A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
juga mengenai organ tubuh lainnya (Menkes RI, 2009).Tuberculosis merupakan infeksi
yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai
organ tubuh mulai dari paru dan organ luar di luar paru seperti
(DOTS) telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995 (Kementerian Kesehatan
Indonesia adalah adanya resistensi obat, terutama TB yang resistan terhadap beberapa
obat. Tingkat resistensi TB saat ini rendah (Sukartini, Purwanti, & Mariyanti, 2020).
Kuman masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup kedalam paru,
kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah,
tubuh lainnya (Notoatmodjo, 2010). Gejala utamanya adalah betuk berdahak dan / atau
terus menerus selama 3 minggu atau lebih, maka orang tersebut dapat ditetapkan sebagai
tersangka. Gejala lainnya adalah gejala tambahan, dan dahak penderita harus diperiksa
meneyebabkan kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap tahun dan peringkat
kedua sebagai penyebab utama kematian dari penyakit menular seluruh dunia. Kelima
Negara dengan jumlah terbesar dari insiden kasus tahun 2011 adalah india (2,0 juta – 2,5
500.000) dan Pakistan (300.000-500.000) (WHO,2012 dalam (Yuda & Utoyo, 2018).
(WHO) memperediksi Prevalensi TB paru di dunia sekitar 14 juta kasus, kemudian 9,4
juta kasus baru TB paru. Pada tahun 2009 terdapat 1,7 juta orang meninggal yang
penurunan menjadi 137 kasus kejadian per 100.000 jumlah penduduk pada tahun 2009,
Kemudian setelah kasus kejadian ini memuncak pada tahun 2014 sekitar 142 kasus
kejadian per 100.000 jumlah penduduk. Namun begitu, penurunan angka kasus kejadian
ini dianggap masih dalam kategori terlalu lambat (Sirait et al., 2018).
penyakit menular dan menempati urutan ketiga dalam kategori sepuluh penyakit
burden countris (HBCs) di wilayah South-East Asian Region (SEARO, yang mampu
mencapai target global TB untuk deteksi kasus (70%) dan keberhasilan pengobatan (85%)
pada tahun 2006. Namun beban TB di Indonesia masih sangat tinggi mengingat setiap
tahun masih ada 2 per 1000 penduduk Indonesia sebagai kasus baru.Setiap tahun terdapat
178 orang perhari meningggal karena TB (Kemenkes, 2013 dalam (Sirait et al., 2018).
Pada tahun 2019 tercatat CDR Indonesia sebesar 64,5% dengan temuan kasus
sebesar 543.874 kasus dengan laporan temuan kasus tertinggi di provinsi Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Jawa Tengah dengan total temuan kasus di 3 provinsi tersebut hampir
mencapai setengah dari jumlah seluruh kasus tuberculosis di Indonesia (45%), sementara
itu angka notifikasi (CNR) Indonesia pada tahun 2019 adalah sebesar 203/ 100.000
penduduk dengan prevalensi tertinggi di provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 393/100.000
penduduk dan terendah di provinsi Bali yaitu sebesar 97/100.000 penduduk (Kemenkes
RI, 2020).
2019 adalah sebesar 86,6% dan angka ini menunjukkan telah menunjukkan peningkatan
dari tahun 2018 dengan capaian sebesar 84,6% dan telah mencapai target secara global
yaitu sebesar 97,3% dan terendah di provinsi Papua Barat yaitu sebesar 41,5%
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan temuan kasus TB
Paru yang cukup tinggi, dimana pada tahun 2019 tercatat sebanyak 4.980 kasus positif TB
Paru dengan temuan tertinggi di Kota Padang yaitu sebesar 1.116 kasus dan terendah di
Kabupaten Sawah Lunto yaitu sebesar 47 kasus. Sedangkan untuk angka deteksi kasus
TB Paru masih sangat rendah yaitu hanya 22% dari 65% target yang ditetapkan (Dinas
namun pada beberapa keadaan dapat lebih lama (Rachmawati, 2007). Dalam
surveillance dan pencatatan pelaporan yang baik merupakan suatu keharusan. Tidak
menutup kemungkinan peran pengawa minum obat serta masyarakat lainnya dapat
berperan aktif melalui kunjungan rumah bersama petugas kesehatan, tokoh masyarakat
obat secara teratur sampai sembuh. (Nova,2007 dalam (Amira DA, 2018).
B. TUJUAN UMUM
TB bagi keluarga.
C. TUJUAN KHUSUS
1. Bagi Pasien TB
Modul ini bertujuan untuk menjadi reverensi tambahan bagi pihak institusi dalam
D. MANFAAT
1.