Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

Dimas Syailendra Sumarsono ( M1D119004 )

Nasrul Sidiq ( M1D119009 )

TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia
nyalah, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pengendalian Pencemaran Udara di
Indonesia ” . Sangat disadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari pembaca, guna
memperbaiki makalah ini dimasa yang akan datang. Akhir kata saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika dalam penulisan ini masih banyak kekurangannya dan semoga paparan singkat
dalam makalah ini memberi manfaat bagi kita semua.

Jambi, 15 Maret 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................. 4


1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 4
1.3 TUJUAN PENULISAN ........................................................................... 4
1.4 MANFAAT PENULISAN....................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. FILOSOFI PENCEMARAN UDARA ................................................... 5


2.2. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DI INDONESIA.......... 6

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN ....................................................................................... 8


3.2. SARAN ................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan.
Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Keadaan ini apabila tidak segera di tanggulangi
dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan, serta tumbuhan.
Perubahan lingkungan udara disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar
( berbentuk gas-gas dan partikel kecil/ aerosol ) kedalam udara. Zat pencemar masuk kedalam
udara dapat secara alamiah ( asap kebakaran hutan, gunung berapi, debu meteorit ) dan aktivitas
manusia ( transportasi, industri, pembakaran ). Konsentrasi pencemaran udara di beberapa wilayah
dan daerah industry Indonesia menyebabkan adanya gangguan pernafasan, iritasi pada mata dan
telinga, timbulnya penyakit tertentu serta gangguan jarak pandang.
Dengan adanya masalah lingkungan seperti pencemaran yang terjadi di Indonesia. Maka
perlu adanya tindakan preventif atau program pemerintah yang mampu mengurangi intensitas
pencemaran udara. Tindakan tersebut dapat berupa peraturan atau program pengendalian
pencemaran udara. (Abidin et al., 2019)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu filosofi pencemaran udara ?
2. Bagaimana pengendalian pencemaran udara di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui filosofi pencemaran udara
2. Untuk mengetahui pengendalian pencemaran udara di Indonesia

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mengetahui filosofi pencemaran udara
2. Mengetahui pengendalian pencemaran udara di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filosofi Pengendalian Pencemaran Udara

Filosofi pengendalian pencemaran udara adalah sebuah gagasan mendasar tentang


bagaimana menentukan lingkungan bersih yang tepat dengan biaya yang sesuai dan penyaluran
terhadap biaya tersebut juga sesuai dengan lingkungan bersih tersebut.

Filosofi polusi udara yang sempurna dan peraturan pelaksanaannya hemat biaya,
sederhana, dapat diterapkan, fleksibel, dan evolusioner, Filosofi sederhana dan peraturan
pelaksanaannya dapat dipahami oleh semua yang terlibat dalam upaya pengendalian pencemaran
dan tidak memerlukan interpretasi hukum dari setiap kata dari peraturan perundang-undangan,
Filosofi yang fleksibel dapat mengatasi kesulitan khusus, Filosofi evolusioner memungkinkan
kami untuk memanfaatkan informasi baru tentang efek polusi dan perkembangan baru dalam
teknologi kontrol tanpa perombakan besar-besaran terhadap struktur hukum atau revisi besar-
besaran dari pabrik industri yang ada.

Empat filosofi yang dibahas di sini adalah standar emisi, standar kualitas udara, pajak
emisi, dan standar biaya-manfaat :
a. Filosofi standar emisi adalah bahwa ada beberapa tingkat maksimum dari kontrol emisi,
Jika tingkat kontrol ini ditentukan untuk setiap kelas, dan setiap anggota kelas tersebut
diharuskan untuk membatasi emisi hingga tingkat maksimum yang memungkinkan, maka
tingkat emisi polutan akan serendah mungkin.
pengaplikasian filosofi ini dalam skala besar pertama kali di Inggris prosesnya, produk
sampingan asam klorida (HCI) dipancarkan dari cerobong asap pabrik sebagai uap atau
kabut. Emisi ini menghancurkan vegetasi melawan arah angin dan menyebabkan
kontroversi dan undang-undang. Undang-undang tersebut menciptakan korps "alkali in
spectors" yang bertugas untuk secara teratur memeriksa semua pabrik alkali dan
menemukan teknik terbaik untuk meminimalkan emisi polutan udara yang berbahaya.
Setelah suatu teknik terbukti efektif di satu pabrik, pemerintah memaksa semua pabrik lain
untuk mengadopsinya.
b. Filosofi standar kualitas udara secara logis adalah filosofi "zero-damage" didasarkan pada
asumsi bahwa situasi sebenarnya untuk sebagian besar polutan udara utama adalah situasi
nilai ambang, Jika asumsi itu benar kita dapat menentukan nilai konsentrasi polutan
(termasuk waktu paparan) yang sesuai dengan nilai ambang batas tersebut, maka kita dapat
mengatur waktu, tempat, dan jumlah emisi polutan untuk menjamin bahwa nilai ambang
batas ini tidak pernah terlampaui dan outpiut nya tidak akan ada kerusakan polusi udara di
mana pun.
Sulitnya penegakan falsafah ini diakibatkan oleh penyebabnya sama dengan kerumitannya,
yaitu yang berusaha menegakkan kualitas udara, ketika standar kualitas udara tidak
terpenuhi, umumnya pelakunya tidak jelas, sebab jika pencemar hanya memiliki satu
sumber utama di wilayah tersebut, maka memberikan tanggung jawab itu mudah. Akan
tetapi Jika polutan adalah polutan sekunder seperti ozon yang terbentuk di atmosfer jika ia
berinteraksi dengan beberapa polutan lain seperti senyawa organik yang mudah menguap-
VOC-dan nitrogen oksida-NOx dimana ini disebabkan oleh berbagai sumber, maka
memberikan tanggung jawab jauh lebih sulit.
c. Filosofi pajak emisi mengasumsikan bahwa lingkungan memiliki mekanisme
penghilangan polutan secara alami (dengan pengecualian klorofluorokarbon-CFC-sebagai
kemungkinan pengecualian) dan bahwa pada tingkat kontaminan tertentu lingkungan
memiliki kemampuan penyerapan atau dispersi yang terbatas dan terbarukan. maka jika
kemampuan itu dilihat sebagai milik umum, otomatis secara logis harus disewakan kepada
pengguna swasta untuk mengembalikan pendapatan maksimum ke kas publik dan apabila
kita mengambil pandangan itu dan menerapkan bentuk murni pajak emisi, maka kita
mencapai dua hasil yang diinginkan. Pertama, tingkat pengendalian polusi oleh masing-
masing perusahaan menjadi keputusan ekonomi internal
Kedua, filosofi pajak emisi harus meminimalkan misal lokasi sumber daya pengendalian
polusi. Jika kita menggunakannya, emiten kecil mungkin akan merasa lebih hemat untuk
membayar pajak daripada memasang perangkat kontrol yang boros secara ekonomi. Dalam
filosofi pajak emisi, setiap perusahaan memilih tingkat efisiensi pengendalian yang akan
meminimalkan jumlah biaya pengendalian dan pajak untuk itu.
Banyak versi pajak emisi telah diusulkan dan didiskusikan, tetapi tidak ada yang mencapai
status undang-undang. Banyak negara bagian membebankan biaya izin yang sebanding
dengan emisi, jadi ini adalah bentuk pajak emisi. Jumlah yang terlibat umumnya jauh lebih
kecil daripada pajak yang akan dibebankan dalam skema peraturan pajak emisi murni.
Perbandingan filosofi pajak emisi dengan daftar kualitas yang diinginkan harus didasarkan
pada kesan bagaimana undang-undang tersebut akan bekerja.
Efektivitas biaya harus adil karena filosofi pajak emisi akan memungkinkan setiap emitor
pilihan untuk mengendalikan emisi atau membayar pajak (atau mengendalikan sampai
tingkat ekonomi tertentu dan membayar sisanya).
d. Filosofi biaya-manfaat mengasumsikan bahwa tidak ada ambang batas atau, jika ada,
cukup rendah sehingga kita tidak mampu untuk memiliki udara yang bersih. Jika demikian,
maka kita harus menerima sejumlah udara polusi kerusakan pada seseorang, di suatu
tempat, Filosofi ini menunjukkan bahwa kita berusaha untuk memutuskan, dengan cara
yang rasional mungkin, berapa banyak kerusakan yang harus kita terima dan dengan
demikian berapa banyak yang harus kita keluarkan untuk mengurangi kerusakan pada
tingkat ini.

2.2 Pengendalian Pencemaran Udara di Indonesia

Dalam mengendalikan pencemaran udara di Indonesia pemerintah menetapkan beberapa


Kebijakan :
A. PP No 41 Tahun 1999, di dalam pasal 2 berbunyi Pengendalian pencemaran udara meliputi
pengendalian dari usaha dan/atau kegiatan sumber bergerak, sumber bergerak spesifik,
sumber tidak bergerak, dan sumber tidak bergerak spesifik yang dilakukan dengan upaya
pengendalian sumber emisi dan/atau sumber gangguan yang bertujuan untuk mencegah
turunnya mutu udara ambien.
B. Permenlh No. 31 Tahun 2009, pasal 1 ayat 4 Produksi bersih adalah strategi pengelolaan
yang bersifat preventif, terpadu, dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan
mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran
lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga meminimisasi
resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan.
Produksi bersih merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya limbah yang
dikembangkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) mulai tahun
1993. Pada tahun 1995, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Komitmen Nasional
Penerapan Produksi Bersih, dan sampai saat ini penerapan produksi bersih sudah dilakukan
di beberapa kegiatan, seperti tekstil, penyamakan kulit, kelapa sawit, electroplating, karet,
tapioka, gula, perhotelan dan perkotaan
C. Keputusan Presiden RI No. 24 Tahun 2008, Keputusan Presiden tentang hari menanam
pohon Indonesia.
D. PERGUB NO 88 Tahun 2009, Pasal 1 Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur
Nomor 155 Tahun 2018 tentang Pembatasan Lalu Lintas Dengan Sistem Ganjil- Genap
(Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2018 Nomor 61050)

Dalam mengendalikan pencemaran udara di Indonesia pemerintah juga memiliki beberapa


program unggulan :
A. Program Langit Biru, dicanangkan pada tanggal 6 Agustus 1996 di Semarang oleh Menteri
Negara Lingkungan Hidup, Program langit biru bertujuan mengendalikan pencemaran
udara, khususnya yang bersumber dari sektor transportasi. Tujuannya adalah untuk
mencapai kualitas udara ambien yang memenuhi standar kesehatan manusia dan makhluk
hidup yang lain. Upaya pengendalian yang terkait dengan program tersebut antara lain
adalah: pemantauan kualitas udara ambien, pengendalian pencemaran udara dari sarana
transportasi. Hal tersebut meliputi penggunaan bahan bakar bersih, pengembangan
manajemen transportasi, mengubah mesin kendaraan, dan memasang alat-alat pembersih
polutan pada kendaraan, serta pemantauan emisi gas buang kendaraan
bermotor. Pada tahun 2000 pemerintah mulai mengoperasikan jaringan pemantau kontinyu
otomatis di 10 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Denpasar, Jambi, Medan, Palangkaraya,
Pekanbaru, Pontianak, Semarang, dan Surabaya. (Fitria.L, 2009)
B. Program Emission Mandatory Disclosure of Automotive Emission, Program tersebut
merupakan pemberlakuan dari Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
141/2003 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang untuk Kendaraan Bermotor Tipe Baru.
Program ini dinilai sangat strategis untuk mengendalikan emisi gas buang dari kendaraan
bermotor untuk jangka panjang. Keuntungan lain yang diharapkan dari program tersebut
adalah terwujudnya self declaration dari pihak industri kendaraan bermotor yang
memberikan customer pilihan untuk berbagai jenis kendaraan bermotor yang ramah
lingkungan, sehingga akan terjadi kompetisi yang fair di antara industri kendaraan
bermotor dalam menciptakan kendaraan yang akan mengarah pada konsep zero emission
vehicle.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filosofi pengendalian pencemaran udara adalah sebuah gagasan mendasar tentang
bagaimana menentukan lingkungan bersih yang tepat dengan biaya yang sesuai dan penyaluran
terhadap biaya tersebut juga sesuai dengan lingkungan bersih tersebut.
Dalam melakukan pengendalian pencemaran udara di Indonesia, pemerintah memiliki
beberapa kebijakan dan program unggulan yang mampu bertujuan untuk mengurangi pencemaran
udara. Kebijakan dan program tersebut dilaksanakan mulai dari tingkat daerah sampai dengan
tingkat pusat.

3.2 Saran
Pencemaran udara adalah salah satu masalah lingkungan yang hamper terjadi di semua
negara khususnya Indonesia. Dengan adanya pencemaran udara di harapkan adanya tindakan
preventif atau pengendalian pencemaran udara yang mampu mengurangi intensitas pencemaran
udara.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, J., Artauli Hasibuan, F., kunci, K., Udara, P., & Gauss, D. (2019). Pengaruh Dampak
Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan Untuk Menambah Pemahaman Masyarakat Awam
Tentang Bahaya Dari Polusi Udara. Prosiding SNFUR-4, September, 1–7.

Fitria.L. (2009). Program Langit Biru : Kontribusi Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara
Kota terhadap Penurunan Penyakit Pernapasan pada Anak. Kesmas: National Public Health
Journal, 4(3), 109.

Anda mungkin juga menyukai