Anda di halaman 1dari 5

BAB I

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

mycrobacterium tuberculosis.Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat

juga mengenai organ tubuh lainnya (Menkes RI, 2009).Tuberculosis merupakan infeksi

yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai

organ tubuh mulai dari paru dan organ luar di luar paru seperti

kulit,tulang,persendian,selaput otak,usus serta ginjal yang sering disebut dngan

ekstrapulmonal TBC (Yuda & Utoyo, 2018).

Tuberkulosis paru merupakan salah satu masalah kesehatan dunia, meskipun

upaya penanggulangan dengan strategi Directly Observed Treatment, Short-course

(DOTS) telah dilaksanakan di banyak negara sejak tahun 1995 (Kementerian Kesehatan

(Kemenkes-Depkes, 2014). Salah satu tantangan utama pengendalian tuberkulosis paru di

Indonesia adalah adanya resistensi obat, terutama TB yang resistan terhadap beberapa

obat. Tingkat resistensi TB saat ini rendah (Sukartini, Purwanti, & Mariyanti, 2020).

Kuman masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup kedalam paru,

kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah,

sistem saluran limfa, saluran pernafasan atau penyebaran langsung ke bagian-bagian

tubuh lainnya (Notoatmodjo, 2010). Gejala utamanya adalah betuk berdahak dan / atau

terus menerus selama 3 minggu atau lebih, maka orang tersebut dapat ditetapkan sebagai

tersangka. Gejala lainnya adalah gejala tambahan, dan dahak penderita harus diperiksa

dengan pemeriksaan mikrokospis(Yuda & Utoyo, 2018).

Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global utama.Hal ini

meneyebabkan kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap tahun dan peringkat

kedua sebagai penyebab utama kematian dari penyakit menular seluruh dunia. Kelima
Negara dengan jumlah terbesar dari insiden kasus tahun 2011 adalah india (2,0 juta – 2,5

juta). Cina (900.000-1,100.000),Afrika selatan (0,4 juta-0,6 juta),Indonesia (400.000-

500.000) dan Pakistan (300.000-500.000) (WHO,2012 dalam (Yuda & Utoyo, 2018).

Berdasarkan Global Tuberculosis Control (GTC), Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) memperediksi Prevalensi TB paru di dunia sekitar 14 juta kasus, kemudian 9,4

juta kasus baru TB paru. Pada tahun 2009 terdapat 1,7 juta orang meninggal yang

diakibatkan oleh TB paru. Kasus Kejadian TB tingkat global diprediksikan mengalami

penurunan menjadi 137 kasus kejadian per 100.000 jumlah penduduk pada tahun 2009,

Kemudian setelah kasus kejadian ini memuncak pada tahun 2014 sekitar 142 kasus

kejadian per 100.000 jumlah penduduk. Namun begitu, penurunan angka kasus kejadian

ini dianggap masih dalam kategori terlalu lambat (Sirait et al., 2018).

Di Indonesia penyakit TB termasuk penyakit pembunuh nomor satu diantara

penyakit menular dan menempati urutan ketiga dalam kategori sepuluh penyakit

pembunuh tertinggi di Indonesia. Indonesia merupakan negara pertama diantara high

burden countris (HBCs) di wilayah South-East Asian Region (SEARO, yang mampu

mencapai target global TB untuk deteksi kasus (70%) dan keberhasilan pengobatan (85%)

pada tahun 2006. Namun beban TB di Indonesia masih sangat tinggi mengingat setiap

tahun masih ada 2 per 1000 penduduk Indonesia sebagai kasus baru.Setiap tahun terdapat

178 orang perhari meningggal karena TB (Kemenkes, 2013 dalam (Sirait et al., 2018).

Pada tahun 2019 tercatat CDR Indonesia sebesar 64,5% dengan temuan kasus

sebesar 543.874 kasus dengan laporan temuan kasus tertinggi di provinsi Jawa Barat,

Jawa Timur, dan Jawa Tengah dengan total temuan kasus di 3 provinsi tersebut hampir

mencapai setengah dari jumlah seluruh kasus tuberculosis di Indonesia (45%), sementara

itu angka notifikasi (CNR) Indonesia pada tahun 2019 adalah sebesar 203/ 100.000
penduduk dengan prevalensi tertinggi di provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 393/100.000

penduduk dan terendah di provinsi Bali yaitu sebesar 97/100.000 penduduk (Kemenkes

RI, 2020).

Capaian angka keberhasilan pengobatan tuberculosis paru di Indonesia pada tahun

2019 adalah sebesar 86,6% dan angka ini menunjukkan telah menunjukkan peningkatan

dari tahun 2018 dengan capaian sebesar 84,6% dan telah mencapai target secara global

dimana WHO menetapkan target keberhasilan pengobatan tuberculosis sebesar 85%.

Capaian keberhasilan pengobatan tuberculosis tertinggi terdapat di provinsi lampung

yaitu sebesar 97,3% dan terendah di provinsi Papua Barat yaitu sebesar 41,5%

(Kemenkes RI, 2020).

Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan temuan kasus TB

Paru yang cukup tinggi, dimana pada tahun 2019 tercatat sebanyak 4.980 kasus positif TB

Paru dengan temuan tertinggi di Kota Padang yaitu sebesar 1.116 kasus dan terendah di

Kabupaten Sawah Lunto yaitu sebesar 47 kasus. Sedangkan untuk angka deteksi kasus

TB Paru masih sangat rendah yaitu hanya 22% dari 65% target yang ditetapkan (Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2019).

Umumnya pasien minum obat selama 6 bulan untuk memastikan kesembuhannya,

namun pada beberapa keadaan dapat lebih lama (Rachmawati, 2007). Dalam

menyukseskan upaya pemberantasan TBC, maka peran petugas kesehatan dalam

surveillance dan pencatatan pelaporan yang baik merupakan suatu keharusan. Tidak

menutup kemungkinan peran pengawa minum obat serta masyarakat lainnya dapat

berperan aktif melalui kunjungan rumah bersama petugas kesehatan, tokoh masyarakat

untuk melakukan pendidikan di masyarakat melalui penyuluhan, konseling atau

pemantauan secara terpadu, terintegrasi dengan upaya-upaya lain termasuk peningkatan


ekonomi keluarga. Pasien TBC perlu mendapatkan pengawasan langsung agar minum

obat secara teratur sampai sembuh. (Nova,2007 dalam (Amira DA, 2018).

B. TUJUAN UMUM

Untuk mengetahui informasi, pencegahan, penyembuhan dan pemutusan rantai penularan

TB bagi keluarga.

C. TUJUAN KHUSUS

1. Bagi Pasien TB

Modul ini bertujuan untuk memberikan informasi, memutuskan rantai penularan,

mencegah kekambuhan, dan pencegahan perilaku beresiko TB bagi keluarga

2. Bagi Institusi Pendidikan

Modul ini bertujuan untuk menjadi reverensi tambahan bagi pihak institusi dalam

memberikan nasehat atau pendidikan kesehatan khususnya terkait tentang pencegahan

perilaku beresiko TB bagi keluarga

D. MANFAAT

1.

Anda mungkin juga menyukai