Anda di halaman 1dari 7

EKSTRAK TANIN DARI TANAMAN MANGROVE SEBAGAI GREEN

INHIBITOR KOROSI DAN BAHAN EPOXY COATING PADA


INFRASTRUKTUR INDUSTRI

PENDAHULUAN

Logam merupakan bahan penting bagi industri. Hampir semua komponen


perangkat, mesin, dan peralatan di industri terbuat dari bahan dasar atau terbuat
dari bahan logam, terutama baja. Baja dalam bidang industri di Indonesia
digunakan sebagai bahan pipa pengaliran minyak lepas pantai ke perusahaan,
konstruksi jembatan, bahan bangunan, kerangka kendaraan, penggalangan kapal,
alat-alat rumah tangga, alat kesehatan dan generator pembangkit listrik. Material
logam memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan material logam
berupa kuat dan mudah dibentuk. Sedangkan kelemahan material logam berupa
mudah mengalami oksidasi (teroksidasi), ketika logam berinteraksi langsung
dengan kelembaban atau lingkungan sekitarnya dan terjadi perubahan bentuk
apabila terkena temperatur yang tinggi. Peristiwa perubahan bentuk akibat
interaksi dengan lingkungan ini disebut dengan korosi (Yetri, 2015).

Korosi adalah masalah utama yang paling umum di lingkungan rumah


tangga dan industri. Menurut definisi, korosi adalah serangkaian proses degradasi
massa atau degradasi suatu material (biasanya logam) karena interaksi reaksi
alami atau buatan terhadap lingkungan. Ada Banyak cara yang bisa dilakukan
untuk memperlambat suatu laju reaksi pada korosi, seperti membuat paduan
logam yang berfungsi agar tidak terjadi korosi, melapisi bagian logam agar tahan
dari medium korosif, dan juga dengan cara menambahkan suatu zat yang
berfungsi sebagai inhibitor korosi (Fadilah, 2018). Adapun inhibitor korosi
merupakan suatu zat yang apabila ditambahkan ke dalam lingkungan akan
menurunkan serangan korosi terhadap suatu logam. Menurut bahan dasarnya
inhibitor dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu inhibitor yang terbuat dari bahan
organik dan anorganik. Pada inhibitor organik selain dapat menghambat laju
korosi, inhibitor organik bersifat nontoksik, murah, sudah tersedia di alam, mudah
diperbaharui dan tidak merusak lingkungan Sedangkan pada inhibitor anorganik
cukup efektif dalam menghambat laju korosi namun bersifat toksik. (Jalaludin,
2015).

Pohon bakau atau mangrove adalah tanaman yang tumbuh di rawa-rawa,


air payau, maupun perairan pantai yang mengalami pasang surut. Tanaman ini
pada umumnya digunakan untuk mempertahankan pantai dari abrasi. Bagian dari
tanaman mangrove yang biasanya dimanfaatkan adalah kayunya. Pada umumnya,
kayu pohon bakau dimanfaatkan oleh industri sebagai bahan pembuatan arang dan
untuk pembuatan tiang bangunan. Padahal dalam kulit kayu bakau tersebut
mengandung senyawa tanin yang mempunyai banyak manfaat, salah satunya
adalah sebagai adsorben yang berperan bagus dalam menghambat korosi
(Danarto, 2011). Indonesia dilaporkan memiliki hutan mangrove seluas 3.735.250
ha dan Luas hutan mangrove Indonesia hampir 50% dari luas mangrove Asia dan
hampir 25% dari luas hutan mangrove dunia yaitu mencapai luas sekitar
16.530.000 ha (Khairunnisa, Thamrin dan Prayogo, 2020). Hal tersebut dapat
membuat indonesia memiliki potensi sumber daya pohon mangrove yang cukup
besar. Selain itu, kayu bakau merupakan inhibitor yang terbuat dari bahan organik
yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya sehingga pembuatan epoksi dari
bahan inhibitor tanin kayu bakau dapat menjadi salah satu inovasi yang tepat
dalam mencegah korosi pada infrastruktur industri.

ISI

Tanin merupakan senyawa polifenol komplek yang dapat ditemukan pada


hampir seluruh tumbuhan hijau untuk melindungi diri dari hama, salah satunya
adalah pohon mangrove. Pohon mangrove memiliki senyawa tanin yang berada
pada kulit batang kayunya sebesar 5,4 %. Tanin memiliki molekul besar yang
terdiri atas gugus hidroksil dan karboksil. Tanin juga merupakan zat yang dapat
larut dalam air sehingga dapat dikatakan tanin merupakan zat hidrofilik. Senyawa
asam dan alkaloid juga dapat bereaksi dengan zat tanin ini (Danarto, 2011). Tanin
dapat digunakan sebagai inhibitor korosi yang sangat baik, hal tersebut
disebabkan oleh adanya gugus hidroksil yang berdekatan dengan cincin aromatik
pada struktur senyawanya sehingga tanin dapat membuat suatu kelat dengan
kation logam yang sangat penting dalam aktivitas anti korosi (Nurul Affifah,
Ginting dan Suprihatin, 2019). Tanin pada umumnya digunakan oleh manusia
sebagai pakan ternak atau kesehatan untuk menyembuhkan penyakit tertentu.
Namun, tanin tidak hanya dimanfaatkan untuk hal tersebut saja. Tanin juga dapat
dimanfaatkan sebagai zat anti korosi pada suatu logam.
Tanin dari dalam tanaman mangrove dapat diambil dengan melakukan
sebuah pengekstrakan. Tahap pengekstrakan tanin dapat dilakukan melalui
beberapa tahap sebagai berikut. Kulit batang mangrove dikeringkan dengan
didiamkan selama 25 hari dalam suhu ruang. Setelah dikeringkan, kulit batang
mangrove digerinda hingga berbentuk serbuk. Serbuk kulit batang mangrove
dimaserasi dengan memasukkan sebanyak 200 g serbuk ke dalam botol tertutup
ukuran 2500 mL dan ditambahkan etanol sebanyak 1200 mL serta air sebanyak
500 mL yang didiamkan dan diaduk 5 menit per 12 jam selama 3 hari. Setelah 3
hari larutan hasil maserasi disaring menggunakan kertas saring 0,45 μm. Larutan
yang sudah disaring dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Hasil pemekatan
inilah yang digunakan sebagai larutan inhibitor. Kemudian dilakukan pengujian
untuk mengetahui efektivitas tanin sebagai inhibitor. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan sampel potongan pelat baja yang telah dihaluskan permukaannya
ke dalam suatu media korosif. Penghalusan ini bertujuan untuk membersihkan
baja dari kotoran seperti minyak, lemak, dan karat yang menempel pada
permukaan baja. Adapun media korosif dibuat dengan melarutkan larutan yang
korosif seperti NaOH ke dalam akuades. (Loveanda dan Dahlan, 2021) Pengujian
inhibisi senyawa yang terkandung dalam tumbuhan terhadap korosi baja
dilakukan dengan menggunakan ekstrak yang telah dibuat. Senyawa ekstrak yang
akan diuji ditambahkan dalam konsentrasi yang bervariasi. Larutan korosif
dimasukkan ke dalam botol uji. Senyawa yang akan ditentukan proteksinya
terhadap korosi baja dimasukkan ke dalam larutan dengan konsentrasi tertentu,
kemudian lempeng baja yang sudah ditimbang beratnya dimasukkan ke dalam
larutan. Setelah itu didiamkan selama 24 jam. Keesokan harinya baja diambil dari
larutan, dibersihkan, dan ditimbang kembali. Metode gravimetri digunakan untuk
membandingkan antara penurunan massa bahan yang diuji yang belum ditambah
inhibitor dengan penurunan bahan yang diuji yang telah ditambahkan inhibitor
dengan konsentrasi tanin mangrove yang berbeda-beda untuk mendapatkan nilai
efektivitas inhibitor. Penurunan massa bahan ini terjadi akibat perlakuan yang
dialami bahan untuk terjadi korosi. Apabila nilai efektivitas inhibitor mendekati
angka 100% , maka inhibitor akan menjadi lebih baik atau efektif (Shah,
A.M.,2013).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak tanin sebagai inhibitor pada
besi yang dicelupkan dalam larutan korosif dapat menurunkan laju korosi.
Efisiensi inhibisi cenderung meningkat seiring meningkatnya konsentrasi
inhibitor. Baja tanpa penambahan inhibitor serta baja dengan konsentrasi inhibitor
0,5% memiliki efisiensi inhibisi yang sangat rendah yaitu 0%. Efisiensi inhibisi
paling tinggi yaitu 83% terjadi saat penambahan inhibitor dengan konsentrasi 2%
dan 2,5% dimana pada konsentrasi ini baja setelah direndam pada media korosif
selama 4,5 jam mengalami kehilangan massa paling sedikit (Aini dan Dahlan,
2021). Menurut beberapa data lainnya, nilai efisiensi proteksi tanin dari mangrove
sebagai inhibitor juga menunjukkan nilai yang cukup tinggi yaitu sebesar 61,52%
daripada menggunakan bahan- bahan lainnya seperti ekstrak dari daun teh yang
hanya sebesar 26,73% dan ekstrak dari kopi sebesar 54,86% (Sudrajat, 2007).
Penerapan ekstrak tanin mangrove sebagai inhibitor korosi pada
infrastruktur dapat dilakukan dengan metode coating atau pelapisan menggunakan
resin epoksi. Resin epoksi sendiri telah banyak digunakan pada pelapis (coating)
berkualitas tinggi. Hal ini disebabkan oleh stabilitas kimianya yang tinggi,
ketahanan terhadap panas, air, dan daya adhesi yang sangat baik pada suatu
logam. Resin epoksi ini biasanya diperoleh dari reaksi kondensasi antara turunan
difenil propana dan epiklorohidrin dengan adanya katalis basa (apl). Tanin
mangrove yang telah diekstrak menjadi larutan inhibitor dapat dijadikan sebagai
bahan campuran pada resin epoksi yang kemudian dapat diterapkan sebagai suatu
coating pada infrastruktur yang dituju. Adapun pada pencampuran epoksi resin
dengan tanin mangrove, pencampuran dilakukan dengan cara mencampurkan zat
pembuatan epoksi dengan ekstrak tanin mangrove pada alat dissolver dengan
kecepatan tinggi dan dilanjutkan dengan menggunakan alat pearl mill. Setelah itu,
Pemisahan bahan menggunakan filter membran dilakukan untuk memisahkan zat
yang tidak diinginkan dan dapat membuat efektivitas epoksi sebagai inhibitor
korosi berkurang (Milošević et al., 2019). Epoksi yang telah tercampur tanin
mangrove dapat menjadi lapisan pada infrastruktur industri untuk melindungi
infrastruktur tersebut khususnya yang terbuat dari logam dari peristiwa korosi.

PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, penggunaan ekstrak tanin
dari tanaman mangrove lebih ideal digunakan sebagai inhibitor korosi karena
mempunyai efisiensi yang cukup besar daripada bahan organik lainnya. Percobaan
menunjukkan bahwa efisiensi inhibitor dari tanin mangrove dapat mencapai
61,25% hingga 83% yang mana lebih unggul dalam menghadapi korosi daripada
ekstrak dari bahan lainnya. Selain itu, ekstrak tanin dari tanaman mangrove
merupakan zat organik yang ramah lingkungan dan tidak cenderung toksik seperti
inhibitor anorganik. Penerapan tanin mangrove pada infrastruktur industri sebagai
zat anti korosi dilakukan dengan melakukan pencampuran pada suatu resin
epoksi. Resin epoksi yang telah tercampur oleh ekstrak tanin mangrove dapat
digunakan sebagai coating atau lapisan pada infrastruktur yang dituju. Adapun
penggunaan resin epoksi dipilih karena stabilitas kimianya yang tinggi, ketahanan
terhadap panas, air, dan daya adhesi yang sangat baik pada suatu bahan khususnya
logam sehingga pemilihan resin epoksi dengan campuran inhibitor ekstrak tanin
mangrove dapat menjadi kombinasi yang sangat baik dalam mencegah korosi
pada infrastruktur industri.
DAFTAR PUSTAKA
Milošević, M., Daničić, D., Kovačina, J., Bugarčić, M., Rusmirović, J.,
Kovačević, T. and Marinković, A., 2019. Modified tannins for alkyd based
anticorrosive coatings. Zastita materijala, 60(1), pp.81-95.

Aini, T. and Dahlan, D., 2021. Ekstrak Kulit Batang Bakau sebagai Inhibitor
Korosi Baja Komersil. Jurnal Fisika Unand, 10(2), pp.156-162.

Loveanda, U. and Dahlan, D., 2021. Sintesis Lapisan Antikorosi Menggunakan


Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia Catappa L) Sebagai Inhibitor dengan Metode
Elektrodeposisi dan Pencelupan. Jurnal Fisika Unand, 10(3), pp.288-295.

Nurul Affifah, F., Ginting, E. and Suprihatin, S., 2019. PENGARUH


PENAMBAHAN INHIBITOR EKSTRAK DAUN TALAS DAN SUHU
PERENDAMAN 40 OC DAN 70 OC TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAJA
API 5L DALAM LARUTAN NACL 3%. ANALIT: ANALYTICAL AND
ENVIRONMENTAL CHEMISTRY, 4(02), pp.76-85.

Khairunnisa, C., Thamrin, E. and Prayogo, H., 2020. KEANEKARAGAMAN


JENIS VEGETASI MANGROVE DI DESA DUSUN BESAR KECAMATAN
PULAU MAYA KABUPATEN KAYONG UTARA. JURNAL HUTAN LESTARI,
8(2).

Danarto, Y., 2011. PENGAMBILAN TANIN DARI KULIT KAYU BAKAU


DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ADSORBEN LOGAM BERAT
CUPRUM (Cu) DAN TIMBAL (Pb). EKUILIBIUM, 10(1).

Shah, A.M., Rahim, A.A., Hamid, S.A., Yahya, S. (2013): Green Inhibitors for
Copper Corrosion by Mangrove Tannin, International Journal of Electrochemical
Science, 8,2140-2153.
Yetri, Y., “Inhibisi Korosi dan Pemulihan Sifat Mekanik Baja Lunak
Menggunakan Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao) dalam Media
Asam”, Disertasi S3, Universitas Andalas,
2015.

Fadilah, O. A., Mardiah, dan Novianti, H. l., 2018, Studi laju korosi logam
aluminium dalam larutan asam dengan penambahan ekstraksi daun karamunting
sebagai inhibitor, Jurnal Teknik Kimia No. 4, Vol. 24,

Jalaludin, dkk., 2015, Efektifitas Inhibitor Ekstrak Tanin Kulit Kayu Akasia
(Acacia Mangium) Terhadap Laju Korosi Baja Lunak (St.37) Dalam Media Asam
Klorida, Jurnal Teknologi Kimia Unimal, Vol 4, hal 91-92.

Anda mungkin juga menyukai