SKRIPSI
IMELDA SIAHAAN
070822011
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
IMELDA SIAHAAN
070 822 011
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
PERSETUJUAN
Disetujui di:
Medan, September 2009
Komisi Pembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
IMELDA SIAHAAN
070 822 011
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha kuasa yang telah memberikan
Kasih setia dan anugrah kebaikan yang penulis rasakan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini dengan tepat pada waktu yang telah ditetapkan.
Dengan sepenuh kasih penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada Ibu Dra. Yuniarti Yusak, MS, selaku pembimbing I dan Ibu Prof. Dr. Harlinah
SPW, M.Sc selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan panduan dan
membimbing penulis untuk menyempurnakan Skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga ditujukan kepada ketua dan sekretaris Departemen Kimia, Ibu Dr. Rumondang
Bulan, MS dan Bapak Drs. Firman Sebayang,MS, Dekan dan Pembantu Dekan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, dan
Ibu dan Bapak Pegawai Laboratorium Oleopangan Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS), rekan-rekan kuliah Sanni, Maria, Septian, Ema Suryani dan semua anak S1
Ekstensi stambuk 2007, dan teman – teman kost Simplex serta teman – teman yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu mendukung dengan kasihnya.
Akhirnya tidak terlupakan kepada orangtua penulis, Ayahanda M. Siahaan, Ibunda
tercinta M. Rajagukguk, Saudara-saudara penulis David Siahaan, ST, Martua Siahaan,
dan Daniel Siahaan yang telah memberikan bantuan moril maupun materil serta doa
dan dorongan kepada penulis selama menuntut ilmu sampai terselesainya skripsi ini.
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan salah satu usaha penganekaragaman bahan pangan untuk
menciptakan suatu makanan baru yang bernilai gizi yang baik dan bernilai ekonomis.
Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan tangkil (Gnetum gnemon) untuk
campuran kerupuk dengan variasi perbandingan antara tepung tangkil dan tepung
tapioka dan kandungan nutriennya. Kadar nutrient yang dianalisa adalah Kadar
Protein dilakukan dengan metode Kjeldahl, kadar serat dilakukan dengan metode
pendidihan, penyaringan, pengeringan dan pengabuan dan kadar β – karoten dan
uji organoleptik terhadap rasa, aroma dan bau dari kerupuk yang dihasilkan yang
ditentukan dengan menggunakan metode skla hedonik. Kadar protein , kadar serat
dan kadar β – karoten tertinggi diperoleh pada kerupuk dengan perbandingan (1:4)
dengan penambahan ekstrak wortel yaitu 16,45 %, 0,38 %, dan 951,92 ppm.
Sedangkan kadar protein , kadar serat dan kadar β – karoten terendah diperoleh pada
kerupuk dengan perbandingan (1:3) tanpa penambahan ekstrak wortel yaitu 11,69 %,
0,18 %, dan 899,19 ppm. Kerupuk yang paling enak, ahrum renyah dan paling
bannyak disukai yaitu kerupuk dengan perbandingan (1:4).
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Pembatasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penalitian 3
1.6 Metode Penelitian 3
1.7 Lokasi Penelitian 4
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 47
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan salah satu usaha penganekaragaman bahan pangan untuk
menciptakan suatu makanan baru yang bernilai gizi yang baik dan bernilai ekonomis.
Telah dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan tangkil (Gnetum gnemon) untuk
campuran kerupuk dengan variasi perbandingan antara tepung tangkil dan tepung
tapioka dan kandungan nutriennya. Kadar nutrient yang dianalisa adalah Kadar
Protein dilakukan dengan metode Kjeldahl, kadar serat dilakukan dengan metode
pendidihan, penyaringan, pengeringan dan pengabuan dan kadar β – karoten dan
uji organoleptik terhadap rasa, aroma dan bau dari kerupuk yang dihasilkan yang
ditentukan dengan menggunakan metode skla hedonik. Kadar protein , kadar serat
dan kadar β – karoten tertinggi diperoleh pada kerupuk dengan perbandingan (1:4)
dengan penambahan ekstrak wortel yaitu 16,45 %, 0,38 %, dan 951,92 ppm.
Sedangkan kadar protein , kadar serat dan kadar β – karoten terendah diperoleh pada
kerupuk dengan perbandingan (1:3) tanpa penambahan ekstrak wortel yaitu 11,69 %,
0,18 %, dan 899,19 ppm. Kerupuk yang paling enak, ahrum renyah dan paling
bannyak disukai yaitu kerupuk dengan perbandingan (1:4).
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
Kadar nutrien (karbohidrat, protein, lemak, air dan abu) dari bahan makanan
sangat penting untuk diketahui. Dimana seperti protein merupakan suatu zat makanan
yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini di samping berfungsi sebagai bahan
bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Kandungan
air sangat berpengaruh terhadap konsistensi bahan pangan, pada umumnya keawetan
bahan pangan mempunyai hubungan erat dengan kadar air yang dikandungnya.
(Winarno, F.G, 1980)
Berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan, Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI,
1996, adapun kandungan gizi dari tangkil, tapioka dan wortel dapat dilihat pada tabel 2
dalam tinjauan pustaka.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan daftar komposisi bahan makanan, Direktorat Gizi Departemen
Kesehatan tangkil memiliki nilai gizi yang cukup tinggi yang dibutuhkan oleh tubuh
Pemanfaatan tangkil pada umumnya digunakan sebagai bahan pelengkap sayur yang
sudah cukup popular di kalangan masyarakat. Namun pada kenyataannya, tidak semua
masyarakat menyukai tangkil tersebut. Untuk mengatasi permasalahan ini, maka
peneliti tertarik memanfaatkan tangkil dengan cara mengolahnya menjadi kerupuk
dengan memvariasikan perbandingan tepung tangkil dengan tepung tapioka dan
melakukan pemeriksaan pendahuluan pada tangkil serta menganalisa kadar
nutrient bahan pangan yang dihasilkan (protein, serat, dan β – karoten), sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai MPF (Multi Purpose Food).
4. Parameter yang dianalisa dibatasi pada penentuan kadar protein, kadar serat,
dan kadar β – karoten pada kerupuk terbaik pada perbandingan 1:3 dan 1:4
dengan penambahan wortel dan tanpa penambahan wortel.
5. Bagaimana uji organoleptis terhadap uji rasa, aroma, dan warna dari kerupuk
pada jenis kerupuk dengan perbandingan 1:3 dan 1:4.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Daun Melinjo
Melinjo Tangkil
(http://iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=270)
Secara garis besar, klasifikasi tanaman melinjo dalam dunia tumbuh – tumbuhan
adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Gymnospermae
Kelas : Gnetinae
Ordo : Gnetales
Famili : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Spesies : Gnetum gnemon (melinjo)
(Tim Penulis PS., 1999)
Tabel 2.2 Kandungan Unsur Gizi pada Ubi Kayu/Singkong dan Tepung
Tapioka/100 g Bahan
Singkong Singkong Tepung
No. Kandungan Unsur Gizi
Putih Kuning Tapioka
1 Kalori (kal) 146,00 157,00 362,00
2 Protein (g) 1,20 0,80 0,50
3 Lemak (g) 0,30 0,30 0,30
4 Karbohidrat (g) 34,70 37,90 86,90
5 Fosfor (mg) 33,00 33,00 0,00
6 Zat Besi (mg) 40,00 40,00 0,00
7 Vitamin A (SI) 0,70 0,70 0,00
8 Vitamin B (SI) 0,00 385,00 0,00
9 Vitamin C (SI) 0,06 0,06 0,00
10 Kalsium (mg) 30,00 30,00 0,00
11 Air (g) 62,50 60,00 12,00
12 Bagian yang dapat
75,00 75,00 0,00
dimakan (%)
Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI, 1981
2.4 Kerupuk
Kerupuk merupakan makanan ringan yang bersifat kering, ringan, yang terbuat dari
bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi. Kerupuk merupakan makanan
ringan yang sangat populer, mudah cara pembuatannya, beragam warna dan rasa,
disukai oleh semua lapisan usia dan suku bangsa di Indonesia ini. Namun selama ini
produk kerupuk hanya digunakan sebagai makanan kudapan yang bersifat sebagai
makanan sampingan/cemilan saja dan nyaris tanpa memperhatikan nilai maupun mutu
gizinya.
Kerupuk adalah bahan kering berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan
yang bahan utamanya adalah pati. Berbagai bahan berpati dapat diolah menjadi
kerupuk, diantaranya adalah ubi kayu, ubi jalar, beras, sagu, terigu, tapioka, dan talas.
(http://ptp2007.wordpress.com/2008/03/27/kerupuk-tinggi-kalsium-perbaikan-nilai-
tambah-limbah-cangkang-kerang-hijau-melalui-aplikasi-teknologi-tepat-guna/)
Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka
dicampur bahan perasa. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong
tipis – tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari, dan digoreng dengan minyak goreng
yang banyak. Kerupuk bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk
berbagai makanan Indonesia seperti nasi goreng dan gado – gado. Kerupuk biasanya
dijual dalam kemasan yang belum digoreng. (http://id.wikipedia.org/wiki/kerupuk)
2.5. Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini
di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam – asam amino yang
mengandung unsur – unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang, dan ada jenis protein
yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Protein sebagai pembentuk
energi akan menghasilkan 4 kalori tiap gram protein. (Agus Krisno Budiyanto, 2004)
Beberapa makanan sumber protein ialah daging, telur, susu, ikan, beras,
kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah – buahan. Di samping digunakan untuk
pembentukan sel – sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi
apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata – rata unsur
kimia yang terdapat dalam protein ialah sebagai berikut: Karbon 50%, Hidrogen 7%,
Oksigen 23%, Nitrogen 16%, Belerang 0–3% dan fosfor 0–3%. Dengan berpedoman
pada kadar nitrogen sebesar 16%, dapat dilakukan penentuan kandungan protein
dalam suatu bahan makanan. (Anna Poedjiadi, 2006)
Analisa kuantitatif protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
1. Tahap Destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur – unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi
CO, CO2, dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4.
Asam sulfat yang dipergunakan untuk destruksi diperhitungkan adanya bahan protein,
lemak dan karbohidrat. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan
katalisator berupa campuran Na2SO4 dan HgO (20:1). Selain katalisator yang telah
disebutkan tadi, kadang – kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat
mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga
mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.
Proses destruksi sudah selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna.
2. Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Ammonia yang dibebaskan
selanjutnya akan ditangkap oleh larutan asam standar. Asam standar yang dapat
dipakai adalah asam khlorida atau asam boraks 4% dalam jumlah yang berlebihan.
Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung
tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam
dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya bromcresol green + MR
Destilasi diakhiri bila sudah semua ammonia terdestilasi sempurna dengan ditandai
destilat tidak bereaksi basis.
3. Tahap Titrasi
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam khlorida
0,1 N dengan indikator (bromcresol green + MR). Akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Selisih jumlah titrasi sampel
dan blanko merupakan jumlah ekuivalen nitrogen.
ml HCl ( sampel blanko )
N . HCl 14,008 100 %
berat sampel ( g ) 1000
%N
Se
telah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu
faktor (f). Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase
N yang menyusun protein dalam suatu bahan.
Pr otein %N f
2.6. Karbohidrat
Karbohidrat adalah kelompok nutrien dalam susunan makanan, sebagai sumber
energi. Jenis – jenis karbohidrat menurut ukuran molekulnya yaitu monosakarida yang
umumnya terdapat dalam pangan mengandung enam atom karbon dan mempunyai
rumus umum C6H12O6, disakarida merupakan gula yang mempunyai rumus umum
C12H22O11, dan polisakarida merupakan polimer yang tersusun dari banyak
monosakarida yang berikatan satu sama lain, dengan melepaskan sebuah molekul air
untuk setiap ikatan yang terbentuk. Senyawa ini mempunyai rumus umum (C6H12O6)n,
dimana “n” adalah bilangan yang besar.
Serat merupakan bahan yang berasal dari dinding sel tanaman yang tidak dapat
dicerna oleh enzim pada usus kecil manusia. Serat seringkali diklasifikasikan
berdasarkan kelarutannya di dalam air. (Charles W. Van Way III, MD., 1999)
Prinsip. Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau pertanian setelah
diperlakukan dengan asam dan alkali mendidih, dan terdiri dari sellulosa dengan
sedikit lignin dan pentosan. (Apriyantono, A., 1989)
Di dalam analisa penentuan kadar serat kasar diperhitungkan banyaknya zat – zat
yang tak larut dalam asam encer ataupun basa encer dengan kondisi tertentu.
(Slamet Sudarmadji, 1989)
Menurut metode Waren Wet (1935), langkah – langkah analisa adalah:
1. defatting, yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sampel
menggunakan pelarut lemak,
2. degradasi, terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan
pelarutan dengan basa. Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam
keadaan tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin
dihilangkan dari pengaruh luar. ,
3. delignifikasi, dengan menggunakan NaOH 1,25%,
4. pengeringan dan pengabuan.
Kandungan karoten (pro – vitamin A) pada umbi wortel dapat mencegah penyakit
rabun senja (buta ayam). Wortel merupakan sayuran yang multi guna bagi pelayanan
kesehatan masyarakat luas. Bahkan di Indonesia, wortel dapat dianjurkan sebagai
bahan pangan potensial untuk mengentas masalah penyakit kurang vitamin A dan
kurang gizi (anemia). Wortel selain kaya akan vitamin A juga mengandung gizi yang
tinggi dan lengkap, seperti uraian pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kandungan Gizi dalam tiap 100 gram Umbi Wortel Segar
Banyaknya
No. Kandungan Unsur Gizi
1 2
1 Kalori (kal) 42,00 55,00
2 Protein (g) 1,20 1,30
3 Lemak (g) 0,30 0,40
4 Karbohidrat (g) 9,30 12,40
5 Fosfor (mg) 37,00 28,00
6 Zat Besi (mg) 0,80 1,70
7 Vitamin A (SI) 12.000,00 18.000,00
8 Vitamin B (SI) 0,06 0,04
9 Vitamin C (SI) 6,00 9,00
10 Serat - 0,90
11 Abu - 0,80
12 Natrium - 32,00
13 Vitamin B2 - 0,04
14 Niacin - 0,60
15 Kalsium (mg) 39,00 60,00
16 Air (g) 88,20 -
17 Bagian yang dapat
75,00 85,10
dimakan (%)
Keterangan: B.d.d. (Bagian dapat dicerna)
Sumber: (1) Direktorat Gizi Depkes RI, 1981
(2) Food and Nutrition Research Center Handbook No.1, Manila (1964)
2.8 β – Karotena
Karotenoid mula – mula ditemukan pada tahun 1831, pada wortel. Delapan puluh dua
tahun kemudian baru ditemukan vitamin A pada minyak ikan dan mentega, yaitu pada
tahun 1913. Dan baru sesudah seratus tahun setelah ditemukannya karoten diketahui
bahwa karoten ada hubungannya dengan vitamin A. Pada tahun itu juga yaitu tahun
1913 disepakati satuan vitamin A dinyatakan dengan Satuan Internasional (SI) yang
setara dengan 0,6 μg β – karoten. (Andarwulan, 1992)
Karoten yang paling penting untuk manusia adalah β – karoten, yaitu yang
paling umum dijumpai sebagai pigmen dan sebagai sumber vitamin A. β – karoten
dapat dikristalkan berbentuk prisma dan berwarna merah dengan titik lebur yang
tinggi yaitu 1840 C. β – karoten sangat sensitive terhadap oksidasi dan cahaya,
tetapi stabil terhadap panas dalam atmosfer inert (bebas O2). Dari hasil penelitian
ternyata kerusakan β – karoten yang umum terjadi dalam jaringan sel hidup
sangat kecil. Bahkan dalam beberapa produk seperti wortel, tomat, dan buah
persik, sintesis β – karoten akan terus berlangsung meskipun sesudah panen sehingga
β – karotennya meningkat. (Andarwulan, 1992)
BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
2. Katalis Selenium
Campurkan 2,5 g serbuk SeO2, 100 g K2SO4 dan 20 g CuSO4 . 5 H2O
2. HCl 0,1 N
Dipipet 2,07 ml HCl 37 % kemudian diencerkan dengan aquadest dalam
labu takar 250 ml sampai garis tanda lalu diaduk rata.
3. K2SO4 10 %
Ditimbang 10 g kristal K2SO4 dan dilarutkan dengan aquadest dalam labu
takar 100 ml sampai garis tanda lalu diaduk rata.
4. H2SO4 1,25 %
Dipipet 13,0 ml H2SO4 (p) kemudian diencerkan dalam labu takar 1000 ml
sampai garis tanda lalu diaduk rata.
5. NaOH 1,25 %
Ditimbang 12,5 g kristal NaOH dan dilarutkan dengan aquadest dalam labu
takar 1000 ml sampai garis tanda lalu diaduk rata.
6. H3BO3 4 %
Ditimbang dengan tepat 20 g H3BO3 dan dilarutkan dengan aquadest dalam
labu takar 500 ml sampai garis tanda lalu diaduk rata.
3.3.7. Penentuan Kadar β – Karoten Sampel (MPOB Test Method p2.6: 2004)
Bumbu Halus
Adonan Padat
Digulung memanjang
Dikukus dalam dandang selama ± 1 jam
Didiamkan selama 1 malam
Dipotong tipis – tipis
Dijemur di bawah sinar matahari
Hasil
Dianalisa
Larutan Sampel
Larutan Jernih
Hasil Destilat
Hasil
Residu Filtrat
Dicuci dengan aquadest panas sampai air cucian tidak bersifat asam lagi
Dicuci residu dengan 200 ml NaOH 1,25 %
Dididihkan selama 30 menit
Disaring
Residu Filtrat
Hasil
Hasil
Hasil
3.4.5. Penentuan Kadar β – Karoten Sampel (MPOB Test Method P2.6: 2004)
Hasil
75 ml larutan β – Karoten
Hasil
Hasil
Panelis
Hasil
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
(V
V = 0,90
V ) 2 (V2 V ) 2 (V3 V ) 2
S2
n 1
1
(0,95 0,90) (0,90 0,90)2 (0,85 0,90)2
2
3 1
S 5 10
2 3
S 0,0707
2(3) 1
2n
0,833 ht 0,98
2(3)
ht V1 19,6
0,98
0,05
10
0,07071,4142
1 1
S n 1
hhitung
Hasil analisa diperoleh htabel lebih besar daripada hhitung, yaitu 19,6 > 10, maka data
tersebut adalah signifikan.
Untuk data selanjutnya dapat dilihat pada tabel L3 pada Lampiran.
1. Jenis Sampel A
V1 = 0,21
V2 = 0,14
V3 = 0,19
V = 0,18
n 1
2
S
H arg a erf ht V1 2n 1
2(3) 1
2n
0,833 ht 0,98
2(3)
ht V1 32,67
0,98
0,03
19,57
0,03611,4142
1 1
S n 1
h
hitung
Hasil analisa diperoleh htabel lebih besar daripada hhitung, yaitu 32,67 > 19,57, maka
data tersebut adalah signifikan.
Untuk data selanjutnya dapat dilihat pada tabel L6 pada Lampiran.
Persamaan garis regresi dengan menggunakan data di atas dapat diturunkan dari
persamaan umum garis regresi sebagai berikut:
Y = aX + b
X
X
10 ,5
2 ,1
n 5
Y
Y
2 ,1590
0 , 4318
n 5
( X - X )Y - Y
( X - X )
a
i i
2
i
1,6992
8,2
a 0,2072
( X
Untuk mencari Koefisien Korelasi yaitu:
( X - X ) Y
r
i - X ) Yi - Y
1
2 2 2
i i -Y
8,20,352712
1,6992
0,9991
1. Jenis Sampel A
A1 = 0,7424
A2 = 0,7415
A3 = 0,7412
A = 0,7417
S
(V V ) 2 (V2 V ) 2 (V3 V ) 2
n 1
2 1
(0,7424 0,7417)2 (0,7415 0,7417)2 (0,7412 0,7417)2
3 1
S 3,9 10
2 7
S 6,245 10 4
2(3) 1
2n
0,833 ht 0,98
ht V1
2(3)
1400
0,98
0,0007
1132,29
6,245 10 4 1,4142
1 1
S n 1
hhitung
Hasil analisa diperoleh htabel lebih besar daripada hhitung, yaitu 1400 > 1132,29, maka
data tersebut adalah signifikan.
Untuk data selanjutnya dapat dilihat pada tabel L11 pada Lampiran.
S
(V V ) 2 (V2 V ) 2 (V3 V ) 2
n 1
2 1
(3,1333 3,0556)2 (3,0667 3,0556)2 (2,9667 3,0556)2
3 1
S 7,0321855 10
2 3
S 0,0839
2(3) 1
2n
0,833 ht 0,98
2(3)
V1 ht 12,61
0,98
0,0777
8,43
0,0839 1,4142
1 1
S n 1
hhitung
Hasil analisa diperoleh htabel lebih besar daripada hhitung, yaitu 12,61 > 8,43, maka
data tersebut adalah signifikan.
Untuk data selanjutnya dapat dilihat pada tabel L15 pada Lampiran.
4.1.4.2. Analisa Data Statistik pada Penilaian Uji Organoleptik terhadap Aroma
Analisa Data dengan Metode CCT (Chauvenet Criterion Test)
1. Jenis Sampel A
V1 = 3,2667
V2 = 3,2
V3 = 3,2
V = 3,2222
S
(V V ) 2 (V2 V ) 2 (V3 V ) 2
n 1
2 1
(3,2667 3,2222)2 (3,2 3,2222)2 (3,2 3,2222)2
3 1
S 2,9658 10
2 3
S 0,038
2(3) 1
2n
0,833 ht 0,98
ht V1
2(3)
22,02
0,98
0,0445
18,36
0,038 1,4142
1 1
S n 1
hhitung
Hasil analisa diperoleh htabel lebih besar daripada hhitung, yaitu 22,02 > 18,36, maka
data tersebut adalah signifikan.
Untuk data selanjutnya dapat dilihat pada tabel L18 pada Lampiran.
4.1.4.3. Analisa Data Statistik pada Penilaian Uji Organoleptik terhadap Warna
Analisa Data dengan Metode CCT (Chauvenet Criterion Test)
1. Jenis Sampel A
V1 = 3,2667
V2 = 3,2333
V3 = 3,2
V = 3,2333
S
(V V ) 2 (V2 V ) 2 (V3 V ) 2
n 1
2 1
(3,2667 3,2333)2 (3,2 3,2333)2 (3,2 3,2333)2
3 1
S 0,0173
2
S 0,1314
2(3) 1
2n
0,833 ht 0,98
ht V1
2(3)
29,34
0,98
0,0334
5,38
0,1314 1,4142
1 1
S n 1
hhitung
Hasil analisa diperoleh htabel lebih besar daripada hhitung, yaitu 29,34 > 5,38, maka
data tersebut adalah signifikan.
Untuk data selanjutnya dapat dilihat pada tabel L21 pada Lampiran.
4.2. Pembahasan
a. Kadar Protein
Penentuan kadar protein berdasarkan jumlah N terjadi dalam tiga tahapan,
berdasarkan reaksi berikut:
1. Tahap Destruksi
(C,H,O,N)n + H2SO4(p) Se (NH4)2 SO4 + SO2 CO2 (g) + H2O
2. Tahap Destilasi
(NH4)2 SO4 + 2 NaOH dipanaskan Na2SO4 + 2 NH4OH
Berdasarkan reaksi di atas, banyaknya asam borat yang bereaksi dengan amonia dapat
diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida sehingga diperoleh %N,
selanjutnya dihitung kadar protein dengan mengalikan suatu faktor.
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi sebesar 5,48 %
untuk perbandingan 1:4 pada penambahan wortel, sedangkan kadar protein terendah
diperoleh 3,9 % untuk perbandingan 1:3 tanpa penambahan wortel. Hal ini disebabkan
semakin banyak tepung tapioka yang ditambahkan maka kadar protein akan semakin
tinggi, dan dengan adanya penambahan ekstrak wortel maka akan semakin
meningkatkan kadar protein. Dari hasil penelitian kadar protein dari tangkil
adalah 5,05 %.
b. Kadar Serat
Di dalam analisa penentuan kadar serat kasar dihitung berdasarkan banyaknya
zat – zat yang tak larut dalam asam encer ataupun basa encer dengan kondisi
tertentu. Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa kadar serat tertinggi sebesar 0,38 %
untuk perbandingan 1:4 pada penambahan wortel, sedangkan kadar protein terendah
sebesar 0,18 % untuk perbandingan 1:3 tanpa penambahan wortel. Hal ini disebabkan
semakin banyak tepung tapioka yang ditambahkan maka kadar serat akan semakin
tinggi, dan dengan adanya penambahan ekstrak wortel maka akan semakin
meningkatkan kadar serat. Dari hasil penelitian kadar serat dari tangkil adalah 0,35
%.
c. Kadar β – Karoten
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa kadar serat tertinggi diperoleh sebesar 951,92 %
pada kerupuk dengan perbandingan 1:4 pada penambahan wortel, sedangkan kadar
protein terendah diperoleh sebesar 899,13 % pada kerupuk dengan perbandingan
kerupuk tanpa penambahan wortel. Hal ini disebabkan adanya penambahan ekstrak
wortel yang meningkatkan kadar β – karoten. Dari hasil penelitian kadar β – karoten
dari tangkil adalah 898,17 %.
d. Uji Organoleptik
Dari Tabel 7, 9, dan 11 pada Lampiran bahwa untuk uji organoleptik ini para Panelis
lebih banyak yang menyukai jenis kerupuk perbandingan 1:4 dengan penambahan
ekstrak wortel. Hal ini disebabkan rasa kerupuk yang lebih gurih, aromanya lebih
harum dan warna yang lebih menarik dibandingkan jenis kerupuk yang lain.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kadar protein yang tertinggi diperoleh sebesar 5,48 % yaitu pada kerupuk
dengan perbandingan 1:4 dengan penambahan pewarna alami wortel dan
terendah yaitu 3,9 % pada kerupuk dengan perbandingan 1:3 tanpa
penambahan pewarna alami wortel.
2. Kadar serat yang tertinggi diperoleh sebesar 0,38 % yaitu pada kerupuk
dengan perbandingan 1:4 dengan penambahan pewarna alami wortel dan
terendah yaitu 0,18 % pada kerupuk dengan perbandingan 1:3 tanpa
penambahan pewarna alami wortel.
3. Kadar β – karoten yang tertinggi diperoleh sebesar 2334 ppm yaitu pada
pada kerupuk dengan perbandingan 1:4 dengan penambahan pewarna alami
wortel dan terendah yaitu 750 ppm pada kerupuk dengan perbandingan 1:3
tanpa penambahan pewarna alami wortel.
4. Kerupuk yang paling enak, gurih, dan harum serta yang paling banyak
disukai yaitu kerupuk dengan perbandingan 1:4 dengan penambahan wortel.
5.2. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan MPF dari bahan
pangan yang lain sehingga dapat menghasilkan bahan pangan yang mempunyai
nilai/mutu gizi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Charles W. Van Way III, MD. 1999. Nutrition Secrets. New York: Book Promotion &
Service Co. LTD.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan.
Cetakan Ketujuh. Jakarta: Penerbit Bhratara.
Gaman, P.M. 1992. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi.
Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hatta, S. 1991. Budidaya Melinjo dan Usaha Produksi Emping. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Hatta, S. 1992. Budidaya Melinjo dan Usaha Produksi Emping. Cetakan Kedua.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
http://ptp2007.wordpress.com/2008/03/27/kerupuk-tinggi-kalsium-perbaikan-nilai-
tambah-limbah-cangkang-kerang-hijau-melalui-aplikasi-teknologi-tepat-guna/.
Diakses Tanggal 25 Maret 2009.
Kuntom, A. 2005. MPOB test methods: a compendium of test on palm oil products,
palm kernel products, fatty acids, food related products. Perpustakaan Negara
Malaysia, Cataloging-in-Publication Data. Malaysia: Malaysian Palm Oil
Board.
Sudarmadji, S. 1989. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi
Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Tim Penulis, PS. 1999. Melinjo Budidaya dan Pengolahan. Cetakan Kesembilan.
Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Cetakan Kedelapan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Kadar Nutrien
No. Jenis Kerupuk
Protein (%) Serat (%) Beta Karoten (ppm)
Keterangan: jika Fhitung > Ftabel maka data adalah signifikan, dan sebaliknya
jika Fhitung < Ftabel maka data tidak signifikan.
A 2,5 2,5 2,5 0,3760 0,3754 0,3745 0,0052 0,0034 0,0046 0,21 0,14 0,19 0,54 0,18
B 2,5 2,5 2,5 0,3780 0,3775 0,3745 0,0073 0,0060 0,0054 0,29 0,24 0,22 0,75 0,25
C 2,5 2,5 2,5 0,3888 0,3850 0,3872 0,0085 0,0075 0,0070 0,34 0,30 0,28 0,92 0,31
D 2,5 2,5 2,5 0,4108 0,4202 0,4005 0,0097 0,0102 0,0087 0,30 0,40 0,35 1,14 0,38
Keterangan: jika Fhitung > Ftabel maka data adalah signifikan, dan sebaliknya
jika Fhitung < Ftabel maka data tidak signifikan.
A 2,5 2,5 2,5 0,3868 0,3798 0,3856 0,0087 0,0086 0,0087 0,35 0,34 0,35 1,04 0,35
Tabel L8. Data Absorbansi Larutan Standar β – Karoten pada berbagai Panjang
Gelombang Maksimum
Keterangan: jika Fhitung > Ftabel maka data adalah signifikan, dan sebaliknya jika
Fhitung < Ftabel maka data tidak signifikan.
Tepung
0,7420 0,7418 0,7415 899,25 899,01 898,65 2696,91 898,97
Tangkil
Keterangan: jika Fhitung > Ftabel maka data adalah signifikan, dan sebaliknya jika
Fhitung < Ftabel maka data tidak signifikan.
Keterangan: jika Fhitung > Ftabel maka data adalah signifikan, dan sebaliknya jika
Fhitung < Ftabel maka data tidak signifikan.
Keterangan: jika Fhitung > Ftabel maka data adalah signifikan, dan sebaliknya jika
Fhitung < Ftabel maka data tidak signifikan.
0,65
0,64
0,63
Absorbansi
0,62
Series1
0,61
0,6
0,59
0,58
439
440
441
442
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
Panjang Gelombang (nm)
0,900
0,800
0,700
0,600
Absorbansi
0,500
Series1
Linear (Series1)
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0 1 2 3 4 5
Konsentrasi (m g/L)