PENGANTAR
Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman yang berkaitan dengan
adanya kerusakan jaringan. Rasa nyeri itu sendiri merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai
isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan seperti peradangan, infeksi ataupun kejang otot.
Nyeri dapat timbul akibat dari rangsangan mekanis, kimiawi ataupun fisik (kalor, listrik) sehingga
menyebabkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu
yang disebut sebagai mediator nyeri antara lain histamin, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin.
Selanjutnya mediator nyeri ini akan merangsang reseptor nyeri (nociceptor) dan rangsangan ini akan
diteruskan hingga ke pusat nyeri di otak besar dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.
Pendahuluan…
Analgetika merupakan senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang
persepsi rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja pada tingkat molekul analgetika dibagi menjadi dua golongan yaitu
analgetika narkotik dan analgetika non narkotik.
A. ANALGETIKA NARKOTIK
1. Turunan Morfin
Morfin didapat dari opium, yaitu getah kering tanaman
Papaver somniferum. Opium mengandung tidak kurang dari 25
alkaloida, antara lain adalah morfin, kodein, noskapin,
papaverin, tebain dan narsein. Selain efek analgesik, turunan
morfin juga menimbulkan euforia sehingga banyak
disalahgunakan. Oleh karena itu distribusi turunan morfin
dikontrol secara ketat oleh pemerintah. Karena turunan morfin
menimbulkan efek kecanduan, yang terjadi secara cepat, maka
dicari turunan atau analognya, yang masih mempunyai efek
analgesik tetapi efek kecanduannya lebih rendah.
Hubungan struktur-aktivitas turunan morfin berdasarkan gugus
yang dimilikinya dijelaskan sebagai berikut:
2. Turunan Meperidin
Contoh:
a. Metadon, mempunyai aktivitas analgesik 2 kali morfin dan 10 kali
meperidin. Levanon adalah isomer levo metadon, tidak menimbulkan
euforia seperti morfin dan dianjurkan sebagai obat pengganti morfin untuk
pengobatan kecanduan.
C. ANALGETIKA NON NARKOTIK
Analgetika non narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang
ringan sampai moderat sehingga sering disebut analgetika ringan, juga
menurunkan suhu badan pada keadaan panas badan yang tinggi dan
sebagai antiradang untuk pengobatan rematik. Analgetika non narkotik
bekerja pada perifer dan sentral sistem saraf pusat. Berdasarkan struktur
kimianya analgetika non narkotik dibagi menjadi dua kelompok yaitu
analgetik-antipiretik dan obat antiradang bukan steroid (Non Steroid
antiinflamatory Drugs = NSAID) (Siswandono dan Soekardjo, 2008).
PENGGOLONGAN ANALGETIKA NON NARKOTIK
1. Analgetik-Antipiretika
Obat golongan ini digunakan untuk pengobatan simptomatik, yaitu hanya meringankan gejala
penyakit tidak menyembuhkan atau menghilangkan penyebab penyakit Berdasarkan struktur
kimianya obat analgetik-antipiretika dibagi menjadi dua kelompok yaitu turunan anilin adan
para-aminifenol, dan turunan 5-pirazolon.
2. Turunan Anilin dan para-Aminofenol
Turunan anilin dan p-aminofenol, seperti asetaminofen, asetanilid, dan fanasetin, mempunyai
aktivitas analgesik-antipiretik sebanding dengan aspirin, tapi tidak memiliki efek anti inflamasi
dan antirematik. Turunan ini digunakan untuk mengurangi rasa nyeri kepala dan nyeri pada
otot atau sendi, dan obat penurun panas yang cukup baik. Efek samping yang ditimbulkan
antara lain adalah methemoglobin dan hepatotoksik.
Lanjutan….
Struktur umum molekul anilin dan p-aminofenol ditampilkan pada
Gambar 3.12.
Fresh
ORGANIC food