Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ALAT PENGENDALI PARTIKULAT DEBU: FABRIC


FILTER

DISUSUN OLEH:
Intan Grace Sihombing (210207060)

Dosen Pengampu :
Ayu Pramita. S.T., M.M.M.Eng,C.EIA

PROGRAM STUDI
D4 TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN
LINGKUNGAN
POLITEKNIK NEGERI CILACAP
2023
KATA PENGANTAR

Saya Panjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melihpahkan segala Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu.Penyusunan makalah ini tidak bisa diselesaikan
dengan baik tanpa bantuan banyak pihak.

Rasa syukur dan terimakasih kami ucapkan kepada ibu Ayu Pramitha
selaku Dosen mata kuliah kimia fisika yang telah membimbing dalam penyusunan
makalah sehingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Kami berharap agar makalah yang berjudul “alat pengendali partikulat debu:
fabric filter” dapat bermanfaat dan meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan
terkait definisi dan perbedaan mengenai larutan,koloid dan suspensi.

Demikian yang dapat kami sampaikan,kami mohon maaf apabila terdapat


kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini.kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah kami masih jauh dari kata sempurna dan masih
membutuhkan saran dan kritik agar penyusunan makalah ini lebih baik
kedepanya.

Cilacap, 28 september 2023

Intan Grace Sihombing


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Partikulat debu dapat berasal dari alam maupun aktivitas manusia.
Partikulat debu ialah partikel-partikel yang terdiri dari debu, asap dan bahan padat
lainnya yang tersebar diudara. Secara alamiah partikulat debu berasal dari gurun
pasir, tanah kering, gunung berapi dan aktivitas geologis lainnya, yang dimana debu
ini dapat diangkut oleh angin dan tersebar ke wilayah yang jauh dari sumbernya.
Sedangkan parikulat debu yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti dari
kegiatan industry, konstruksi, pertanian, dan transportasi.
Partikulat memberikan dampak negative bagi kesehatan lingkungan dan
makhluk hidup. Pada lingkungan, partikulat debu menyebabkan polusi udara yang
dapat menurunkan jarak pandang, kabut asap, dan gangguan pernafasan.. Didalam
air, partikulat debu yang mengendap diatas permukaan air dapat mengurangi
ketersediaan Cahaya bagi tanaman dan dapat mengganggu organisme akuatik.
Dalam mengatasi hal ini perlu mengambil berbagai Langkah pengendalian,
termasuk penggunaan perlatan perlindungan pernafasan ditempat kerja, regulasi
emisi industry, praktik-praktik yang ramah lingkungan dalam berbagai sektor, dan
menciptakan inovasi baru untuk menangani partikulat debu yang berlebihan yang
sudah terlanjur menyebar di udara.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu partikulat debu?
2. Bagaimana cara mengatasi partikulat debu yang sudah menyebar di
udara?
3. Bagaimana pencegahan partikulat debu?

1.3 Tujuan Makalah


1. Menjelaskan pengertian partikulat debu
2. Menjelaskan alat pengendalian partikulat debu
3. Menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya
partikulat debu agar tidak berlebihan di udara

1.4 Manfaat Penyusunan Makalah


1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai partkulat debu
2. Dapat mengetahui alat yang dapat menyerap partikulat debu
3. Dapat mengetahui cara mencegah partikulat debu agar tidak berlebihan
diudara

BAB II
DASAR TEORI

II.1 Partikulat Debu


II.1.1 Pengertian Pertikulat debu
Menurut peraturan pemerintah RI no.41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara, pencemar udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga
mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya (RI, 2020). Debu merupakan partikulat padat yang
berukuran antara 1 mikron sampai dengan 100 mikron. Debu didefinisikan sebagai
suatu sistem disperse (aerosol) dari partikulat padat yang dihasilkan secara mekanik
seperti crushing (penghancuran), handling (penghalusan) atau grinding
(penggerindaan) (Poltekesjogja, 2021).

II.1.2 Jenis-Jenis Partikulat Debu


Partikulat debu dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan ukurannya, yaitu:
• Inhalable : Partikulat debu yang dapat terhirup ke dalam mulut atau
hidung serta berbahaya bila tertimbun dimanapun dalam saluran pernafasan.
• Thoracic : Partikulat debu yang dapat masuk ke dalam saluran
pernafasan atas dan masuk ke dalam saluran udara di paru-paru.
• Respirable : Partikulat airborne yang dapat terhirup dan dapat mencapai
daerah bronchiola sampai alveoli di dalam sistem pernafasan. Partikulat
debu jenis ini berbahaya bila tertimbun di alveoli yang merupakan daerah
pertukaran gas di dalam sistem pernafasan.
Secara umum partikulat berdasarkan ukurannya , dibedakan atas dua kelompok,
yaitu:
▪ partikel halus (fine particles) : ukuran <2,5 μm
▪ partikel kasar (coarse particles) : ukuran >2,5 μm.
Perbedaan antara partikel halus dan partikel kasar terletak pada sumber, asal
pembentukan, mekanisme penyisihan, sifat optiknya, dan komposisi kimianya.
Partikel halus dan partikel kasar ini dikelompokkan ke dalam partikel tersuspensi
yang dikenal dengan Total Suspended Particulate (TSP) yaitu partikel dengan
ukuran partikel kurang dari 100 μm. Jumlah partikel tersuspensi (TSP) adalah
partikel kecil di udara seperti debu, fume, dan asap dengan diameter kurang dari
100 μm yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi, pembakaran, dan kendaraan.
Partikulat ini dapat terdiri atas zat organik dan anorganik. Partikulat organik dapat
berupa mikroorganisme seperti virus, spora dan jamur yang melayang di udara.
Partikulat adalah zat dengan diameter kurang dari 10 mikron. Berdasarkan
ukurannya partikel partikulat dibagi dua yaitu:
a). Diameter kurang dari 1 mikron: aerosol dan fume (asap)
b). Diameter lebih dari 1 mikron: debu dan mists (butir cairan).

(Poltekesjogja, 2021)

II.2 Alat pengendali partikulat debu


II.2.1 Fabric Filter
Fabric filtration merupakan alat control udara yang paling umum digunakan
dab memiliki efisiensi yang cukup tinggi hingga 99,9%. Fabric filter menggunakan
filter yang terbuat dari nilon atau wol (Fadillah, 2013). Fabric filter juga disebut:
Baghouse, Fabric filter collectors, Bag filters, Fabric dust collectors, Filter
collectors, Dust collectors, Cloth collectors, Filter house.

Figure 1 Fabric filter

Prinsip kerja dari Fabrik Filter ialah sebagai berikut:


1. Aliran gas yang kotor masuk ke dalam beberapa filter (disebut juga
kantong atau cloth bag) yang berjajar secara pararel
2. Aliran debu dan gas dalam bag filter dapat melewati kain (fabric) ke
segala arah.
3. Partikel debu tertahan di sisi kotor kain, sedangkan gas bersih akan
melewati sisi bersih kain.
4. Partikulat dapat tertangkap akibat adanya gaya inertial impaction,
interception, dan Brownian diffusion

Keuntungan dan Kerugian Fabric Filter:


• Efisiensi sangat tinggi, bahkan untuk partikel yang halus
• Dapat dipakai untuk berbagai macam debu
• Dapat untuk volume gas yang besar
• Dapat beroperasi pada pressure drop yang rendah
• Sedangkan kerugiannya adalah:
• Memerlukan tempat luas
• Bahan filter dapat rusak pada temperatur tinggi atau bahan
• asam
• Tidak dapat beroperasi pada lingkungan yang lembab
• Potensial kebakaran
(Sasmita, 2013)

Fabric filter terdiri atas:

• Inlet
• Outlet
• Filter bag
• Hopper
Mekanisme pengumpulan debu pada fabric filter:
1. Impaction, partikel memiliki gaya inersia yang terlalu besar untuk
mengikuti aliran garis pada filter fiber sehingga tertumbuk pada
permukaan filter
2. Interception, partikel mempunyai inersia yang sangat kecil (partikel yg
lebih kecil). Partikel akan berada pada aliran viscous, bergerak
melambat dan menyentuh barrier dan berhenti
3. Diffusion, partikel lebih kecil dari 1 mikron berada pada kisaran gerak
Brown, sehingga terjadi gerakan random yang akhirnya terintersepsi
dengan dust cake
Terdapat dua jenis desain yang dapat digunakan dalam proses filtrasi fabric filter:
1. Interior Filtration, partikulat dikumpulkan pada bagian dalam dari bag
filter. Gas yang mengandung partikulat memasuki fabric filter melalui
bagian bawah dari kolektor dan diarahkan ke dalam bag dengan
menggunakan diffuser vanes atau baffle dan juga cell plate.
2. Exterior Filtration, partikulat dikumpulkan pada bagian luar dari bag fliter.
Proses penyaringan berlangsung dari luar bag filter ke dalam bag filter.

Terdapat beberapa cara pembersihan yang dapat dipergunakan untuk


menyisihkan partikulat yang menempel pada permukaan bag filter, tiga cara
yang paling sering digunakan adalah:
i. Shaking
• Mechanical shaking menggunakan motor yang dihubungkan
dengan bag
• Energi yang diperlukan dalam proses shaking rendah
• Gerakan dan kecepatan shaking tergantung endapan debu
• Arah gerakan pada shaker Horisontal atau vertical
• Gerakan di bagian atas frame tempat bag diletakkan
• Aliran gas berhenti saat dilakukan proses pembersihan
• Shaker baghouse umumnya menggunakan interior filtration
• Diameter shaker baghouse 15,2 – 45,7 cm (6-18 inch)
• Panjang shaker baghouse sampai 12,2 m (40 ft)
• Lama pembersihan 30 dt – beberapa menit
• Terdiri dari beberapa kompartemen
ii. Reverse Air
• Mekanisme reverse air merupakan yang paling sederhana
• Pada prosres ini Aliran udara kotor dihentikan
• Reverse air Mengalirkan backwash air (udara bersih yang
berlawanan arah)
• Aliran udara bertekanan rendah
• Debu akan jatuh ke hopper
• Lama pembersihan 30 menit – beberapa jam
• Durasi pembersihan 10 – 30 detik
• Terdapat ring dengan jarak 10 – 46 cm
• Reverse air baghouse berdiameter 20 – 46 cm, dan panjang
6,1 – 12,2 cm
• Terdiri dari beberapa kompartemen
• Gambar tersebut menunjukkan typical reverse air

iii. Pulse jet


• Pulse jet Disebut juga pressure jet cleaning
• 40 – 50% baghouse baru di Amerika
• Menggunakan high pressure jet dari udara
• Sistem exterior filtration
• Menimbulkan shock wave
• Pulse jet baghouse berdiameter 10,2 – 16,2 cm
• Panjang umumnya 2,4 – 3,7, tapi dapat mencapai 7,6 cm
Metode
pembersihan
fabric filter

Shaking Reverse Air Pulse Jet

Mechanical Pneumatic
Shaker Shaker

Figure 2 klasifikasi berdasarkan metode pembersihan

Bahan bag house terbuat dari woven (terbuat dari benang, dipakai untuk
pembersihan energi rendah).felted air terdiri dari fiber yang dikompres ke dalam
mar dan dilekatkan pada woven. Fiber ada yg terbuat dari bahan alami seperti katun
atau wol, dapat bertahan pada temperature yang lebih kecil dari 212 ℉ atau 100 ℃,
dan juga fiber sintetis yang berbahan nilon, orlon dan polyster yang mampu
bertahan pada temperatur yang lebih tinggi dan tahan terhadap bahan kimia.
Polypropylene paling murah dan banyak digunakan. Nilon memiliki abrasive
resistant yang paling tinggi. Polyester atau dacron baik untuk menahan asam, alkali
dan abrasi dan relative murah. Nomex buatan dupont.
Membran material terbuat dari berbagai jenis fiber yang disusun membentuk
membrane diantaranya adalah Gore- Tex membrane, jenis ini dapat mereduksi
emisi dengan baik, pressure drop yang relatif rendah, umur bag yang meningkat
dan ratio air-cloth yang lebih tinggi. Parameter yang penting dan perlu
dipertimbangkan dalam merancang Fabric Filter diantaranya adalah :
i. Pressure Drop
Pressure drop dinyatakan sebagai pressure drop per unit area
sebagai fungsi dari karakteristik medium filter dengan ukuran
berkisar 2-4 inch.
Pressure drop dihitung dengan cara:
𝛥p = 𝛥pf + Dpc
𝛥pf= k1V f
𝛥pc= k2C1Vf t
Dimana:
• 𝛥𝑝𝑓 = pressure drop sepanjang FF
• K1 = resistensi FF (inch air /menit atau cm/menit), merupakan fungsi
dari karakteristik viscositas gas dan filter seperti ketebalan dan porositas
(permeabilitas)
• Vf = kecepatan filtrasi (ft/menit atau m/menit)
• 𝛥𝑝𝑓 = pressure drop sepanjang cake dalam inch (cm)
• K2 = resistensi dari cake (inch air /menit atau cm/menit
• C1 = dust loading (lb/ft3 atau kg/m3) ditentukan secara experimen.
Koefisien ini tergantung dari viscositas gas, densitas partikel dan
porositas.

ii. Kecepatan penyaringan


• Kecepatan penyaringan dinyatakan sebagai:
V=q/a
• Kecepatan merupakan kecepatan superficial filtering

iii. Performance Factor


• Salah satu variable yang penting dalam mendesain baghouse
adalah ratio air to cloth (A/C) atau ratio udara terhadap bahan filter
• A/C menggambarkan berapa banyak gas kotor yang melewati
permukaan filter dengan luas tertentu selama waktu tertentu.
• Ratio yang tinggi berarti sejumlah besar udara yang melewati
fabric
• Satuan cm3/detik/cm2 atau ft3/menit/ft2
• Tergantung dari mekanisme pembersihan, bahan filter dan partikel
dust yang tersaring
(Boedisantoso, 2013)

II.3 Pencegahan Pencemaran Partikulat Debu


Adapun pencegahan yang dapat dilakukan ialah:

1. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap


serta gas-gas polutan lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan.
2. Melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara
memasang bahan penyerap polutan atau saringan.
3. Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam lauratan pengikat
sebelum dibebaskan ke air. Atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas
buang ke udara bebas.
4. Membangun cerobong asap yang cuup tinggi sehingga asap dapat
menembus lapisan inversi thermal agar tidak menambah polutan yang
tertangkap di atas suatu pemukiman atau kita;
5. Mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan
bakar dan mengurangi angkutan pribadi;
6. Memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah
satu kegunaan tumbuhan adalah sebagai indikator pencemaran dini, selain
sebagai penahan debu dan bahan partikel lain (BANDUNG, 2019).

BAB III

PENUTUP
III.1 KESIMPULAN

1. Partikulat debu

Partikulat debu dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan ukurannya, yaitu:


• Inhalable : Partikulat debu yang dapat terhirup ke dalam mulut
atau hidung serta berbahaya bila tertimbun dimanapun dalam
saluran pernafasan.
• Thoracic : Partikulat debu yang dapat masuk ke dalam saluran
pernafasan atas dan masuk ke dalam saluran udara di paru-paru.
• Respirable : Partikulat airborne yang dapat terhirup dan dapat
mencapai daerah bronchiola sampai alveoli di dalam sistem
pernafasan. Partikulat debu jenis ini berbahaya bila tertimbun di
alveoli yang merupakan daerah pertukaran gas di dalam sistem
pernafasan.

2. Fabric Filter merupakan salah satu alat pengendalian


partikulat debu
3. Langkah-langkah pencegahan partikulat debu:

• Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang


mengandung asap serta gas-gas polutan lainnya agar tidak
mencemarkan lingkungan.
• Melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara
dengan cara memasang bahan penyerap polutan atau saringan.
• Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam lauratan
pengikat sebelum dibebaskan ke air. Atau dengan cara penurunan
suhu sebelum gas buang ke udara bebas.
• Membangun cerobong asap yang cuup tinggi sehingga asap dapat
menembus lapisan inversi thermal agar tidak menambah polutan
yang tertangkap di atas suatu pemukiman atau kita;

• Mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat


bahan bakar dan mengurangi angkutan pribadi;
• Memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi,
karena salah satu kegunaan tumbuhan adalah sebagai indikator
pencemaran dini, selain sebagai penahan debu dan bahan partikel
lain.

DAFTAR PUSTAKA

BANDUNG, D. (2019) PENCEGAHAN PENCEMARAN UDARA. Available at:


https://dislhk.badungkab.go.id/artikel/18286-inilah-cara-untuk-mencegah-pencemaran-
udara (Accessed: 28 September 2023).
Boedisantoso, R. (2013) ‘Fabric Filter’. Available at: https://docplayer.info/55732135-
Pengendalian-pencemar-udara-semester-ganjil-fabric-filter-aryo-sasmita-prodi-teknik-
lingkungan-universitas-riau.html.
Fadillah, A.R. (2013) ‘Teknologi Pengendalian Pencemaran Udara’. Available at:
https://www.academia.edu/26087626/Teknologi_Pengendalian_Pencemaran_Udara_Fa
bric_Filter.
Poltekesjogja (2021) Tinjauan Pustaka. Available at:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2598/4/4 BAB II.pdf.
RI, B. (2020) ‘PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999
TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA’, Demographic Research, pp. 4–7.
Available at: https://ppkl.menlhk.go.id/website/filebox/793/191001095748PP Nomor
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Penecemaran udara.pdf.

Anda mungkin juga menyukai