Kelas: Reg 2 19 D
Disusun Oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) atau yang lebih dikenal
dengan kacang bendi merupakan tanaman sayuran yang penting secara ekonomi karena
buah okra memiliki harga jual yang tinggi. Tanaman okra dapat tumbuh baik di daerah
tropis maupun sub-tropis. Tanaman Okra juga dikenal sebagai lady’s finger dari famili
Malvaceae karena bentuknya yang silindris berujung runcing seperti jari wanita
bangsawan (Naveed et al., 2009). Menurut Shahid et al., (2013) okra berasal dari Afrika
Tropis dan telah tersebar secara luas di Eropa Selatan, Asia, dan Amerika.
Bagian tanaman okra yang paling banyak digunakan adalah buahnya. Buah okra
dikenal juga dengan sebutan lady’s finger dan merupakan tanaman sayuran yang
penting di Nigeria. Okra terdistribusi sangat luas mulai dari Afrika, AsiaEropa Selatan
dan Amerika (Sabitha, 2012). Buah okra biasa digunakan sehari-hari sebagai sayuran
dan dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan. Selain diolah menjadi masakan, saat
ini dapat dijumpai minuman dari buah okra yang diolah dengan cara dibuat infus water.
Buah okra muda mengandung sekitar 86,1% air, 9,7% karbohidrat, 1,0% serat,
2,2% protein, 0,8% abu dan 0,2% lemak (Saifullah dan Rabbani, 2009). Komposisi
kandungan buah okra antara lain 435 IU vitamin A, thiamin, pyridoxin, vitamin C,
riboflavin, calcium, flavanoid dan lutein.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembuatan ekstrak cair dan kental pada buah okra ?
2. Dengan metode apa pengekstraksian buah okra dilakukan ?
C. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui pembuatan ekstrak cair dan kental buah okra dengan metode
maserasi
D. Manfaat Praktikum
Diharapkan dari hasil penelitian ini, dapat diperoleh informasi tentang cara
pembuatan ekstraksi kental dan cair buah okra dengan metode maserasi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
pada setiap 100 gobuah muda okra mengandung 33okalori, 7 gokarbohidrat, 3,2 g
serat dan 0,08 g kalsium. Lendir okra merupakan hidrokoloid polisakarida rantai
panjang dengan berat molekul tinggi dan protein penyusun yang mengandung
kedua zat hidrofilik dan hidrofobik (Lim, dkk., 2012).
Okra diperbanyak secara generatif yaitu melalui perkecambahan benih. Okra
tidak memerlukan syarat khusus untuk pertumbuhannya. Faktor iklim perlu
diperhatikan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Okra dapat tumbuh baik
pada ketinggian 1-800 m dpl dengan rata-rata curah hujan 1700-3000 mm/tahun
dan temperatur udara di atas 200C (Rachman dan Sudarto, 1991). Okra yang
dibudidayakan pada ketinggian di bawah 600 m dpl akan berumur lebih pendek
yaitu sekitar 3 bulan, sedangkan pada ketinggian di atas 600 m dpl akan berumur
lebih dari 4 bulan (Idawati, 2012).
2. Tempat Tumbuh Buah Okra
Okra dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi pada hampir
semua jenis tanah dengan pH tanah minimal 4.5. Okra dapat tumbuh dengan baik
pada tanah berpasir dengan pengairan yang baik, dan pH antara 6.5-7.5.
Benih okra biasanya ditanam langsung, namun jika jumlah benih terbatas,
lebih baik disemai terlebih dahulu. Metoda pindah tanam lebih menguntungkan
mengingat benih okra memerlukan perlakuan khusus sebelum tanam, yaitu
perendaman benih dengan menggunakan air hangat selama 4-6 jam. Benih disebar
merata dan ditutup tanah tipis-tipis. Setelah berumur 21 hari siap dipindah ke
lahan tanam. Jarak tanam yang dianjurkan 90-125 cm x 28-62 cm.
4
B. Ekstrak dan Ekstraksi
a. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari simplisia
menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak
kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Depkes RI, 2008, disitasi oleh
Anggraini, 2017). Berdasarkan literatur lain, ekstrak adalah sediaan kental yang
diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang terisi diperlakukan sehingga memenuhi
baku yang telah ditetapkan (Istiqomah, 2013).
b. Ekstraksi
Ekstaksi adalah proses pemisahan substansi dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai (Kristanti et al., 2008, disitasi oleh Fajeriyati,
2017). Menurut Departemen Kesehatan RI (2006), ekstraksi yaitu kegiatan
penarikan kandungan kimia yang dapat larut dari suatu serbuk simplisia, sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut.
c. Macam-macam Ekstraksi
Berdasarkan wujud bahan ekstraksi dibedakan menjadi 2 cara sebagai berikut :
1. Ekstraksi padat cair, gunanya untuk melarutkan zat yang dapat larut dari
campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.
2. Ekstraksi cair-cair, gunanya untuk memisahkan 2 zat cair yang saling
bercampuran dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat
(Fajeriyati, 2017).
d. Macam-macam Ekstrak
5
3. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan
mudah dituang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari
5%.
4. Ekstrak cair adalah ekstrak yang dibuat sedemikiannya sehingga 1 bagian
simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair (Istiqomah, 2013).
D. Maserasi
1. Pengertian maserasi
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan
dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan
pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan. Faktor faktor yang
mempengaruhi ekstraksi antara lain waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan
bahan dengan pelarut, dan ukuran partikel
2. Modifikasi maserasi
a. Digesti
6
Yaitu maserasi yang menggunakan pemanasan yang lemah pada suhu
sekitar 40 sampai 50 derajat celcius, tetapi cara ini hanya untuk menyari
zat-zat yang tahan terhadap pemanasan dengan modifikasi ini kita akan
memperolej beberapa keuntungan, diantaranya :
- Kekentalan pelarut berkurang, sehingga mengakibatkan tebal lapisan
batas juga berkurang
- Daya melarutkan cairan penyari juga meningkat karena adanya
pemanasan yang mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan
- Kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikan
c. Remaserasi
Yaitu maserasi dengan cara cairan penyari dibagi menjadi dua, seluruh
serbuk dimaserasi dulu dengan cairan penyari yang pertama, sesudah
dienap, dituangkan dan di pera. Kemudian ampas dimaserasi lagi dengan
cairan penyari yang kedua
d. Maserasi melingkar
Maserasi yang diperbaiki dengan cara mengusahakan agar cairan penyari
selalu bergerak dan menyebar, sehingga cairan penyari akan selalu
mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan
melarutkan zat aktifnya
7
E. Cairan Penyari
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan
penyari yang baik harus memenuhi kriteria, yaitu murah dan mudah diperoleh, stabil
secara fisika kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar,
selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki,serta tidak
mempengaruhi zat berkhasiat.
F. Pembuatan Simplisia
1. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar
(Gunawan, 2010). Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang
telah rusak serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah yang mengandung
bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh karena itu
pembersihan simplisia dan tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba
awal (Melinda, 2014).
2. Pencucian
3. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai berikut:
a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang
dan bakteri.
8
b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan
zat aktif.
Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila
kadar airnya dapat mencapai kurang dan 10%. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dari proses pengeringan adalah suhu pengeringan, lembaban udara, waktu
pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu yang terbaik pada pengeringan
adalah tidak melebihi 60o, tetapi bahan aktif yang tidak tahan pemanasan atau
mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya
30osampai 45o. Terdapat dua cara pengeringan yaitu pengeringan alamiah
(dengan sinar matahari langsung atau dengan diangin-anginkan) dan pengeringan
buatan dengan menggunakan instrumen (Melinda, 2014).
4. Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan.
Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong atau bahan yang
rusak (Gunawan, 2010). Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan atau pengotoran-pengotoran lainnya
yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Melinda, 2014).
5. Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu
ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
simplisia satu dengan lainnya (Gunawan, 2010). Untuk persyaratan wadah yang
akan digunakan sebagai pembungkus simplisia adalah harus inert, artinya tidak
bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun, mampu melindungi bahan simplisia
dari cemaran mikroba, kotoran, serangga, penguapan bahan aktif serta dari
pengaruh cahaya, oksigen dan uap air (Melinda, 2014).
G. Pembuatan Ekstrak
9
Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar beberapa hal yaitu makin
halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif-efisien, namun makin halus
serbuk, maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi. Daselama
penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi dengan benda
keras (logam, dll) maka akan timbul panas yang dapat berpengaruh pada senyawa
kandungan. Namun hal ini dapat dikompensasi dengan penggunaan nitrogen cair.
10
Standardisasi adalah proses penetapan sifat berdasarkan parameter-parameter
tertentu untuk mencapai derajat kualitas yang sama. Ekstrak distandardisasi dengan
beberapa dua parameter yaitu parameter spesifik dan parameter non spesifik (Handa
et al., 2008). Parameter spesifik meliputi identitas, organoleptic, senyawa kimia larut
air dan etanol, kandungan kimia. Sedangkan parameter non spesifik meliputi susut
pengeringan, kadar air, kadar abu, cemaran logam dan bobot jenis.
1. Maserasi
Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengadukan pada suhu ruangan. Prosedurnya dilakukan dengan
merendam simplisia dalam pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup. Pengadukan
dilakukan dapat meningkatkan kecepatan ekstraksi. Kelemahan dari maserasi
adalah prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Ekstraksi secara
menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume pelarut yang dapat
berpotensi hilangnya metabolit. Beberapa senyawa juga tidak terekstraksi secara
efisien jika kurang terlarut pada suhu kamar (27oC). Ekstraksi secara maserasi
dilakukan pada suhu kamar (27oC), sehingga tidak menyebabkan degradasi
metabolit yang tidak tahan panas (Departemen Kesehatan RI, 2006).
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses mengekstraksi senyawa terlarut dari jaringan
selular simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang
umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Perkolasi cukup sesuai, baik untuk
ekstraksi pendahuluan maupun dalam jumlah besar (Departemen Kesehatan RI,
2006).
3. Soxhlet
Metode ekstraksi soxhlet adalah metode ekstraksi dengan prinsip pemanasan
dan perendaman sampel. Hal itu menyebabkan terjadinya pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel. Dengan
11
demikian, metabolit sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut ke dalam
pelarut organik. Larutan itu kemudian menguap ke atas dan melewati pendingin
udara yang akan mengembunkan uap tersebut menjadi tetesan yang akan
terkumpul kembali. Bila larutan melewati batas lubang pipa samping soxhlet
maka akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang berulang itulah yang menghasilkan
ekstrak yang baik (Departemen Kesehatan RI, 2006).
4. Refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan.
Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan sampai
mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan
pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut.
Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada suhu yang
lebih tinggi dari suhu ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada suhu 40-50oC
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
6. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih), suhu terukur (96-98oC) selama
waktu tertentu (15-20 menit) (Departemen Kesehatan RI, 2006).
7. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan suhu sampai titik didih
air, yaitu pada suhu 90-100oC selama 30 menit (Departemen Kesehatan RI, 2006).
12
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
B. Prosedur Kerja
1. Buat larutan metanol dengan menambahkan akuades sebagai pengencernya ad
100 ml.
2. Mencuci okra hingga bersih.
3. Menimbang okra tersebut sebagai berat awal Okra yang telah dibersihkan,
ditimbang beratnya sebagai berat awal.
4. Memotong okra menjadi bagian yang lebih kecil untuk mempercepat proses
pengeringan. okra dipotong ke bagian yang lebih kecil.
5. Memisahkan buah okra dari bijinya.
6. Mengeringkan potongan okra tersebut ke dalam oven.
7. Menghancurkan okra yang telah kering menggunakan blender sehingga menjadi
bubuk okra yang telah kering.
8. Kemudian ayak dengan pengayak no.40 hingga diperoleh serbuk buah okra
9. Timbang serbuk buah okra 10 gram menggunakan timbangan analitik
10. Okra yang telah ditimbang dimasukkan kedalam kertas saring yang dimaksudkan
untuk menyaring ekstrak dari okra
11. Menyiapkan metanol dalam beaker glass sebanyak 100 ml.
13
12. Masukkan bubuk okra ke dalam metanol, rendam selama 10 menit pertama sambil
sesekali diaduk setiap 3 menit selama 10 menit.
13. Diamkan selama 7 menit tutup dengan menggunakan plastic warp.
14. Kemudian setelah didiamkan selama 7 menit, pisahkan macerate dengan cara
filtrasi. (catat volume macerate dan amati warna macerate)
15. Ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya satu kali dengan jenis pelarut yang
sama dan jumlah volume pelarut sebanyak setengah kali jumlah volume pelarut
pada penyarian pertama.
16. Kumpulkan semua macerate, kemudian uapkan dengan menggunakan "rotary
evaporator" hingga diperoleh ekstrak kental. (amati organoleptiknya bentuk,
warna dan bau)
17. Hitung rendemen yang diperoleh yaitu persentase bobot ekstrak kental yang
diperoleh (b/b) berbanding dengan bobot serbuk simplisia yang digunakan dengan
penimbangan.
18. Masukkan ekstrak kental dalam botol, beri identitas meliputi nama ekstrak,
metode ekstraksi, tanggal pembuatan, pemerian, rendemen, dan nama kelompok.
19. Simpan dalam desikator.
14
BAB IV
A. Hasil
Parameter Metanol
Berat simplisia 10 gram
Volume pelarut 100 ml
Volume fiitrat 50 ml, 80ml, 95ml
Berat ekstak kental 5,403 gram
Pemerian ekstak
Bentuk Kental
Bau Khas buah okra
Warna Coklat agak hitam Pekat
% rendaman 54,03 %
BERAT EKSTRAK
Rendaman = ×100 %
BERAT SIMPLISIA
5,403GRAM
= × 100 %
10GRAM
= 54,03% ekstrtak kental
B. Pembahasan
Pada pratikum ekstraksi secara maserasi yang telah kami lakuakan menggunakan
cairan penyari metanol , dimana maserasi secara teori dilakukan selama 24 jam,
dengan melakukan sesekali pengadukan pada 6 jam pertama dan didiamkan selama 18
jam. Sementara simulasi ekstraksi secara maserasi kali ini dilakukan selama 10 menit,
dengan melakukan sesekali pengadukan pada 3 menit pertama dan didiamkan selama
7 menit.
Dalam literatur farmakope herbal Indonesia edisi II tahun 2017. Dalam pembuatan
ekstrak rendaman simplisia buah okra tidak boleh kurang dari ……, dimana hasil
eskstrak rendaman yan kami dapatkan 54,03 %. Dengan kata lain hasil ekstrak yang
kami peroleh belum sesuai dengan kadar yang seharusnya. Hal ini disebebkan karena
beberapa factor, salah satu factor utamanya terjadi karena rentang waktu perendaman
yang sangat singkat dibandingkan dengan prosedur yang seharusnya. Sehingga hasil
ekstrak kental yang didapat sangat jauh dari hasil yang seharusnya.
15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Maserasi proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar Metode
maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari yang sesuai pada temperatur kamar , terlindung dari cahaya. Cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel .
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan cara simulasi karena kondisi yang
tidak memungkinkan dan keterbatasan waktu. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh
nilai rendemen terbesar pada penyari mtanol yaitu 54,03%
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
1) Melinda. 2014. Aktivitas Antibakteri Daun Pacar (Lowsonia inermis L), Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
2) Novitasari, A.E. dan D.Z. Putri. 2016. Isolasi dan identifikasi saponin pada
ekstrak daun mahkota dewa dengan ekstraksi maserasi. Jurnal Sains. 6(12):10-14.
3) Suharto, M.A.P., H.J. Edy dan J.M. Dumanauw. 2016. Isolasi dan identifikasi
senyawa saponin dari ekstrak metanol batang pisang ambon (Musa paradisiaca
var. sapientum L.).Jurnal Sains. 3(1):86-92.
4) Pratiwi, E. 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi Dan
Reperkolasi Dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide Dari Tanaman
Sambiloto (Andrographis paniculata Nee). Skripsi. Tidak dipublikasikan. Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
5) Watson, R. R,; Preedy, V. R.: Bioactive food as dietary interventions
for diabetes. Elsevier 2012.
6) Idawati, N. 2012. Peluang Besar Budidaya Okra. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
7) BPOM RI., 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
8) Istiqomah, 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Sokletasi
Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus), Skripsi,
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9) M. Naufal Fatkhi Rofaudin dan Achmad Fuad Hadadi, 2017. EKSTRAKSI
MASERASI SAYUR OKRA (Abelmoschus esculentus L.) SEBAGAI BAHAN
PEMBUATAN KAPSUL EKSTRAK OKRA. Tugas Akhir, Departemen Teknik
Kimia Industri Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
LAMPIRAN
Tahapan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja dalam bentuk flow chart
17