Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Pengolahan Kelapa Sawit.


Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah
Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit
(Kernel)( Naibaho, Ponten. (1996)). Proses pengolahan kelapa kelapa sawit sampai
menjadi minyak sawit CPO terdiri dari beberapa tahapan yaitu :

2.1.1 Jembatan Timbang


Pada Pabrik Kelapa Sawit, jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem
komputer untuk meliputi berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang
melewati jembatan timbang berhenti, kemudian dicatat berat truk awal sebelum
TBS dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang,
selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima dipabrik.

2.1.2 Penyortiran
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat kematangannya. Jenis
buah yang masuk ke pabrik pada umumnya jenis Tenera dan jenis Dura. Kriteria
matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan kualitas buah
distasiun penerimaan TBS. Setelah disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat
penimbunan sementara (Loding ramp) dan selanjutnya diteruskan ke stasiun
perebusan ( Sterilizer ).

2.1.3 Perebusan (Sterilizer)


Lori yang telah diisi TBS dimasukan kedalam sterilizer dengan menggunakan
capstand.
Tujuan perebusan :
1) Mengurangi peningkatan Asam Lemak Bebas (ALB).

2) Mempermudah proses pembrondolan pada Threser.

3) Menurunkan kadar air.

4) Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.

Bila poin dua tercapai secara efektif, maka semua poin yang lain akan tercapai
juga. Dalam sterilizer dilapisi Wearing Plat yang berfungsi untuk menahan steam,
dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air condesate
agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.

2.1.4 Penebah (Threser Process)


a. Hoisting Crane
Fungsi dari Hoisting Crane adalah untuk mengangkat lori dan menuangkan isi lori
ke bunch feeder (hooper). Dimana lori yang diangkat tersebut berisi TBS yang
sudah direbus.

b. Threser
Fungsi dari Thresering adalah untuk memisahkan buah dari janjangannya dengan
cara mengangkat dan membantingnya serta mendorong janjang kosong ke empty
bunch conveyor.

2.1.5 Pengempaan (Pressing Process)


Proses Kempa adalah dimulainya pengambilan minyak dari buah Kelapa Sawit
dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya pengoperasian peralatan
mempengarui efisiensi pengutipan minyak. Proses ini terdiri dari :

a. Digester

Setelah buah dipisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara
buah masuk ke Under Threser Conveyor yang fungsinya untuk membawa buah ke
Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi
conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke Digester. Didalam digester
tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan
menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian poros, sedangkan pisau
bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke screw
press.

Fungsi Digester :
1) Melumatkan daging buah.
2) Memisahkan daging buah dengan biji.
3) Mempersiapkan Feeding Press.
4) Mempermudah proses di Press.

b. Screw Press
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memisahkan minyak dengan ampas
berondolan yang telah dilumatkan di digester untuk mendapatkan minyak kasar.
Buah–buah yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau–pisau
pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk
kedalam mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang
ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press
cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasaiun
klarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk kestasiun kernel.

2.1.6 Pemurnian Minyak ( Clarification Station )


Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar / Crude Oil
dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke stasiun
klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut :

c. Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)

Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur masuk ke
Sand Trap Tank. Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung pasir.
Temperatur pada sand trap tank mencapai 95°C.

d. Vibro Saperator / Vibrating Screen

Fungsi dari Vibro Saparator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut–
serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin
penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran – getaran pada Vibro control melalui
penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor. Getaran yang kurang
mengakibatkan pemisahan tidak efektif.

e. Vertical Clarifier Tank (VCT)

Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran/Non Oil Solid
(NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1
akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada
lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada
pada lapisan bawah. Skimmer dalam VCT berfungsi untuk membantu mempercepat
pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta
mendorong lapisan minyak dengan Sludge. Temperatur yang cukup (95°C) akan
memudahkan proses pemisahan ini. Prinsip kerja didalam VCT dengan
menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis.

f. Oil Tank

Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh Oil
Purifier. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk
mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95°C.

g. Oil Purifier

Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak dengan
cara sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur suhu
95°C.

c. Vacuum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana melalui
Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung didalam
bejana, sehingga bila ketinggian permukaan minyak menurun pengapung akan
membuka dan mensirkulasi minyak kedalam bejana.

d. Sludge Tank

Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge (bagian dari minyak kasar
yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge separator.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan
temperatur yang dinginkan yaitu 95°C.

e. Sand Syclone / Pre-cleaner


Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung dalam
sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya.

f. Brush Strainer ( Saringan Berputar )

Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat pada
sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Saparator. Alat ini terdiri dari
saringan dan sikat yang berputar.

g. Sludge Saparator
Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih
terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal, minyak
yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong keluar
melalui sudut – sudut ruang tangki pisah.
h. Storage Tank

Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi
yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal
dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila
terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air pada
CPO.

2.2 Maintenance (perawatan)

Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam
mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. (Hasibuan,
P. 2016) Produk yang dibuat industri harus mempunyai hal-hal berikut:
Kualitas baik
• Harga pantas
• Di produksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat.
Oleh karena itu proses produksi harus didukung oleh peralatan yang siap bekerja setiap
saat dan handal. Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan penunjang proses
produksi ini harus selalu dilakukan perawatan yang teratur dan terencana.
Dalam pengorganisasian pekerjaan perawatan, perlu diselaraskan secara tepat antara
faktor-faktor keteknikan, geografis dan situasi personil yang mendukung.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan departemen perawatan adalah:

a. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan perawatan akan menentukan karakteristik pengerjaan dan jenis
pengawasan. Jenis-jenis pekerjaan perawatan yang biasanya dilakukan adalah : sipil,
permesinan, pemipaan, listrik dan sebagainya.
b. Kesinambungan Pekerjaan
Jenis pengaturan pekerjaan yang dilakukan di suatu perusahaan/industri akan
mempengaruhi jumlah tenaga perawatan dan susnan organisasi perusahaan. Sebagi
contoh, untuk pabrik yang melakukan aktifitas pekerjaan lima hari kerja seminggu
dengan satu shift, maka program perawatan preventif dapat dilakukantanpa menganggu
kegiatan produksi dimana pekerjaan perawatan bisa dilakukan diluar jam produksi.
Berbeda halnya dengan aktifitas pekerjaan produksi yang kontinyu ( 7 hari seminggu, 3
shift sehari) maka pekerjaan perawatan harus diatur ketika mesin sedang berhenti
beroperasi.
c. Situasi Geografis
Lokasi pabrik yang terpusat akan mempunyai jenis program perawatan yang berbeda
jika dibandingkan dengan lokasi pabrik yang terpisah-pisah. Sebuah pabrik besar dan
bangunannya tersebar akan lebih baik menerapkan program perawatan lokal masing-
masing (desentralisasi), sedangkan pabrik kecil atau lokasi bangunannya berdekatan
akan lebih baik menerapkan sistem perawatan terpusat (sentralisasi).

d. Ukuran Pabrik
Pabrik yang besar akan membutuhkan tenaga perawatan yang besar dibandingkan
dengan pabrik yang kecil, demikian pula halnya bagi tenaga pengawas.

e. Ruang lingkup bidang perawatan pabrik


Ruang lingkup pekerjaan perawatan ditentukan menurut kebijaksanaan manajemen.
Departemen perawatan yang dituntut melaksanakan fungsi primer dan sekunder akan
membutuhkan supervisi tambahan, sedangkan departemen perawatan yang fungsinya
tidak terlalu luas akan membutuhkan organisasi yang lebih sederhana.
f. Keterandalan tenaga kerja yang terlatih
Dalam membuat program pelatihan, dipertimbangkan terhadap tuntutan keahlian dan
keandalan pada masing-masing lokasi yang belum tentu sama.
Beberapa konsep dasar organisasi perawatan adalah :
- Adanya pembatasan wewenang yang jelas dan layak untuk menghindari terjadinya
tumpang tindih dalam kekuasaan.
- Hubungan vertikal antara atasan dan bawahan yang menyangkut masalah wewenang
dan tanggung jawab dibuat sedekat mungkin.
- Menentukan jumlah optimum pekerja yang ditangani oleh seorang pengawas.
- Susunan personil yang tepat dalam organisasi. Prinsip-prinsip Organisasi

2.2.1 Bentuk-Bentuk Perawatan


a. Perawatan Preventif (Preventive Maintenance)
Adalah pekerjaan perawatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan,
atau cara perawatan yang direncanakan untuk pencegahan (preventif).
Ruang lingkup pekerjaan preventif termasuk: inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan
dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar
dari kerusakan.

b. Perawatan Korektif
Adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian rupa,
seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi
lebih baik.

c. Perawatan Berjalan
Dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam
keadaan bekerja. Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang
harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi.

d. Perawatan Prediktif
Perawatan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya perubahan atau
kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem peralatan. Biasanya
perawatan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra atau alat-alat monitor
yang canggih.
e. Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)
Pekerjaan perawatan dilakukan setelah terjadi kerusakan pada peralatan, dan untuk
memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat dan tenaga
kerjanya.

2.3 Sumber Daya Manusia (SDM)


Pengertian Sumber Daya Manusia timbul di interaksi antara manusia yang selalu
mencari alat untuk mencapai tujuan dan sesuatu diluar manusia pada saat ini disebut
‘Alam’. Hubungan ini lah yang perlu dimengerti untuk dapat memahami dan
menghayati pengertian sumber daya tersebut. Untuk itu perlu kiranya memandang
manusia berada pada dua tingkatan, yaitu tingkatan manusia primitive atau tingkatan
binatang dan tingkatan manusia supra-binatang ‘manusia’, bagian dari partner alam dan
perubahan keseluruhan yang disebabkan oleh manusia, disini disebut kultur. Sebagian
besar sumber daya manusia merupakan hasil akal budinya disertai pengetahuan serta
pengalaman yang dikumpulkan dengan sabar melalui jerih payah dan perjuangan berat.
Semakin tinggi manusia menaiki tingkat peradaban, kultur merupakan kekuatan
dinamik yang amat penting dalam usaha untuk menciptakan sumber daya baru. Sumber
daya manusia yang besar harus dapat diubah menjadi suatu asset yang bermanfaat bagi
pembangunan.
Ada beberapa hal yang penting agar tercapainya SDM yang handal, yaitu adanya
organisasi, komunikasi, motivasi dan mutu olah.( Sunyoto, Danang, 2013)
2.4 Mutu atau Kualitas
Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci
yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.
Kualitas merupakan sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan, bukan oleh pemasaran
atau manajemen. Kualitas didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan terhadap
produk atau jasa, dimana diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut dinyatakan
atau tidak dinyatakan, secara teknis atau bersifat subjektif dan selalu mewakili sasaran
yang bergerak dalam pasar yang penuh persaingan.
Kualitas didefenisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan
variasi karakteristik kualitas dari suatu produk yang dihasilkan, agar memenuhi
kebutuhan yang telah dispesifikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan (Ariani,
2004)
Standar mutu pabrik harus lebih baik dari pada standar mutu perdagangan internasional
karena makin baik mutu yang dihasilkan pabrik akan memberikan lebih baik pula
sesampainya di tempat tujuan negara pengimpor.

Mutu adalah sesuatu yang mencirikan tingkat dimana produk itu mampu memenuhi
kepuasan pengguna (konsumen) produk itu. Konsep mutu lebih berkaitan dengan
evaluasi subjektif dari konsumen. Di dalam kenyataan konsumen yang menilai sejauh
mana tingkat mutu suatu produk yang dikonsumsi. Sehingga penerapan pengendalian
mutu sangat dibutuhkan oleh perusahaan, agar mampu menciptakan suatu produk yang
berkualitas dan mampu memberikan kepuasan pada konsumen.

Beberapa kriteria minyak kelapa sawit yang diperlukan adalah memiliki warna
kemerahan, rasa dan bau yang enak, dapat disimpan dalam jangka yang lama, mudah
dimurnikan dan tingkat hidrolisa pada pembentukan Asam Lemak Bebas (ALB) yang
dihasilkan rendah. Untuk itu perlu dilakukan analisa mutu produksi dengan cara
menganalisa kadar ALB, Kadar Air, Kadar Kotoran dan DOBI (Deteriorationof
Bleachability Index) dalam minyak kelapa sawit tersebut apakah telah sesuai dengan
mutu yang ditetapkan sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Untuk
memperoleh hasil yang maksimal baik mutu maupun kuantitas maka dalam pengolahan
kelapa sawit di pabrik mulai dari tahap proses pengolahan sampai penimbunan harus
memperhatikan dan menjaga standar mutu yang berlaku pada perusahaan tersebut (Tim
Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit, 1997).

Adapun persyaratan perdagangan internasional adalah

a. kadar air 6 %-8 %,


b. kadar cangkang 3 %-5 %,
c. alb maksimum 0,1 %,
d. inti pecah maksimum 10 %,
e. warna maksimum 40 %

2.5 Penilaian kinerja


Siagian (1995:225–226) menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja adalah: Suatu
pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai yang di dalamnya
terdapat berbagai faktor seperti :
1. Penilaian dilakukan pada manusia sehingga disamping memiliki kemampuan
tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan;
2. Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolak ukur tertentu yang realistik,
berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan
diterapkan secara obyektif;
3. Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan lima
maksud:
a. Apabila penilaian tersebut positif maka penilaian tersebut menjadi dorongan
kuat bagi pegawai yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi pada masa yang akan
datang sehingga kesempatan meniti karier lebih terbuka baginya.
b. Apabila penilaian tersebut bersifat negatif maka pegawai yang bersangkutan
mengetahui kelemahannya dan dengan sedemikian rupa mengambil berbagai langkah
yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut.
c. Jika seseorang merasa mendapat penilaian yang tidak obyektif, kepadanya
diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan sehingga pada akhirnya ia dapat
memahami dan menerima hasil penilaian yang diperolehnya.
d. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan secara
rapi dalam arsip kepegawaian setiap pegawai sehingga tidak ada informasi yang hilang,
baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawai bersangkutan;
e. Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu turut
dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang dambil mengenai mutasi pegawai, baik
dalam arti promosi, alih tugas, alih wilayah, demosi maupun dalam pemberhentian
tidak atas permintaan sendiri.
Penilaian Kinerja menurut Mondy dan Noe (1993:394) merupakan suatu sistem formal
yang secara berkala digunakan untuk mengevaluasi kinerja individu dalam menjalankan
tugas-tugasnya.

Sedangkan Mejia, dkk (2004:222-223) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja


merupakan suatu proses yang terdiri dari:
1. Identifikasi, yaitu menentukan faktor-faktor kinerja yang berpengaruh
terhadap kesuksesan suatu organisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengacu pada
hasil analisa jabatan.
2. Pengukuran, merupakan inti dari proses sistem penilaian kinerja. Pada proses
ini, pihak manajemen menentukan kinerja pegawai yang bagaimana yang termasuk baik
dan buruk. Manajemen dalam suatu organisasi harus melakukan perbandingan dengan
nilai-nilai standar atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki
kesamaan tugas.
3. Manajemen, proses ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kinerja.
Pihak manajemen harus berorientasi ke masa depan untuk meningkatkan potensi
pegawai di organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian
umpan balik dan pembinaan untuk meningkatkan kinerja pegawainya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian penilaian kinerja, terdapat
benang merah yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan bahwa penilaian
kinerja merupakan suatu sistem penilaian secara berkala terhadap kinerja pegawai yang
mendukung kesuksesan organisasi atau yang terkait dengan pelaksanaan tugasnya.
Proses penilaian dilakukan dengan membandingkan kinerja pegawai terhadap standar
yang telah ditetapkan atau memperbandingkan kinerja antar pegawai yang memiliki
kesamaan tugas.

Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja


Penilaian kinerja menurut Werther dan Davis (1996:342) mempunyai beberapa
tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang dinilai, yaitu:
1) Performance Improvement. Yaitu memungkinkan pegawai dan manajer untuk
mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja.
2) Compensation adjustment. Membantu para pengambil keputusan untuk menentukan
siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya.
3) Placement decision. Menentukan promosi, transfer, dan demotion.
4) Training and development needs mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan
pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal.
5) Carrer planning and development. Memandu untuk menentukan jenis karir
dan potensi karir yang dapat dicapai.
6) Staffing process deficiencies. Mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai.
7) Informational inaccuracies and job-design errors. Membantu menjelaskan apa
saja kesalahan yang telah terjadi dalam manajemen sumber daya manusia terutama di
bidang informasi job-analysis, job-design dan sistem informasi manajemen sumber
daya manusia.
8) Equal employment opportunity. Menunjukkan bahwa placement decision tidak
diskriminatif.
External challenges. Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor eksternal
seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan, dan lain-lainnya. Biasanya faktor ini
tidak terlalu kelihatan, namun dengan melakukan penilaian kinerja, faktor-faktor
eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu departemen sumber daya manusia
untuk memberikan bantuan bagi peningkatan kinerja pegawai.

2.6 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tak diharapkan.Tak terduga, oleh
karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam
bentuk perencanaan.Kecelakaan bisa terjadi karena kondisi yang tidak membawa
keselamatan kerja atau perbuatan yang tidak selamat.Jadi, defebisi kecelakaan kerja
adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang mengakibatkan kecelakaan.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pabrik Kelapa
Sawit ini ditunjukkan dari sebahagian besar pekerja telah menggunakan alat pelindung
diri, seperti sarung tangan, sepatu bot atau safety, penutup telinga, anti radiasi pada saat
proses las, namun pada beberapa orang pekerja penggunaan alat pelinfung diri ini
sering tidak digunakan karena dianggap mengurangi kecekatannya bekerja (kurang
bebas bergerak).
Demikian halnya di area pabrik kelapa sawi London Sumatra juga telah dilengkapi
dengan rambu-rambu K3 pada Lokasi Pabrik juga telah tersedia peralatan tanggap
darurat seperti alat pemadam kebakaran, karung basah, alat P2K3 yang keseluruhan
peralatan tersebut ditempatkan yang mudah terjangkau para pekerja.
Seluruh persiapan keselamatan kerja tersebut merupakan bagian dari kebijakan K3
yang telah digunakan di Lingkungan pabrik kelapa sawit London Sumatra.
2.7 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut:
1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselematannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efesien.
Tujuan Kesehatan Kerja adalah:
1) Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya baik fisik, mental maupun sosial.
2) Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh kondisi lingkungan kerja.
3) Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan tenaga kerja.
4) Meningkatkan produktivitas kerja.
Tujuan usaha keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
1) Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat.
2) Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efesien.
3) Agar proses produksi dapat berjalan secara lancer tanpa hambatan apapun.

2.8 Penyebab Kecelakaan Kerja


Penyebab kecelakaan kerja secara umum diartikan sebagai factor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan, menurut Notoadmodjo (2003), penyebab
kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi dua,yakni:
1. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia) yang tidak memenuhi
keselamatan, misalnya karena kelengahan, kecerobohan, mengantuk, kelelahan dan
sebagainya. Menurut hasil penelitian yang ada 85% dari kecelakaan yang terjadi
disebabkan karena faktor manusia ini.
2. Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety
condition misalkan lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau, mesin yang terbuka
dan sebagainya.
Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan faktor karakteristik pekerja,
demikian juga halnya kurangnya kemampuan atau pelatihan, rekruitmen pekerja yang
tidak benar, kelelahan akibat jam kerja yang berlebih, serta minimnya pengawasan
terhadap pekerja (Notoadmodjo S,1996).
Terjadinya kecelakaan kerja merupakan rangkaian yang berkaitan dengan yang lainnya,
faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain (H.W. Heinrich,1980):
1. Ancestry and Social Environtment, yaitu faktor keturunan, keras kepala, gugup,
penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerja sama, tidak mau
menerima pendapat orang lain dan lain-lain.
Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan leingkungan
yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. Ada beberapa
keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan kesalahan-kesalahan:
a. Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan secara fisik.
b. Karena seseorang tidak memenuhi syarat fisik.
c. Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.
2. Unsafe actions an unsafe condition, yaitu tindakan berbahaya yang disertai bahaya
mekanik dan fisik memudahkan terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan tidak aman
yaitu mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya tanpa perintah, membuat alat
pengamanyang bukan tugasnya, menjalankan mesin dengan kecepatan yang
membahayakan, kurang pengetahuan dan keterampilan, tidak memakai salah satu
alat pelindung diri, kesalahan memberikan peringatan atau keamanan, memakai
peralatan yang rusak, menggunakan peralatan yang tidak sesuai, mengangkat dengan
cara yang salah, posisi kerja sambil bercanda, bekerja tidak konsentrasi, bekerja
sambil merokok atau makan dan minum, meminum minuman keras dan
mengkonsumsi obat-obatan terlarang, cacat tubuh yang tidak jelas kelihatan,
kelelahan dan kelesuan.
3. Kondisi tidak aman sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan antara lalin, mesin
tidak diberi pagar pengaman, pagar pengaman tidak berfungsi, kerusakan alat,
peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan, desain dan kontruksi bangunan
atau tempat bekerja yang tidak benar, ventilasi yang tidak memenuhi syarat, tidak ada
system petingatan keselamatan di tempat kerja, bahaya kebakaran dan ledakan,
kemacetan alat yang digunakan.
4. Accident yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda,jatuh terpeleset dll) yang
menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh berbagai kerugian.
5. Injury yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat/parah),
cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).

2.9 Penanggulangan Kecelakaan Kerja


Menurut International Labour Organization (ILO), ada beberapa cara atau laPngkah-
langkah yang perlu diambil untuk menanggulangi kecelakaan kerja, yaitu antara lain
melalui:
1. Peraturan perundang-undangan.
2. Standarisasi.
3. Inspeksi.
4. Riset teknis
5. Riset medis
6. Riset psikologis.
7. Riset statistic
8. Pendidikan
9. Latihan
10. Persuasi
11. Asuransi.

2.10. Kehilangan (Losses)


Hasil Produksi dan kehilangan (Losses) mempunyai hubungan yang erat, sehingga
menimbulkan kesan bahwa apabila losses rendah,maka rendemen juga akan tinggi,
begitu juga dengan sebaliknya.
Losses adalah kehilangan yang terjadi selama proses pengolahan. Kehilangan ini ada
yang masih dapat dikutip kembali dan di analisa presentasenya serta ada yang tidak
dapat dikembalikan dan di analisa presentase kehilangannya. Dalam kenyataan di
lapangan pengendalian dan minimalisasi terjadinya proses kehilangan ini dapat
dilakukan dengan perbaikan kinerja proses pengolahan di PKS yang berkesinambungan
dapat dilakuka dengan mencari, menemukan dan menerapkan system kinerja proses
yang sesuai dengan kondisi PKS tersebut, sehingga akan diperoleh losses yang paling
rendah, sehingga terciptalah suatu pengendalian dan minimalisasi losses yang paling
efektif dan efesien. (Darma,Surya.H.IR).
Penyebab terjadinya Losses.
a. Jika Volume isian Digester lebih kecil dari % isi.
b. Keausan pisau Digester (Jarak ujung pisau ke dinding Digester sudah >1,5 cm),
kemungkinan disebabkan umur teknis pisau sudah terlampaui (>4.000 jam )

2.11 Data Kualitatif dan Kuantitatif


2.11.1 Data Kualitatif
Data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau bukan dalam bentuk angka.
Data ini biasa nya menjelaskan karakteristik atau sifat. Sebagai contoh : kondisi
barang (jelek, sedang, bagus), pekerjaan (petani, pengusaha, pedagang), tingkat
kepuasan (tidak puas, puas, sangat puas), dll. Data kualitatif terdiri dari data
nominal dan ordinal.
2.11.2 Data Kuantitatif
Data Kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka. Merupakan
hasil perhitungan dan pengukuran. Data kuantitatif terdiri dari data interval dan
rasio.

2.13 Perbedaan Metode Kualitatif dan Kuantitatif


(Sugiyono (2007), Adapun beberapa perbedaan metode kualitatif dan metode
kuantitatif adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan jenis data
Metode kualitatif jenis datanya adalah data yang dihasilkan dari cara pandang yang
menekankan pada ciri-ciri, sifat dan mutu subjek yang bersangkutan. Berbeda dari
data kuantitatif yang bersifat numeric, data kualitatif bersifat non-numerik (kata-kata
deskriptif).
b. Berdasarkan Tujuan
Penelitian kualitatif untuk melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial.
c. Berdasarkan objek penelitian
Metode kualitatif lebih berfokus pada suatu objek penelitian saja sedangkan metode
kuantitatif bisa lebih dari satu objek penelitian.
d. Berdasarkan instrument yang digunakan
Pada metode kuantitatif instrument penelitian yang biasa digunakan adalah angket,
kuesioner atau instrument yang lain. Namun pada metode kualitatif instrumen yang
digunakan adalah penelitian itu sendiri yang artinya peneliti sendirilah yang terjun
kedalam penelitian agar bisa melihat dan merasakan fakta yang sebenarnya.
e. Berdasarkan Orientasi
Penelitian kualitatif lebih berorientasi pada proses penelitian sedangkan penelitian
kuantitatif lebih berorientasi pada hasil penelitian.
f. Berdasarkan Proses
Metode kuantitatif menggunakan proses dedukatif-indukatif. Sedangkan metode
kualitatif adalah indukatif.
g. Berdasarkan sifat realitas
Dalam metode kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivism, realitas
dipandang sebagai suatu yang konkrit, dapat diamati dengan panca indera, dapat
dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna dan perilaku, tidak berubah, dapat diukur
dan diverifikasi. Dengan demikian dalam metode ini, peneliti dapat menentukan
hanya beberapa variable saja dari objek yang diteliti, dan kemudian dapat membuat
instrument untuk mengukurnya Dalam penelitian kualitatif yang berlandaskan pada
filsafat positif atau paradigma interpretive, suatu realitas atau objek tidak dapat dilihat
secara parsial dan dipecah kedalam variable.
h. Berdasarkan hubungan variable
Pada metode kulitatif hubungan antara variable adalah timbal balik atau interaksi.
Pada metode kuantitatif lebih kepada sebab akibat.
i. Berdasarkan penggunaan
Metode kuantitatif digunakan apabila :
1) Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas.
2) Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi.
3) Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain.
4) Bila peneliti bermaksud menguju hipotesis penelitian
5) Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang
empiris dan dapat diukur.
6) Bila ingin menguji terhadap adanya keragu- raguan validasi pengetahuan, teori dan
produk tertentu.
Adapun keguaan Metode Kualitatif sebagai berikut:
1) Bila masalah penelitian belum jelas
2) Untuk memahami makna dibalik data yang tampak.
3) Untuk memahami interaksi sosial.
4) Memahami perasaan orang lain.
5) Untuk mengembangkan teori.
6) Untuk memastikan kebenaran data.
7) Meneliti sejarah perkembangan.
8)

2.14 Persamaan Metode Kualitatif dan Kuantitatif


Metode kualitatif dan metode kuantitatif memiliki beberapa persamaan. Adapun
beberapa persamaanya sebagai berikut :
a. Merupakan metode yang digunakan dalam penelitian guna memecahkan sebuah
masalah, Memiliki objek dan subjek.
b. Memiliki Variabel.
c. Menerapkan metode pengumpulan data yang sistematis dan terbuka hingga bisa
dinilai daripihak lain.
d. Melibatkan inferensi (simpulan) detil-detil pengamatan empiris suatu kesimpulan
umum.
e. Membandingkaan data, mencari kesamaan dan perbedaan untuk menemukan pola
tertentu pada data.

Anda mungkin juga menyukai