Proposal Penelitian
DisusunOleh :
Muliati Arif
F1B1 18 021
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis selalu dalam keadaan
sehat wal’afiat dalam penyusunan proposal penelitian ini. Shalawat dan salam
tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, para
sahabat dan keluarga yang telah berjuang membawa kita menuju alam yang lebih
baik. Tidaklah suatu kejadian terjadi tanpa seizin Allah, begitu pula dengan
LAUNDRY ”. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi di Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Halu Oleo dengan harapan
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C. Tujuan.......................................................................................................... 3
D. Manfaat........................................................................................................ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 5
A. Titanium Dioksida (TiO2) ........................................................................... 5
B. Polyethylene Terephthalate (PET) .............................................................. 9
C. Metode Spray Coating............................................................................... 12
D. Polutan....................................................................................................... 14
E. Deterjen ..................................................................................................... 17
F. Fotokatalisis .............................................................................................. 19
G. XRD .......................................................................................................... 22
H. SEM........................................................................................................... 25
I. Spektrofotometer UV-Vis ......................................................................... 27
III. METODE PENELITIAN............................................................................................ 32
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 32
B. Jenis Penelitian.......................................................................................... 32
C. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................... 32
D. Prosedur Penelitian.................................................................................... 34
E. Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 40
F. Tabel Data Pengamatan............................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 42
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
saat ini. Salah satunya yaitu gaya hidup masyarakat yang serba praktis dan instan.
Dapat dilihat dari cara mencuci pakaian, masyarakat saat ini sudah mulai
menggunakan mesin cuci. Namun mesin cuci yang memiliki harga relatif mahal
mendasari maraknya jasa laundry saat ini. Jasa laundry bukan hanya sekedar
tempat mencuci melainkan sebagai tempat perawatan pakaian agar lebih bersih
dan awet. Faktor serba instan dan praktis inipun akhirnya menjadi trend bagi
masyarakat saat ini (Rosyi dkk., 2020). Sampai saat ini jasa laundry sudah
semakin banyak tersebar di setiap daerah karena pengguna jasa laundry semakin
meningkat, mulai dari kalangan mahasiswa, karyawan, maupun ibu rumah tangga.
buildel, filler, dan zat aditif yang menyebabkan tingginya kadar total materi padat
Oxygen Demand, BOD) dan fosfat dalam air limbah laundry sehingga ketika
1
2
Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mendegradasi polutan limbah
laundry tersebut.
Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk dekomposisi polutan dalam
air yaitu Titamium Dioksida (TiO2) yang dideposisi pada substrat Polyethilene
pemurnian air dan udara, destruksi mikroorganisme seperti bakteri dan virus
dalam aktivasi sel kanker, degradasi zat warna dan senyawa kimia beracun serta
pembuatan gas hidrogen dari air (Jahiding dkk., 2018). PET adalah termoplas
yang diproduksi secara industri dari bahan baku fosil sejak tahun 1940-an, saat ini
banyak digunakan dalam kemasan botol dan tekstil. Meskipun ada proses industri
yang mapan untuk daur ulang PET, sejumlah besar PET masih berakhir di
sinar Ultra Violet (UV) yang memiliki energi sama atau lebih besar dari energi
celah pitanya. Oleh karena itu, akan terbentuk photoelectron (e-) yang tereksitasi
ke pita konduksi sehingga pada pita valensi akan terbentuk photohole (h+).
Interaksi (h+) dengan molekul air menghasilkan radikal hidroksil (OH), sedangkan
interaksi (e-) dengan molekul oksigen akhirnya akan membentuk (OH). Radikal
sehingga dapat mengurangi cemaran dalam air dengan hasil akhir yang ramah
pencemaran ekosistem air, dimana sekarang ini usaha laundry semakin banyak
ditemukan, dan air limbahnya yang tidak diolah dengan baik dapat menyebabkan
eutrofikasi ataupun dapat meningkatkan kelangkaan air besih. Alasan inilah yang
substrat PET dengan metode spray coating untuk aplikasi dekomposisi polutan
limbah laundry.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dalam penelitian ini
C. Tujuan
D. Manfaat
polutan limbah laundry sehingga sisa air buangan laundry aman untuk
dibuang ke lingkungan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
pemurnian air dan udara, destruksi mikroorganisme seperti bakteri dan virus
dalam aktivasi sel kanker, degradasi zat warna dan senyawa kimia beracun serta
pembuatan gas hydrogen dari air. Struktur kristal TiO2 terdiri dari tiga macam
yaitu rutile, anatase, dan brookite. Namun yang biasa digunakan untuk katalis
fotodegradasi adalah rutile dan anatase, karena anatase memiliki daerah aktivasi
yang lebih luas dibandingkan rutile, sehingga kristal tersebut menjadi lebih reaktif
terhadap cahaya dibandingkan rutile. Ukuran sudut kontak air dengan lapisan
lapisan bersifat hidrofilik (suka air) dan ukuran sudut kontak tersebut meningkat
ketika tidak mendapat penyinaran lagi maka lapisan bersifat hidrofobik (anti air),
sehingga material yang diberi lapisan TiO2 akan terlihat selalu bersih dengan
rutile. Struktur dari ketiga fasa TiO2 dapat dilihat pada Gambar 2.1. TiO2 adalah
fotoanoda DSSC karena harganya yang tidak mahal, tidak beracun, jumlahnya
melimpah, dan stabil di bawah cuaca ekstrim serta banyak diaplikasikan ke bidang
lainnya. TiO2 juga merupakan bahan semikonduktor yang bersifat inert, stabil
5
6
Anatase dan rutile adalah fase dari TiO2 yang relatif stabil dibandingkan
dengan fasa brookite. Pada fasa anatase TiO2 umumnya stabil pada ukuran
partikel kurang dari 11 nm, fasa brookite pada ukuran partikel 11 – 35 nm dan
fasa rutile diatas 35 nm. Struktur kisi kristal TiO2 yang berbeda-beda pada setiap
fasa kristal menyebabkan sifat fisik dan kimianya berbeda pula. Untuk aplikasi
TiO2 juga memiliki struktur nanopori. Ukuran pori dalam skala nano akan
permukaan per volume yang tinggi sehingga akan menaikkan jumlah dye yang
terserap sehingga akan menaikkan jumlah cahaya yang terserap (Warman, 2020).
permukaan, fasa kristal, kristalinitas dan ukuran kristal terutama dalam skala
7
nano. Dalam bentuk mikroskopis, TiO2 mempunyai dua bentuk utama yaitu kristal
dan amorf. Bentuk amorf artinya bahan tidak memiliki keteraturan susunan atom
sehingga tidak memiliki keteraturan pita konduksi dan pita valensi, akan tetapi
TiO2 amorf juga dikenal memiliki kemampuan untuk mendegradasi polutan dalam
waktu yang tidak singkat. Hal ini disebabkan TiO2 amorf tidak memiliki defek
fotokatalisis. Struktur kristal TiO2 yang berada di alam secara umum yaitu
anatase, rutile dan brookite. Perbedaan struktur Kristal TiO2 ini mengakibatkan
perbedaan massa jenis (3,9 g/cc untuk anatase dan 4,2 g/cc untuk rutile). Selain
pita elektroniknya. Besarnya energy gap (Eg) antara anatase dan rutile akan
berbeda bila susunan atom Ti dan O dalam kristal TiO2 berbeda. Pada struktur
anatase memiliki energy gap sebesar 3,2 eV dan rutile memiliki energy gap
sebesar 3,0 eV. Berdasarkan perbedaan energy gap pada sruktur tersebut maka
a) b)
Struktur kristal TiO2 dibagi menjadi tiga fase yaitu rutile, anatase, dan
kg/m3. Rutile memiliki struktur tetragonal dengan densitas sebesar 4240 kg/m 3,
dalam larutan. Fase TiO2 anatase lebih fotoaktif dibandingkan dengan fase rutile,
hal ini dikarenakan luas permukaan anatase lebih besar dari pada rutile sehingga
sisi aktif anatase lebih besar. Sedangkan fase brookite merupakan fase yang
paling tidak stabil. Dari ketiga fase anatase, rutile dan brookite, rutile adalah fase
yang paling stabil. Fase rutile merupakan fase hasil sintesis mineral ilmenite
dengan proses becher. Pada proses tersebut, oksida besi yang terkandung dalam
ilmenite dipisahkan dengan bantuan gas sulfat pada temperatur yang tinggi,
anatase dan brookite merupakan fase metastabil polymorph. Kedua fase, anatase
dan brookite dapat menjadi rutile saat mencapai suhu diatas 700 oC, dalam
menyatakan bahwa pada suhu 500 oC, anatase sudah bisa bertransformasi menjadi
rutile dengan adanya perlakuan panas. Anatase stabil pada ukuran partikel kurang
dari 4,9 nm, rutile stabil pada ukuran partikel lebih dari 30 nm, sedangkan
menjadi lebih stabil daripada rutile ketika kristalnya hanya beberapa nanometer.
Fasa anatase adalah bentuk metastabil, apabila diberi perlakuan pemanasan dapat
bertransformasi menjadi rutile. Pada tekanan dan temperatur ruangan untuk sistem
digunakan untuk pengemasan cairan (botol) / makanan dan untuk produksi serat
tekstil sintetik. Dihasilkan dari sumber daya minyak mentah (asam tereftalat dan
etilen glikol) dengan tingkat yang sangat meningkat diperkirakan melebihi lebih
dari 70 juta ton per tahun pada tahun 2020. Seperti banyak plastik lainnya,
mencegah kerusakan dari alam. Meskipun proses yang efisien untuk PET industri
sintesis dan daur ulang telah ditetapkan, sebagian besar limbah PET masih
mikro, dan nano karena partikel yang tidak tepat. Polyethylene Terephthalate
(PET) adalah termoplas yang diproduksi secara industri dari bahan baku fosil
sejak tahun 1940-an, saat ini banyak digunakan dalam kemasan botol dan tekstil.
Meskipun ada proses industri yang mapan untuk daur ulang PET, sejumlah besar
tidak beracun, dan tidak pengaruh pada rasa dan permeabilitas yang dapat
kekuatan impak yang sangat baik, begitu juga dengan ketahanan kimia, clarity,
ketahanan plastik terhadap perubahan suhu, maka plastik dibagi menjadi dua,
yaitu :
1. Thermoplastic
Polistirena (PS).
11
reversible) sehingga bila pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat
melunakkan jenis plastik ini melainkan akan membentuk arang dan terurai.
Karena sifat thermoset yang demikian maka bahan ini banyak digunakan
yang baik. Apabila dilakukan pemanasan, polyethylene akan menjadi lunak dan
(strength) yang tinggi, kaku (stiffness), dimensinya stabil, tahan bahan kimia dan
panas, serta mempunyai sifat elektrikal yang baik. PET memiliki daya serap uap
air yang rendah, demikian juga daya serap terhadap air. PET dapat diproses
dengan proses ekstrusi pada suhu tinggi 518-608°F, selain itu juga dapat diproses
dengan teknik cetak injeksi maupun cetak tiup. Sebelum dicetak sebaiknya resin
PET dikeringkan lebih dahulu (maksimum kandungan uap air 0,02 %) untuk
luas yaitu digunakan sebagai bahan pembuat botol-botol untuk air mineral, soft
drink, kemasan sirup, saus, selai, dan minyak makan. Menurut Surdia dan Saito
(2005), sifat khas polimer sangat berubah oleh perubahan temperatur. Hal ini
adalah metode dip coating. Metode dip coating merupakan proses dimana sebuah
dengan kecepatan yang konstan. Larutan precursor yang melengket pada substrat
dan membentuk lapisan tipis karena pelarutnya akan menguap dan sebagian
larutan akan turun karena adanya gaya gravitasi. Ketebalan larutan dapat diatur
sesuai dengan kecepatan penarikan substrat. Metode ini telah sukses digunakan
elektronik. Metode ini banyak diminati karena prosesnya yang sederhana dan
tidak memerlukan biaya yang mahal, selain itu juga tidak merusak lingkungan dan
peralatan yang digunakan tidak begitu kompleks Salah satu kendala yang
untuk dilakukan pengadaan alat dip coating secara mandiri. Faktor yang
dkk., 2019).
dilakukan pada suhu kamar, dan efektif untuk pembuatan lapisan tipis. Pada
penelitian ini larutan di aging selama 48 jam. Aging adalah penyimpanan larutan
dalam kurun waktu tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal
Spray coating adalah metode yang murah untuk produksi lapisan tipis
(contoh umum adalah pemolesan mobil) yang dapat diterapkan dengan berbagai
cara: manual, termal, plasma, kinetic, dll. Lapisan katalis murni dibuat dari tinta
proses yang lain seperti PVD (Physical Vapour Deposition), CVD (Chemical
yang tinggi, dapat dilakukan pada kondisi atmosfer, beragam jenis bahan dapat
dideposisikan dengan mudah sesuai dengan aplikasi yang diinginkan, dan lebih
ramah lingkungan, yaitu tidak memiliki limbah buangan yang berbahaya pada
D. Polutan
masyarakat yang masih belum berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
aktivitas pasar, rumah sakit dan perkantoran dan lain sebagainya adalah sumber
oleh manusia dalam suatu aktivitas tertentu, sehingga disebut sisa. sisa itu pun
15
digolongkan menurut wujudnya. ada yang berwujud cair (liquid waste), padat
(solid waste) yang dalam sehari disebut sebagai sampah, serta wujud gas dan
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari
bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari
kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari
mempunyai sifat racun (toxic) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas
atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya
pencemaran. Salah satu bahan pencemar yang sangat tinggi daya racunnya adalah
merkuri (Hg).
perubahan fisika, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada ekosistem
daya dan kenyamanan ekosistem perairan serta kesehatan manusia dan nilai guna
senyawa yang berasal dari luar lingkungan ke dalam suatu lingkungan secara
sengaja maupun tidak sengaja. Pencemaran di air dapat menyebabkan kondisi air
16
yang tadinya normal menjadi tidak normal, sehingga perubahan fisik, kimia
maupun biologi ini dapat membahayakan kehidupan bagi makhluk hidup. Sumber
adalah limbah yang berasal dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, seperti
dapat dibagi menjadi dua, yaitu limbah organik seperti sisa sayuran dan makanan
serta limbah anorganik seperti plastik, bahan-bahan kimia yang berasal dari
penggunaan deterjen, sampo maupun sabun. Limbah dari kegiatan laundry yang
terdapat pada limbah. Apabila limbah dari kegiatan laundry yang mengandung
deterjen tidak diolah terlebih dahulu, deterjen akan memasuki sungai dan
serta menutupi permukaan perairan dan berdampak pada proses difusi oksigen
dari udara yang menjadi lambat, sehingga kadar oksigen yang terlarut pada air
organ ikan, seperti yang terjadi di Perairan Depapre, Provinsi Papua yang
limbah domestik, pencemaran di perairan dapat berasal dari limbah non domestik.
E. Deterjen
oleh masyarakat, baik oleh rumah tangga, industri, perhotelan, rumah makan, dan
deterjen cair, deterjen krim, dan deterjen serbuk. Pada umumnya ketiga jenis
deterjen ini memiliki fungsi yang sama. Hal yang membedakan keduanya adalah
bentuknya. Pada awalnya deterjen cair lebih banyak digunakan dalam pembersih
alat-alat dapur. Namun seiring dengan perkembangan zaman, deterjen cair juga
banyak diaplikasikan untuk kebutuhan industri serta pembersih pakaian. Hal ini
dikarenakan deterjen cair lebih mudah cara menanganinya dan lebih praktis dalam
penggunaannya. Bahan utama deterjen ialah garam natrium yaitu asam organik
yang dinamakan asam sulfonic. Asam sulfonic yang digunakan dalam pembuatan
atom karbon per molekul. Deterjen pertama disintesis pada tahun 1940-an, yaitu
garam natrium dari alkylhydrogen sulfat. Alkohol berantai panjang dibuat dengan
cara penghidrogenan lemak dan minyak. Alkohol berantai panjang ini direaksikan
mengatasi air sadah dan larutan asam. Deterjen sering disebut dengan istilah
tersusun atas tiga komponen yaitu, surfaktan (sebagai bahan dasar deterjen)
18
sebesar 20-30%, builders (senyawa fosfat) sebesar 70-80 %, dan bahan aditif
(pemutih dan pewangi) yang relatif sedikit yaitu 2-8%. Surface Active Agent
kotoran, sehingga sifat dari deterjen dapat berbeda tergantung jenis surfaktannya.
Deterjen adalah racun yang kuat untuk biota akuatik dan mencemari lingkungan
perairan baik dari segi keperluan hidup dan kehidupan biota akuatik maupun
menyebabkan kadar materi padat tersuspensi total (total suspensed solid, TSS),
kebutuhan oksigen biologi (biological oxygen demand, BOD) dan fosfat dalam air
limbah laundry tinggi. Busa yang ditimbulkan oleh surfaktan dapat menghambat
oksigen dari udara untuk masuk ke dalam air. Air limbah industry laundry yang
keruh mengandung TSS yang tinggi. Kekeruhan air dapat menghambat penetrasi
alga menjadi lebih tinggi, yang apabila melebihi batas dapat menyebabkan
berasal dari limbah non domestik. Deterjen sintetis memiliki sifat yang dapat
Namun, deterjen memiliki bahan aktif yang disebut dengan surfaktan yaitu bahan
aktif dari deterjen yang dapat menurunkan kualitas air (Larasati dkk., 2021).
19
F. Fotokatalisis
dapat mempercepat laju reaksi hal ini disebabkan katalis memiliki kemampuan
berlangsung katalis akan ikut bereaksi dan pada akhir reaksi katalis dihasilkan
digunakan sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia dengan kemampuannya dalam
reaksi fotokatalisis.
20
gambar 2.6 dapat dijelaskan sebagai berikut. Ketika TiO2 dikenai Sinar-UV, maka
elektron (e-) pada pita valensi (vb) akan memiliki energi yang cukup besar untuk
dapat berpindah atau tereksitasi ke pita konduksi (cb) dan meninggalkan lubang
Pasangan hole (h+) dan elektron (e-) dapat bergabung kembali atau bereaksi
seperti oksigen, dapat bereaksi dengan elektron menjadi produk ion superoksida
Sifat oksidator kuat yang dimiliki oleh semikonduktor akan memiliki sejumlah
besar hole (h+) yang akan menyerang air (H2O) yang melekat pada permukaan
(Pers 3)
21
Ion superoksida (O2-•) bereaksi dengan hidrogen (H+) membentuk produk oksidasi
pengoksidasi kuat yang dapat mengoksidasi zat organik menjadi air, asam
sendiri yaitu bergantung kepada daya lampu yang digunakan, daya lampu yang
senyawa LAS dan TDS. Selanjutnya yaitu waktu paparan, semakin lama waktu
paparan maka proses fotokatalis akan semakin baik hal tersebut dikarenakan
proses penyinaran yang semakin lama akan membentuk radikal OH, radikal OH
adanya pemilihan katalis itu sendiri. Pada proses fotokatalis, katalis berfungsi
sebagai mempercepat laju reaksi. Pemilihan katalis yang baik bisa dilihat dari
celah atau selisih energi foton yang ada (band gap) dan sifat dari katalis itu sendiri
G. XRD
kristalinitas. Difraksi sinar-X oleh atom-atom yang tersusun di dalam kristal, akan
mengahasilkan pola yang berbeda tergantung pada konfigurasi yang dibentuk oleh
atom-atom dalam kristal. XRD dapat memberikan informasi secara umum baik
(Alfarisa, 2018).
cahaya sebagai akibat dari berkas cahaya yang dibiaskan oleh material yang
memiliki susunan atom pada kisi kristalnya. Secara sederhana, prinsip kerja dari
XRD dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap senyawa terdiri dari susunan atom-
atom yang membentuk bidang tertentu. Jika sebuah bidang memiliki bentuk yang
tertentu, maka partikel cahaya (foton) yang datang dengan sudut tertentu hanya
akan menghasilkan pola pantulan maupun pembiasan yang khas. Dengan kata
lain, tidak mungkin foton yang datang dengan sudut tertentu pada sebuah bidang
dengan bentuk tertentu akan menghasilkan pola pantulan ataupun pembiasan yang
pola yang sama seandainya cahaya berasal dari sudut datang yang sama.
Kekhasan pola difraksi yang tercipta inilah yang dijadikan landasan dalam
Analisa kualitatif untuk membedakan suatu senyawa dengan senyawa yang lain
menggunakan instrument XRD. Pola unik yang terbentuk untuk setiap difraksi
23
cahaya pada suatu material seperti halnya fingerprint (sidik jari) yang digunakan
Informasi yang diperoleh dari metode difraksi ini yakni data koordinat atom-atom
dalam kristal yang mendasari sifat dan karakteristik bahan pada umumnya. XRD
digunakan untuk analisis komposisi fasa atau senyawa pada material dan juga
karakterisasi kristal. Prinsip dasar XRD adalah mendifraksi cahaya yang melalui
celah kristal. Difraksi cahaya oleh kisi-kisi atau Kristal ini dapat terjadi apa bila
difraksi tersebut berasal dari radius yang memiliki Panjang gelombang yang setara
dengan jarak antar atom, yaitu sekitar 1 Angstrom. Radiasi yang digunakan
berupa radiasi sinar-X, electron, dan neutron. Sinar-X merupakan foton dengan
energi tinggi yang memiliki Panjang gelombang berkisar antara 0.5 sampai 2.5
terdifraksi. Hamburan terdifraksi inilah yang dideteksi oleh XRD. Berkas sinar-X
yang dihamburkan tersebut ada yang saling menghilang karena fasanya berbeda
dan ada juga yang saling menguatkan karena fasanya sama. Berkas sinar-X yang
saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi. Hukum Bragg
merumuskan tentang persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar-X yang
Dari gambar 2.8 dapat dideskripsikan sebagai berikut. Sinar datang yang
menumbuk pada titik pada bidang pertama dihamburkan oleh atom P. Sinar
datang yang kedua menumbuk bidang berikutnya dan dihamburkan oleh atom Q,
sinar ini menempuh jarak SQ + QT bila dua sinar tersebut parallel dan satu fasa
nλ = 2 sin
25
dimana
H. SEM
elektron berenergi tinggi dalam scan pola raster. Elektron memiliki resolusi yang
lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya hanya mampu mencapai 200 nm sedangkan
elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1 – 0,2 nm. Elektron berinteraksi dengan
Peralatan utama yang terdapat pada mikroskop elektron atau SEM diantaranya
adalah:
1. Pistol elektron, umumnya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang
2. Lensa untuk elektron, berupa lensa bersifat magnetis karena elektron yang
3. Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada
molekul udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan
anoda.
elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor
(CRT). Ada beberapa sinyal yang penting yang dihasilkan oleh SEM. Dari
I. Spektrofotometer UV-Vis
dari molekul yang paling cepat bereaksi dengan sinar tersebut adalah elektron-
ultralembayung dan sinar tampak merupakan energi, yang bila mengenai elektron-
elektron tersebut, maka elektron akan tereksitasi dari keadaan dasar ke tingkat
energi yang lebih tinggi, eksitasi elektron-elektron ini, direkam dalam bentuk
diabsorbsi, makin banyak elektron yang bereksitasi makin tinggi absorban. Pada
adalah molekul atau bagian molekul yang mengabsorbsi sinar dengan kuat di
dan paling tinggi adalah 800 sampai 1000 nm (Skoog, DA, 1996).
dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang berbentuk V yang
prisma dan filter optik. Sel sampel berupa kuvet yang terbuat dari kuarsa
atau gelas dengan lebar yang bervariasi. Detektor berupa detektor foto atau
detektor panas atau detektor dioda foto, berfungsi menangkap cahaya yang
(Suhartati, 2013).
diserap, sebagian dipantulkan (lr), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Aplikasi
alat untuk analisa suatu unsur yang berkadar rendah baik secara kuantitatif
puncak yang dihasilkan spektrum dari suatu unsur tertentu pada panjang
bila suatu cahaya monokromatis dilewatkan melalui suatu media yang transparan,
maka intensitas cahaya yang ditransmisikan sebanding dengan tebal dan kepekaan
Fatimah, 2016). :
Dimana :
A = absorbansi
Y = ax – b
Dimana:
Y = absorbansi
a = konstanta
x = konsentrasi
b = kemiringan/slope
III. METODE PENELITIAN
bertempat di:
uji deterjen.
B. Jenis Penelitian
eksperimen.
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
32
33
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada tabel 3.2
Polyvinyl Alcohol
6 Sebagai bahan adhesive atau perekat
(PVA)
Sebagai salah satu bahan campuran pembuat
7 Methylen Blue
larutan sampel uji
D. Prosedur Penelitian
1. Preparasi Sampel
substrat.
akan digunakan untuk uji coba pada larutan sampel uji deterjen dibawah
paparan Sinar-UV.
perbandingan 1:1.
dihomogenkan.
sampel uji. Dalam wadah terdapat jaring yang menahan lapisan TiO2 agar
tidak jatuh ke dasar. Larutan sampel uji yang digunakan yaitu campuran
Proses yang terjadi antara lapisan TiO2 dengan sinar matahari (UV)
yaitu fotokatalisis. Ketika TiO2 dikenai Sinar-UV, maka elektron (e-) pada
pita valensi (vb) akan memiliki energi yang cukup besar untuk dapat
Pasangan hole (h+) dan elektron (e-) dapat bergabung kembali atau
sejumlah besar hole (h+) yang akan menyerang air (H2O) yang melekat
pengoksidasi kuat yang dapat mengoksidasi zat organik menjadi air, asam
6. Analisis UV-Vis
Setelah uji coba, larutan sampel uji yang telah diaplikasikan dengan
berikut:
A
y = ax + b
y = ax + b
Keterangan :
a = intersept
b = slope
x = konsentrasi
y = absorban sampel
39
terdeposisi pada substrat PET. (2) Difraksi sinar-X (XRD), untuk melihat
Preparasi Sampel dengan ukuran partikel TiO2 100, 200 dan 300 mesh
Analisis UV-Vis
Hasil Penelitian
Ainuddin dan Widyawati. 2017. Studi Pencemaran Logam Berat Merkuri (Hg) di
Perairan Sungai Tabobo Kecamatan Malifut Kabupaten Halmahera
Utara. Jurnal Ecosystem. 17(1) : 653-654.
Alfarisa, S., Dwi, A.R., dan Parmain, L.T. 2018. Studi Difraksi Sinar-X Struktur
Nano Seng Oksida (ZnO). Risalah Fisika. 2(2): 53-57.
Arista, A., Dahyunir, D., dan Syukri. 2016. Sintesis Lapisan TiO2 pada Substrat
ITO Menggunakan Metode Elektrodeposisi dan Spin Coating. Jurnal
Ilmu Fisika. 8(1) : 18.
Hakim, L., Made, D., dan Muhammad, N. 2019. Karakterisasi Struktur Material
Pasir Bongkahan Galian Golongan C dengan Menggunakan X-Ray
Difraction (XRD) di Kota Palangkaraya. Jurnal Jejaring Matematika dan
Sains. 1(1): 44-51.
Jahiding, M., Mashuni, W, Ilmawati, S, Dewy, I.S. 2018. Deposisi Lapisan TiO 2
pada Nilon Menggunakan Metode Dipcoating untuk Aplikasi
Dekomposisi Polutan dalam Air. Jurnal Aplikasi Fisika. 18(2) : 1.
Larasati, N. N., Sri, Y. W., Lilik, M., Muhammad, Z., dan Kunarso. 2021.
Kandungan Pencemar De terjen dan Kualitas Air di Perairan Muara
Sungai Tapak, Semarang. Indonesian Journal of Oceanography. 3(1) : 2.
Moog, D., Johanna, S., Jana, S., Jan, Z., Karl, H. R., Uwe, L., Tobias, E., dan
Uwe, G. M. 2019. Using a Marine Microalga as a Chassis for
Polyethylene Terephtalate (PET) Degradation. 18(171) : 2.
42
43
Mukhsinin, A., Nehru., dan M. F. Afrianto. 2019. Rancang Bangun Alat Pembuat
Lapisan Tipis Metode Dip Coating Berbasis Arduino Uno. Jurnal Ilmu
Fisika dan Pembelajarannya. 3(2) : 76-77.
Nanai, L., Anna, S., Tamas, G., Judit, B., dan Klara, H. 2019. Manual Spray
Coating: A Cheap and Effective Method to Build Catalyst Layers for
Carbon Nanotube Forest Growth. Thin Solid Film. 689 : 1.
Pratiwi, E., Harlia., dan Anthoni, B. A. 2020. Sintesis TiO2 Terdoping Fe3+ untuk
Degradasi Rhodamin B Secara Fotokatalisis dengan Bantuan Sinar
Tampak. Positron. 10(1) : 57.
Rosyi, A., Reko, S.H., dan Fajar, E. 2020. Perancangan Sistem Informasi Jasa
Laundry pada Green Lab Laundry Berbasis Android. Journal of
Information System, Applied, Management, Accounting and Research.
4(4) : 174.
Setiabudi, A., Rifan, H., Ahmad, M. 2012. Karakrerisasi Material; Prinsip dan
Aplikasi dalam Penelitian Kimia. Bandung. UPI PRESS.
Warman, J.F. 2020. “Sintesis Lapisan Titanium Dioxide dengan Doping Ganda
Copper-Silver untuk Aplikasi Fotoanoda Dye Sensitized Solar Cell”.
Skripsi. Univesitas Andalas, Padang.