Halaman Judul
Disusun Oleh :
i
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) RUMAH SAKIT
Halaman Lengkap
Oleh :
ii
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) RUMAH SAKIT
RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON
Halaman Pengesahan
Cirebon, Januari 2020
Mengesahkan :
Mengetahui
Ketua Program Studi
DIII Farmasi,
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyusun Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang telah kami
laksanakan di RSD Gunung Jati Kota Cirebon. Laporan ini disusun sebagai bentuk
pertanggung jawaban tertulis dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada 11
November 2019 - 17 Januari 2020. Laporan ini juga dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat Kurikulum dalam menyelesaikan Diploma-3 (A.Md) pada Program DIII Farmasi.
Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini disusun berdasarkan data yang
elektronik serta bimbingan dari para pembimbing. Selama membuat laporan ini banyak
arahan sebagai bentuk bimbingan dan dukungan dari para pembimbing dan pihak lain
terutama ketika melaksanakan Praktek Kerja Lapangan yang menjadi topik dalam
penyusunan laporan ini. atas bimbingan serta dukungan, penulis sampaikan terima kasih
kepada :
Farmasi.
3. Bapak dr. Ismail Jamalludin, Sp.OT selaku Direktur Rumah Sakit Daerah Gunung
4. Bapak Drs.Dedi Tarmadi, Apt selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit di RSD
iv
5. Ibu Hanifah, S. Farm., Apt selaku CI Instalasi Farmasi RSD Gunung Jati Kota
Cirebon.
6. Ibu dra, Hj. Retno Indiyani, Apt selaku CI Instalasi Farmasi RSD Gunung Jati Kota
Cirebon.
7. Bapak Rinto Susilo, S. Farm., Apt., M.Sc selaku CI Instalasi Farmasi RSD Gunung
8. Bapak H. Mastani., Amd Farm selaku CI Instalasi Farmasi RSD Gunung Jati Kota
Cirebon.
9. Seluruh karyawan di Instalasi Farmasi RSD Gunung Jati Kota Cirebon yang telah
meluangkan waktu serta memberikan banyak ilmu pengetauan dan pengalaman yang
bermanfaat.
10. Keluarga dan Teman-teman yang telah membantu serta memberikan semangat,
laporan ini
maka kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar
menjadi perbaikan karya kami di masa yang akan datang. Kami berharap laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya Mahasiswa Politeknik Harapan Bersama
Tegal.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
3.1.1 Visi, Misi, Tujuan dan Motto ..................................................................................... 31
3.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit....................................................................... 32
3.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon .................................... 33
3.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon .............................................. 35
3.2.1 Tujuan IFRS Gunung Jati Kota Cirebon .................................................................... 35
3.2.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota Cirebon
............................................................................................................................................. 36
3.2.3 Pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota Cirebon ...... 53
3.2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan , dan Bahan Medis Habis Pakai ....... 62
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................................... 71
4.1 Sistem Perencanaan.......................................................................................................... 71
4.2 Sistem Pengadaan ............................................................................................................ 71
4.3 Sistem Penerimaan ........................................................................................................... 73
4.4 Sistem Penyimpanan ........................................................................................................ 73
4.5 Sitem Distribusi................................................................................................................ 74
BAB V PENUTUP ...................................................................................................................... 77
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 77
5.2 Saran................................................................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 79
LAMPIRAN ................................................................................................................................ 81
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi RSD Gunung Jati Kota Cirebon ................................. 33
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSD Gunung Jati Kota Cirebon ..... 36
Gambar 3.3 Alur Resep Pelayanan Instalansi Gawat Darurat (IGD) ............................. 54
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(Depkes RI, 2009). Keadaan sehat menjadikan manusia mampu melakukan aktivitas
dengan maksimal dan produktif, maka upaya untuk menunjang kesehatan akan
sangat mendukung untuk terwujudnya kesehatan. Upaya kesehatan adalah cara atau
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh
Aspek pelayanan kesehatan diberikan dalam sarana kesehatan yang telah disediakan.
(Puskesmas), klinik, balai pengobatan serta Rumah Sakit. Rumah sakit merupakan
1
2
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
peran kefarmasian yang semakin kompleks dan beragam saat ini, maka dibutuhkan
adanya proses pembelajaran secara nyata khususnya bagi mahasiswa yang dikemas
potensi diri serta membaurkan diri dalam lingkungan atau dunia kerja yang
sesungguhnya. Dengan latar belakang diatas merupakan salah satu rujukan dalam
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) untuk mahasiswa Program Studi DIII
Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal di RSD Gunung Jati Kota Cirebon
Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon dibentuk
pertama kali melaui pengajuan oleh Dewan Kota Cirebon pada tahun 1919.
Rumah Sakit selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 31 Agustus 1921 oleh
sebagai hari lahir RSUD Gunung Jati Kota Cirebon Pembangunan rumah sakit yang
pada waktu dinilai sangat mewah dan mahal, biayanya adalah f. 544.00,- (lima ratus
empat puluh empat gulden ) yang diperoleh dari gemente van cheribon ditambah
Oranye ), dibawah pimpinan dr. E. Gottlieb, sebagai Kepala Rumah Sakit yang
selanjutnya adalah antara tahun 1922 – 1929 didapat dari buku peringatan 50 Tahun
Kota Besar Tjirbon, yang mengutarakan perkembangan jumlah hari perawatan dari
4 macam kelas perawatan dari tahun 1992. Kemudian antara tahun 1930 sampai
dengan 1940 tidak banyak diketahui karena tidak ada data atau informasi.
Pada tanggal 1 Maret 1942 seluruh Rumah Sakit Oranye beserta sarananya
setelah kembali ke Kota Cirebon pada tanggal 15 Maret 1942 nama Rumah Sakit
berubah menjadi Rumah Sakit Gunung Jati Kelas D dengan Surat Keputusan
kelasnya menjadi Rumah Sakit Gunung Jati Kelas C dengan Surat Keputusan
ditingkatkan lagi menjadi Rumah Sakit Gunung Jati Kelas B dengan Surat
Swadana Daerah. Daerah upaya peningkatan pelayanan, maka pada tahun 1997
Kelompok Pelayanan.
dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat tanggal 21 April 1999 berdasarkan Surat
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cirebon Nomor : 5 Tahun 2002 maka Rumah
Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebon ditetapkan sebagai Lembaga Teknis
Daerah Kota Cirebon ditetapkan sebagai Lembaga Teknis Daerah Kota Cirebon,
berbentuk badan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui sekotda.
5
Negara Tahun 2008 Nomor 09) (Tambahan Lembaga Negara Nomor 4741).
Termasuk RSUD, disebutkan bahwa organisasi Rumah Sakit Daerah akan diatur
DPPKD/2009 pada tanggal 14 Desember 2009 Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Pada tanggal 2 Agustus 2011, Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota
dengan 2 Agustus 2014. Pada tanggal 10 Agustus 2011 Rumah Sakit Daerah
Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) Tingkat Provinsi Jawa
Barat tahun 2011.Pada bulan Oktober 2012 Rumah Sakit Umum Daerah Gunung
Pada tanggal 17 Oktober 2014 Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota
sebagai Rujukan Regional, dan pada tanggal 24 Desember 2014 dengan Keputusan
6
Daerah Gunung Jati Kota Cirebon menjadi Rumah Sakit Fasilitas Pelayanan
Rujukan Tertinggi.
Kemudian pada tanggal 19 Januari 2016 Rumah Sakit Daerah Gunung Jati
sert/195/1/2016. Sertifikat ini diberikan sebagai pengakuan bahwa rumah sakit telah
PARIPURNA.
Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat masalah pokok yang akan dirumuskan
sebagai berikut :
ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan pada dunia kerja sesuai dengan
2. Apakah mahasiswa mampu memahami kegiatan dan pelayanan apa saja yang
Manfaat yang diperoleh dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) Rumah Sakit adalah :
1. Bagi Mahasiswa
diketahui sebelumnya
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat pendidikan medik
(WHO, 1947).
bermutu dan terjaukau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
9
10
2016).
medis.
kesehatan.
diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah
sakit khusus.
subspesialis.
subspesialis dasar.
12
spesialis dasar.
pelayanan utama pada satu bilang atau satu jenis penyakit tertentu
Sakit meliputi :
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek
Kefarmasian.
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, Pelayanan Farmasi
Klinik dan Manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai
kefarmasian.
2016 yang dimaksud Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
Dalam ketentuan pasal 15 ayat (3) Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009
Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh
dan bahan medis habis pakai yang beredar di Rumah sakit merupakan tanggung
jawab Instalasi Farmasi sehingga tidak ada pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan , dan bahan medis habis pakai di rumah sakit yang dilaksanakan selain
1. Pemilihan
16
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
3) Pola penyakit
6) Mutu
7) Harga
8) Ketersediaan di pasaran
5. Perencanaan Kebutuhan
menjamin terpenuhinya ktiteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
efisien.
mempertimbangkan
2. Penetapan prioritas
3. Sisa persediaan
6. Rencana pengembangan
6. Pengadaan
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
(MSDS)
7. Penerimaan
dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
8. Penyimpanan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama
d. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
diidentifikasi
bentuk sedian, dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis
First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai
pengambilan obat.
9. Pendistribusian
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di unit
pelayanan.
d. Sistem Kombinasi
Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan
sukarela oleh pemilik izin edar dengan tetap memberikan laporan kepada
kepala BPOM. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
b. Telah kadaluwarsa;
pihak terkait;
22
berlaku.
11. Pengendalian
Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus
moving);
23
12.Administrasi
b. Administrasi Keuangan
c. Administrasi Penghapusan
kecelakaan pada pasien, tenaga kesehatan dan keluarga pasien, serta risiko
b. Mengidentifikasi Risiko
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
25
c. Menganalisa Risiko
d. Mengevaluasi Risiko
e. Mengatasi Risiko
life) terjamin.
pernah ada dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari
3. Rekonsilasi Obat
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak
5. Konseling
6. Visite
terakait obat, memantau terapo obat dan reaksi obat yang tidak
terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
dan kuantitatif.
dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari
prosedur tetap yang merupakan tata atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu
30
proses kerja tertentu yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang atau
dapat selesai secara efektif dan efisien. Adapun tujuan SPO antara lain :
1. Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atautim dalam
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam
organisasi.
3. Memperjelas alur tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari petugas terkait.
4. Melindungi organisasi dan staff dari kesalahan yang mungkin akan terjadi.
TINJAUAN KHUSUS
1. Visi
2. Misi
3. Tujuan
utama
4. Motto
31
32
melaksanakan fungsi :
system/manajemen perumahsakitan.
2) Bidang keperawatan
1) Bagian keuangan
2) Bagian umum
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
atau fasilitas penyelnggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian.
Tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota Cirebon
meliputi :
maupun dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan sarana dan prasarana
yang tersedia.
evaluasi pelayanan.
evaluasi pelayanan.
3.2.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah Gunung Jati
Kota Cirebon
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSD Gunung Jati Kota
Cirebon
37
Farmasi (PF)
Instalasi Farmasi.
38
BMHP
Sediaan Steril.
Kefarmasian.
tahun sebelumnya.
Baru.
BMHP
Depo Farmasi.
farmasi.
terkait.
BMHP.
Farmasi.
berlaku.
42
berikutnya.
POLIKLINIK EKSEKUTIF.
berlaku.
43
berikutnya.
Jalan Bawah.
44
yang berlaku.
berikutnya.
12. Nama Jabatan : Kepala Depo Farmasi Rawat Jalan Atas dan Pusat
berlaku.
tahun berikutnya.
tiga tahun.
13. Nama Jabatan : Kepala Depo Farmasi OK CMU, Intensive Care dan
Cath Lab
tiga tahun.
14. Nama Jabatan : Kepala Depo Farmasi PTRM (Program Terapi Rumatan
Metadon)
Metadon sirup.
Farmasi SEROJA.
48
yang memadai.
Rawat Inap.
Instalasi Farmasi.
Kemoterapi.
Instalasi Farmasi.
sentral gas.
sebelumnya.
ruang perawatan.
52
masing-masing depo.
Depo Farmasi.
Instalasi Farmasi.
Farmasi.
Farmasi.
masing-masing depo.
masing-masing Depo.
53
3.2.3 Pelayanan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota
Cirebon
yang sifatnya gawat dan darurat selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu.
Pasien yang datang ke IGD bersifat gawat dan harus di tangani secara
langsung. Perawat akan meminta alkes dan obat secara langsung saat
pasien yang lanjut rawat inap akan mendapatkan Kartu Pemberian Obat
(KPO), sedangkan untuk pasien yang pulang akan mendapatkan obat yang
Menulis kebutuhan obat dan BMHP oleh perawat IGD di buku pengeluaran
sementara berdasarkan instruksi dari dokter
Menulis resep oleh dokter IGD berupa permintaan obat dan BMHP untuk
pemakaian sehari kepada Apoteker/TTK di Depo Farmasi IGD
Mengentry obat sesuai dengan resep, dikurangi pemakaian yang sudah diambil
Mengecek obat yang sudah siap sesuai dengan form penyerahan : Tepat pasien,
tepat obat, tepat dosis, tepat rute pemberian dan tepat waktu pemberian
obat dan alat kesehatan untuk tindakan operasi dan pelayanan rawat inap
intensive seperti ICU (Intensive Care Unit), ICvCU (Intensive Cardio Vascular
Care Unit), HCU (High Care Unit), PICU (Pediatric Intensive Care Unit).
farmasi akan mengentry obat dan alkes sesuai KPO pasien. Setelah di entry
petugas akan menyiapkan obat dan alkes sesuai dengan KPO. Kemudian obat
dan alkes yang telah disiapkan akan dicek ulang, dan diantar ke masing-masing
menyiapakan obat dan alkes yang dibutuhkan untuk kegiatan operasi di dalam
box, dan kemudian diserahkan kepada perawat saat kegiatan operasi akan
alkes atau obat perawat akan meminta langsung kepada petugas farmasi,
kemudian petugas farmasi akan meuliskan obat atau alkes yang diminta di buku
petugas farmasi akan mengecek alat dan alkes yang tidak digunakan. Setelah itu
Menyimpan Mengirim
Menyiapakan
Obat/Alkes Di Rak Obat/Alkes Ke
Obat/Alkes Sesuai
Pasien dan Loker Ruangan Disertai
Nota Permintaan
Pasien KPO dan Nota
Menyiapkan Menyerahkan
Lembar Paket Obat/Alkes di
Obat/Alkes Sesuai
Operasi Anastesi dalam Box di
Lembar Permintaan
dan Bedah Sertai Double
Tiap Pasien
Check
Menyerahkan sisa
Menginput obat Cek obat atau alkes obat atau alkes
atau alkes yang yang terpakai oleh penata
terpakai anastesi dan
perawat bedah
Pelayanan rawat jalan di RSD Gunung Jati ini terbagi menjadi 4 instalasi
a. Rawat Jalan Atas yang terdiri dari poliklinik jiwa, mata, THT/THT KL,
anak, bedah anak, kulit & kelamin, gigi dan bedah mulut.
57
b. Rawat Jalan Bawah I yang terdiri dari poliklinik jantung, penyakit dalam,
c. Rawat Jalan Bawah II yang terdiri dari poliklinik bedah umum, bedah syaraf,
d. Poliklinik Eksekutif Pakungwati, poli ini hanya melayani pasien umum atau
Non BPJS.
\
Melakukan penulisan etiket dengan mencantumkan nama pasien (dua karakter),
tanggal lahir dan nomor RM, tanggal resep, obat dan aturan pakai
Mutasi obat dicatat dikartu stok, tulis nama jelas dan tanda tangan petugas yang
mengambil/ yang mengasih obat
Pelyanan rawat jalan Rumah Sakit Gunung Jati melayani pasien umum dan
pasien BPJS. Pelayanan resep umum diberikan kepada pasien yang membayar
langsung obat secara tunai. Sedangkan pelayanan resep BPJS diberikan kepada
dan alkes sesuai dengan KPO pasien. Kemudian petugas akan menyiapkan obat
dan alkes yang dibutuhkan. Setelah disiapkan obat dan alkes akan dimasukan ke
Cakrabuana sudah dilakukan UDD Oleh Farmasi. Sedangkan untuk resep pasien
rawat inap yang pulang, petugas TTK akan mengentry sesuai dengan resep yang
pemberian informasi obat. Perbedaan pelayanan resep rawat inap dengan rawat
pembayaran resep. Pembayaran resep pada rawat inap bersifat tempo sejalan
pembayaran resep obat untuk rawat inap akan dipusatkan pada kasir di RSD
Gunung Jati Kota Cirebon. Jumlah ruangan rawat inap di RSD Gunung Jati Kota
1. Pav. Cakrabuana
3. R. Kian Santang
4. R. Prabu Siliwangi
5. R. Anyelir
6. R. Mawar
7. R. Kemuning
8. R. Soka
9. R. Jendral Soedirman
Menginput data sesuai ketentuan dan melakukan labelling obat oral sesuai
dengan resep,paraf petugas dikotak H
60
Seroja
narkoba.
61
Metadon adalah narkotika berupa obat jadi dalam bentuk sediaan tunggal
rumah sakit Hasan Sadikin Bandung. Petugas farmasi Rumah Sakit Gunung Jai
Metadon di dalam lemari khusus, dan dikunci. Kunci dipegang oleh petugas
hanya sekali setiap harinya. Pelaporan dilakukan setap tanggal 1-5 bulan
pengobatan terapi ARV (Anti Retroviral) kepada pasien HIV (Human Immuno
Virus) atau AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrom) yang ada di Rumah Sakit
62
Gunung Jati Kota Cirebon. Klinik Seroja melayani pasien HIV/AIDS yang
3.2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan , dan Bahan Medis Habis
Pakai
berhubungan dengan obat dan alat kesehatan. Kegiatan utama IFRS adalah
1. Seleksi/Pemilihan :
Seleksi obat disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi dengan mengacu kepada
yang disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi dengan mengacu kepada
disepakati staf klinis/medis serta telah ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
Instalasi Farmasi tiap bulan harus melakukan monitoring penulisan resep di luar
2. Perencanaan
kebutuhan obat dan alkes ini telah memiliki data konsumsi yang jelas namun
setelah setiap depo mengirimkan daftar obat atau alkes yang banyak digunakan
atau berdasarakan jumlah stock akhir obat atau alkes yang ada di setiap depo.
Kemudian Obat dan Alkes yang akan dibeli di tulis di surat pesanan. Obat dan
alkes yang akan dibeli, nimimal memiliki Exp Date 2 tahun. Hal ini sesuai
3. Pengadaan
Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai di
1. Regular yaitu harga yang ditetapkan atau sudah umum dan ada juga
menurut e-Catalog.
berdasarkan e-Catalog.
3. Dasung yaitu pembelian obat yang dilakukan saat terjadi kekosongan stok
obat dan obat tersebut masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit maka
harus dibeli dengan bekerja sama dengan apotek (untuk pembelian dalam
jumlah yang sedikit) dan PBF (untuk pembelian dalam jumlah yang
banyak). Apotek yang bekerja sama dengan RSD Gunun Jati Kota Cirebon
lima (5) pokok di Depo Produksi antara lain pembuatan, BMHP (Bahan
sediaan yang di produksi adalah sediaan yang tidak stabil dalam penyimpanan
yang lama, obat yang dikehendaki dalam bentuk tertentu atau obat yang
c. Sumbangan/Dropping/Hibah
Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Depo yang mendapat sumbangan dari Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat setiap bulan adalah Depo PTRM, Seroja
Depo.
4. Penerimaan
Obat, Alkes dan BMHP yang telah datang kemuadian akan dilakukan
dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi yang
barang yang telah diterima akan disimpan di gudang obat dan gudang alkes oleh
petugas farmasi.
5. Penyimpanan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan
sediaan sirup, sediaan topical, sediaan parenteral, dan lain sebagainya. Masing-
pengucapan nama dibeli label “LASA” (Look a Like Sound a Like), dan di
Sedangkan untuk obat-obat yang beresiko tinggi jika disalah gunakan diberi
dalam lemari dengan pintu rangkap dua dan dikunci, kunci tersebut dipegang
oleh dua orang yang berbeda. Sedangkan untuk bahan B3 disimpan di ruangan
tersendiri. Pengeluaran obat dilakukan dengan system FEFO (First Expire First
Out) yaitu obat yang kadaluarsanya lebih cepet dikeluarkan terlebih dahulu.
tersebut disusun berdasarkan jenis didalam rak dan diurutkan secara alfabetis.
Pengeluaran alat dilakukan dengan system FEFO (First Expire First Out) yaitu
alat yang mempunyai kalursa terdekat dikeluarka terlebih dahulu. Alat yang
disimpan dibawah dilapisi terlebih dahulu dengan palet setinggi 20 cm agar tidak
meyentuh tanah, dan tidak boleh menempel dengan dinding. Hal ini bertujuan
6. Distribusi
Pendistribusian obat dan alkes ke setiap depo telah terjadwal. Setiap depo
yang ingin mengambil obat dan alkes di gudang akan menuliskan obat atau alkes
yang akan diambil di buku B20 (Surat Pesanan) yang kemudian obat atau alkes
67
tersebut akan disiapkan oleh petugas gudang. Seletah itu permintaan akan
Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh
instalasi farmasi. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan.
Habis Pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap
Habis Pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis
tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kai dosis/pasien. System unit
d. System ODD
yang disiapkan dalam bentuk dosis tunggal siap pakai selama 24 jam.
68
Kebijakan Direktur RSD Gunung Jati Kota Cirebon tentang distribusi obat,
7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksananakonan sesuai
RSD Gunung Jati Kota Cirebon bekerja sama dengan rekan (vendor) dalam
Bahan Medis Habis Pakai dibuat dan telah disetujui oleh Direktur Rumah Sakit,
dicacah terlebih dahulu untuk menghindari “re-use” dari pihak yang tidak
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas
69
Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan obat yang pernah terjadi yaitu Ranitidin,
8. Pengendalian
c. Stock opname yang dilakukan secara periodic dan berkala (setiap akhir
bulan).
9. Administrasi
terdiri dari :
kesehtan, dan bahan medis habis pakai dibuat secara periodic alam periode
b. Administrasi keuangan
kefarmsian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan,
c. Administrasi penghapusan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habos Pakai yang tidak
terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tida memenuhi standar dengan cara
PEMBAHASAN
Farmasi RSD Gunung Jati Kota Cirebon sudah sesuai dengan permenkes RI No 72
tahun 2016. Namun pada kenyataannya dilapangan masih terjadi stock out
dibeberapa depo farmasi, masalah stock out ini erjadi dikarenakan anggaran yang
belum terpenuhi terkait dengan pembayaran BPJS yang belum lancar. Sehingaa
atau pelayanan pada pasien. Untuk menghindari terjadinya stock out RSD Gunung
yang dpaat digunakan dalam pengadaan sediaan farmasi di rumah sakit. Sistem
pengadaan di RSD Gunung Jati secara keseluruhan sudah sesuai dengan Permenkes
yaitu:
71
72
1. Regular yaitu harga yang ditetapkan atau sudah umum dan ada juga menurut
e-katalog.
3. Dasung yaitu jika kehabisan stock obat tersebut dan obat tersebut masuk
kedalam obat yang formularium maka harus beli dengan bekerja sama
dengan apotek (obat yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit) dan PBF (obat
yang dibutuhkan stock banyak), dan Apotek yang bekerja sama dengan RSD
beberapa sediaan dan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) untuk memenuhi
handwash, hand scrub, alcohol 70%, formalin 10%, H2O2 5%, preset, dan lysol.
Depo produksi juga menyediakan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) seperti
handscoon, masker, kassa, betadin, tissue, pharmafix, alhcol swab, apron, dan
c. Sumbangan/Dropping/Hibah
yang terakhir adalah sumbangan atau hibah. Depo farmasi yag mendapat
sumbangan setiap bulan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat adalah obat-
date, jumlah obat yang diterima sesuai dengan yang diminta, mutu produk, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dengan kondisi fisik yang diterima.
dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfbetis dengan
menerapkan prinsip First Expired Frst Out (FEFO) dan Frst In First Out (FIFO).
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
Medis Habis Pakai di Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon disusun secara
alfabetis, jenis sediaan, dan menerapkan prinsip FEFO (First Expired First Out).
Obat yang memiliki penamaan dan penampilan yang mirip diberi label LASA,
Serta untuk obat yang memerlukan kewaspadaan yang tinggi diberi label High
penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai Emergency disetiap ruang
rawat inap untuk kondisi kegawatdaruratan. Jumlah dan jenis obat emergensi
harus sesuai dengan daftar yang telah ditetapkan dan bila dipakai untuk
keperluan harus segera diganti, serta dicek secara berkala apakah ada yang
kadaluwarsa.
pendistribusian bentuk sediaan farmasi di RSD Gunung Jati sudah sesuai. Sistem
ini memiliki tujuan untuk mengefisiensikan serta menjamin merata dan teraturnya
Sistem distribusi di RSD Gunung Jati secara umum dilakukan dengan metode
sebagai berikut :
Gunung Jati sudah sesuai dengan standar. Setiap ruangan obat memiliki troley
emergency yang selalu dicek ketersediaan obatnya setiap hari oleh TTK yang
bertugas. Apabila ada pengambilan obat ataupun BMHP (Bahan Medis Habis
buku catatan trolley emergency supaya petugas dapat mengisi kembali stock
dan alat kesehatan berdasarkan permintaan dalam resep atau kartu pemberian
c. Sistem UDD
unit dosis tunggal yang berisi obat untuk sekali minum. Sistem UDD di RSD
Gunung Jati belum digunakan secara keseluruhan di kamar obat yang ada.
Kamar obat yang melakukan UDD antara lain kamar obat kian santang, kamar
obat cakra buana, kamar obat pakung wati. Sistem obat UDD ini dapat
didelegasikan kepada perawat yang bertugas apabila TTK yang diluar jam
tugas.
d. Sistem ODD
disiapkan dalam bentuk dosis tunggal siap pakai selama 24 jam. Petugas TTK
BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) akan ditata di rak obat sesuai dengan
ruangan pasien. Sistem ODD ini tidak jauh berbeda dengan UDD, yaitu dapat
didelegasikan kepada perawat yang bertugas apabila TTK sudah diluar jam
tugas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
diperoleh selama mengikuti pendidikan pada dunia kerja sesuai dengan kondisi
dilapangan kerja langsing di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati Kota Cirebon.
seorang Direktur dibantu oleh seorang Wakil Direktur di tiap bagian dan sub bagian.
Serta untuk bagian Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi
penerimaan yang yang dilakukan oleh petugas gudang, bagian penerimaan dan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon adalah menggunakan metode
77
78
distribusi secara UDD (Unit Dose Dispensing) untuk ruang Pav. Cakrabuana dan
ruang Nyi Mas Gandasari, dan system ODD untuk masing-masing ruangan.
Pada proses pengelolaan perbekalan farmasi yang rusak atau habis pakai
dilakukan oleh pihak ketika diluar Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon dengan alat
secara tatap muka antara petgas farmasi dan pasien. Untuk pengambian data
farmasi rawat inap obat akan disiapkan di depo rawat inap oleh TTK dan dimasukan
5.2 Saran
kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon lebih efektif dan
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta 2013.
Rataningrum, E., 2002. Pengembangan Model Pengadaan Alat Kesehatan Habis Pakai
untuk Mencapai Efisiensi Biaya di Instalasi Farmasi RSUD Kota Semarang,
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah sAKIt.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Siregar, Charles.JP., 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I,
Penerbit EGC, Jakarta.
Siegar, J.P.G dan Amalia, L. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan
Jakarta: EGC.
79
80
Suciati, S. 2006. Analisis Perencanaan Obat Bedasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi
Farmasi. Artikel Penelitian Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok.
Yusmainita. 2005. Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah (Bagian I).
Medika; No.12; Tahun XXVIII, Desember 2012, ISSN.0216-0910,799-801.
LAMPIRAN
81
82