TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis
buah yang masuk ke pabrik pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria
matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah
distasiun penerimaan TBS. Setelah disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat
penimbunan sementara (Loding ramp) dan selanjutnya diteruskan ke stasiun
perebusan ( Sterilizer ).
4) Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.
Bila poin dua tercapai secara efektif, maka semua poin yang lain akan tercapai
juga. Dalam sterilizer dilapisi Wearing Plat yang berfungsi untuk menahan steam,
dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air condesate
agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.
b. Threser
Fungsi dari Thresering adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan
cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty
bunch conveyor.
a. Digester
Setelah buah dipisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara
buah masuk ke Under Threser Conveyor yang fungsinya untuk membawa buah ke
Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi
conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke Digester. Didalam digester
tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan
menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian poros, sedangkan pisau
bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke screw
press.
Fungsi Digester :
1) Melumatkan daging buah.
2) Memisahkan daging buah dengan biji.
3) Mempersiapkan Feeding Press.
4) Mempermudah proses di Press.
b. Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memisahkan minyak dengan ampas
berondolan yang telah dilumatkan di digester untuk mendapatkan minyak kasar.
Buah–buah yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau–pisau
pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk
kedalam mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang
ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press
cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasaiun
klarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk kestasiun kernel.
Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke
Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir.
Temperatur pada sand trap tank mencapai 95°C.
Fungsi dari Vibro Saparator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut–
serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin
penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran – getaran pada Vibro control melalui
penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang kurang
mengakibatkan pemisahan tidak efektif.
Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran/Non Oil Solid
(NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1
akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada
lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada
pada lapisan bawah. Skimmer dalam VCT berfungsi untuk membantu mempercepat
pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta
mendorong lapisan minyak dengan Sludge. Temperatur yang cukup (95°C) akan
memudahkan proses pemisahan ini. Prinsip kerja didalam VCT dengan
menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis.
f. Oil Tank
Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Oil
Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk
mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95°C.
g. Oil Purifier
Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan
cara sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu
95°C.
c. Vacuum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui
Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam
bejana, sehingga bila ketinggian permukaan minyak menurun pengapung akan
membuka dan mensirkulasi minyak kedalam bejana.
d. Sludge Tank
Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge (bagian dari minyak kasar
yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge separator.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan
temperatur yang dinginkan yaitu 95°C.
Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat pada
sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Saparator. Alat ini terdiri dari
saringan dan sikat yang berputar.
g. Sludge Saparator
Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih
terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak
yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar
melalui sudut – sudut ruang tangki pisah.
h. Storage Tank
Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi
yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal
dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila
terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada
CPO.
Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam
mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. (Hasibuan,
P. 2016) Produk yang dibuat industri harus mempunyai hal-hal berikut:
Kualitas baik
• Harga pantas
• Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat.
Oleh karena itu proses produksi harus didukung oleh peralatan yang siap bekerja setiap
saat dan handal. Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan penunjang proses
produksi ini harus selalu dilakukan perawatan yang teratur dan terencana.
Dalam pengorganisasian pekerjaan perawatan, perlu diselaraskan secara tepat antara
faktor-faktor keteknikan, geografis dan situasi personil yang mendukung.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan departemen perawatan adalah:
a. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan perawatan akan menentukan karakteristik pengerjaan dan jenis
pengawasan. Jenis-jenis pekerjaan perawatan yang biasanya dilakukan adalah : sipil,
permesinan, pemipaan, listrik dan sebagainya.
b. Kesinambungan Pekerjaan
Jenis pengaturan pekerjaan yang dilakukan di suatu perusahaan/industri akan
mempengaruhi jumlah tenaga perawatan dan susnan organisasi perusahaan. Sebagi
contoh, untuk pabrik yang melakukan aktifitas pekerjaan lima hari kerja seminggu
dengan satu shift, maka program perawatan preventif dapat dilakukantanpa menganggu
kegiatan produksi dimana pekerjaan perawatan bisa dilakukan diluar jam produksi.
Berbeda halnya dengan aktifitas pekerjaan produksi yang kontinyu ( 7 hari seminggu, 3
shift sehari) maka pekerjaan perawatan harus diatur ketika mesin sedang berhenti
beroperasi.
c. Situasi Geografis
Lokasi pabrik yang terpusat akan mempunyai jenis program perawatan yang berbeda
jika dibandingkan dengan lokasi pabrik yang terpisah-pisah. Sebuah pabrik besar dan
bangunannya tersebar akan lebih baik menerapkan program perawatan lokal masing-
masing (desentralisasi), sedangkan pabrik kecil atau lokasi bangunannya berdekatan
akan lebih baik menerapkan sistem perawatan terpusat (sentralisasi).
d. Ukuran Pabrik
Pabrik yang besar akan membutuhkan tenaga perawatan yang besar dibandingkan
dengan pabrik yang kecil, demikian pula halnya bagi tenaga pengawas.
b. Perawatan Korektif
Adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian rupa,
seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi
lebih baik.
c. Perawatan Berjalan
Dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam
keadaan bekerja. Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang
harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi.
d. Perawatan Prediktif
Perawatan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau
kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Biasanya
perawatan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor
yang canggih.
e. Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)
Pekerjaan perawatan dilakukan setelah terjadi kerusakan pada peralatan, dan untuk
memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat dan tenaga
kerjanya.
Mutu adalah sesuatu yang mencirikan tingkat dimana produk itu mampu memenuhi
kepuasan pengguna (konsumen) produk itu. Konsep mutu lebih berkaitan dengan
evaluasi subjektif dari konsumen. Di dalam kenyataan konsumen yang menilai sejauh
mana tingkat mutu suatu produk yang dikonsumsi. Sehingga penerapan pengendalian
mutu sangat dibutuhkan oleh perusahaan, agar mampu menciptakan suatu produk yang
berkualitas dan mampu memberikan kepuasan pada konsumen.
Beberapa kriteria minyak kelapa sawit yang diperlukan adalah memiliki warna
kemerahan, rasa dan bau yang enak, dapat disimpan dalam jangka yang lama, mudah
dimurnikan dan tingkat hidrolisa pada pembentukan Asam Lemak Bebas (ALB) yang
dihasilkan rendah. Untuk itu perlu dilakukan analisa mutu produksi dengan cara
menganalisa kadar ALB, Kadar Air, Kadar Kotoran dan DOBI (Deteriorationof
Bleachability Index) dalam minyak kelapa sawit tersebut apakah telah sesuai dengan
mutu yang ditetapkan sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Untuk
memperoleh hasil yang maksimal baik mutu maupun kuantitas maka dalam pengolahan
kelapa sawit di pabrik mulai dari tahap proses pengolahan sampai penimbunan harus
memperhatikan dan menjaga standar mutu yang berlaku pada perusahaan tersebut (Tim
Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit, 1997).