TINJAUAN PUSTAKA
Setelah buah direbus didalam sterilizer, Tandan Buah Rebus (TBR) kemudian
dibawa menuju stasiun pemipilan (thresher) untuk memisahkan antara tandan
dengan berondolan. Tandan yang sudah terpipil dari berondolannya kemudian
akan di bawah menggunakan empty bunch conveyor, yang kemudian akan
menuju empty bunch hopper. Berondolan yang telah terpipil tersebut
kemudian akan menuju stasiun press. Berondolan tersebut dilumat
menggunakan mesin digester agar proses press berodolan akan lebih mudah.
Setelah pelumatan berondolan yang sudah dilumat kemudian tersebut akan
dipress menggunakan screw press. Di mesin ini berondolan akan diperas
5
sehingga akan terpisah antara cake (campuran antara serat dan nut sawit) dan
crude oil (minyak kasar sawit) (Naibaho,1996).
Berikut ini adalah gambar flow proses pada pabrik kelapa sawit.
Cake yang berasal dari screw press akan menuju Cake Breaker Conveyor
(CBC). Disini cake tersebut akan digemburkan sehingga serat yang lengket
akan terpisah dari nut. Kemudian nut yang sudah terpisah antara serabut dan
nut akan dipisahkan menggunakan depericarper, nut akan ke bawah menuju
nut polishing drum dan serabut akan menuju boiler sebagai bahan bakar. Nut
yang di polishing drum akan dihaluskan kembali dari serat yang masih
melengket. Setelah dari nut polishing drum, maka nut tersebut akan
dipecahkan menggunakan Ripple Mill. Dari Ripple mill akan terpisah antara
cangkang dan inti sawit. Cangkang akan dipisahkan yang kemudian akan
menjadi bahan bakar boiler sedangkan inti sawit yang telah dipisahkan akan
dipisahkan antara cangkang di Light Tenera Dust Separator dan
6
Claybath/Hydrocyclone dan dikeringkan di Kernel Dryer dan dikumpulkan di
Kernel Storage (Naibaho,1996).
Crude oil yang berasal dari screw press kemudian akan dibersihkan pertama
di sand trap tank, untuk memisahkan antara crude oil dengan pasir-pasir
dengan cara sedimentasi. Kemudian Crude Oil tersebut akan menuju ayakan
getar (vibro separator) yang akan memisahkan antara Crude Oil dengan
Sludge yang masih melekat dengan Crude Oil. Setelah dari ayakan getar,
Crude Oil akan disedimentasikan kembali di Crude Oil tank untuk
memisahkan antara Crude Oil dengan kotoran. Dari Crude Oil tank, minyak
dipompakan menuju Vertical Continuous Tank.
Setelah dari vacuum dryer maka minyak sawit tersebut akan dikumpulkan di
dalam tangki timbun (Storage Tank), Sedangkan sludge dari Vertical
Continuous Tank akan menuju Sludge tank. Di alat ini sludge akan terpisah
antara minyak dan sludge, minyak akan menuju Vertical Continuous Tank
sedangkan sludge tersebut kemudian akan dipisahkan lagi di sludge separator
dengan cara sentifugal, sehingga akan terpisah antara minyak dan sludge.
Minyak akan menuju Vertical Continuous Tank sedangkan sludge akan
menuju fatfit yang selanjutnya akan menuju ke kolam limbah (Naibaho,1996).
7
2.1.1 Bahan Baku
Buah sawit adalah bahan baku yang digunakan di pabrik kelapa sawit.
Buah kelapa sawit terdiri dari beberapa variates berdasarkan
karakteristiknya, antara lain :
1. Dura
Dura adalah jenis variates kelapa sawit yang mempunyai buah agak
bulat dengan karakteristik lainnya adalah :
a. Tebal daging buah : 2-6 mm
b. Tebal cangkang : 2-5 mm
c. Persen pericarp tarhadap buah : 50-70 %
d. Tebal cangkang terhadap buah : 30%
e. Persen inti terhadap buah : 8-10%
2. Pesifera
Pesifera adalah jenis variates kelapa sawit yang mempunyai buah
agak lonjong dengan karakteristik lainnya adalah :
a. Tebal pericarp : sangat tebal
b. Tebal cangkang : 0-0,1mm
c. Persen pericarp terhadap buah : 95-100%
d. Persen inti terhadap buah : 0-5%
3. Tenera
Tenera adalah jenis kelapa sawit yang mempunyai buah lonjong
dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Tebal pericarp : 4-10mm
b. Tebal pericarp terhadap buah : 70-80%
c. Panen cangkang terhadap buah : ± 10%
d. Panen inti terhadap buah : 8-10%
8
pemisahan antara brondolan dengan tandan sawit dimulai dengan
pengangkatan lori menggunakan hoisting crane yang berisikan tandan buah
sawit yang sudah direbus terlebih dahulu ke automatic feeder yang berfungsi
untuk penampungan buah masak dan mengatur pemasukan janjangan ke alat
penebah. Pada mesin penebah yang berbentuk drum, janjangan yang sudah
masuk kedalam akan dibanting dengan menggunakan bantuan putaran dengan
kecepatan ± 22-25 rpm. Buah yang sudah terlepas dari tandan akan jatuh
melalui kisi-kisi drum menuju under thresher conveyor, sedangkan tandan
yang kosong akan terdorong keluar dan masuk ke empty bunch conveyor.
Sehingga dapat diketahui bahwa keluaran dari proses pembantingan ada 2
yaitu brondolan sawit yang akan menuju stasiun kempa untuk diproses lebih
lanjut dan tandan kosong yang dikirim melalui empty bunch conveyor menuju
tempat penimbunan sementara untuk diproses lebih lanjut. Berikut ini adalah
mesin dan peralatan yang digunakan pada stasiun penebahan :
1. Hoisting Crane
Hoisting Crane berfungsi untuk mengangkat lori berisi buah masak dan
menuangkan ke dalam automatic feeder serta menurunkan lori kosong
ke posisi semula. Untuk menjaga keamanan hoisting crane, dilengkapi
dengan beberapa alat pengaman yaitu :
a. Alat pengaman naik turun.
b. Alat pengaman maju mundur.
c. Alat pengaman penuangan.
d. Penggunaan hoisting crane harus kontinyu sesuai dengan kapasitas
pabrik sehingga proses selanjutnya berjalan tanpa gangguan.
2. Thresher
Alat ini berfungsi untuk memisahkan buah dari tandannya dengan cara
membanting TBS dengan bantuan putaran pada Thressing. Dimana buah
masak hasil rebusan terlebih dahulu di tampung pada automatic feeder dan
secara otomatis mengumpan pemasukan ke dalam thresher. Thresher
berbentuk drum yang berputar dengan kecepatan ± 22-25 rpm. Bantingan
ini berdiameter 2 meter dan panjang 4 meter. Buah yang sudah dibanting
9
akan jatuh melalui kisi-kisi drum menuju under thresher conveyor,
sedangkan tandan yang kosong akan terdorong keluar dan masuk ke empty
bunch conveyor untuk proses lebih lanjut.
3. Under thresher conveyor
Merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut brondolan hasil
pemipilan menuju fruit elevator yang terletak dibawah thresher.
4. Fruit Elevator
Fruit elevator atau timba buah adalah alat untuk mengangkut
buah/brondolan dari bottom cross conveyor (ularan silang bawah) ke top
cross conveyor (ularan silang atas), untuk kemudian dibawa ke distribution
conveyor (ularan pembagi). Alat ini terdiri dari sejumlah timba yang diikat
pada rantai dan digerakkan oleh elektromotor.
5. Empty Bunch Conveyor
Alat ini digunakan untuk membawa tandan kosong dari thresher ke
penampungan sementara tandan kosong (hopper / incenerator).
10
1 Kurang Matang 12,5-25% dari permukaan luar
2 Matang I 25%-50% dari permukaan luar
3 Matang II 50%-70% dari permukaan luar
4 Lewat Matang 75%-100% dari permukaan luar
5 Sangat Matang Buah dalam ikut membrondol
11
tandanya (bunch). Prinsip kerja mesin thresher yang berupa silinder
yang berputar pada porosnya yang dipasang secara horizontal (Erson,
2004:2).
12
Gambar 2.2 Thresher
Kapasitas 30 Ton
Rasio 57.329/1 50 Hz 30
Panjang 6000
13
bergulir sebelum diangkut pelempar lainnya.Pemasangan jarak pelat
kisi-kisi ideal pada drum biasanya 40-50 mm. jarak kisi-kisi drum
dikontrol secara periodik untuk memantau adanya penyempitan,
peregangan dan kerusakan sehingga janjangan tidak terangkut ke
stasiun press.
14
Gambar 2.3 Automatic feeder
Berikut spesifikasi Automatic Feeder:
a. Panjang : 2 meter
b. Kapasitas : 30 ton / jam
c. Menggunakan Elekromotor
• Tega ngan : 380 volt
• Power : 3 kw
• Putaran : 1440 rpm
• Frekuensi : 50 Hz
2. Drum thresher
Adalah sebuah silinder yang memiliki kisi-kisi yang berputar dan
terpasang pada sebuah poros berfungsi untuk memisahkan antara
berondolan dan tandan kosong.
15
Gambar 2.4 Drum Thresher
Spesifikasi:
Bentuk/model : Horizontal
Lebar : 5500 mm
Panjang drum : 4000 mm
Diameter : 3000 mm
Jarak kisi-kisi : 4-5 cm
Kapasitas : 30 ton/jam
16
Gambar 2.5 Plummer block bearing
4. Elektro motor
Elektro motor digunakan untuk menggerakkan dan memutar drum
thresher yang dihubungkan melalui v-belt ke gearbox untuk
mentransmisikan putaran pada thresher.
17
5. Stripper
Stripper adalah plat letter L yang memanjang dan terikat pada drum
threshar yang berfungsi sebagai pendorong dan pembanting TBS.
6. V- belt
V-belt sebagai alat yang digunakan untuk mendistribusikan daya
putar yang dihasilkan oleh elektro motor untuk memutar drum
thresher, adapun masalah yang sering dijumpai pada V-belt adalah
putus ataupun melonggar sehingga keefektifan putaran menurun.
18
Tabel 2.3 Peluang kerusakan komponen mesin thresher
19
(drum) dihubungkan ke poros oleh tiga buah thresher arm yang
dipasang pada jarak tertentu disepanjang poros. Kulit silinder yang
terbuat dari pelat-pelat baja yang disusun memanjang dan diikat
dengan sambungan las pada ring-ring dari pelat-pelat baja sedemikian
sehingga kulit silinder tersebut berupa celah celah untuk melepaskan
berondolan yang sudah terlepas dari tandannya.
Silinder (drum) yang terdapat didalamnya pelat pengarah yang
berfungsi untuk mengangkat tandan sehingga terbanting dan
mengarahkannya ke ujung silinder yang berlawanan dengan arah
masuknya tandan buah sawit. Proses pelepassan buah adalah dengan
dengan menjatuhkan tandan kelapa sawit yang disertai putaran didalam
silinder sehingga akhirnya berondolan dan tandan kosong terpisah.
20
mengupayakan fasilitas produksi berada pada kondisi/kemampuan
produksi yang dikehendaki. Perawatan merupakan suatu fungsi utama
dalam suatu unit organisasi/usaha/industri. Fungsi lainnya diantaranya
adalah pemasaran, keuangan, produksi dan sumber daya manusia.
Fungsi perawatan harus dijalankan dengan baik, karena fasilitas-
fasilitas yang diperlukan dalam organisasi dapat terjaga
kondisinya.(Widrianda, TM,2013).
Masalah perawatan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
tindakan pencegahan kerusakan (preventive) dan perbaikan
kerusakan (corrective). Tindakan tersebut dapat berupa:
1. Inspection (Pemeriksaan)
Yaitu tindakan yang ditujukan terhadap sistem atau mesin untuk
mengetahui apakah sistem berada pada kondisi yang diinginkan.
2. Service (Servis)
Yaitu tindakan yang bertujuan untuk menjaga kondisi suatu
sistem yang biasanya telah diatur dalam buku petunjuk pemakaian
sistem.
3. Replacement (Pergantian Komponen)
Yaitu tindakan pergantian komponen yang dianggap rusak atau tidak
memenuhi kondisi yang diinginkan. Tindakan penggantian ini
mungkin dilakukan secara mendadak atau dengan perencanaan
pencegahan terlebih dahulu.
4. Repair (Perbaikan)
Yaitu tindakan perbaikan minor yang dilakukan pada saat terjadi
kerusakan kecil.
5. Overhoul
Yaitu tindakan perubahan besar-besaran yang biasanya dilakukan di
akhir periode tertentu.
21
2.3.2 Tujuan Umum Perawatan (Maintenance)
Tujuan perawatan merupakan bagian dari kegiatan pendukung bagi
kegiatan komersil, maka seperti kegiatan lainnya, perawatan ini harus
efektif, efesien dan ekonomis. Dengan diaplikasikan perawatan ini maka
alat atau mesin yang digunakan sesuai dengan rencana tidak mengalami
kerusakan selama jangka waktu tertentu yang telah direncanakan akan
tercapai (Ahyari, 2002).
Tujuan utama dari sistem perawatan itu dilakukan untuk
menghindarkan suatu mesin agar tidak mengalami kerusakan yang
berat, sehingga tidak diperlukan waktu yang cukup lama dan juga biaya
yang terlalu mahal untuk melakukan perawatan. Sehingga mesin-mesin
dapat beroperasi seoptimal mungkin dan kegiatan produksipun berjalan
dengan lancar dan mendapatkan keluaran (output) produk yang
berkualitas. Prinsip utama dari sistem perawatan terdiri dari dua hal
yaitu:
1. Menekan (memperpendek) periode kerusakan (breakdown) periode
sampai batas minimum dengan pertimbangan aspek ekonomis.
2. Menghindari kerusakan (breakdown) tidak terencana, kerusakan tiba-
tiba.
Beberapa tujuan maintenance yang utama antara lain :
1. Untuk memperpanjang umur/masa pakai dari mesin dan peralatan.
2. Menjaga agar setiap mesin/peralatan dalam kondisi baik dan dalam
keadaan baik.
3. Dapat menjamin ketersediaan optimum perlatan yang dipasang
untuk produksi.
4. Untuk menjamin kesiapan operasional dari selutruh perlatan yang
diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktunya.
5. Memaksimumkan ketersediaan semua mesin/peralatan sistem
produksi (mengurangi downtime).
6. Dapat menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana
tersebut.
22
7. Dapat mendukung upaya memuaskan pelanggan.
23
termasuk dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian
maintenance.
24
pembuatan suatu rencana produksi yang lebih cepat. (David
ciko,2009)
b. Corrective Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)
Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan
perawatan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau
kelainan pada fasilitas atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi
dengan baik. Kegiatan corrective maintenance yang dilakukan
sering disebut dengan kegiatan perbaikan atau reparasi. Perbaikan
yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat
tidak dilakukannya Preventive maintenance ataupun telah dilakukan
preventive maintenance tetapi sampai pada waktu tertentu fasilitas
atau peralatan produksi yang ada. Oleh karena itu kebijaksanaan
untuk melakukan corrective maintenance saja tanpa preventive
maintenance, akan menimbulkan akibat-akibat yang dapat
menghambat kegiatan produksi apabila terjadi suatu kerusakan yang
tiba-tiba pada fasilitas produksi yang digunakan.( David ciko,2009)
c. Predictive Maintenance (Pemeliharaan prediksi)
Predictive maintenance adalah tingkatan-tingkatan maintenance
yang dilakukan pada tanggal yang telah ditetapkan berdasarkan
prediksi hasil analisa dan evaluasi data operasi yang diambil pada
interval- interval waktu tertentu. Data rekaman untuk melakukan
predictive maintenance dapat berupa data getaran, temperature,
vibrasi, flow rate dan lain-lainnya. Perencanaan predictive
miantenace dapat dilakukan berdasarkan laporan oleh operator
lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen
maintenance untuk dilakukan tindakan yang tepat sehingga tidak
akan merugikan perusahaan. (Setiawan F,D,2008).
25
maintenance yang tidak akan dilakukan pada mesin yang masih dapat
beroperasi sampai mesin tersebut rusak dan tidak dapat berfungsi lagi.
Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tidak terencana ini,
diharapkan penerapan pemeliharaan tersebut dapat memperpanjang
umur pakai dari mesin, dan dapat memperkecil frekuensi kerusakan.
(Ebeling,1997).
26
b. Productive
Menitik beratkan pada segala usaha untuk mencoba melakukan
pemeliharaan dengan kondisi produksi tetap berjalan dan
meminimalkan masalah-masalah yang terjadi diproduksi saat
pemeliharaan dilakukan.
c. Maintenance
Berarti memelihara dan menjaga peralatan secara mandiri yang
dilakukan oleh operator produksi agar kondisi peralatan tetap bagus dan
terpelihara dengan cara membersihkannya, memberi pelumasan dan
memperhatikannya. Dengan kata lain Total Productive Maintenance
sering didefinisikan sebagai Productive Maintenance yang dilaksanakan
oleh seluruh pegawai, didasarkan pada prinsip bahwa peningkatan
kemampuan peralatan harus melibatkan setiap orang didalam
organisasi, dari lapisan bawah sampai manajemen puncak. TPM
merupakan bentuk kerjasama yang baik antara bagian pemeliharaan dan
produksi dalam organisasi untuk meningkatkan kualitas produk,
mengurangi pemborosan (waste), mengurangi biaya manufaktur,
meningkatkan ketersediaan peralatan serta meningkatkan kondisi
pemeliharaan perusahaan (Matrodji,2008).
27
1. Accident, yang artinya dengan penerapan TPM yang baik maka
diharapkan dapat meminimalisasi adanya kecelakaan kerja.
2. Breakdown, artinya TPM mempunyai sasaran agar tidak terjadi
adanya kerusakan (breakdown), sebab dengan adanya breakdown
dapat mengganggu aktivitas proses produksi.
3. Crisis, yaitu TPM bertujuan untuk mengurangi semua krisis yang
terjadi yang jelas-jelas sangat merugikan perusahaan.
4. Defect, yang artinya TPM juga mempunyai sasaran untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan segala cacat produk yang
terjadi sehingga produk yang dinikmati oleh konsumen sangat
terjamin kualitasnya.
28
mempelajari masalah yang ditimbulkan oleh peralatan militer yang
mengalami malfungsi.
FMEA di golongkan menjadi 2 jenis yaitu :
a. Design FMEA alat yang digunakan untuk memastikan bahwa potensial
failure modes, sebab dan akibatnya telah diperhatikan terkait dengan
katarteristik desain, digunakan oleh Design Responsible Engineer Team
b. Process FMEA yaitu alat yang digunakan untuk memastikan bahwa
potensial failure modes, sebab dan akibatnya telah diperhatikan terkait
dengan karakteristik prosesnya, digunakan oleh Manufacturing Engineer/
Team.
Design FMEA akan menguji fungsi dari komponen, sub sistem dan sistem.
Modus potensialnya dapat berupa kesalahan pemilihan jenis material,
ketidak tepatan spesifikasi dan yang lainnya. Seharusnya dilakukan
sejak dilakukan desain produk awal.
29
2.6.1 Pengertian Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)
Merupakan salah satu prosedur terstruktur untuk megidentifikasi dan
mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. FMEA digunakan
untuk mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebar dari suatu
masalah. Suatu mode kegagalan adalah apa saja yang termasuk
dalam kegagalan diluar batas resifikasi yang telah ditetapkan.
Menurut (Chrysler 1995), FMEA dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengenali dan mengefakuasi kegagalan potensi produk dan
efeknya.
2. Mengidentifikasi tindakan yang bisa menghilangkan atau
mengurangi kesempatan dari kegagalan potensi terjadi.
30
rework). Produk 100% dapat di-rework karena kerusakannya
tidak terlalu parah dan dapat diperbaiki pada bagian repair.
b. Untuk efek kegagalan bearing menjadi tidak bersih dan pada
permukaan outring terdapat bintik-bintik (black surface) nilainya
adalah 5 karena produk tidak dapat dipakai dan harus diperbaiki
(di-rework). Produk 100% dapat di-rework karena kerusakannya
tidak terlalu parah dan dapat diperbaiki pada bagian repair.
c. Untuk efek kegagalan komponen menjadi tergores dan tidak dapat
digunakan dan harus diperbaiki (di-rework) nilainya adalah 6
karena sebagian dapat dipakai dan sebagian kecilnya menjadi
scrap. Sebagian produk dapat dipakai karena goresan yang
terdapat pada komponen hanya sedikit dan tidak terlalu terlihat
sedangkan sebagian lagi menjadi scrap karena goresannya terlihat
jelas.
d. Untuk efek kegagalan maka permukaan sisi kiri dan sisi kanan
bergaris seperti nanas, masih bisa diperbaiki nilainya adalah 5
karena produk tidak dapat dipakai dan harus diperbaiki (di-
rework). Produk 100% dapat di-rework karena kerusakannya
tidak terlalu parah dan dapat diperbaiki pada bagian repair.
2. Occerance (Frekuensi)
Occurance adalah ukuran yang menunjukkan seberapa sering
kemungkinan penyebab kegagalan yang terjadi. Nilai occurance
ditentukan berdasarkan diagram sebab-akibat untuk mengetahui
akar penyebab masing-masing cacat. Pada Ranking 6,5 dan 4
sedang berhubungan dengan proses serupa ke proses sebelumnya
yang sudah mengalami kegagalan sekali-sekali. Besar nilai
occurance terdiri dari ranking 1-10. Semakin sering penyebab
kegagalan terjadi, semaking tinggi nilai yang diberikan. (Aisyah
siti,2011).
3. Detection ( Deteksi )
31
Detection adalah peringkat yang menunjukkan seberapa telitinya alat
deteksi yang digunakan. Detection berupa angka dari 1 sampai 10,
dimana 1 menunjukan sistem deteksi dengan kemampuan tinggi atau
hampir dipastikan suatu penyebab kegagalan dapat terdeteksi.
Sedangkan 10 menunjukan sistem deteksi dengan kemampuan
rendah, dimana deteksi tidak efektif atau tidak dapat mendeteksi
sama sekali. Sedangkan 6 menunjukan sistem deteksi dengan
kemampuan rendah. Sedangkan 5 menunjukan sistem deteksi dengan
kemampuan sedang (Aisyah siti,2011).
4. Risk Priority Number (RPN) ( Tingkat Keparahan)
RPN adalah mencari suatu nilai tertinggi pada komponen alat yang
mengalami kegagalan terparah alat. Setelah dilakukannya ratingan
nilai severity, occurance, detection maka untuk mencari nilai
tertingginya dilakukan dengan rumus:
RPN = S × O × D
Dimana :
Rpn = Risk Priority Number (nomor prioritas tertinggi)
S = Severity (keparahan)
O = Occurance (Frekuensi kejadian)
D = Detection (deteksi)
32