Anda di halaman 1dari 5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

(DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue (Suhendro

et al., 2010). Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit virus yang

berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal dalam waktu yang

sangat singkat (beberapa hari). Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk

Aedes aegypti L., sedangkan Aedes albopictus L. merupakan vektor potensial

(Djakaria, 2011).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO, 2011), setiap

tahun lebih dari 50 juta kasus infeksi terjadi di seluruh dunia, 500.000 di

antaranya merupakan kasus DBD dengan kematian terbanyak pada anak-anak

yaitu sebesar 22.000 jiwa. Sementara itu di Indonesia jumlah kasus DBD

meningkat dari 58 kasus pada tahun 1968 menjadi 158.912 kasus pada tahun

2009 (Achmadi et al., 2010). Menurut Dirjen P2PL, sejak Januari – Oktober

2009, DBD telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita sebanyak

121.423 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode tahun 2008 yaitu

953 orang meninggal dari 117.830 kasus (Depkes, 2009). Di Provinsi Jawa

Tengah sendiri, angka kesakitan DBD meningkat dari 15 per 100.000

penduduk pada tahun 2011 menjadi 19 per 100.000 penduduk pada tahun

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2012. Sedangkan angka kematian DBD meningkat dari 0,93% pada tahun

2011 menjadi 1,52% pada tahun 2012 (Dinas Kesehatan, 2013).

Dengan melihat tingginya angka kesakitan dan kematian DBD, maka

diperlukan suatu upaya pencegahan dan pengendalian. Sampai saat ini belum

tersedia vaksin maupun obat DBD. Baik vaksin virus dengue maupun obat

DBD masih dalam proses penelitian. (Tomlinson, 2009). Oleh karena itu,

pencegahan penyakit DBD diutamakan pada upaya pemutusan rantai

penularan dengan memberantas sarang nyamuk Aedes aegypti L. (Kodim,

2013). Cara yang paling efektif adalah dengan melaksanakan 3M plus

(Widagdo, 2008). Pelaksanaan 3M dilakukan dengan menguras tempat-tempat

penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali, menutup tempat-

tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas seperti kaleng

bekas dan plastik bekas. Selain itu ditambah dengan tindakan plus yaitu

menabur larvasida (abatisasi), memelihara ikan pemakan jentik nyamuk,

menggunakan repellent, memasang kawat kassa pada jendela dan ventilasi,

tidak menggantung pakaian dan menggunakan kelambu pada waktu tidur

(Nomitasari, 2012).

Saat ini larvasida yang paling luas digunakan untuk mengendalikan

larva Aedes aegypti L. adalah temephos 1% (Abate 1 SG) (Sungkar, 2007).

Temephos sudah digunakan sebagai larvasida sejak tahun 1976. Kemudian

pada tahun 1980, temephos 1 % ditetapkan sebagai bagian dari program

pemberantasan nyamuk Aedes aegypti L. di Indonesia. Meskipun metode

tersebut telah menjadi agenda nasional, tetapi populasi Aedes aegpti L. belum

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berhasil dikendalikan, sehingga angka kesakitan masih sering terjadi. Sampai

saat ini temephos sudah digunakan selama lebih dari 30 tahun. Penggunaan

dalam waktu lama ini dapat menimbulkan resistensi Aedes aegypti L. terhadap

bahan aktif pada temephos (Ridha et al., 2011). Berdasarkan penelitian

Raharjo (2006), diketahui bahwa larva Aedes aegypti L. di Kota Surabaya,

Palembang, dan Bandung telah resisten terhadap temephos. Oleh karena itu

diperlukan suatu usaha untuk memperoleh larvasida alternatif, salah satunya

dengan menggunakan larvasida alami dari tanaman yang bersifat racun

terhadap serangga tetapi tidak mempunyai efek samping terhadap lingkungan

dan tidak berbahaya bagi manusia.

Penelitian mengenai larvasida alternatif yang berasal dari tanaman

sudah banyak dilakukan. Kandungan kimia pada tanaman yang dimanfaatkan

sebagai larvasida yaitu saponin, tanin, dan flavonoid. Tanaman bawang daun

(Allium fistulosum L.) yang akan diteliti oleh penulis juga memiliki

kandungan tersebut. Selain itu, alasan penulis memilih bawang daun untuk

diteliti yaitu karena sangat mudah ditemukan di Indonesia dan banyak dijual

di pasar dan swalayan. Penelitian yang akan penulis lakukan mengacu pada

penelitian Agnetha (2008) yang menggunakan ekstrak bawang putih (Allium

sativum L.) sebagai larvasida. Penulis mengacu pada penelitian tersebut

karena ekstrak tanaman yang digunakan berasal dari genus yang sama.

Konsentrasi ekstrak bawang putih yang digunakan pada penelitian Agnetha

(2008) yaitu 100, 150, 200, 250, 300 mg/ml dan hasilnya diperoleh

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

konsentrasi efektif yaitu 3.000 ppm atau 300 mg/ml, dimana pada konsentrasi

tersebut jumlah larva yang mati rata-rata 100%.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti apakah granul

ekstrak bawang daun bersifat larvasida terhadap Aedes aegypti L. Bentuk

granul ini mengadaptasi granul abate SG 1% yang telah lama digunakan

masyarakat. Bentuk granul lebih tahan lama dalam penyimpanan dan mudah

diaplikasikan sebagai larvasida Aedes aegypti L.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

“Bagaimanakah efek granul ekstrak bawang daun (Allium fistulosum L.)

terhadap mortalitas larva Aedes aegypti L.?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek granul ekstrak bawang

daun (Allium fistulosum L.) terhadap mortalitas larva Aedes aegypti L.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

khususnya bidang kesehatan masyarakat mengenai pengaruh pemberian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

granul ekstrak bawang daun (Allium fistulosum L.) terhadap mortalitas

larva Aedes aegypti L.

2. Manfaat aplikatif

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

pencegahan DBD di Indonesia dalam bentuk larvasida alternatif yang

berasal dari bahan alami yaitu bawang daun dengan mengadaptasi bentuk

granul abate sehingga dapat diaplikasikan sebagai larvasida yang aman di

lingkungan rumah tangga.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai