Disusun Oleh :
Nama : Wijaya Hanongko Aji
NIM : E0017048
Kelas : Farmasi 4A
Dosen Pengampu : apt.Agung Nur Cahyanta.M.Farm
1.3 TUJUAN
1. Untuk memahami tentang Rumput Laut.
2. Untuk memahami kegunaan Rumput Laut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI RUMPUT LAUT
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir
dan laut. Istilah "rumput laut" adalah rancu secara botani karena dipakai untuk 2 kelompok
"tumbuhan" yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, istilah rumput laut dipakai untuk menyebut
baik gulma laut dan lamun. Yang dimaksud sebagai gulma laut adalah anggota dari kelompok
vegetasi yang dikenal sebagai alga (ganggang). Sumber daya ini biasanya dapat ditemui
diperairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem trumbu karang. Gulma laut alam
biasanya dapat dihidup di atas subtrat pasir dan karang mati. Selain hidup bebas di alam,
beberapa jenis gulma laut juka banyak dibudidayakan oleh sebagian masyarakat pesisir
Indonesia. Contoh jenis gulma laut yang banya dibudidayakan di antaranya adalah Euchema
cottonii dan Gracilaria spp.
Perairan Indonesia berpotensi besar untuk budidaya rumput laut dengan teknik
pengolahan yang mudah, penanganan yang sederhana dengan modal kecil sehingga di Indonesia
berkembang industri pengolahan rumput laut. Salah satu diantaranya adalah PT. Bantimurung
Indah Kab. Maros Sulawesi Selatan yang mengolah rumput laut jenis Euchema contonii dan
Euchema spinosum (Yustin, dkk., 2005). Rumput laut atau yang biasa disebut dengan seaweed
merupakan tanaman makroalga yang hidup di laut yang tidak memiliki akar, batang dan daun
sejati dan pada umumnya hidup di dasar perairan. Rumput laut juga sering disebut sebagai alga
atau ganggang pada daerah-daerah tertentu di Indonesia (Juneidi, 2004).
Menurut Afrianto dan Liviawati (1993) fungsi dari akar, batang dan daun yang tidak
dimiliki oleh rumput laut tersebut digantikan dengan thallus. Karena tidak memiliki akar, batang
dan daun seperti umumnya pada tanaman, maka rumput laut digolongkan ke dalam tumbuhan
tingkat rendah (Thallophyta). Bagian-bagian rumput laut secara umum terdiri dari holdfast yaitu
bagian dasar dari rumput laut yang berfungsi untuk menempel pada subtrat dan thallus yaitu
bentuk-bentuk pertumbuhan rumput laut yang menyerupai percabangan. Rumput laut
memperoleh atau menyerap makanannya melalui sel-sel yang terdapat pada thallusnya. Nutrisi
terbawa oleh arus air yang menerpa rumput laut akan diserap sehingga rumput laut bisa tumbuh
dan berkembangbiak. Perkembangbiakan rumput laut melalui dua cara yaitu generatif dan
vegetatif.
Di Filipina, TRONO & GANZONFORTES (1988) mendaftar sejumlah 352 jenis rumput
laut yang termasuk ke dalam 43 marga yang bernilai ekonomis. Sebanyak 48 jenis dari 26 marga
di antaranya dinyatakan berkhasiat sebagai obat. Ternyata pula bahwa dari 20'marga yang ada
dalam daftar tersebut adalah terdapat di Indonesia. Dari sejumlah marga sejagat yang diketahui
berkhasiat sebagai obat, sekitar 75 persennya terdapat pula di Indonesia Beberapa marga yang
disebutkan sebagai obat untuk anti kesuburan, anti tumor,penyakit jantung dan menurunkan
darahtinggi yaitu marga Acanthophora, Hypnea,Dictyopteris, Sargassum, Stylophora dan
Ulva adalah terdapat juga di Indonesia. Khusus mengenai Acanthophora spicifera,
menurut WAHIDULA et al (1986) mengandung ekstrak "petroleum-ether" dan khloroform. Dari
kedua ekstrak tersebut dapat diisolir senyawa kimia; sterol, kolesterol, asam lemak, stearik,
palmitik, behemik(C22), asam arakhidik (C2O) dan methylpalmitat. Disebutkan juga bahwa
rumput laut jenis ini mempunyai day a aktivitas anti Mikroba "in vitro" terhadap S. aureus,
C.albicans dan M. smegmates, selain memiliki activitas anti kesuburan yang telah dicoba
terhadap binatang.Sejumlah 43 jenis rumput laut dari kelas algae merah yang termasuk ke dalam
tujuh suku, terdaftar mengandung sterol dalam bentuk ergosterol, desmosterol, cholesterol,
campesterol dan enol. Rumput laut tersebut umumnya mengandung cholesterol dengan kadar
sterol yang bervariasi (GOODWIN 1974). Kandungan desmosterol Rhodymenia palmata
misalnya berkisar antara 30,6 - 97,2 % dari total sterol dan ini tergantung musim
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Banyak jenis rumput laut yang sebenarnya berpotensi untuk diteliti dan dikembangkan
pemanfaatannya sebagai sumberobat. Namun karena penelitian, pendayagunaan dan minat ke
arah itu masih terbatas sekali maka manfaat rumput laut tersebut untuk pengobatan masih belum
banyak terungkap dengan jelas dan meluas.
DAFTAR PUSTAKA
ATMADJA, W. S. 1981. Benthic marine algal communities on the Coral Reef Island Groups of Central
Celebes. Paper submitted in the XHIth International Bot. Congress, Sydney, Australia, 21 —28
August 1981 : 1 -9.
ATMADJA, W.S. dan SULISTIJO 1980. Komunitas rumput laut di pantai Panan-jung, Pangandaran,
Pantai Seiatan Jawa Barat. Sumber Daya Hayati Bahari, Rangkuman beberapa hasil penelitian PELITA
II, Burhanuddin, M.K. Moosa dan H. Razak (Eds), Lembaga Oseanologi NasionaL LIPI, Jakarta : 11 -
22.
ATMADJA 1985. The Inventory of Benthic Marine Algae in the Surrounding Area of the Krakatau.
Proc. Symp. 100 Years Dev. Krakatau and Its Surroundings, Jakarta 23 - 27 Aug 1983, Vol. I, Natural
Sciences, LIPI: 431 -436.
ATMADJA .1988 . Sebaran dan habitat Gelidium di Indonesia. Buku khusus Perairan Indonesia :
biology, budidaya kualitas perairan dan oseanografi. Puslitbang Oseanologi, LIPI: 69 - 73.
VAN BOSSE, W. 1928. Liste des algues du Siboga, IV Rhodophyceae, Gigartinales et Rhodymeniales.
Siboga Exped. 59d :393 -533.
WAHIDULLA, S., L.D. SOUZA and S.Y. KAMAX 1986. Chemical Constituents of the Red Algae
Acanthophora spicifera. Bot. mar. 29 : 49 - 50.
YULIANTO, K. dan K. SUMADIHARGA 1989. Konmnitas runiput laut di perairan Pulau Geser dan Pulau
Makoka, Seram Timur, Maluku Tengah. Perairan Maluku dan sekitarnya; Biologi, budidaya, geologi,
lingkungan dan oaseanografi Balitbang SDL. Puslitbang Oseanologi, LIPI, Ambon : 39 - 46