Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Pengolahan Di Pabrik Kelapa Sawit


Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pada umunya mengolah bahan baku berupa
Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit Crude Palm Oil
(CPO) dan inti sawit (Kernel). Proses pengolahan kelapa sawit sampai
menjadi minyak sawit CPO terdiri dari beberapa tahapan yaitu :

2.1.1. Jembatan Timbang


Pada Pabrik Kelapa Sawit, jembatan timbang yang dipakai
menggunakan sistem komputer untuk meliputi berat. Prinsip kerja dari
jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan timbang tidak
berhenti, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan
sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat
awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima dipabrik.

2.1.2. Penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat
kematangannya. Jenis buah yang masuk ke pabrik pada umumnya jenis
Tenera dan jenis Dura. Kriteria matang panen merupakan faktor penting
dalam pemeriksaan kualitas buah distasiun penerimaan TBS. Setelah
disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat penimbunan sementara
(Loading Ramp) dan selanjutnya diteruskan ke stasiun perebusan
(Sterilizer).

2.1.3. Perebusan (Sterilizer)


Lori yang telah diisi TBS dimasukkan kedalam sterilizer dengan
menggunakan penarik hydraulic.
Adapun beberapa tujuan perebusan sebagai berikut :
a. Mengurangi peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB).
b. Mempermudah proses pembrondolan pada Threser.
c. Menurunkan kadar air
d. Melunakkan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari
biji.
Bila poin dua tercapai secara efektif, maka semua poin yang lain akan
tercapai juga. Dalam Sterilizer dilapisi Wearing Plat yang berfungsi
untuk menahan steam, dibawah sterilizer terdapat lubang yang
gunanya untuk pembuangan air condensate agar pemanasan didalam
sterilizer tetap seimbang.

2.1.4. Pengempaan (Pressing stasion)


Proses Kempa adalah dimulainya pengambilan minyak dari buah
Kelapa Sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik
buruknya pengoperasian peralatan mempengaruhi efisiensi pengutipan
minyak. Proses ini terdiri dari :
a. Digester
Setelah buah dipisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digaster
dengan cara masuk ke Under Threser Conveyor yang berfungsi untuk
membawa buah ke Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat
buah keatas masuk ke Distribusi Conveyor yang kemudian
menyalurkan buah masuk ke Digaster. Didalam Digaster tersebut
buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk
dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian
poros, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau
mengeluarkan buah dari digester ke screw press. Adapun beberapa
Fungsi Digaster sebagai berikut :
a. Melumatkan daging buah.
b. Memisahkan daging buah dengan biji.
c. Mempersiapkan Feeding Press.
d. Mempermudah proses di Press.
b. Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memisahkan minyak dengan
ampas berondolan yang telah dilumatkan di digester untuk
mendapatkan minyak kasar. Buah yang telah diaduk secara bertahap
dengan bantuan pisau-pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw
conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempaan
(double screw press). Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh
cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang- lubang press
cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak
menuju stasiun klarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun
kernel.

2.1.5 Pemurnian Minyak (Clarification Station )


Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar/
Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil
masuk ke stasiun klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai
berikut:
a. Sand Trap Tank (Tangki Pemisah Pasir)
Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur
masuk ke Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk
menampung pasir. Temperatur pada Sand Trap Tank mencapai 95°C.
b. Vibro Separator/ Vibrating Screen
Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari
serabut-serabut yang dapat mengganggu proses pemurnian minyak.
Sistem kerja mesin penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran-
getaran pada Vibro Separator melalui penyetelan pada bantul yang
diikat pada elektromotor. Getaran yang kurang mengakibatkan
pemisahan tidak efektif.
c. Vertical Continious Tank (VCT)
Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran/
Non Oil Solid (NOS) secara gravitasi. Dimana minyak berat dengan
jenis yang lebih kecil dari 1 akan berada pada lapisan atas dan air
dengan berat dengan berat jenis = 1 akan berada pada lapisan tengah
sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada pada
lapisan bawah. Skimmer dalam VCT befungsi untuk membantu
mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan membantu
mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan
memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan sludge.
Temperatur yang cukup (95°C) akan memudahkan proses pemisahan
ini. Prinsip kerja didalam VCT dengan menggunakan prinsip
keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis.
d. Oil Tank
Fungsi Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah
oleh Oil Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam
Coil untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakin 95°C.
e. Oil Purifier
Fungsi Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak
dengan cara sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan
temperatur suhu 95°C.
f. Vacuum Dryer
Fungsi Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam
minyak produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan
kedalam bejana melalui Noozel. Suatu jalur sirkulasi dihubungkan
dengan suatu pengapung didalam bejana, sehingga bila ketinggian
permukaan minyak menurun dan pengapung akan membuka dan
mensirkulasi minyak kedalam bejana.
g. Sludge Tank
Fungsi Sludge Tank adalah tempat sementara sludge (bagian dari
minyak kasar yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh
sludge separator. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem
injeksi untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yaitu 95°C.
h. Sand Cyclone/ Pre-Cleaner
Fungsi Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung
dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya.
h. Brush Strainer (Saringan Berputar)
Fungsi Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat
pada sludge sehingga tidak menganggu kerja Sludge Separator. Alat ini
terdiri dari saringan dan sikat yang berputar.
i. Sludge Separator
Fungsi Sludge Separator adalah untuk mengambil minyak yang masih
terkandung dalam Sludge dengan cara sentrifugal. Dengan cara
sentrifugal, minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak
menuju poros dan terdorong keluar melalui sudut-sudut ruang tangki
pisah.
j. Storage Tank
Fungsi Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak
produksi yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus
dibersihkan secara terjadwal dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus
dilakukan secara rutin, karena apabila terjadi kebocoran pada pipa
Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada CPO.

2.1.6 Pengolahan Biji (Kernel Station)


Telah dijabarkan bahwasanya setelah pengepresan akan menghasilkan
Crude Oil dan Fibre. Fibre tersebut akan masuk kestasiun Kernel yang
akan dijabarkan proses pengolahannya.
a. Cake Breaker Conveyor (CBC)
Fungsi Cake Breaker Conveyor adalah untuk membawa dan
memecahkan gumpalan Cake dari stasiun press ke depericarper.
b. Depericarper
Fungsi Depericarper adalah untuk meisahkan fiber dengan nut dan
membawa fibre untuk menjadi bahan bakar boiler. Fungsi kerjanya
adalah tergantung pada berat massa, yang massanya lebih ringan (fibre)
akan terhisap oleh fan. Yang massanya lebih berat (nut) akan masuk ke
Nut Polishing Drum. Adapun beberapa fungsi dari Nut Polishing Drum
adalah :
a. Membersihkan biji dari serabut yang masih melengket.
b. Membawa nut dari depericarper ke nut transport.
c. Memisahkan nut dari sampah
d. Memisahkan nut berdasarkan ukurannya.
c. Ripple Mill
Fungsi Ripple Mill adalah untuk memecahkan nut. Pada Ripple Mill
terdapat rotor bagian yang berputar pada Ripple Plate bagian yang
diam. Nut masuk diantara rotor dan Ripple Plate sehingga saling
berbenturan dan memecahkan cangkang dari nut.
d. Hydrocyclone
Adapun fungsi Hydrocyclone adalah :
a. Mengutip kembali inti yang terikut kecangkang
b. Mengurangi losses (inti cangkang) dan kadar kotoran.
h. Kernel Dryer
Fungsi Kernel Dryer adalah untuk mengurangi kadar air yang
terkandung dalam inti produksi. Jika kandungan air tinggi pada inti
akan mempengaruhi nilai penjualan, karena jika kadar air tinggi maka
ALB juga tinggi. Pada Kernel Silo ada 3 tingkatan yaitu atas 70°C,
tengah 60°C dan bawah 50°C. Pada sebagian PKS ada yang
menggunakan sebaliknya yaitu atas 50°C, tengah 60°C dan bawah
70°C.
i. Kernel Storage
Fungsi Kernel Storage adalah untuk tempat penyimpanan inti produksi
sebelum dikirim keluar untuk dijual. Kernel Storage pada umumnya
berupa bulk silo yang seharusnya dilengkapi dengan fan agar uap yang
masih terkandung dalam inti dapat keluar dan tidak menyebabkan
kondisi dalam storage lembab yang pada akhirnya menimbulkan jamur
kelapa sawit (Anonim, 2007).
2.2 Pandangan Umum Pengolahan TBS yang mempengaruhi Losses

2.2.1. Tingkat Kematangan Buah

Buah yang masuk ke pabrik untuk diolah setiap harinya harus


melewati proses sortasi. Hal ini sangat mempengaruhi mutu/ kualitas
Final Product dan rendemen yang dihasilkan nantinya. Jika pada
proses pengolahannya pabrik banyak mengolah buah mentah dan
mengkal tentu akan mempengaruhi rendemen yang dihasilkan dan
juga akan mempengaruhi kehilangan produksi/ losses di fiber karena
pada saat perebusan buah tidak akan masak sempurna sampai ke
lapisan daging buah paling dalam sehingga saat dilakukan
pengempaan minyak yang terekstrak tidak akan maksimal. Begitu
juga dengan losses USB (Unstrip Bunch), brondolan buah mentah
yang direbus akan sulit lepas dari spikletnya sehingga akan terikut
pada janjangan kosong nantinya. Berikut adalah tabel norma tingkat
kematangan buah yang telah ditetapkan oleh pabrik yang
bersangkutan :

Tabel 2.1. Norma Tingkat Kematangan Buah

Tingkat Kematangan Norma


Mentah 0%
Mengkal <2%
Masak normal >95%
Terlalu masak <3%
Busuk 0%
Tidak normal 0%
Tangkos 0%
Tangkai panjang 0%
Brondolan 10-15%
2.2.2. Rebusan/Sterilizer

Sterilizer adalah bejana uap bertekanan yang digunakan untuk merebus


TBS dengan uap (steam). Steam yang digunakan adalah saturated
steam dengan tekanan 2,8 – 3,0 kg/cm2 dan suhu 120 – 130 0C yang
diinjeksi dari Back Pressure Vessel (BPV). Proses ini sangat penting
karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Adapun
beberapa tujuan utama perebuasan yaitu :
1. Menghentikan aktifitas enzim
Dalam tandan buah sawit terdapat enzim lipase dan oksidase yang
tetap akan bekerja jika tidak memalui proses tertentu. Enzim lipase
bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan
kemudian akan menjadi asam lemak bebas (ALB). Sedangkan
enzim oksidase berperan sebagai pembentukan peroksida dan
kemuadian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan aldehyde
dan kation. Selanjutnya jika senyawa teroksidasi lagi akan menajdi
asam. Aktifitas enzim ini dapat dihentikan dengan cara pemanasan
suhu tertentu yang dapat mendegradasi protein. (P. Naibaho, 1998)
2. Melepaskan buah dari spiklet
Minyak dan inti sawit terdapat dalam buah, maka untuk
mempermudah proses ekstraksi pengutipan minyak dan inti sawit,
buah perlu dilepas dari spikletnya melalui cara hidrolisa
hemiselluulosa dan pectin yang terdapat di pangkal buah.
Pemanasan yang terjadi dalam sterilizer akan meresap ke dalam
buah karena adanya tekanan. Hidrolisis pectin dalam bejana tidak
membuat buah sepenuhnya terlepas dari tandan, maka dari itu masi
diperlukan proses pemipilan dengan thressing.
3. Menurunkan kadar air
Penurunan kadar air pada buah akan menyebabkan penyusutan
buah sehingga terjadi rongga-rongga kosong pada pericarp yang
memudahkan proses pengempaan.
4. Pemecah emulsi
Minyak yang terkandung dalam pericarp buah berbentuk emulsi.
Adanya pemanasan yang terjadi didalam ketel uap yang
menyebabkan emulsi lebih mudah keluar dan diubah menjadi fase
minyak.
5. Melepaskan serat dari biji
Jika perebusan buah tidak sempurna maka akan menyebabkan serat
sulit terlepas dari biji. Hal ini akan berdampak pada saat biji
dipecah akan bersifat kenyal dan lignin yang terdapat di antara
serat akan menahan minyak keluar sehingga dapat menyebabkan
losses.
6. Membantu melepas inti dari cangkang
Pemanasan yang terjadi di dalam bejana uap akan membuat
penurunan kadar air biji hingga 15% yang menyebabkan inti susut
dan terciptanya rongga antara inti dan cangkang sehingga saat biji
dipecah inti didalamnya sudah terlepas dari cangkangnya.

Gambar 2.2. Sterilizer


Dalam proses perebusan terdapat siklus perebusan. Siklus perebusan
adalah waktu yang diperlukan untuk merebus TBS, ditambah dengan
waktu untuk memasukkan lori ke Sterilizer dan mengeluarkannya. 1
siklus terdiri dari 110 menit. .Dalam perebusan dikenal tiga sistem,
yaitu Single Peak, Double Peak dan Triple Peak. Yang biasanya
digunakan adalah sistem tiga puncak (Triple Peak), karena paling
sempurna dengan tekanan puncak pertama 1.5 kg/cm 2, puncak kedua 2
kg/cm2 dan puncak ketiga 2,8-3 kg/cm2..

110 menit

Gambar 2.3. Siklus Perebusan Triple Peak

a. Mekanisme Perebusan Buah

Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan boiler


memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat
tercapai. Sistem perebusan yang lazim dikenal di PKS adalah single
peak, double peak, dan triple peak. Sistem perebusan triple peak
banyak digunakan, selain berfungsi sebagai tindakan yang terjadi di
proses mekanik yaitu adanya goncangan yang disebabkan oleh
perubahan tekanan yang cepat.

Keberhasilan SPTP dipengaruhi oleh tekanan uap yang tersedia,


kapasitas ketel rebusan, bahan baku dan lama perebusan. Tekanan uap
pada setiap peak berbeda-beda, akan tetapi dengan tersebarnya SPKS
maka dikenal SPTP yang puncaknya satu sama lain sama kecuali waktu
setiap puncak berbeda satu dengan yang lain. Uap yang masuk ke dalam
ketel rebusan pada mulanya memanaskan buah luar dan masuk lagi
pada buah-buah yang lebih dalam. Panas yang diterima pada setiap
lapisan buah tidak sama. Penurunan suhu uap pada lapisan yang lebih
bawah menyebabkan penurunan tekanan uap. Waktu perebusan
berlangsung lebih lama apabila lapisan buah yang dilalui semakin
banyak. Faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkan
efisiensi pelepasan buah dalam proses perebusan antara lain:

1. Pembuangan udara
Udara merupakan penghantar panas yang lambat dan berpengaruh
negatif terhadap proses perebusan. Udara yang terdapat dalam
rebusan akan menurunkan tekanan. Oleh sebab itu dilakukanlah
pembuangan udara sebelum perebusan dimulai atau yang dikenal
dengan istilah daerasi.

2. Pembuangan air kondensate


Uap air yang terkondensasi yang berada di dasar bejana rebusan
yang merupakan penghambat dalam proses perebusan. Air yang
terdapat didalam rebusan akan mengabsorsi panas yang diberikan
sehingga jumlah air dalam rebusan semakin bertambah. Jika
pertambahan ini tidak diimbangi dengan lancarmya proses
pengeluaran air kondensate, maka akan sulit untuk tercapainya
tekanan puncak.
3. Lamanya perebusan
Hubungan waktu perebusan dengan efisiensi ekstraksi minyak
adalah :

a. Semakin lama perebusan buah maka jumlah buah yang terpipil


akan semakin tinggi.
b. Semakin lama perebusan buah maka biji semakin masak dan
menghasilkan biji yang lebih mudah pecah dan sifat lekang.
c. Semakin lama perebusan buah maka kandungan minyak dalam air
kondensate akan semakin tinggi.
d. Semakin lama perebusan buah maka kandungan minyak dalam
tandan kosong semakin tinggi karena terjadinya penyerapan
minyak oleh tandan kosong akibat terdapatnya rongga-rongga
kosong.
e. Semakin lama perebusan buah maka mutu minyak sawit akan
semakin menurun.

4. Pembuangan uap
Pembuangan uap dilakukan sesuai dengan sistem perebusan yang
dilakukan. Uap dibuang melalui cerobong atas yang pipanya
berukuran besar diameter 8 inchi. Umumnya ukuran pipa
pembuangan uap dapat terlaksana dengan cepat sehingga buah
lebih mudah lepas dari tangkainya.

b. Hal yang perlu diperhatikan dalam operasional Rebusan

Beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum dimulainya pelaksanaan


kegiatan produksi pada rebusan yaitu :

- Memeriksa rebusan/ sterilizer dan peralatan-peralatan lain sebelum


opersional apakah dapat berfungsi dengan baik, jika tidak segera
laporkan ke workshop atau mekanik agar segera diperbaiki.
- membersihkan brondolan dan janjang kosong yang mengganggu
kelancaran saringan kondensat.
- Memeriksa pneumatic valve apakah dapat berfungsi dengan baik
atau dapat di test dengan angin kompresor sebelum dijalankan.
- Memeriksa seal door apakah ada yang bocor atau koyak, segera
diganti apabila hal ini terjadi.
- membersihkan drainase kondensat dari brondolan, minyak dan
kotoran lain yang dapat mengakibatkan terganggunya aliran air
kondensat.
- Memastikan kompresor dapat berfungsi dengan baik yang digunakan
untuk pneumatic valve.
- Mempersiapkan catatan pengoperasian.
- Mempersiapan grafik recorder dengan baik, sehingga pada saat
pengoperasian dapat berfungsi dengan baik.

Setelah dilakukan beberapa langkah awal sebelum rebusan/


sterilizer beroperasi, maka adapun beberapa hal yang juga perlu
diperhatikan pada saat rebusan sedang beroperasi yaitu :

- Sterilizer hanya dapat dioperasikan oleh operator yang baik dan


berpengalaman.
- Memasukkan susunan lori yang berisi TBS dengan perlahan-lahan
ke dalam rebusan, agar roda lori tidak slip pada rail track. Apabila
roda slip, maka proses akan terganggu atau mengkibatkan stagnasi
proses.
- Memastikan pintu rebusan sudah terkunci dengan rapat, karena bila
tidak tertutup rapat dapat mengakibatkan kebocoran steam atau
lepasnya lock ring (overlap minimal 75%) yang mengakibatkan
pintu lepas dan membuat fatal dan korban manusia bisa terjadi.
- Membuka steam valve dan buka Condensate valve agar udar lama
terbuang karena dorongan steam (proses dearasi) ± 5 menit.
- Proses dearasi dapat dilakukan secara bertahap dengan pembuangan
air kondensat udara akan terikut melalui pipa by pass.
- Setelah melakukan dearasi, proses perebusan dapat dilakukan
dengan memasukkan steam secara perlahan.
- Menggunakan program perebusan secara otomatis.
- Menyesuiakan lama perebusan dengan kondisi TBS yang diterima
dari loading ramp.
- Memastikan perebusan berjalan dengan sempurna, jika tidak
kematangan TBS yang direbus tidak sempurna (masih mentah atau
terlalu masak).
- Melakukan pengecekan kondisi air kondensat apakah banyak
mengandung minyak. Jika banyak mengandung minyak, lamanya
waktu perebusan dapat dikurangi.
- Ketika proses perebusan selesai, pastikan steam dalam bejana
kosong (nol) dengan melihat pressure gauge yang terletak diatas
pintu rebusan dan membuka kerangan pada pintu rebusan.
- Mengeluarkan lori dan TBS yang direbus secara perlahan, agar roda
tidak slip pada rail track dan jembatan lori dalam posisi terkunci.
- Pada saat perebusan, agar tidak membiarkan rebusan/ sterilizer
beropeasi tanpa operator.
- mencaatat proses perebusan setiap cycle dalam log sheet.
- Membuat laporan jika terjadi kejanggalan pada proses perebusan.

Setelah dilakukan beberapa langkah pada saat rebusan/ sterilizer


beroperasi, maka adapun beberapa hal yang juga perlu diperhatikan pada
saat rebusan selesai beroperasi yaitu :

- Membersihkan drainase kondensat dari brondolan.


- Memastikan valve tertutup rapat dan tidak ada steam masuk.
- Memastikan pintu tertutup.
- Memastikan breaker panel sudah off.
- Memastikan steam valve dari BPV sudah tertutup.
- Membuat laporan pengoperasian rebusan.
- Memastikan logsheet sudah tercatat dan diketahui oleh asisten.

2.2.3. Digester
Digester adalah bejana tegak yang mempunyai dinding rangkap, poros
pemutar yang dilengkapi dengan pisau–pisau pengaduk. Brondolan
yang telah rontok pada proses Thresher, selanjutnya dimasukkan ke
dalam alat pengaduk (Digester). Adapun beberapa Fungsi digester yaitu
:

1. mengaduk brondolan masak sehingga menjadi bubur buah untuk


memudahkan proses pressing
2. memecah dinding sel minyak untuk melepas kandungan minyak dari
mesocarp
3. men-drain minyak (Crude Oil) yang sudah terbentuk di dalam
digester
4. memanaskan brondolan untuk mempermudah proses pressing
5. jika sel minyak tidak pecah, akan menyebabkan kehilangan minyak
di sludge dan jika tidak diperas dari fiber maka akan hilang di press
cake.

Gambar 2.4. Digester

Jika tidak terkutipnya crude oil dari digester yang seharusnya dialirkan
melalui strainer di crude oil pipe (drain pipe) ke oil gutter, maka akan
dapat menyebabkan tersumbatnya strainer (perfoared plate) dan efek
lain yang terjadi adalah tidak lumatnya pengadukan oleh digester akibat
dari crude oil tidak tersalurkan tersebut menjadi pelumas adukan. Selain
itu, pengontrolan feeding digster juga perlu diperhatikan karena akan
menyebabkan losses. Dalam pengadukan perlu diperhatikan beberapa
faktor yakni :

1). Frekuensi pengadukan yang lebih tinggi akan menyebabkan kurang


memberikan nilai positif, karena terjadi pembuangan energi.
2). Jumlah lengan pengaduk yang lebih banyak akan menyebabkan
pelumatan yang berlebihan sehingga terjadi penggenangan minyak di
dasar Screw Press tentu ini akan menghambat gesekan buah dengan
pisau dan penambahan jumlah pasangan lengan, menambah “bearing”
dan kurang ekonomis. Jumlah lengan yang sesuai ialah 4 pasang
dengan kedudukan berselang antara 1 pasang dengan pasangan
berikutnya.
3). Bentuk lengan dibuat sedemikian rupa yaitu dapat mengangkat dan
menekan buah dengan cara menyapu. Lengan pengaduk mudah
mengalami korosi oleh asam, maka pisau dibuat dari bahan mangan
silikon.
4). Berdasarkan hasil percobaan bahwa putaran yang lebih tinggi akan
menyebabkan genangan minyak dalam alat yang akan mempersulit
pengadukan dan juga sama halnya dengan jumlah lengan yang
diperbanyak, oleh sebab itu dianjurkan agar putaran yang ideal ialah 26
rpm.

2.2.4. Screw Press

Brondolan yang sudah melalui proses pemipilan selanjutnya akan


memasuki proses pencacahan dengan menggunakan digester lalu
setelah itu akan memasuki proses ekstraksi dengan menggunakan screw
press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan daging buah dan
minyak yang terkandung didalamnya. Proses pemisahan miyak terjadi
akibat putaran screw yang mendesak bubur buah menuju cone
hydraulic yang berada dalam press cage. Dengan demikian minyak
akan keluar melalui lubang–lubang press cage sedangkan ampas/ cake
akan keluar melalui celah cone hydraulic dan press cage.

Selama proses pengempaan berlangsung, ada perlakuan berupa


penambahan air panas yang disebut air delusi atau water delution. Hal
ini dilakukan agar massa bubur buah tidak terlalu rapat. Jika massa
bubur buah terlalu rapat maka viskositas akan tinggi sehingga
menyulitkan proses pemisahan sehingga dapat menyebabkan
kehilangan minyak pada ampas/cake. Namun beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penambahan air delusi yaitu :

a. Jika air delusi terlalu banyak maka kadar air dalam CPO akan tinggi.
b. Adapun beberapa pabrik yang memanfaatkan kembali air kondensate
sebagai air delusi kembali. Namun dapat berisiko tingginya kadar
kotoran pada CPO.
Hidraulic Cones

Presscake

Worm Screw

Gear

Gearbox Electromotor

V-Belt

Gambar 2.5. Double Screw Press

Unit Spesifikasi
Merk ELEKTRIM
Type H3SH11
NO 457.520.006.01.005
Kapasitas 20 Ton
Tabel 2.2. Spesifikasi double Screw press

a. Prinsip Kerja Screw Press

Prinsip ekstraksi minyak dengan cara ini adalah menekan bahan


lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar
sehingga minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya
tekanan alat ini dapat diatur secara elektris dan tergantung dari volume
bahan yang di press. Alat ini terdiri dari sebuah selinder yang berlubang
lubang didalam terdapat sebuah ulir yang berputar. Tekanan kempa
diatur oleh dua buah kerucut (conus) berada pada kedua ujung
pengempa, yang dapat digerakkan maju mundur secara hidrolik.
Tekanan hidrolik pada komulator 50 – 60 bar mengakibatkan ampas
basah. Kehilangan minyak pada ampas dan biji tidak sempurna karena
akan mempengaruhi pada proses selanjutnya, ampas yang basah akan
mengakibatkan pembakaran didalam dapur boiler tidak sempurna.

Tekanan yang terlampau tinggi misalnya 70 bar akan mengakibatkan


kehilangan inti yang begitu tinggi sehingga keseimbangan dalam mesin
ini sangat diperlukan. Hal yang perlu deperhatikan adalah ampas kempa
yang keluar harus merata dalam arti tidak terlalu basah dan tidak terlalu
kering, bila terjadi gangguan/ kerusakan, sehingga screw press harus
berhenti untuk waktu yang lama maka untuk mencegah hal-hal yang
tidak diiginkan screw press harus selalu di periksa, untuk perbaikan
pada screw press maka ampas yang tertinggal didalam mesin pengempa
harus dikosongkan, sehingga dapat diperbaiki. Kecepatan putar mesin
pengempa harus disesuaikan dengan kapasitas TBS yang akan dipress,
dengan tujuan agar efesinsi proses pressing lebih optimal, sehingga
target yang diiginkan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang diterapkan oleh perusahaan.

Alat ini terdari sebuah selinder yang berlubang-lubang dan di dalamnya


terdapat 2 buah ulir yang berputar berlawanan arah. Tekanan Press
diatur oleh 2 buah konus berda pada bagian ujung press, yang dapat
digerakan maju mundur secara hydraulic. Masa yang keluar dari adukan
melalui, feeder Screw bagi Press yang memakainya (sebagian minyak
keluar) masuk kedalam main screw untuk di press lebih lanjut. Minyak
yang keluar dari Feeder Screw dan Main Srew ditampung dalam talang
minyak (oil gatter). Yntuk mempermudah pemisahan dan pengaliran
minyak pada Feeder Screw dilakukan injeksi uap dan penambahan air
panas (Anonim, 2007).
b. Cara Kerja Screw Press

Motor listrik sebagai sumber gerakan yang berfungsi untuk


menggerakkan mesin double screw press. Screw press dihidupkan
melalui panel kendali sekaligus sistem hidrolik, lalu dimasukkan air
panas dengan suhu 90°C melalui pipa masuk (pipa inlet). Motor listrik
hidup memutar puli melalui poros motor dengan daya 37 Kw dengan
putaran 1475 rpm. Puli menggerakkan sabuk menghantarkan putaran ke
pulli yang terpasang pada poros yang menghubungkan ke gear reduser,
dan gear reduser digerakkan poros utama yang dihubungkan dengan
kopling. Poros utama menggerakkan roda gigi perantara yang
mengakibatkan kedua poros berulir akan bergerak berlawanan arah
dengan putaran yang sama (Anonim, 2008).

Pada bagian akhir ulir terdapat dua buah konus yang digerakkan dengan
bantuan sistem hidrolik dengan gerakan maju mundur sesuai dengan
tekanan yang dibutuhkan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil
pengepresan dan tekanannya sebesar 30-50 bar. Minyak yang
dihasilkan oleh mesin press dialirkan ke oil vibrating scren dan
kemudian dialirkan ke crude oil tank untuk diproses lebih
lanjut,sedangkan serabut dan biji buah sawit yang masih mengandung
4% minyak dialirkan ke cake breaker conveyor untuk proses
selanjutnya.Motor listrik memutar poros screw press yang direduksi
(dikurangkan) putarannya dari 1475 menjadi 12 rpm melalui speed
reduser. Kapasitas screw press yang direncanakan harus sesuaikan
dengan kapasitas olahan pabrik. Dalam menentukan kapasitas screw
press yang dipergunakan maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :

1) Sebelum kelapa sawit masuk kedalam screw press, masa awal buah
kelapa sawit telah berkurang. Hal ini disebabkan karena
berlangsungnya proses penebahan pada mesin thresher. Massa sawit
yang berkurang yang dimaksud adalah berupa tandan kosong yang
dipindahkan dengan conveyor.
2) Untuk memperoleh hasil pressing yang baik yakni minyak sawit
keluar semua maka perlu diperhatikan bawah screw press harus
dalam keadaan selalu penuh. Kondisi ini dibutuhkan untuk
memperoleh efisiensi yang lebih baik dari penekanan yang dilakukan
sebab jika banyak ruang kosong pada saat penekanan maka tidak
berlangsung maksimal (Anonim, 2008).

c. Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Operasional Screw Press

Adapun beberapa hal yang perlu diperhatian Sebelum mesin screw


press dihidupkan yaitu :

1) Start motor screw press dan cek beban, pastikan tidak ada getaran
ataupun bunyi yang tidak normal.
2) Memastikan output digester sudah terlumat dengan sempurna
3) Saat membuka pintu feeding press dari digester, dilakukan secara
perlahan dan bertahap sampaui batas normal.
4) Memperhatiakan control cone hydraulic hingga serabut yang
keluar dari screw press dalam keadaan kering.
5) Jika fibre yang keluar masih dalam keadaan basa, maka kembali
dibuka main hole screw press agar serabut diolah kembali ke
digester.
6) Cake yang keluar dari screw press harus diperhatikan secara
kontiniu, apakah banyak terdapat biji pecah atau tidak.
7) Air delusi yang berasal dari air kondensat ditambahkan ke talang
oil gutter agar minyak tidak terlalu kental saat di olah selanjutnya.
8) Selama proses berlangsung mengecek kebocoran atau hal-hal yang
tidak normal lainnya. Jika terjadi kerusakan atau kelainan, segara
hubungi pihak workshop.
9) Tetap jaga kebersihan mesin-mesin dan lingkungan sekitar kerja
(Anonim, 2008).
2.3 Pandangan Umum Tentang Kehilangan Produksi (Losses)

Tujuan utama pabrik pengolahan kelapa sawit adalah mengutip minyak


sebanyak-banyaknya untuk mencapai rendemen yang diinginkan. Rendemen
dengan kehilangan produksi memiliki hubungan yang sangat erat, sehingga
menimbulkan pemikiran bila losses rendah maka rendemen akan tinggi.

Meskipun banyaknya losses yang terdapat di pabrik kelapa sawit, namun


yang selalu dikontrol angkanya adalah losses minyak dan losses inti. Namun
apabila dilakukan peninjauan ulang oleh mesin-mesin yang berpotensi
menciptakan losses, kemungkinan kita dapat melakukan pencegahan atau
melakukan pengutipan lagi minyak yang masih terkandung didalamnya.
Kurangnya perawatan pada mesin atau spare part mesin sudah melewati life
timenya juga merupakan penyebab losses tinggi. Maka dari itu perawata
bekala harus dilakukan untuk memperpanjang kinerja mesin.
(Darma,Surya.H.Ir.)

Adapun beberapa faktor yang menjadi penyebab kehilangan produksi/Losses


melebihi normanya yaitu :

1. Volume isian digaster.


2. Aliran minyak dari bottom plate harus lancar.
3. Lama pengadukan digester.
4. Jadwal perawatan mesin yang tidak dilakukan secara berkala.
5. Lewatnya masa pakai (life time) suatu alat atau spare part mesin.
6. Kesalahan dalam instalasi.
7. Perlakuan bahan baku yang salah.

2.4 Perawatan Mesin/ Maintenance


Maintenance/ pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga
peralatan/ mesin dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian/ pergantian
yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang
memuaskan sesuai dengan apa yang telah direncanakan
Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur yang
sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti halnya dengan produksi.
Hal ini karena apabila suatu perusahaan mempunyai mesin atau peralatan
yang digunakan sebagai modal utamanya dalam melaksanakan produksi,
biasanya perusahaan tersebut akan berupaya bagaimana caranya agar kinerja
mesin-mesin mereka tetap optimal.

2.4.1. Tujuan Maintenance


Maintenance dilakukan bukan hanya untuk peremajaan saja. Tujuan
pemeliharaan sendiri adalah mendukung kondisi mesin yang dimiliki
perusahaan agar dalam selalu kondisi siap pakai untuk melangsungkan
produksi yang telah direncanakan tanpa adanya mengalami kerusakan
selama mesin tersebut beroperasi.
Menurut Daryus A, (2007) dalam buku manajemen pemeliharaan
mesin, tujuan dari pemeliharaan yang paling utama adalah sebagai
berikut :
1. Untuk memperpanjang usia mesin.
2. Untuk menjamin ketersedian optimum peralatan yang dipasang
untuk produksi serta mendapat laba yang maksimum.
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dan seluruh peralatan yang
diperlukan dalam keadaan darurat setiap saat.
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menjalankan/
menggunakan mesin tersebut.
Sedangkan menurut Sofyan Assauri, (2004), tujuan pemeliharaan
diantaranya adalah:
1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
rencana produksi.
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa
yang dibutuhkan oleh prosuk itu sendiri dan kegiatan produksi
yang tidak terganggu.
3. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin
dengan melaksankan kegiatan pemelihraeaan yang efektif dan
efisien.

2.4.2. Jenis-Jenis Pemeliharaan/ Maintenance


a. Preventive Maintenance
Jenis Maintenance ini adalah mecegah terjadinya kerusakan peralatan
selama proses produksi berlangsung. Perawatan dilakukan secara
berkala dan terjadwal sesuai dengan estimasi umur peralatan. Kegiatan
preventive maintenance dibuat berdasarkan catatan maintenance sesuai
dengan tingkat kritikal peralatan/mesin tersebut.
b. Predictive Maintenance
Maintenance jenis ini meiliki kemiripan dengan preventive
maintenance namun tidat terjadwal secara teratur. Predictive
maintenance adalah mengantisipasi kegagalan suatu peralatan/ mesin
sebelum terjadi kerusakan total. Jenis maintenance ini dapat digunakan
untuk mengetahui sampai kapan umur mesin tersebut dapat bekerja
secara optimal.
c. Breakdown Maintenance
Jenis Maintenance ini dilakukan ketika mesin/ peralatan sudah
mengalami kerusakan yang membuatnya tidak bisa beroperasi lagi/
stop. Breakdown Maintenance ini sangat dihindari karena akan sangat
mempengaruhi target produksi dan jam kerja perharinya. Biasanya
Breakdown Maintenance ini bersifat tiba-tiba atau tidak dapat
diprediksi kapan terjadinya.
d. Corrective Maintenance
Corrective Maintenance adalah suatu keadaan dimana mesin
mengalami kerusakan atau kelainan yang mengakibatkan kinerja mesin
tidak dapat berjalan secara optimal.
2.5 Teori Pareto
Diagram Pareto merupakan metode standart dalam pengendalian mutu untuk
mendapatkan hasil-hasil yang maksimal atau memilih masalah-masalah
utama dan dianggap sebagai suatu pendekatan sederhana yang dapat dipahami
oleh pekerja yang tidak terlalu terdidik, serta sebagai perangkat pemecahan
dalam bidang yang cukup komplek. Diagram pareto dibuat untuk menemukan
masalah atau penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah
dan perbandingan terhadap keseluruhan. Diagram Pareto merupakan suatu
gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan
ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan
permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi)
sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).
Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan
kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelah diambil
tindakan perbaikan terhadap proses. Diagram Pareto dibuat berdasarkan data
statistik dan prinsip bahwa 20% penyebab bertanggung jawab terhadap 80%
masalah yang muncul atau sebaliknya. Kedua aksioma tersebut menegaskan
bahwa lebih mudah mengurangi bagian lajur yang terletak di bagian kiri
diagram Pareto daripada mencoba untuk menghilangkan secara sistematik
lajur yang terletak di sebelah kanan diagram. Hal ini dapat diartikan bahwa
diagram Pareto dapat menghasilkan sedikit sebab penting untuk
meningkatkan mutu produk atau jasa. Berikut ada 2 jenis tipe diagram pareto
yaitu:
1. Diagram pareto berdasarkan gejala
Berhubungan dengan hasil yang tidak diinginkan dalam proses, digunakan
untuk menemukan masalah utama penyebab timbulnya masalah.
Contohnya:
1) Mutu: rusak, salah, gagal, keluhan, item yang kembali, dan perbaikan.
2) Biaya: jumlah kerugian dan pengeluaran.
3) Pengiriman: kekurangan persedianaan dan kesalahan pembayaran.
4) Keselamatan: kecelakaan, kesalahan, dan hancur.
2. Digram pareto berdasarkan penyebab
Berhubungan dengan sebab dalam proses, digunakan untuk mencari sebab
utama timbulnya permasalahan. Contohnya:
1) Operator: Shift, grup, umur, pengalaman, keahlian, dan individu
perorangan.
2) Mesin: mesin, peralatan, organisasi, model, dan alat ukur.
3) Bahan baku: bahan baku utama, pabrik, dll.
4) Metode operasi: Perintah dan pengaturan.
Prinsip Pareto juga dikenal sebagai aturan 80/20 dengan melakukan 20%
dari pekerjaan bisa menbghasilkan 80% manfaat dari pekerjaan itu. Aturan
80/ 20 dapat diterapkan pada hampir semua hal, seperti: 80% dari keluhan
pelanggan timbul 20% dari produk atau jasa, 80% dari keterlambatan
jadwal timbul 20% dari kemungkinan penyebab penundaan, 20% dari
produk atau account untuk layanan, 80% dari keuntungan Anda, 20% dari-
tenaga penjualan menghasilkan 80% dari pendapatan perusahaan Anda,
atau 20% dari cacat sistem penyebab 80% masalahnya.

2.6 Diagram Fishbone


Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode / tool di dalam
meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan diagram
Sebab-Akibat atau cause effect diagram. Fungsi dasar diagram Fishbone
(Tulang Ikan) adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-
penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian
memisahkan akar penyebabnya . Sering dijumpai orang mengatakan
“penyebab yang mungkin” dan dalam kebanyakan kasus harus menguji
apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau
menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan.

Dengan adanya diagram Fishbone ini sebenarnya memberi banyak sekali


keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang
menjadi perhatian penting perusahaan, masalah–masalah klasik lainnya juga
terselesaikan. Masalah – masalah klasik yang ada di industri manufaktur
khusunya antara lain adalah :
a. keterlambatan proses produksi.
b. tingkat defect (cacat) produk yang tinggi.
c. mesin produksi yang sering mengalami trouble.
d. output lini produksi yang tidak stabil yang berakibat kacaunya plan
produksi.
e. produktivitas yang tidak mencapai target.
f. complain pelanggan yang terus berulang
Namun, pada dasarnya diagram Fishbone dapat dipergunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan berikut :
a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
b. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
c. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
d. Mengidentifikasi tindakan (bagaimana) untuk menciptakan hasil yang
diinginkan.
e. Membahas issue secara lengkap dan rapi.
f. Menghasilkan pemikiran baru.
Jadi, ditemukannya diagram Fishbone memberikan kemudahan dan menjadi
bagian penting bagi penyelesaian masalah yang mucul bagi perusahaan.
Penerapan diagram Fishbone dapat menolong kita untuk dapat menemukan
akar “penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur
dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi
menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah” dan “penyebab”
sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih
mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan
memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab”
dan mencari “akar” permasalahan sebenarnya. Apabila ingin menggunakan
Diagram Fishbone, kita terlebih dahulu harus melihat, di departemen, divisi
dan jenis usaha apa diagram ini digunakan. Perbedaan departemen, divisi dan
jenis usaha juga akan mempengaruhi sebab–sebab yang berpengaruh
signifikan terhadap masalah yang mempengaruhi kualitas yang nantinya akan
digunakan.
2.7 Data Kualitatif dan Kuantitatif

2.7.1. Data Kualitatif


Data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau bukan dalam bentuk
angka. Data ini biasa nya menjelaskan karakteristik atau sifat. Sebagai
contoh : kondisi barang (jelek, sedang, bagus), pekerjaan (petani,
pengusaha, pedagang), tingkat kepuasan (tidak puas, puas, sangat puas),
dll. Data kualitatif terdiri dari data nominal dan ordinal.

2.7.2. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka.


Merupakan hasil perhitungan dan pengukuran. Data kuantitatif terdiri
dari data interval dan rasio.

2.7.3. Perbedaan Metode Kualitatif dan Kuantitatif


Adapun beberapa perbedaan metode kualitatif dan metode kuantitatif
adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan jenis data
Metode kualitatif jenis datanya adalah data yang dihasilkan dari cara
pandang yang menekankan pada ciri-ciri, sifat dan mutu subjek yang
bersangkutan. Berbeda dari data kuantitatif yang bersifat numeric,
data kualitatif bersifat non-numerik (kata-kata deskriptif).
b. Berdasarkan Tujuan
Penelitian kualitatif untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena
sosial.
c. Berdasarkan objek penelitian
Metode kualitatif lebih berfokus pada suatu objek penelitian saja
sedangkan metode kuantitatif bisa lebih dari satu objek penelitian.
d. Berdasarkan instrument yang digunakan
Pada metode kuantitatif instrument penelitian yang biasa digunakan
adalah angket, kuesioner atau instrument yang lain. Namun pada
metode kualitatif instrumen yang digunakan adalah penelitian itu
sendiri yang artinya peneliti sendirilah yang terjun kedalam
penelitian agar bisa melihat dan merasakan fakta yang sebenarnya.
e. Berdasarkan Orientasi
Penelitian kualitatif lebih berorientasi pada proses penelitian
sedangkan penelitian kuantitatif lebih berorientasi pada hasil
penelitian.
f. Berdasarkan Proses
Metode kuantitatif menggunakan proses dedukatif-indukatif.
Sedangkan metode kualitatif adalah indukatif.
g. Berdasarkan sifat realitas
Dalam metode kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat
positivism, realitas dipandang sebagai suatu yang konkrit, dapat
diamati dengan panca indera, dapat dikategorikan menurut jenis,
bentuk, warna dan perilaku, tidak berubah, dapat diukur dan
diverifikasi. Dengan demikian dalam metode ini, peneliti dapat
menentukan hanya beberapa variable saja dari objek yang diteliti,
dan kemudian dapat membuat instrument untuk mengukurnya Dalam
penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat positif atau
paradigma interpretive, suatu realitas atau objek tidak dapat dilihat
secara parsial dan dipecah kedalam variable.
h. Berdasarkan hubungan variable
Pada metode kulitatif hubungan antara variable adalah timbal balik
atau interaksi. Pada metode kuantitatif lebih kepada sebab akibat.
i. Berdasarkan penggunaan
Adapun penggunaan Metode kuantitatif yaitu :
1. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas.
2. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu
populasi.
3. Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain.
4. Bila peneliti bermaksud menguju hipotesis penelitian
5. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan
fenomena yang empiris dan dapat diukur.
6. Bila ingin menguji terhadap adanya keragu- raguan validasi
pengetahuan, teori dan produk tertentu.

Adapun keguaan Metode Kualitatif sebagai berikut:

1. Bila masalah penelitian belum jelas


2. Untuk memahami makna dibalik data yang tampak.
3. Untuk memahami interaksi sosial.
4. Memahami perasaan orang lain.
5. Untuk mengembangkan teori.
6. Untuk memastikan kebenaran data.
7. Meneliti sejarah perkembangan.

2.7.4. Persamaan Metode Kualitatif dan Kuantitatif

Metode kualitatif dan metode kuantitatif memiliki beberapa persamaan.


Adapun beberapa persamaanya sebagai berikut :

a. Merupakan metode yang digunakan dalam penelitian guna


memecahkan sebuah masalah.
b. Memiliki objek dan subjek.
c. Memiliki Variabel.
d. Menerapkan metode pengumpulan data yang sistematis dan terbuka
hingga bisa dinilai dari pihak lain.
e. Melibatkan inferensi (simpulan) detil-detil pengamatan empiris
suatu kesimpulan umum.
f. Membandingkaan data, mencari kesamaan dan perbedaan untuk
menemukan pola tertentu pada data.

Anda mungkin juga menyukai