BIDANG PUSKESMAS
Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Untuk
Mengajukan Tugas Akhir
Disusun oleh :
2022
PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI
Hari / Tanggal :
Surakarta,............................
Mengesahkan :
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan
Mengetahui :
Wakil Direktur I Bidang Akademik
POLITEKNIK INDNUSA SURAKARTA
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah
SWT, sehingga tersusunlah laporan Praktik Industri ini dengan judul Laporan
Praktik Industri Bidang Puskesmas Di Puskesmas Kerjo Karanganyar.
Penyusunan Laporan praktek Industri ini merupakan salah satu kewajiban yang
dimaksud untuk melengkapi syarat untuk mengajukan Tugas Akhir.
Atas tersusunnya laporan Praktik Industri ini. Penulis tidak lupa
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Suci Puerwandari, M.M, selaku Direktur Politeknik Indonusa Surakarta.
2. Apt. Umi Nafisah, M.M.,M.Sc, selaku Ketua Program Studi D3 Farmasi
Politeknik Indonusa Surakarta.
3. Didik Verry Ariyanto, S.Farm., Apt selaku Apoteker di Puskesmas Kerjo
sekaligus pembimbing lapangan Praktek Industri yang telah memberikan
pengarahan selama Praktik Industri berlangsung.
4. apt. Riyan Setianto, M.Farm, selaku pembimbing Praktik Industri yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan laporan ini.
5. Segenap karyawan dan karyawati Puskesmas Kerjo yang telah
memberikan bantuan selama pelaksanaan Praktik Industri.
6. Orang tua yang telah senantiasa mendoakan, memberikan motivasi dan
dukungan.
7. Serta rekan-rekan D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta yang telah
banyak membantu dan mendukung dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu kami memohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan
dalam penyusunan laporan praktek industri ini. Dengan penuh harap semoga
laporan Praktik Industri ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta,.......................................
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Praktik Industri (PI) adalah suatu proses pembelajaran pada unit kerja
secara nyata, sehigga mahasiswa PI mendapat gambaran dan pengalaman kerja
secara langsung dan menyeluruh. Peserta didik Program Diploma III Farmasi
Politeknik Indonusa Surakarta yang berperan sebagai calon tenaga penunjang
pada pelayanan Kesehatan diharapkan mengetahui berbagai kegiatan terpadu
meliputi bidang produksi, dirtribusi, pelayanan, dan pengawasan sediaan farmasi
dan perbekalan Kesehatan lainnya termasuk penatalaksanaan administrasinya di
puskesmas.
waktu itu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang
Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937 terjadi wabah
kolera eltor di Indonesia. Kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia
wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan
Indonesia pada tahun 1969. Perihal diterapkannya konsep Puskesmas ini, pada
dibangunlah Balai Pengobatan (BP), Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA),
1
senior.
beberapa kecamatan di sekitarnya, yang di beri nama sesuai dengan nama wilayah
kerja puskesmas yaitu Puskesmas Kerjo di kepalai pertama kali oleh dr. Ninik Sri
Hartini.
dengan incidence dan prevalence yang tinggi. Status gizi terutama pada golongan
rawan anak-anak di bawah lima tahun dan ibu hamil atau menyusui masih belum
memuaskan. Air minum yang sehat, pembuangan kotoran dan sanitasi perumahan
yang sangat tidak memadai. Hal tersebut erat kaitannya dengan kemiskinan yang
perkapita dan konsumsi perkapita (termasuk konsumsi dalam bidang sanitasi, gizi
2
dan pelayanan kesehatan).
masyarakat yang semakin meningkat di bidang kesehatan. Untuk itu pada tahun
(PKMD).
a. Visi
“Mewujudkan Masyarakat Kerjo Sehat dan Mandiri”
b. Misi
1. Memelihara dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu dan
Merata,
4. Mengembangkan Kemitraan.
Batasan wilayah :
3
b. Bagian Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Sragen
c. Bagian Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Mojogedang
d. Bagian Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Ngargoyoso
a) Pemeriksaan umum
b) Unit Gawat Darurat (UGD) 24 jam
c) Rawat inap
d) Persalinan PONED
e) Pelayanan KIA dan KB
f) Pemeriksaan gigi
g) Pemeriksaan laboratorium
h) USG
i) Fisioterapi
4
4. Meracik Obat
Peracikan dilakukan bila terdapat resep yang meminta untuk diracik. Biasanya
obat yang diracik ditujukan kepada pasien anak yang kesulitan untuk meminum
obat tablet. Sehingga obat harus dibuat menjadi bentuk yang lebih halus.
5. Melakukan Stock Opname
Stock opname adalah pengecekan kesesuaian data stok obat atau alat kesehatan
yang ada di komputer atau kartu stok dengan stok fisik yang ada diruangan
Instalasi Farmasi dan Gudang Farmasi.
6. Membantu menyiapkan obat permintaan dari ruang perawatan
Dalam proses penyiapan ini dilakukan dengan cara mengambilkan kebutuhan
sesuai dengan surat permintaan dari unit perawatan. Sediaan farmasi atau BMHP
diambil di gudang farmasi puskesmas Kerjo kemudian mencatat di kartu stok
sebagai bukti barang keluar dari gudang farmasi dan menuju unit perawatan.
1) Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan obat di Puskesmas. Perencanaan di Puskesmas Kerjo dilakukan setiap
3 bulan sekali. Metode yang digunakan dalam melakukan perencanaan di
Puskesmas Kerjo yaitu metode konsumsi. Metode konsumsi sendiri adalah
metode yang didasarkan atas analisa data pemakaian obat bulan sebelumnya. Obat
yang dipilih di puskesmas Kerjo juga harus mangacu pada formularium obat dan
bahan medis habis pakai Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar yang
ditetapkan setiap tahun. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per bulan,
Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan
LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat).
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
(BMHP) di puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh apoteker atau tenaga
teknis kefarmasian (TTK) pengelola ruang farmasi. Perencanaan di Puskesmas
Kerjo menggunakan lembar permintaan yang dinamakan LPLPO (Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat). Perencanaan kebutuhan farmasi dan
5
BMHP dilakukan setiap 1 bulan oleh Apoteker Penanggungjawab dengan
menggunakan perencanaan metode konsumsi selama 3 bulan dimana pemakaian 3
bulan dikurangi dengan sisa stok yang ada.
6
Teknisnya adalah:
1) Pemilihan
Proses pemilihan obat di Puskesmas Kerjo harus mengacu pada Formularium Obat
dan BMHP Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar yang ditetapkan setiap tahun.
2) Pengumpulan data
Data yang dibutuhkan adalah data penggunaan obat periode sebelumnya, yaitu yang
biasa disebut dengan metode konsumsi. Kemudian Sisa stok dan permintaan
kebutuhan obat ditaungkan dalam LPOPO (Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat).
2) Pengadaan
Pengadaan obat di Puskesmas dilakukan dengan dua cara yaitu dengan melakukan
permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan pengadaan mandiri
(pembelian). Di Puskesmas Kerjo sendiri menggunakan keduannya yaitu dengan
meminta kepada Dinas Kesehatan Kabupaten dan dengan pembelian sendiri.
Permintaan kepada Dinas Kesehatan oleh kepala Puskesmas kepada kepala Dinas
Kesehatan dengan melampirkan lembar LPLPO yang sudah dibuat dan
disesuaikan dengan kebutuhan yang telah direncanakan dan juga sesuai dengan
Formularium Kabupaten.
Permintaan kepada Dinas Kesehatan dilakukan secara rutin dan khusus
atau incidental. Permintaan rutin dilakukan setiap 3 bulan sekali dan permintaan
khusus atau incidental dilakukan untuk kondisi cito atau terjadinya kenaikan
jumlah kunjungan pasien. Berbeda halnya dengan permintaan rutin, pengadaan
mandiri yang dilakukan puskesmas untuk memenuhi kebutuhan/ ketersediaan stok
obat yang kosong di Dinas Kesehatan dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pengadaan mandiri ini tidak menggunakan LPLPO tetapi pengadaan ini
menggunakan dokumen poda umumnya yaitu surat pesanan.
3) Penerimaan
Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas. Oleh karena itu, dalam
proses penerimaan juga dilakukan pemeriksaan kesesuaian antara SBBK (Surat
Bukti Barang Keluar) dengan barang yang datang. Pengecekan meliputi: nama
1
obat, jumlah obat, bentuk sediaan, waktu kadaluarsa, dan nomor batch.
Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain
yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas.
Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK). Dokumen yang harus ada saat proses
penerimaan yaitu SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) untuk mengetahui barang yang
diminta dengan lembar LPLPO dan yang diterima sama jumlah, kekuatan sediaan, bentuk
sediaan, dan lain sebagainya.
Teknisnya:
1. Tenaga Kefarmasian penerima obat wajib melakukan
4) Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan agar obat yang tersedia di unit pelayanan kesehatan
terjamin mutu dan keamanannya. Penyimpanan obat di gudang Puskesmas Kerjo
telah memenuhi standar operasional yang telah ditetapkan, contohnya yaitu:
1) Ruangan kering dan tidak lembab.
2) Memiliki ventilasi yang cukup.
3) Lantai dibuat dari semen/tegel/keramik/papan (bahan lain) yang tidak
memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain. Harus diberi alas
papan (palet).
4) Tersedianya lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci dan terjamin keamanannya.
5) Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan.
2
Penyimpanan obat di Puskesmas Kerjo yaitu berdasar sebagai berikut:
1) Alfabetis
Penyimpanan obat berdasar alfabetis yaitu cara penyusunan obat berdasarkan
huruf abjad. Cara ini digunakan untuk mempermudah Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) dalam proses pengambilan obat
2) FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out)
FEFO (First Expired First Out) adalah penyusunan obat yang lebih awal
kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang akan kadaluwarsa
kemudian. Sedangkan FIFO (First In First Out) adalah obat yang pertama
kali datang harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian.
Hal ini sangat penting karena obat yang sudah terlalu lama biasanya
kekuatannya atau potensinya berkurang. Beberapa obat seperti antibiotik
mempunyai batas waktu pemakaian artinya batas waktu dimana obat mulai
berkurang efektivitasnya
3) Kelas terapi
Cara ini merupakan pengelompokkan obat dengan melihat indikasi obat itu
sendiri. Misalnya di Puskesmas Kerjo obat untuk TBC dan HIV tersimpan
pada satu rak.
4) Bentuk sediaan
Cara penyimpanan obat lainnya adalah berdasar bentuk sediaan. Misalnya,
satu rak berisi obat dengan bentuk sediaan tablet dan di rak lain adalah obat
dengan bentuk sirup.
5) Stabilitas
Cara penyimpanan obat berdasar stabilitas adalah dengan memperhatikan
stabilitas dari obat itu sendiri, stabilitas dari obat juga terbagi menjadi
beberapa hal seperti berdasar suhu, kelembapan, dan cahaya. Cara
penyimpanan ini salah satu tujuannya adalah untuk menghindari kerusakan.
6) Obat-obat High Alert dan LASA (Look a Like, Sound a Like)
High Alert adalah obat yang harus diwaspadai karena sering menyebabkan
terjadi kesalahan serius (sentinel event) dan obat yang beresiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan. Sedangkan LASA (Look a Like,
Sound a Like) adalah beberapa jenis obat yang terlihat mirip atau terdengar
1
mirip. Penyimpanan obat High Alert dan LASA (Look a Like, Sound a Like)
diberi tanda khusus yang ditempelkan pada kemasan obat. Untuk obat High
Alert diberi penandaan stiker berwarna merah. Sedangkan untuk obat LASA
(Look a Like, Sound a Like) diberi penandaan berupa stiker berwarna kuning.
Selain itu, penempatan obat juga harus diberi jarak.
5) Distribusi
Pendistribusian bertujuan untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan jenis, jumlah dan waktu
yang tepat serta mutu terjamin. Prosedur distribusi di gudang Puskesmas Kerjo :
unit pelayanan rawat inap, rawat jalan dan poned mengajukan laporan LPLPO
kepada petugas gudang farmasi, kemudian petugas gudang farmasi mengecek
laporan tersebut. Setelah itu, petugas gudang farmasi mendistribusikan obat sesuai
yang diminta di laporan LPLPO tersebut.
6) Penarikan dan Pemusnahan
Penarikan Obat adalah proses penarikan obat yang telah diedarkan yang tidak
memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat, mutu dan label.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai bila:
1) Produk tidak memenuhi persyaratan mutu
2) Telah kadaluwarsa
3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan
4) Dicabut izin edarnya.
Teknisnya adalah:
1) Melakukan pendataan sediaan farmasi yang tdk memenuhi standar,
kadaluwarsa atau rusak
2) Membuat berita acara penarrikan obat atau pengembalian obat
3) Obat yang tidak memenuhi standar, kadaluwarsa atau rusak dikembalikan
ke dinas Kesehatan.
7) Administrasi
Kegiatan administrasi dilakukan untuk mencatat dan melaporkan semua kegiatan
peleyanan kefarmasian di Puskesmas.
2
Teknisnya:
1) Pencatatan keluar masuknya obat di puskesmas melalui kartu stok
2) Pelaporan meliputi LPLPO, psikotropik dan narkotik, kunjungan pasien,
dan laporan obat kadaluwarsa dan rusak
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep yang kemudian dicetak lalu
dilakukan skrinning resep. Setelah dilakukan skrinning resep kemudian
dilanjutkan pengambilan serta meracik obat. Pemberian etiket disesuaikan dengan
bentuk sediaan obat serta diberikan penandaan jika yang memerlukan penandaan
seperti antibotik diberi penandaan harus dihabiskan obat luar diberi penandaan
obat luar dan lain sebagainya. Skrinning resep yaitu sebagai berikut :
a) Skrinning Administratif
Meliputi nama dokter, tanggal penulisan resep, nama pasien, jenis kelamin
pasien, dan alamat pasien.
b) Skrinning farmasetis
Meliputi bentuk dan kekuatan sediaan obat, dosis obat, jumalah obat,
stabilitas, ketersediaan obat, ketersediaan obat, aturan dan cara penggunaan
obat serta inkompabilitas obat. Dalam kolom check list juga terdapat tanda
tangan yang meracik, yang menyerahkan, dan yang menerima resep. Apabila
terjadi permasalahan terkait farmasetis maka dapat mengkonfirmqsi secara
langsung kepada doter yang bersangkutan.
c) Skrining klinis
Skrining klinis dilakukan melalui check list pada kolom skrinning klinis
dengan berbagai aspek yaitu tepat dosis, tepat waktu penggunaan obat, tepat
rute obat, interaksi obat, dan efek samping serta kontraindikasi obat.
3
d) Peracikan obat
Setelah resep di skrinning selaknjutnya dilakukan peracikan obat sesuai
dengan resep yang diterima dan diberikan etiket yang sesuai.
e) Penyerahan obat
Setelah obat selesai disiapkan kemudian dilakukan penyerahan obat sesuai
dengan identitas pasien oleh apoteker atau petugas farmasi disertai dengan
pemberian informasi obat meliputi nama obat, indikasi, aturan pakai, efek
samping, cara pemakaian dan cara penyimpanan obat
4
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari kegiatan Praktik Industri (PI) di Puskesmas Kerjo dapat
disimpulkan:
1) Pelaksanaan Praktik Industri (PI) di Puskesmas Kerjo sangat bermanfaat
bagi mahasiswa untuk dapat mengetahui gambaran umum ruang
lingkup Puskesmas sehingga memahami fungsi dan peran tenaga Ahli
Madya Farmasi di Puskesmas.
2) Resep yang di kaji merupakan resep dari Poli bagian umum, KIA, gigi,
dan BPJS.
3) Sistem distribusi obat dan administrasi di Puskesmas Kerjo
telah menggunakan sistem komputerisasi.
4) Sistem distribusi obat pasien rawat jalan di puskesmas Kerjo
menggunakan metode resep perseorangan (individual prescraibing).
5) Secara keseluruhan, Instalasi Farmasi Puskesmas Kerjo
sangat baik karena mampu memberikan pelayanan yang maksimal
untuk pasien walau dengan jumlah personel yang sedikit.
4.2. Saran
Dalam Praktik Industri (PI) bidang Puskesmas di Puskesmas Kerjo saran yang
kami berikan yaitu:
1
b) Pelaksanaan Praktik Industri (PI) dilaksanakan pada waktu yang lebih
lama agar mahasiswa lebih dapat memahami perannya di bidang
kefarmasian sebagai seorang tenaga teknis kefarmasian dan upaya
mahasiswa-mahasiswi bisa benar-benar mengetahui seluk beluk dunia
kerja di bidang kefarmasian dan bisa lebih siap menghadapi dunia kerja.
2
DAFTAR PUSTAKA
Follet, M. P. (1997). Manajemen Dalam Organisasi. Kencana.
1
LAMPIRAN
Permintaan Obat
1
Gambar Resep Obat
2
Gambar Obat yang telah disiapkan
Gambar Etiket
3
Gambar Rak Penyimpanan Obat di Ruang IF
4
Gambar Rak Penyimpanan Obat di IF
5
Gambar Penyimpanan Obat Tablet di Gudang
6
Foto Bersama dengan Pembimbing Industri