Anda di halaman 1dari 6

PEMANFAATAN EFEK LOTUS

DALAM TEKNOLOGI CAT ANTI KOTOR


Vania Elliya Ananda Wenno
14414053
Mahasiswa Manajemen Rekayasa Industri
Institut Teknologi Bandung
ABSTRAK
Perubahan cuaca yang tidak menentu salah satu faktor penyebabnya adalah
pemanasan global yang terjadi karena meningkatnya emisi gas rumah kaca.
Terjadinya peristiwa perubahan cuaca melahirkan inovasi self-cleaning cat tembok
yang disadur dari efek lotus untuk mempertahankan estetika dari tembok agar dapat
melindungi kualitas tembok terhadap kotoran. Efek lotus digunakan dengan
memanfaatkan pencampuran TiO2 dan berbagai jenis dispersant dengan cat murni.
Pada penelitian terkait pemanfaatan efek lotus dalam teknologi cat anti kotor
dilakukan metode riset perpustakaan, dimana kajian diakukan dengan menelaah
literatur sebagai pustaka.
Kata kunci : Lotus, cat anti kotor, self-cleaning, TiO2.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global merupakan suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut
serta bumi. Pemanasan global terjadi karena peningkatan emisi gas rumah kaca seperti
karbondioksida, metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan
sulfur heksafluorida di atmosfer. Isu terkait berimplikasi pada keseimbangan
lingkungan yang dapat menyebabkan perubahan cuaca yang tidak menentu.
Perubahan cuaca yang tidak menentu, termasuk di Indonesia, menjadi salah satu faktor
lahirnya inovasi cat anti kotor. Teknologi cat anti kotor bertujuan untuk melindungi
lapisan tembok agar tembok terbebas dari kotoran baik debu, lumpur, tanah dan
partikel lainnya. Hal tersebut dilantaskan sehingga nilai estetika pada tembok dapat
dipertahankan.
Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis merupakan riset perpustakaan, yakni penelitian
yang mengkaji bahan dengan menelusuri serta menelaah literatur maupun penelitian
yang digunakan sebagai bahan-bahan pustaka.
PEMBAHASAN
Efek Lotus dalam Pembuatan Spotless Paint

Teknologi cat anti kotor memanfaatkan efek lotus, yang merupakan suatu sifat
membersihkan sendiri (self-cleaning) yang teramati dalam beberapa jenis tumbuhan,
di antaranya pada tumbuhan teratai (lotus). Daun lotus memiliki mekanisme
pembersihan diri secara alami, dimana struktur mikroskospik serta kimia
permukaannya mengakibatkan daun lotus tersebut tidak pernah dapat basah meskipun
tumbuh dalam sungai atau danau. Butiran air yang terdapat pada daun lotus akan
menggumpal pada permukaan daun seperti air raksa, mengambil lumpur, serangga dan
bahan-bahan pengotor yang melekat pada permukaan daun tersebut. Fenomena daun
lotus tersebut kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli teknologi nano dalam
kemajuan teknologi cat sehingga dapat bersifat self-cleaning.

Proses Pembentukan Cat Anti Kotor

Teknologi yang digunakan dalam pembuatan cat anti kotor adalah dengan
memanfaatkan senyawa TiO2. TiO2 merupakan suatu senyawa semikonduktor yang
dapat mengalami reaksi kimia ketika terjadi kontak dengan cahaya matahari. Proses
kimia yang dibantu oleh energi dari sinar matahari tersebut disebut proses fotokatalisis.
Fotokatalisis TiO2 dapat menguraikan senyawa organik menjadi CO2 dan H2O, dimana
kemampuan tersebut digunakan untuk menguraikan kotoran yang menempel pada
permukaan cat (Kusmahetiningsih & Sawitri 2012). TiO2 memiliki tiga karakteristik
struktur yaitu anatase, rutile dan brooklite (Diebold, 2002). Struktur anatase
merupakan struktur yang dapat digunakan dalam pembentukan teknologi anti kotor
karena memiliki sifat fotokatalis yang paling baik.

Katalis TiO2 memiliki partikel cenderung lengket satu sama lain yang mengakibatkan
terjadinya penggumpalan apabila dilihat secara mikroskopis. Hal tersebut
menimbulkan dibutuhkannya aksi khusus sebelum digunakan sebagai pelapis
permukaan tembok. Antisipasi penggumpalan dapat menggunakan zat pendispersi
dimana zat pendispersi berfungsi untuk pengutaian partikel-partikel dalam suspensi
yang memiliki sifat cenderung lengket antar partikel sehingga tidak terjadi
penggumpalan. Pada senyawa TiO2 yang cenderung berbahan powder, dibutuhkan
dispersant yang memiliki jarak antar partikel cenderung renggang seperti Etilen
Glikol, Polietilen Glikol serta Triton X 100.

Metode Pembentukan Cat Anti Kotor

Salah satu metode dalam pembentukan cat anti kotor melalu proses preparasi TiO2,
suspensi TiO2 dengan dispersant, serta pencampuran suspensi pada lapisan cat.
Dalam proses preparasi TiO2 dapat dilakukan uji DSC (Differential Scanning
Calorimetry), yakni suatu teknik analisis termal yang digunakan untuk mengukur
energi yang dapat diserap sampel dalam fungsi waktu atau suhu. TiO2 dalam fase rutile
dapat diperoleh dengan melakukan kalsinasi (penguraian dengan temperatur tinggi)
pada suhu 1000’ C dengan durasi selama 7 jam. Sedangkan dalam fasa anatase, dapat
dilakukan kalsinasi selama 4 jam dengan suhu 400’ C. Kedua hasil tersebut kemudian
melalui uji XRD (X-Ray Diffraction) untuk menguji mutu struktur serta susunan atom
kristal TiO2 pada kedua fase tersebut.

Pembuatan suspensi TiO2 dilakukan dengan mencampurkan TiO2 dengan aquades


berukuran 10 ml, kemudian dilakukan proses pengadukan dengan menggunakan
magnetic stirrer dengan temperatur 50’ C selama 2 jam. Selanjutnya adalah
penambahan dispersant dengan perbandingan massa sebesar kelipatan empat massa
TiO2. Dispersant tersebut turut dilakukan pengadukan dengan magnetic stirrer selama
15 menit pada suhu 60’ C.

Kualitas anti kotor pada cat tiap dispersant dapat dilihat dengan pengolahan citra
(image processing) menggunakan software ImmageJ ketika di cat yang sudah
dicampur dengan dispersant (dalam keadaan kering) diberikan pengotor berupa
lumpur dan pewarna makanan. Kualitas anti kotor pada cat dengan pemberian
pengotor lumpur dalam suatu penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut.
Tabel 1 Hasil analisis ImmageJ untuk pengotor lumpur
Sumber : Pengaruh Dispersant Terhadap Nanopartikel TiO2 Sebagai
Optimasi Cat Anti Kotor
TERHADAP NANOPARTIKEL TiO2

Pada hasil analisis di atas, dispersant dengan sifat anti kotor terbaik untuk melindungi
lapisan cat dari kotoran berupa lumpur adalah dispersant Etilen Glikol dengan
penurunan luasan pengotor sebesar 40.99 cm2. Dispersant terkait dapat mencegah
terjadi aglomeritas partikel dengan ukuran partikel mencapai 132.02 nm untuk cat
murni serta 118.54 nmpenambahan dispersant Etilen Glikol.
Kualitas anti kotor pada cat dengan pemberian pengotor pewarna makanan dalam
suatu penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut.

Tabel 2 Hasil analisis ImmageJ untuk pengotor pewarna makanan


Sumber : Pengaruh Dispersant Terhadap Nanopartikel TiO2 Sebagai
Optimasi Cat Anti Kotor

Pada hasil analisis di atas, dispersant dengan sifat anti kotor terbaik untuk melindungi
lapisan cat dari kotoran berupa pewarna makanan adalah dispersant Triton X dengan
penurunan luasan pengotor sebesar 24.56 cm2. Dispersant terkait dapat mencegah
terjadi aglomeritas partikel dengan ukuran partikel mencapai 132.02 nm untuk cat
murni serta 137.52 nm penambahan dispersant Triton X.
PENUTUP
Kesimpulan
Teknologi yang digunakan dalam pembuatan cat anti kotor adalah dengan
memanfaatkan senyawa TiO2. Namun penggunaan TiO2 pada cat anti kotor namun
memiliki kekurangan berupa resin dari cat akan mudah mengalami kerusakan. Hal
tersebut terjadi karena TiO2 adalah fotokatalis yang memanfaatkan sinar ultraviolet
dalam proses terkait, sehingga resin yang umumnya terbuat dari bahan polimer akan
pecah akibat efek dari sinar ultraviolet (Benedix, 2010).

Dispersant dengan sifat anti kotor terbaik untuk melindungi lapisan cat dari kotoran
berupa lumpur adalah dispersant Etilen Glikol dengan penurunan luasan pengotor
sebesar 40.99 cm2. Sedangkan dispersant dengan sifat anti kotor terbaik untuk
melindungi lapisan cat dari kotoran berupa pewarna makanan adalah dispersant Triton
X dengan penurunan luasan pengotor sebesar 24.56 cm2.

Perbandingan selisih luasan pengotor disebabkan unsur-unsur pendukung kotoran


tersebut. Pengotor jenis lumpur memiliki selisih yang lebih besar dibandingkan dengan
pengotor jenis pewarna makanan. Hal tersebut terjadi karena pengotor pewarna
makanan memiliki unsur-unsur organik sehingga lebih sulit mengalami reaksi
fotokatalisis yang berakibat pada luasan pengotor yang dibersihkan lebih kecil
dibandingkan dengan pengotor jenis lumpur (Adiati).

REFERENSI
Benedix, Roland. 2000. "Application of Titanium Dioxide Photocatalysis to Create
Self-Cleaning Building Materials." LACER. Accessed February 7, 2018.

Diebold, U. 2002. "Appl. Phys. A."

Dyah Sawitri, Rima Fitria Adiati, Nurfadilah, Cindy Claudia Febiola, Ibnu Taufan,
Nur Fadhilah. 2014. "Studi Komparasi Sifat Fotokatalis dan Aglomeritas
Nanopartikel Tio2 Sebagai Pengaruh Dispersantt Etilen Glikol dan Triton X
100 dalam Dirt-Free Paint." Jurnal Fisika Vol. 4 No. 1.

Kusmahetiningsih, Nining, Sawitri, Dyah. 2012. "Aplikasi TiO2 Sebagai Self


Cleaning pada Cat Tembok dengan Dispersantt Polietilen Glikol (PEG)."
Jurnal Teknik Pomits.

Rima Fitria Adiati, Nurfadilah, Cindy Claudia Febiola, Ibnu Taufan, Nur Fadhilah.
n.d. "Pengaruh Dispersantt Terhadap Nanopartikel TiO2 Sebagai Optimasi
Dirt-Free Paint." Accessed February 6, 2018.
Sungging Haryo W, Arimaz Hangga, Warin Gusena, Tri Kurniawan, Dyah Sawitri.
2012. "Aplikasi Partikel TiO2 Sebagai Self Cleaning pada Cat Minyak."
Accessed February 6, 2018.

Anda mungkin juga menyukai