KELOMPOK 3
Geraniol memiliki kelarutan rendah dalam air, larut dengan baik pada
pelarut organik umum seperti alkohol, eter, dan aseton. Ini disebabkan
sifat kepolaran air yang tinggi sehingga geraniol sulit larut dalam air.
Meskipun alkohol bersifat polar, kepolarannya lebih rendah dari air
namun polaritasnya menyerupai geraniol sehingga geraniol dapat larut
dalam pelarut organik umum seperti alkohol. Geraniol memiliki massa
jenis yang lebih ringan dari air yaitu 0.8894 g/mL. Bila dicampurkan
dengan air maka geraniol akan berada pada bagian atas larutan.
Geraniol dapat diisolasi dari minyak sereh dan minyak palmarosa.
Distilasi fraksional, misalnya, minyak sereh Jawa (jika perlu setelah
saponifikasi ester) menghasilkan fraksi yang mengandung 60% geraniol,
serta produk samping sitronelol dan seskuiterpen.
Produk dengan kandungan geraniol yang lebih tinggi dan kualitas bau
yang sedikit berbeda untuk digunakan dalam wewangian halus diperoleh
dengan fraksinasi minyak palmarosa setelah saponifikasi ester geranil.
OKSIDASI
Hidrogenasi asimetris geraniol (3,7-dimethylocta-2,6-dien-1-ol) menjadi
citronelol dilakukan menggunakan katalis BINAP ruthenium (R-Ru(OAc)2(T-
BINAP)) pada suhu 60 ° C dengan pelarut metanol.
HIDROGENASI
Geraniol dapat mengalami halogenasi (umumnya
dengan klor) menjadi geranil halida.
HALOGENASI
Sintesis ester geraniol oleh lipase dalam media non-air memiliki
berbagai keuntungan seperti peningkatan kelarutan substrat
nonpolar, kemudahan pemulihan produk, pencegahan reaksi
yang tidak diinginkan dan tidak ada kontaminasi mikroba oleh
media berair.