0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan4 halaman
Dokumen ini membahas penelitian tentang pembiakan telur cacing tambang (Ancylostoma duodenale) dari kotoran babi dengan metode modifikasi Harada Mori. Metode ini digunakan untuk mengetahui efektivitas biakan telur cacing tambang menggunakan sampel kotoran babi. Dokumen ini juga membahas latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian tersebut bagi peneliti, institusi, dan masyarakat
Dokumen ini membahas penelitian tentang pembiakan telur cacing tambang (Ancylostoma duodenale) dari kotoran babi dengan metode modifikasi Harada Mori. Metode ini digunakan untuk mengetahui efektivitas biakan telur cacing tambang menggunakan sampel kotoran babi. Dokumen ini juga membahas latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian tersebut bagi peneliti, institusi, dan masyarakat
Dokumen ini membahas penelitian tentang pembiakan telur cacing tambang (Ancylostoma duodenale) dari kotoran babi dengan metode modifikasi Harada Mori. Metode ini digunakan untuk mengetahui efektivitas biakan telur cacing tambang menggunakan sampel kotoran babi. Dokumen ini juga membahas latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian tersebut bagi peneliti, institusi, dan masyarakat
Babi domestic (Sus scrofa domesticus) merupakan mamalia dan termasuk
dalam jenis omivora yaitu pemakan baik daging atau pun tumbuhan.Babi betina dapat menghasilkan 12-14 ekor anak dalam satu kelahiran dengan masa bunting 114 hari. (Pardede Simon, 2015). Hewan ini juga termasuk hewan ternak yang biasa dikonsumsi sebagian orang di Indonesia. Hal ini dikarenakan daging babi memiliki berbagai macam nutrisi diantaranya adalah terdapat dalam 100 gram (gr) daging babi segar yaitu 453 kalori (kal), 11,9 gr protein, dan 45 gr lemak. Lemak babi mengandung asam oleat dengan lemak jenuh (Sri Maiyena, 2022)
Disamping kandungan yang dimilikinya, babi memiliki kebiasaan buruk
yang berhubungan dengan statusnya sebagai omnivora. Khususnya babi yang diternakkan di pedalaman biasanya tidak dikandangkan sehingga babi dapat berkeliaran bebas atau diikat di bawah pohon dan tak jarang memakan tinja manusia (Lingga et al., 2020). Dalam keadaan itu babi akan kehujanan pada saat musim hujan. Bahkan berkubang dalam lumpur yang bercampur dengan kencing dan kotorannya sendiri.(Budaarsa et al., 2018). Dengan perilaku demikian memungkin babi dapat terinfeksi oleh cacing sth terutama cacing tambang (Ancylostoma duodenale) karena telur cacing tambang bisa menetas di tanah dan melepaskan larva matang yang dapat langsung menembus kulit (WHO,2022).
bin Shahid, 2010), telah melakukan penelitian tentang identifikasi cacing
tambang. Di antara 375 sampel tinja yang dievaluasi, 26 (6,93%) sampel positif cacing tambang. Ancylostoma duodenale adalah 3 (11,50%) dan Necator americanus adalah 23 (88,50%). Kultur Harada Mori ditemukan sebagai metode yang paling efektif untuk mendeteksi cacing tambang. Teknik Harada- Mori adalah yang pertama kali dikenalkan pada tahun 1955 oleh Mr. Harada dan Mr. Mori. Teknik ini menggunakan larva alami tropisme ke air untuk memusatkan larva (Martín-Rabadán et al., 1999). Teknik ini memungkinkan telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan didalam air yang terdapat pada ujung tabung. Prosedur Harada Mori tidak membutuhkan ruangan yang besar atau peralatan yang cangggih.
Perkembangan cacing tambang dipengaruihi oleh beberapa faktor seperti
kelembaban. Cacing tambang memerlukan lingkungan yang lembab untuk berkembang karena sensitive terhadap kondisi kering dan juga paparan sinar matahari. Selain itu, suhu dan pH juga mempengaruhi perkembangan cacing tambang. Tanah dengan pH asam dapat mengganggu pertumbuhan cacing tambang. Dalam kondisi kelembaban dan temperatur yang optimal 23℃ - 33℃. Waktu normal yang dibutuhkan telur cacing tambang untuk menjadi larva adala 7 hari. Telur akan menetas dalam 1-2 hari dan akan melepaskan larva rhabditiform berukuran 250-300 µm kemudian menjadi larva filariform dalam waktu 5-10 hari (ZA Mulatikhah, 2019)
Chapman dkk., (2022) telah melakukan penelitian mengenai pembiakan
cacing tambang dengan modifikasi harada mori dengan mencampurkan feses dan arang aktif sebagai penyeimbang pH dan mengurangi bau tak sedap. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil median 23,69 larva per gram IQR 2,5– 32,08 dan juga menyimpulkan bahwa kelangsungan hidup larva menurun dari waktu ke waktu dari rata-rata 85% menjadi <70% dalam 14 hari.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pembiakan telur cacing tambang (Ancylostoma duodenale) dari kotoran babi (Sus scrofa) dengan metode modifikasi Harada Mori”.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah biakan cacing tambang (Ancylostoma duodenale) dengan teknik
modifikasi harada mori efektif menggunakan kotoran babi ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui efektifitas teknik modifikasi harada mori untuk membiakan telur cacing tambang (Acylostoma duodenale) menggunakan sampel kotoran babi (Sus scrofa domesticus). 1.3.2 Tujuan Khusus Mengetahui efektifitas biakan telur cacing tambang (Ancylostoma duodenale) dari kotoran babi (Sus scrofa) dengan teknik modifikasi haradamori menggunakan arang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Penelitian tentang biakan telur cacing tambang (Ancylostoma duodenale) dari kotoran babi (Sus scrofa) dengan teknik modifikasi harada mori. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang cara pembiakan cacing tambang menggunakan teknik modifikasi harada mori. 1.4.2 Bagi Institusi Penelitian tentang biakan telur cacing tambang (Ancylostoma duodenale) dari kotoran babi (Sus scrofa) dengan teknik modifikasi harada mori. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru mahasiswa Teknologi Laboratorium Medik khususnya dalam bidang Parasitologi, juga dapat dijadikan sebagai referensi penelitian tentang biakan telur cacing tambang 1.4.3 Bagi Masyarakat Penelitian tentang biakan telur cacing tambang (Ancylostoma duodenale) dari kotoran babi (Sus scrofa) dengan teknik modifikasi harada mori. Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada masyarakat bagaimana cara membiakkan telur cacing tambang (Ancylostoma duodenale) dengan teknik modifikasi harada mori menggunakan arang. DAFTAR PUSTAKA
bin Shahid, S. (2010). Identicifation of Hookworm Species in Stool By Harada Mori
Culture. In Bangladesh J Med Microbiol. Budaarsa, K., Puger, A. W., Putri, T. I., Udayana Dan, I. D. G. A., & Sudiastra, I. W. (2018). PERFORMA BABI BALI YANG DIPELIHARA DALAM KANDANG LANTAI BAPUK DAN BETON PERFORMANCE OF BALI PIGS RAISED IN BAPUK AND CONCRETE FLOOR. MAJALAH PERTERNAKAN ILMIAH. Chapman, P. R., Llewellyn, S., Jennings, H., Becker, L., Giacomin, P., McDougall, R., Robson, J., Loukas, A., & McCarthy, J. (2022). The production of Necator americanus larvae for use in experimental human infection. Parasites and Vectors, 15(1). https://doi.org/10.1186/s13071-022-05371-y Lingga, A. A., Swacita, I. B. N., & Suada, I. K. (2020). Seroprevalensi Sistiserkosis pada Babi di Wilayah Wamena, Papua. Buletin Veteriner Udayana, 67. https://doi.org/10.24843/bulvet.2020.v12.i01.p12 Martín-Rabadán, P., Muñoz, P., Palomo, J., & Bouza, E. (1999). Strongyloidiasis: The Harada-Mori test revisited. Clinical Microbiology and Infection, 5(6), 374–376. https://doi.org/10.1111/j.1469-0691.1999.tb00157.x Pardede Simon. (2015). ANALISIS BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA PETERNAKAN BABI. Student E-Journal. Sri Maiyena, E. R. M. (2022). Kajian Analisis Konsumsi Daging Sapi dan Daging Babi. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(1), 3131–3136. ZA Mulatikhah. (2019). PERBEDAAN WAKTU INKUBASI TERHADAP PERTUMBUHAN LARVA CACING TAMBANG METODE HARADA MORI. http://repository.unimus.ac.id
TEKNIK KULTUR MAGGOT (Hermetia Illicens) SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis Niloticus) SISTEM KERAMBA JARING APUNG DI DANAU NGADE