Anda di halaman 1dari 8

Degradasi Polutan dengan Masker MULTIMA (Multi

Function Mask) Berbasis TiO2-Zeolit untuk Mengatasi


Pencemaran Udara

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai


Inovasi Teknologi Hijau untuk Menyelesaikan Permasalahan
Lingkungan di Indonesia

Disusun oleh:

(Hestin Wirasti, 4301415093, 2015)


(Universitas Negeri Semarang)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2016

1
Degradasi Polutan dengan Masker MULTIMA (Multi
Function Mask) Berbasis TiO2-Zeolit untuk Mengatasi
Pencemaran Udara

Hestin Wirasti

Perkembangan zaman yang semakin maju diiringi dengan pesatnya


penerapan ilmu dibidang teknologi. Hampir semua pekerjaan dikerjakan dengan
menggunakan alat-alat canggih untuk menunjang keefektifan dalam bekerja, entah
dari sarana transportasi hingga sarana produksi. Dengan demikian, akan
menimbulkan polusi udara akibat gas buang yang dihasilkan. Dewasa ini, kualitas
udara tergolong kurang baik bagi kesehatan. Masuknya zat pencemar ke dalam
udara disebabkan karena faktor alamiah dan kegiatan manusia. Di Indonesia
polusi udara bukanlah suatu hal yang asing lagi, terutama di kota-kota besar
seperti kota metropolitan, Jakarta. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh
Pemprov DKI Jakarta (2009), Jakarta menempati urutan ketiga sebagai kota
dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia setelah Meksiko dan Thailand
(Novalsyah, 2009). Polusi udara ini sebagian besar disebabkan karena aktivitas
manusia. Salah satunya adalah pencemaran gas buangan dari kendaraan yang
didominasi oleh karbon monoksida (CO), oksida nitrogen (NO x), dan hidrokarbon
(CHx).
Pesatnya perkembangan zaman akan berdampak pada kemajuan teknologi,
terutama dalam bidang transportasi dan industri yang nantinya akan berdampak
pada lingkungan. Gas buangan yang dihasilkan dari alat transportasi dan alat-alat
industri akan berpengaruh terhadap kesehatan. Untuk mengurangi risiko terkena
penyakit yang disebabkan oleh polutan udara, masyarakat memerlukan masker.
Secara umum, terdapat tiga jenis masker berdasarkan caranya mengurangi kadar
polutan udara yang masuk ke dalam tubuh, yatiu masker berprinsip filtrasi,
adsorpsi, dan fotokatalis.

1
Pertama, masker berprinsip filtrasi, contohnya adalah masker medis
(surgical mask) yang berbahan dasar kertas berpori. Masker ini merupakan
masker yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Namun, masker ini hanya
dapat memfilter partikulat dan tidak dapat memfilter partikel gas polutan seperti
CO, NOx, dan HCx.
Kedua, masker berprinsip adsorpsi (Brain, 2010), contohnya adalah
masker moncong babi yang menggunakan karbon aktif berdesain fix bed sebagai
adorbennya. Masker ini dapat menghilangkan bau, dapat mengadsorpsi polutan
berwujud gas, dan harganya juga relatif terjangkau, yaitu sekitar Rp 40.000. Akan
tetapi, desain masker ini sangat kaku, berat, dan ukurannya teralu besar sehingga
kurang nyaman dipakai. Selain itu, untuk kondisi udara seperti Jakarta masker ini
kurang ekonomis karena filter karbon aktifnya juga perlu diganti setiap tiga
minggu sekali. Harga filter karbon aktif masker ini sekitar Rp 10.000 per buah
(Prasadja, 2008). Contoh lain dari masker berprinsip adsorpsi yaitu masker
totobobo. Masker ini dapat mengadsorpsi polutan gas dengan sangat baik. Intinya,
permasalahan dasar dari masker berprinsip adsorpsi adalah ketidakmampuan
adsorben dalam mendegradasi polutan karena pada dasarnya adsorben hanya
dapat memindahkan polutan dari udara ke dalam adsorben (Alfat, 2009).
Ketiga, masker berprinsip fotokatalis, contohnya adalah photocatalyst
mask. Fotokatalis yang digunakan dalam masker ini ada dua macam, yaitu
titanium oksida (TiO2) dan juga senyawa aktif keramik. Masker ini dapat
mendegradasi polutan gas yang berbahaya secara in situ sehingga masker ini dapat
dipakai dalam jangka waktu yang cukup lama. Akan tetapi, karena masker ini
memanfaatkan prinsip fotokatalis maka masker ini memiliki kelemahan yaitu daya
adsorpsi fotokatalis terhadap polutan sangat rendah (Chun, 2008; Durgakumari,
2002) sehingga polutan yang terdegradasi pun sedikit. Selain itu, desain
photocatalyst mask mirip dengan masker medis sehingga waktu kontak antara
polutan dengan fotokatalis juga masih relatif singkat, akibatnya degradasi polutan
menjadi tidak maksimal.
Berdasarkan uraian diatas, masker memiliki kelebihan dan kekurangan.
Dengan permasalahan tersebut, maka memuncukan inovasi untuk merekayasa

2
masker menjadi lebih baik dalam mendegradasi polutan. Rekayasa yang
dimaksudkan yaitu dengan cara membuat suatu material pendegradasi polutan.
Saat ini, material pendegradasi polutan yang sangat potensial untuk
dikembangkan adalah katalis komposit yang merupakan kombinasi antara
fotokatalis dan adsorben (Chun, 2008; Yanjun, 2006; Ichiura, 2002). Keberadaan
adsorben dalam katalis komposit akan meningkatkan kontak antara fotokatalis
dengan polutan. Sedangkan keberadaan fotokatalis dalam katalis komposit akan
membuat polutan terdegradasi, sehingga adsorben tidak cepat jenuh oleh polutan.

Keberadaan fotokatalis dan adsorben dalam suatu katalis komposit


berfungsi saling mendukung dalam proses degradasi polutan. Dalam membuat
katalis komposit, pemilihan adsorben dan fotokatalis harus disesuaikan dengan
jenis senyawa yang ingin didegradasi. CO dan NO x merupakan polutan anorganik,
sehingga cocok diadsorpsi oleh adsorben oleh zeolit. Zeolit sendiri merupakan
senyawa polar yang mampu mendukung proses fotokatalis dalam menyerap CO
dan NOx yang juga bersifat polar. Dalam hal ini, menggunakan zeolit karena
jumlah zeolit yang jumlahya sangat banyak di alam. Berikut desain masker
MULTIMA.

Keterangan:
A=kain saring untuk menyaring debu
a b c
dan partikel
B=kain yang telah disisipi zeolit-TiO2
C=kain untuk penutup zeolit-TiO2

Gambar 1. Desain Masker MULTIMA

3
Desain pada masker tersebut dirancang sedemikian rupa agar
memudahkan pengguna dalam pemakaiannya. MULTIMA terdiri dari 3 lapis kain.
Kain pertama merupakan kain biasa yang berfungsi untuk menyaring polutan-
polutan berukuran besar seperti debu. Pada kain kedua, disinilah proses adsorpsi
terjadi. Dengan mencampurkan zeolit dan TiO2 hingga homogen lalu diberi air
dan mencelupkan kain bersih pada campuran zeolit dan TiO 2 maka kain tersebut
dapat digunakan untuk mengadsorpsi polutan. Sedangkan pada kain ketiga,
berfungsi sebagai pelindung kain kedua yang mengandung zeolit dan TiO2 agar
tidak terjadi kontak langsung dengan kain kedua yang mengandung zeolit dan
TiO2 tersebut. Dengan demikian, maka polutan dengan ukuran besar seperti debu
dapat tersaring dan polutan yang berukuran kecil seperti CO dan NOx dapat
teradsorpsi oleh zeolit dengan katalis TiO2. Dengan bantuan sinar matahari TiO2
akan bekerja karena TiO2 bersifat fotokatalis.
Senyawa superoksida
Bakteri yang dapat membunuh
bakteri
CO2 dan
H2O
TiO2
Sumber cahaya tampak
dari sinar matahari
maupun dari lampu

Cahaya
matahari atau
lampu

Gambar 2. Sistem Kerja MULTIMA yang Dilapisi TiO2

Proses adsorpsi yang terjadi pada masker antipolutan dapat mengadsorpsi


dengan cepat karena bantuan TiO2 yang bertindak sebagai katalis. Keuntungan
yang dapat diperoleh dari inovasi masker MULTIMA adalah tereliminasinya
berbagai polutan yang dihasilkan oleh gas buang, polutan organik seperti CO dan
NOx dapat terdegradasi dan bakteri-bakteri akan mati sehingga tidak mengganggu
pernapasan pada manusia.

4
Keuntungan dan kebermanfaatan Masker Bagi Masyarakat dan Pihak-
Pihak yang Terkait dalam Implementasi

Presiden RI

Gubernur dan pemerintah BPLHD


kota

Industri Transportasi

Asap Asap kendaraan


pabrik
Gangguan
pernapasan
Polusi Udara
udara kotor

MASKER
MULTIMA

Masyarakat sehat

Gambar 3. Stakeholders implementasi MULTIMA

Keterangan :

1. Pihak pertama yang terkait dengan pembuatan MULTIMAadalah Presiden


RI. Presiden berperan menyetujui semua kebijakan yang diajukan oleh
pemerintah daerah atau lembaga lain. Selain itu, Presiden juga dapat
berperan sebagai penentu kebijakan atas permasalahan yang dialami oleh
masyarakat.
2. Pihak kedua yang terkait dalam pembuatan MULTIMA adalah pemerintah
daerah. Pemerintah daerah meliputi Gubernur ataupun pemerintah kota.
Dalam hal ini, Gubernur dan pemerintah kota memiliki kedudukan yang

5
sama. Keduanya berperan sebagai penentu kebijakan terkait masalah-
masalah yang ada, seperti masalah polusi udara yang ada
3. Pihak ketiga yang terkait dengan pembuatan MULTIMA adalah BPLHD
(Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah). BPLHD merupakan
pihak yang mengelola masalah lingkungan salah satunya yakni polusi
udara. Dengan adanya MULTIMA dapat memberikan solusi yang lebih
efektif mengatasi akibat polusi udara.
4. Pihak keempat yang terkait dengan pembuatan MULTIMA adalah Industri.
Industri merupakan pihak pemroduksi. Dengan adanya MULTIMA,
Industri akan memiliki beberapa keuntungan, yaitu Industri memiliki
peluang usaha baru.
5. Pihak keenam yang terkait dengan pembuatan MULTIMA adalah
masyarakat. Masyarakat adalah pihak yang akan memperoleh keuntungan
dari adanyaMULTIMA. Jika dampak polusi dapat diatasi maka aktivitas
masyarakat tidak akan terganggu.

SIMPULAN

Perkembangan zaman yang semakin maju akan berdampak pada


pesatnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dibidang industri dan
transportasi. Dengan demikian maka dapat memicu pencemaran udara yang
terjadi di lingkungan sehingga menimbulkan masalah bagi masyarakat.
Permasalahan tersebut adalah adanya udara kotor yang dihirup oleh masyarakat
sehingga akan mengganggu saluran pernapasan. Biasanya masyarakat
menggunakan masker untuk menghindari adanya polusi udara. Namun, masker
yang digunakan hanya bisa menyaring polutan yang berukuran besar, sehingga
polutan berukurang mikroskopis seperti CO dan NO x dapat lolos dari
perlindungan masker.

Oleh karena itu, penulis berinovasi untuk menciptakan masker


antipolutan (masker MULTIMA) agar udara yang dihirup benar-benar udara yang
bersih sehingga tidak menimbulkan permasalahan bagi masyarakat. MULTIMA
didesain dengan menyisipkan TiO2 pada zeolit yang nantinya dapat mengadsorpsi

6
polutan organik seperti CO dan NOx. Dengan adanya TiO2 yang bertindak sebagai
katalis disini maka akan mempercepat kerja zeolit sebagai adsorben.

DAFTAR PUSTAKA

Alfat, M. A.(2009). Rekayasa Alat dan Uji Kinerja Katalis Komposit TiO2-
Adsorben Alam untuk Degradasi Polutan Asap Rokok. Skripsi. Universitas
Indonesia.
Brain, Marshall. (2010). How Gas Mask Work. October, 2th, 2016.
http://www.howstuffworks.com.
Chun, Oh Won (2008). Effect of Contents in Fe-AC/TiO2 Composite on
Photodegradation Behaviors of Methylene Blue. Journal of The Korean
CeramicSociety, Vol 45, No. 6, pp,324-330.
Durgakumari, V., Subrahmanyam, M,Subba Rao, K.V., Ratnamala, A, Noorjahan,
M.,and Keiichi Tanaka. (2002). An Easy and Efficient Use of TiO2
SupportedHZSM-5 and TiO2 + HZSM-5 Zeolite Combinate
Photodegradation of Aqueous Phenol and p-Chlorophenol. Applied
Catalysis A: General, No234, pp. 155-156.
Ichiura, H., Kitaloka, T.,& tanaka, H. (2002). Preparation of Composite TiO2-
zeolite Sheets Using a Papermaking technique and Their Application to
Environmental Improvement. Journal of Materials Science, No. 37,
pp.2937-2941.
Novalsyah, Hafidz, (2009, Oktober 12). Polusi Udara Jakarta Terburuk Ketiga di
Dunia. October, 4th, 2016. http://www.mediaindonesia.com.
Prasadja.(2008, March 2014). Anti Polusi Terbaik. October 2th, 2016.
www.sepedaku.com\sepedaku\commuting.

Anda mungkin juga menyukai