Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

JAMUR KANCING

Oleh:

Golongan B/Kelompok 2

1. Wanda Hamidah 201510501029


2. Mudzidan Nugroho Jati 201510501045
3. Nabila Chika Emalia 201510501062
4. Anik Khoiriyah 201510501083

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
Sejarah Jamur Kancing

Agaricus bisporous atau biasa disebut dengan jamur kancing, merupakan


jamur dari kelas Basidiomycetes yang dapat dimakan. Jamur kancing pertama kali
dibudidayakan di Perancis pada tahun 1650 kemudian mulai berkembang di
beberapa negara Eropa seperti Inggris, Denmark, Jerman, dan Hongaria. Jamur
kancing ini ditemukan tumbuh secara alami di Eropa tepatnya yaitu di atas
tumpukan kotoran kuda sejak zaman kuno di Romawi dan Yunani. Jamur kancing
yang berwarna coklat muda merupakan hasil mutasi alami di perkebunan milik
seorang petani di Pennsylvania di tahun 1926. Pada tahun 1920 jamur ini juga
dikembangkan di Amerika Serikat, sedangkan Indonesia mulai membudidayakan
jamur ini pada tahun 1969 oleh sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak
dalam bidang agrobisnis dan berlokasi di dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa
Tengah. Jamur kancing juga dibudidayakan di beberapa wilayah di Indonesia
seperti Purwokerto, Probolinggo, Pangalengan, dan masih banyak lagi (Harahap,
2022). Budidaya jamur kancing di Indonesia memiliki prospek yang baik karena
jamur kancing memiliki peluang bisnis yang cukup baik di pasar domestik maupun
pasar ekspor. Selain itu negara Indonesia juga memiliki keunggulan kompetitif
seperti memiliki iklim yang mendukung untuk budidaya jamur, melimpahnyaa
ketersediaan limbah yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan jamur, serta
ketersediaan jumlah tenaga kerja yang tinggi dan murah

Cara Budidaya Jamur Kancing


Budidaya jamur kancing diawali dengan pemilihan benih yang akan
digunakan sebagai inoculum tahap perbanyakan jamur pada media. Sementara
media yang digunakan dapat dibuat dengan menggunakan bahan dasar jerami, yang
mana sebelum digunakan jerami dilakukan pengomposan atau fermentasi guna
mematikan jamur liar yang masih terkandung pada jerami yang digunakan. Dalam
proses pengomposan sendiri dilakukan penambahan bekatul/dedak yang nantinya
menjadi sumber nutrisi untuk mikroorganisme pelaku pengomposan dan juga
ditambahkan kapur atau dolomit guna mengontrol pH dari bahan yang akan
digunakan sebagai media tanam. Dolomit yang digunakan sebanyak 1% dan dedak
yang digunakan sebanyak 10% dari total berat jerami yang kemudian dicampur dan
difermentasikan sealama 48 jam (Maghfiroh et al., 2022).
Tahap selanjutnya adalah melakukan pensterilan media tanam yang akan
digunakan dengan diletakkan pada ruang tertutup yang nantinya menjadi tempat
budidaya jamur (kumbung) dan di alirkan uap panas selama 72 jam. Setelah media
siap, penanaman dilakukan dengan penyebaran jamur kancing terhadap diatas
media tanam yang sudah disiapkan sebelumnya dan diamkan dalam ruangan yang
memiliki suhu lembab hingga terbentuk misselium yang kemudian media yang
telah ditumbuhi tersebut ditutup menggunakan tanah hingga jamur berkembang dan
siap untuk dipanen.

Kandungan Gizi Jamur Kancing


Jamur merupakan sumber makanan yang memiliki nilai gizi tinggi.
Kandungan lemaknya yang rendah menyebabkan jamur layak untuk dikonsumsi,
apalagi untuk orang yang sedang melakukan diet. Kandungan nutrisi pada jamur
terbilang lengkap. Tidak hanya vitamin, jamur juga memiliki kandungan mineral
yang dibutuhkan tubuh, seperti kalium, kalsium, natrium, fosfor, besi, dan
magnesium. Salah satu jenis jamur yang memiliki kandungan gizi tinggi adalah
jamur kancing. Menurut Asngad et al., (2021) bahwa nilai kandungan protein,
karbohidrat, serat dan berbagai vitamin dan mineral dalam jamur kancing per 100
gram adalah sebagai berikut: Karbohidrat 3,26 g, Gula 1,98 g, Lemak 0,34 g,
Protein 3,0 g, Air 92,45, Thiamin 0,08 mg, Riboflavin 0,402 mg, Vitamin B6 0,104
mg, Vitamin B12 0,04 mg, Vitamin C 2,1 mg, Vitamin D 0,2 mg, Mg 9 mg dan
Phosfor 86 mg.
Jamur kancing (Agaricus bisporus) sering dikenal dengan jamur kompos
atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti
kancing yang paling bayak dibudidayakan. Kandungan gizi Jamur kancing
diantaranya protein yang cukup tinggi, kadar serat yang tinggi pula. Menurut hasil
penelitian Jeong (2010), antioksidan termasuk vitamin C, D, dan B12, folat dan
polifenol dapat memberikan efek baik pada hipoglikemik (menurunkan kadar gula
darah) maupun hipolipidemik (menurunkan lemak darah) pada tikus. Jamur
kancing dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyedap rasa alami karena memiliki
kandungan protein yang tinggi.

Olahan dari Jamur Kancing

a. Penyedap masakan
b. Sup jamur kancing
c. Cah jamur kancing
d. Tumis jamur kancing sayur
e. Pepes jamur kancing
f. Gongso jamur kancing
g. Dimsum jamur kancing
DAFTAR PUSTAKA

Asngad, A., dan Agustina, L. 2021. Kualitas Penyedap Rasa Alami Dalam Bentuk
Cair Dari Kombinasi Berbagai Jamur Edibel Dengan Penambahan Variasi
Glukosa. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi. 7(1): 34-41.

Harahap, S. M. 2022. Pengaruh Penambahan Asam Sitrat Dan Tepung Maizena


Pada Pembuatan Saus Cream Jamur Kancing (Agaricus
bispora) (Doctoral dissertation).

Jeong SC., Jeong Yt., Yang BK., Islam R., Koyyalamudia SR., Panga G, Choa K.Y.,
dan Song C.H. 2010. “White button Mushroom (Agaricus bisporus) lower
blood glucose and cholesterol level in diabetic and hypercholesterolemic
rats”. Nutr Res 30: 49-56.

Maghfiroh, C. N., Hartanti, D. A. S., Puspaningrum, Y., dan Khiftiyah, A. M. 2022.


Pelatihan Petani dalam Pembuatan Baglog Jerami untuk Budidaya Jamur
Kancing. Jumat Pertanian: Jurnal Pengabdian Masyarakat. 3(3): 161-
165.

Anda mungkin juga menyukai