air, memberikan kontribusi pada penurunan fotosintesis,
gabungan dengan senyawa beracun dan logam berat, dan menyebabkan
peningkatan suhu air. TDS dapat digunakan untuk memperkirakan
kualitas air minum, karena mewakili jumlah ion di dalam air. Air dengan
TDS tinggi seringkali memiliki rasa yangburukdan / atau kesadahan air
tinggi. Aplikasi utama TDS adalah dalam studi kualitas air dan aliran air,
sungai dan danau, walaupun TDS umumnya dianggap bukan sebagai
polutan utama (misalnya tidak dianggap terkait dengan efek kesehatan),
tetapi digunakan sebagai indikasi karakteristik estetika air minum dan
sebagai indikator agregat kehadiran array yang luas dari kontaminan
kimia.TDS merupakan total zat terlarut yang terdiri dari zat organik dan
anorganik.

Dampak dari Total Dissolved Solid (TDS) adalah (Mahadmika,


2010):

1. Dampak terhadap lingkungan:

a. Kandungan TDS dapat berdampak buruk pada lingkungan, terutama


dapat menghambat resapan air dalam tanah dengan cara menutupi pori-
pori.

b. Padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke


dalam air, yaitu mempengaruhi degenerasi oksigen serta foto sintesis.

2. Dampak bagi kesehatan

TDS tidak berdampak langsung pada kesehatan karena efek


kandungan TDS di dalam air adalah memberi rasa pada air, yaitu air
menjadi seperti garam. Sehingga jika air yang tidak sengaja
mengandung TDS terminum, maka akan terjadi akumulasi garam di
dalam ginjal manusia dalam waktu lama. Sehingga lama kelamaan akan
mempengaruhi fungsi fisiologis ginjal.

Padatan tersuspensi total (TSS) merupakan residu dari


padatantotalyang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel

6
maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuranpartikel koloid (SNI,2004).
TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah
padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan
anorganik yang dapat disaringdengan kertas milliporeberporipori
0,45μm. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak buruk terhadap
kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan air,
kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
bagi organisme (Thorikul Huda,2009).

Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan


kekeruhan air, tidak terlarut dan
tidakdapatlangsungmengendap,terdiridaripartikel-partikelyang ukuran
maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-
bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme,dan
sebagainya(Nasution, M.I,2008 dan Ihsan, 2011). Zat padat tersuspensi
merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia
yangheterogen,dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang
paling awal dan dapat menghalang kemampuan produksi zat organik
disuatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003 dan Ihsan, 2011).

Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat


padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang
tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti
fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati
(abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Padatan
tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota diperairan melalui
dua cara. Pertama,menghalangi dan mengurangi penentrasi cahaya
kedalam badan air, sehingga menghambat proses fotosintesis oleh
fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kondisi ini akanmengurangi
pasokan oksigen terlarut dalam badan air. Kedua, secara langsung TDS
yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena
tersaringoleh insang. Menurut Fardiaz 1992 dalam Thorikul Huda

7
2009, padatan tersuspensiakan mengurangi penetrasi cahaya kedalam
air, sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosisntesis dan
kekeruhan air juga semakin meningkat. Ditambahkan oleh Nybakken
1992 dalam Thorikul Huda 2009, peningkatan kandungan padatan
tersuspensi dalam air dapat mengakibatkan penurunan kedalam
aneufoti, sehingga kedalaman perairan produktif menjadi turun.

Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan


asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinity dalam air antara lain
adalah ion karbonat (CO32-), ion bikarbonat (HCO3), ion borat
(BO32-), ion fosfat (PO43-), dan ion silikat (SiO42-). Alkalinity
ditetapkan melalui titrasi asam basa.

8
BAB II

METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan


2.1.1. Alat yang digunakan
1. Erlenmeyer 100 ml : 6 buah
2. Beaker Gelas800 ml : 1 buah
3. Beaker Gelas 500 ml : 1 buah
4. Pipet Volume 10ml : 2 buah
5. Bola Hisap :1 buah
6. Buret 50 ml : 1 buah
7. Pipet Tetes : 2 buah
8. TDS Meter : 1 buah
9. Pompa Vakum : 1 unit
10. Corong Buchner : 1 buah
11. Labu Buchner : 1 buah
12. Oven : 1 unit
13. Neraca Analitik : 1 unit
14. Desikator : 1 buah
15. Gegep Besi : 1 buah
16. Cawan Petridish : 2 buah
17. Corong Kaca : 1 buah
18. TDS Meter : 1 unit
19. Alat Filtrasi : 1 unit
2.1.2 Bahan yang digunakan
1. H2SO4 0,02 N :1L
2. Indikator PP : 100 ml
3. Indikator MO : 100 ml
4. Air Sungai sebelum filtrasi :2L
5. Aquadest :1L

9
6. Tissue : 1 kotak
2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity,TDS dan TSS

2.2.1 Perancangan Alat


1. Alat dan bahan yang akan digunakan, disiapkan.
2. Kaca aquarium dibentuk untuk wadah penyaringan, bagian bawan di
bolongi dan dipasang kran untuk jalur keluarnya air.
3. Bahan-bahan yang akan digunakan dicuci dengan menggunakan air
bersih
4. Alat kemudian disusun dengan memasukkaan bahan,dari lapisan bawah
hingga keatas yaitu kapas, pasir halus, kapas, pasir kasar, kapas, kerikil
besar, kapas, arang, kapas, ijuk, kapas, pasir halus, kapas, pasir kasar dan
kapas.
5. Air bersih dimasukkan kedalam alat yang telah dirancang untuk mencuci
bahan-bahan yang digunakan sampai bersih.

2.2.2 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity,


TDS dan TSS

(Gambar 2.1 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Alkalinity,

TDS dan TSS )

10
2.2.3 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen
1. Alat dan bahan praktikum disediakan.
2. Labu ukur 100 ml diisi 1/3 aquades.
3. Larutan H2SO4 98% dipipet sebanyak 0,5 ml kedalam labu ukur berisi
aquades.
4. Aquades ditambahkan sampai tanda batas, dan dihomogenkan
2.2.4 Prosedur Kerja Pengolahan Air
1. Air sungai sebagai sampel diukur dengan gelas ukur sebanyak 1000 ml
menggunakan beaker glass 1000 ml.
2. Air sungai dituangkan kedalam alat filtrasi yang telah dirancang.
3. Kran air dibuka dan air sesudah di filtrasi ditampung pada beaker glass
1000 ml.
2.2.5 Prosedur Kerja Alkalinity
Prosedur Kerja P-Alkalinity

1. Alat dan bahan praktikum disediakan.


2. Indikator PP ditambahkan sebanyak 3 tetes kedalam sampel pada masing
– masing erlenmeyer, lalu diamati perubahan yang terjadi. Apabila tidak
terjadi perubahan berarti kadar P-Alkalinity sama dengan nol.
Prosedur Kerja M-Alkalinity

1. Alat dan bahan disediakan.


2. Sampel air sungai sebelum filtrasi, diukur sebanyak 10 ml dengan
menggunakanpipet ukur, dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
3. Sampel air sungai sesudah filtrasi, diukur sebanyak 10 ml dengan
menggunakan pipet ukur, dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
4. Indikator mo ditambahkan sebanyak1 tetes kedalam setiap sampel, lalu
diamati perubahan yang terjadi. Kemudian dititrasi dengan H2SO4 0,1 N
sampai terbentuk larutan warna orange,
5. Volume titrasi yang didapat dicatat dalam data pengamatan.

11
2.2.6 Prosedur Kerja TDS
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel air sungai sebelum dan sesudah titrasi masing masing dituang di
beaker glass sebanyak 200 ml.
3. Alat TDS Meter dibilas menggunakan aquades.
4. Alat TDS Meter di on kan, dan dicelupkan ke masing masing beaker
glass berisi sampel.
5. Tunggu hingga TDS Meter stabil.
6. Catat lah kadar TDS (ppm) dan temperature(oC) pada alat.
7. Bilas Alat dan keringkan menggunakan tisu.
8. Ulangi prosedur untuk setiap sampel.
2.2.7 Prosedur Kerja TSS
1. Kertas saring yang telah dibilas aquadest dan dikeringkan didalam oven
diambil menggunakan gegep besi kedalam cawan petri dan didinginkan di
desikator.
2. Kertas saring ditimbang dan dicatat sebagai berat kertas saring kosong.
3. Rangkai corong bouncher ke tabung bouncher dan pompa vakum.
4. Kertas saring diletakkan diatas corong bouncher menggunakan gegep besi.
5. Kertas saring ditimbang dan dicatat sebagai berat kertas saring + endapan.

12
BAB III

DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 DATA

Tabel 3.1. Data Pengamatan untuk P-ALKALINITY

No Nama Sampel Volume Sampel Volume Indikator PP Volume Titrasi

(mL) (tetes) H2SO4 0,02

(mL)

1 Air sungai 25 3 0

Sebelum filtrasi

2 Air sungai 25 3 0

Setelah filtrasi

Keterangan:

1. Air sungai sebelum filtrasi


Air sungai sebelum filtrasi + Ind. PP Larutan Tidak berwarna

2. Air sungai sesudah filtrasi

Air sungai sesudah filtrasi + Ind. PP Larutan Tidak berwarna

Tabel 3.2. Data Pengamatan untuk M-ALKALINITY

No Nama Sampel Volume Sampel Volume Indikator PP Volume Titrasi

(mL) (tetes) H2SO4 0,02

(mL)

1 Air sungai 25 3 1,0

Sebelum filtrasi

2 Air sungai 25 3 0,8

13
Setelah filtrasi

3 Air Cleo 25 3 0,1

4 Air Ades 25 3 0,1

Pengamatan M-Alkalinity

1. Air sungai sebelum filtrasi


Air sungai sebelum filtrasi + Ind. MO Larutan orange

DiTitrasi
Larutan Orange Larutan warna orange tua
H2SO4 0,02N

2. Air sungai sesudah filtrasi


Air sungai sesudah filtrasi + Ind. MO Larutan warna orange

Titrasi
Larutan Orange Larutan warna orange
H2SO4 0,02N

Tabel 3.3. Data Pengamatan TSS

No Nama Sampel volume sampel Berat Kertas Saring Berat Endapan

(mL) Kosong (gr) di Oven (gr)

1 Air sungai sebelum 10 0,4780 0,4893

Filtrasi

2 Air sungai sesudah 10 0,4791 0,4889

filtrasi

14
Tabel 3.4. Data Pengamatan TDS

No Nama Sampel Volume sampel Suhu TDS (ppm)

(mL) (oC)

1 Air sungai sebelum 300 30,2 142

Filtrasi

2 Air sungai sesudah 300 29,2 25

Filtrasi

3.2 PENGOLAHAN DATA

3.2.1 Perhitungan Nilai Alkalinity

A. Perhitungan P Alkalinity
1. Sampel Air Sungai Sebelum Filtrasi
P Alkalinity = 0

( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP )

2. Sampel Air Sungai Sesudah Filtrasi


P Alkalinity = 0

( Tidak terjadi perubahan warna ketika ditambah indikator PP )

B. Perhitungan M-Alkalinity
a. Air Sungai Sebelum Filtrasi
volume H 2 SO 4 0,02 N
M. Alkalinity =1000 × ×BECaCO3
vol . sampel
ml mek
1000 x 1 ml x 0,02
= l ml 50 mgr/mek
×
25 ml
= 40 ppm
b. Air Sungai Sesudah Filtrasi

15
volume H 2 SO 4 0,02 N
M. Alkalinity =1000 × ×BECaCO3
vol . sampel

3.2.2 Perhitungan TDS


a. Air Sungai Sebelum Filtrasi
Dengan menggunakan alat TDS meter diketahui kadar TDS sampel:
TDS : 142
Suhu : 30,2 °C
b. Air Sungai Sesudah Filtrasi
Dengan menggunakan alat TDS meter diketahui kadar TDS sampel:
TDS : 25
Suhu : 29,2 °C

3.2.3 Perhitungan TSS

a. Air Sungai Sebelum Filtrasi


( Berat Kertas + Endapan )−(Berat Kertas Kosong)
TSS=
Volume Sampel
( 967,3 mg ) −( 478 mg)
TSS=
0,01 L
TSS=¿ 48,930 ppm
b. Air Sungai Sesudah Filtrasi
( Berat Kertas+ Endapan )−(Berat Kertas Kosong)
TSS=
Volume Sampel
( 968 mg )−(479,1mg)
TSS=
0,01 L
TSS=¿ 48, 890 ppm

16
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai Alkalinity

Alkalinity adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahanasam tanpa penurunan


nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkalinity merupakan
pertahanan air terhadap pengasaman.Ada sampel yang di filtrasi terlebih dahulu
dengan alat filtrasi yang tersedia dan sampel yang tidak di filtrasi.Sampel
digunakan sebanyak 10 ml.

Dalam analisa P- Alkalinity digunakan indikator PP sebanyak 3 tetes. Jika


warna larutan tidak berubah menjadi sedikit merah maka P-alkalinity sama dengan
nol. Hal ini menunjukkan larutan sampel bersifat asam. Untuk semua sampel yang
digunakan baik yang difiltrasi maupun tidak difiltrasi tidak mengalami perubahan
warna. Sehingga tidak dilakukan titrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N.

Air menutupi 70% permukaan bumi dengan jumlah sekitar 1.368 juta
Km3 air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air
tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah, (ground water), dan gunung es
(glacier).Semua badan air didaratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui
siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinyu. Air memiliki karakteristik yang
khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain yakni, memiliki kisaran
suhu yang sesuai bagi kehidupan, yaitu 0o (32o F)- 100oC, air berwujud cair. Suhu
0oC merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100o C merupakan titik didih
(boiling point) air.

17
4.2 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai TDS dan TSS

Filtrasi merupakan proses pengolahan air yang menggunakan media filter untuk
menyaring zat atau padatan yang terkandung dalam air. Media filter ini terbuat dari
bahan butiran sengan tebal dan diameter tertentu. Produk air aquadest dari bahan
baku air sumur akan dianalisa kadar dari TSS dan TDS untuk mengetahui
kelayakan dari air aquadest.Hal ini dimaksudkan untuk menurunkan kadar alkali,
TDS, dan TSS dari air sungai. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka
didapat hasilnya sebagai berikut : P Alkalinity masing-masing sampel bernilai nol
dan memiliki hasil tidak berwarna. M Alkalinity air sungai belum filtrasi sebesar 40
ppm, air sungai setelah filtrasi sebesar 32 ppm, Dalam percobaan M-Alkalinity
perubahan warna gerjadi yaitu warna orange. Angka TSS dari sampel air sungai
belum filtrasi sebesar 48,930 ppm dan air sungai setelah filtrasi sebesar 48,890
ppm.

Menurut standar WHO, air minum yang layak konsumsi memiliki kadar TDS
<100. Pada sasarnya kategori airmenurut TDS terbagi menjadi 4, yaitu:

a. >100ppm :bukan air minum

b. 10–100ppm: air minum

c. 1–10 ppm : air murni

d. 0 ppm : air organik

Batas TDS air yang bisa diminum adalah di bawah 100 ppm. (Bardo
Wenang,2010) sedangkan Standar kualitas air minum yang telah ditentukan oleh
Amerika Serikat dan PERMENKESRI No.4922010 sebesar 500 mg/L (Ihsan,
2011).

18
KESIMPULAN

5.1 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai Alkalinity


1. Faktor yang dapat mempengaruhi kesalahan dalam analisa kadar alkalinitas
suatu sampel adalah proses titrasi, indikator yang digunakan, karbondioksida
dan akan mempengaruhi alkalinitas suatu sampel yang terbuka terhadap udara.
2. Pada percobaan M-alkalinity pada sampel air sungai sebelum filtrasi 40 ppm,
dan air sungai setelah filtrasi adalah 32 ppm.

5.2 Pengaruh Filtrasi Terhadap Nilai TDS dan TSS

1. Angka TSS dari sampel air sungai belum filtrasi sebesar 48,930 ppm dan air
sungai setelah filtrasi sebesar 48,890 ppm.

2. Menurut standar WHO, air minum yang layak konsumsi memiliki kadar TDS
<100. Pada sasarnya kategori airmenurut TDS terbagi menjadi 4, yaitu:

a. >100ppm :bukan air minum


b. 10–100ppm: air minum
c. 1–10 ppm : air murni
d. 0 ppm : air organik
Batas TDS air yang bisa diminum adalah di bawah 100 ppm. (Bardo
Wenang,2010) sedangkan Standar kualitas air minum yang telah ditentukan oleh
Amerika Serikat dan PERMENKESRI No.4922010 sebesar 500 mg/L (Ihsan,
2011).

19
DAFTAR PUSTAKA

Ign, Suharto, Prof. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air.
Yogyakarta : CV ANDI OFFSET.

Moore, Jhon T. Kimia For Dummies. Bandung : Pakar Raya.

Prayudi, Tibin R. 2012. Pengaruh Campuran Fly Ash Dan Pasir Kuarsa Sebagai
Media Saringan Leachate Sampah Terhadap Waktu Peresapan, Warna,Fe, Zn
Dan Cu.Bandung : Pusat Litbang Permukiman.

Sihombing, Juna.2020. Penuntun Praktikum Pengolahan Air dan Limbah Industri.


Medan : PTKI.

Syafei, M. Yani, dkk. 2018. Perancangan Teknologi Reverse Osmosis Dengan


Memanfaatkan Air Efluen Pengolahan Air Limbah Sebagai Bahan Baku
Dalam Upaya Mengefisiensikan Pemakaian Air Bersih Dari Kawasan Industri
Mm2100. Bekasi : Universitas Presiden.

20
LAMPIRAN

SNI Air Bersih/Air Minum dalam Kemasan

21

Anda mungkin juga menyukai