Anda di halaman 1dari 15

Proposal Penelitian

Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Limbah menjadi suatu permasalahan lingkungan yang semakin hari bertambah, baik dari segi
volume maupun jenisnya seiring perkembangan teknologi dan zaman. Salah satu yang
menjadi permasalahan lingkungan adalah adanya pencemaran oleh bahan pewarna dari sektor
industri tekstil yang membuang limbah dalam volume besar ke dalam ekosistem perairan
setelah dilakukannya proses pewarnaan. Pewarna yang lazim digunakan dalam industri
tekstil, kulit, kosmetik, pewarna makanan, dan kertas adalah pewarna jenis azo
(Zolinger et.al, 1987: Sudha et.al, 2014).
Pewarna azo merupakan pewarna utama yang digunakan dalam industri tekstil dan tergolong
limbah yang sulit terdegradasi, meski pewarna azo dapat bersifat nontoksik pada kadar
rendah bagi tubuh manusia, namun pada kadar atau jenis azo tertentu dapat bersifat toksik
dan karsinogenik (Dewi & Lestari, 2010). Setidaknya, terdapat kurang lebih 3000 jenis
pewarna azo yang digunakan dalam kegiatan industri, baik pada tekstil, kulit, kosmetik,
makanan dan kertas. Dalam Chequer et.al (2011) pewarna azo adalah pewarna sintesis dari
pasangan amine yang terdeazotisasi menjadi senyawa organik (amine atau fenol) yang
memiliki satu atau lebih gugus azo -N=N- yang berikatan dengan gugus cincin aromatik, dan
dapat terlarut dalam air.
Zat warna golongan azo merupakan golongan zat warna yang memiliki kromofor –N=N,
yang merupakan senyawa kimia yang memberikan warna, bukan sebagai zat warna sehingga
bahan yang terkena pewarna ini akan bersifat sementara. Oleh karena itu, pada industri
tekstil, dalam pewarna azo juga terdapat aukrosom atau radikal yang mengikat kromofor
sehingga warna akan terikat pada bahan. Ikatan antara kromofor dan aukrosom yang kuat
menyebabkan zat warna azo tidak dapat hilang dari perairan (Dewi & Lestari, 2010.).
pewarna azo digunakan hingga 80% dalam proses pewarnaan tekstil, dan diperkirakan oleh
Baban (2013) dalam Sudha et.al, (2014), bahwa 10-15% limbah pewarna azo masuk ke dalam
sungai ketika proses pewarnaan berlangsung.
Pewarna azo yang memiliki sifat mudah terlarut dalam air, ketika dibuang ke dalam
ekosistem perairan akan tercampur dalam perairan, terakumulasi dan mampu memasuki
tubuh biota air sehingga terjadi bioakumulasi. Secara fisik, pewarna azo yang masuk ke
dalam sungai membuat air sungai menjadi berwarna dan menghalangi cahaya yang masuk ke
dalam badan air, sehingga berpegaruh terhadap proses fotosintesis fitoplankton atau
tumbuhan air yang kemudian akan mempengaruhi pula zooplankton dan organisme air
lainnya. Secara kimia, mampu mengurangi kadar oksigen yang ada dalam perairan yang
tercemar dan dapat mengakibatkan kematian terahadap biota air. Selain itu, pada dasar
perairan, zat warna azo yang dirombak oleh mikroorganisme secara anaerobik dapat
menghasilkan senyawa amina aromatik yang tingkat toksisitasnya kemungkinan menjadi
lebih berbahaya dibandingkan dengan zat warna azo itu sendiri (Fitriana & Kuswytasari

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 1
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

2013). Salah satu contoh senyawa yang terbentuk dalam proses anaerobik yaitu kloroanilin,
yang dapat mengganggu kesehatan manusia karena diduga dapat berpengaruh terhadap organ
pernapasan, urogenital, dan gangguan saraf (Suhendra, dkk. 2013)
Nirmalarani et.al, (1988) dalam Sudha et.al (2014) menyebutkan bahwa pewarna azo mampu
mengurangi efisiensi germinasi benih dan pertumbuhan tumbuhan. Dalam konsentrasi yang
lebih tinggi mampu menghambat pertumbuhan tunas dan akar. Dampak yang terjadi pada
hewan, dalam Kucerova et.al., (1987); Collier at.al. (1993) dalam Chequer et.al, (2014)
menyebutkan bahwa pewarna azo mampu mempengaruhi kegagalan reproduksi dan dapat
menyebabkan aberasi kromosom. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Al-Sabti (2000)
dalam Chequer et.a,l (2014) yang hasilnya menunjukkan bahwa pewarna azo memiliki
aktivitas klastogenik, sebuah potensi faktor resiko permasalahan penyakit dalam
perkembangan gen, teratogenik atau karsinogenik terhadap populasi ikan.
Pewarna Azo bekerja atau bereaksi layaknya Xenobiotik dan bersifat toksik, dan dapat
terakumulasi melalui rantai makanan. Ketika, pewarna azo masuk ke dalam tubuh organisme
melalui absorpsi, ia dapat bereaksi terhadap metabolisme tubuh suatu organisme atau bahkan
zat tersebut bisa bereaksi sendiri tanpa ikut berekasi dalam metabolisme, karena adanya
interaksi dengan fungsi umum sel. Interaksi zat kimia terhadap fungsi umum sel diantaranya
dapat menyebabkan suatu efek narkose, dan gangguan terhadap penghataran impuls
neurohumoral (Anonim 2014).
Masuknya suatu zat ke dalam tubuh suatu organisme dapat menyebabkan sebuah proses
biotransformasi, atau perubahan zat kimia dalam sistem biologis pada fungsi fisiologi tubuh
organisme. Proses biotransformasi organisme ketika pewarna azo masuk ke dalam tubuhnya
bisa jadi mengurangi tingkat berbahaya zat kimia tersebut, atau bahkan mungkin juga
membuat xenobiotik bioaktif, dan menjadikannya lebih berbahaya dalam tubuh suatu
organisme. Proses utama biotransformasi yang terjadi ketika pewarna azo masuk, diantaranya
oksidasi, reduksi, hidrolisis dan konjugasi, yang terkatalisasi oleh enzim, dan dipengaruhi
oleh bangun molekul serta kepekatan pencemar, sifat alamiah mikroorganisme, keadaan
lingkungan, dan suhu (Connell 2006: Suhendra, dkk. 2013).
Oleh karena itu dibutuhkan suatu absorben yang dapat menyerap kandungan kimia dari
pewarna azo agar tidak terakumulasi dan mengakiatkan kerusakan terus menerus terhadap
lingkungan sekitar industri tekstil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara untuk membuat suatu material yang dapat menyerap pewarna
sintetis dari air?
2. Bagaimana karakteristik material yang sesuai untuk penyerpan yang efisien?

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 2
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Dengan melakukan reaksi yang dapat menggabungkan Fe3O4
2. Dengan membuat suatu material dengan luas serapan yang besar dan memiliki sifat
magnetis.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Penelitian diharapkan mampu mebuat suatu material komposit yang memiliki daya
serap terhadap zat yang terkandung pada pewarna sintetis
2. Penelitian diharapkan mampu meningkatkan kemampuan Fe3O4 dalam menyerap
kandungan dari pewarna sintetis.

1.5 Batasan Masalah


1. Memisahkan hasil campuran Fe3O4 dari hasil reaksi keseluruhan.
2. Dibutuhkan suhu mencapai 105OC untuk mengeringkan campuran Fe3O4 dan karbon
aktif

1.6 Hipotesis
1. Perbedaan perbandingan campuran antara Fe3O4 dapat memberikan perbedan sifat
2. Campuran yang memberikan hasil optimum yaitu perbandingan 2:1 antara karbon
aktif dan Fe3O4.

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 3
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembuatan Komposit Dengan Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Bahan
Baku.

Keberadaan zat warna di lingkungan dapat menjadi pencemar yang


mengganggu kesimbangan ekosistem. Hal ini dikarenakan sebagian besar zat
warna bersifat toksik. Industri tekstil merupakan salah satu industri yang
menggunakan zat warna dalam jumlah yang besar. Zat warna banyak digunakan
karena lebih murah, memiliki variasi warna yang banyak dan stabilitas yang lebih
baik. Zat warna yang sering digunakan dalam industri tekstil adalah Red MX-5B.
Red MX-5B juga dikenal sebagai pewarna kationik. Selain itu, zat warna lain
yang sering digunakan yaitu jingga metil atau sebagai pewarna anionik.
Penggunaan kedua jenis pewarna ini diketahui sudah cukup luas dalam industri
tekstil. Oleh karena itu, menghilangkan zat warna dari limbah industri tekstil
merupakan masalah yang harus ditanggulangi. Metode pengolahan zat warna
dalam limbah industri dapat dilakukan melalui proses koagulasi, osmosis terbalik,
flokulasi, dan adsorpsi. Adsorpsi merupakan salah satu metode yang telah
berhasil digunakan untuk menghilangkan zat warna dari air limbah karena
biayanya yang rendah, efisiensi tinggi, dan mudah dalam pengoperasiannya.
Pengolahan dengan metode adsorpsi menggunakan karbon aktif adalah cara yang
paling banyak digunakan karena efektif dalam menjerap berbagai jenis pencemar
nonbiodegradable seperti zat warna.
Karbon aktif merupakan suatu padatan berpori yang dapat dihasilkan
dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi.
Gugus fungsional yang terdapat pada permukaan karbon aktif dapat menentukan
karakteristik adsorpsi yang terjadi. Hal ini dipengaruhi oleh bahan dasar dan
proses aktivasi karbon tersebut. Gugus fungsional dapat berupa karbon-oksigen,
karbonnitrogen, karbon-halogen, dan karbon-belerang. Selain itu, struktur pori
merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan adsorpsi karbon

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 4
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

aktif. Berdasarkan ukuran porinya terdapat tiga jenis pori, yaitu mikropori (< 2
nm), mesopori (2 – 50 nm), dan makropori (> 50 nm). Meskipun karbon aktif
cukup efektif dalam menjerap, diperlukan penyaringan yang membutuhkan waktu
cukup lama untuk memisahkan karbon aktif dari larutan adsorbat. Untuk
meningkatkan daya kerja karbon aktif, dilakukan modifikasi dengan
mengompositkan karbon aktif dengan magnetit (Fe3O4).
Magnetit (Fe3O4) merupakan salah satu oksida besi selain maghemit
(γFe2O3) dan hematit (α-Fe2O3) yang menunjukkan kemagnetan paling kuat di
antara oksida-oksida besi yang lain sehingga banyak dimanfaatkan di berbagai
bidang. Berbagai metode telah diketahui efektif dan dapat digunakan dalam
menyintesis magnetit (Fe3O4), seperti PVD (physical vapor depor deposition),
CVD (chemical vapor depor deposition), elektrodeposisi, hidrotermal dan
solvotermal, kopresipitasi, dan dekomposisi prekursor organologam dengan
temperatur tinggi. Metode yang digunakan untuk menyintesis magnetit pada
penelitian ini adalah metode kopresipitasi. Metode ini termasuk metode yang
sederhana, memiliki dampak yang rendah terhadap lingkungan karena dilakukan
dengan pelarut air tanpa menggunakan pelarut organik dan dapat dilakukan pada
suhu yang relatif rendah. Daya jerap yang besar dan didukung 2 oleh luas
permukaannya yang besar serta kemampuan merespons medan magnetnya paling
kuat akan memudahkan proses pemisahan.( Sadrakhman Zega 2017).

2.1.1 Karbon Aktif


Karbon aktif merupakan karbon amorf dari pelat-pelat datar disusun oleh
atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi heksagonal datar
dengan satu atom C pada setiap sudutnya yang luas permukaan berkisar antara
300 m2 /g hingga 3500 m2 /g dan ini berhubungan dengan struktur pori internal
sehingga mempunyai sifat sebagai adsorben
Proses aktivasi merupakan suatu perlakuan terhadap arang yang
bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan
hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 5
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya
bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Pada umumnya karbon
aktif dapat di aktivasi dengan 2 cara, yaitu dengan cara aktivasi kimia dengan
hidroksida logamalkali, garam-garam karbonat, klorida, sulfat, fosfat dari logam
alkali tanah dan khususnya ZnCl2, CaCl2, asam-asam anorganik seperti H2SO4
dan H3PO4 dan aktivasi fisika yang merupakan proses pemutusan rantai karbon
dari senyawa organik dengan bantuan panas pada suhu 800°C hingga 900°C.
Faktor faktor yang berpengaruh terhadap proses aktivasi adalah waktu
aktivasi, suhu aktivasi, ukuran partikel, rasio activator dan jenis aktivator yang
dalam hal ini akan mempengaruhi daya serap arang aktif .
Karbonisasi merupakan suatu proses untuk mengkonversi bahan
orgranik menjadi arang, pada proses karbonisasi akan melepaskan zat yang
mudah terbakar seperti CO, CH4, H2, formaldehid, methana, formik dan acetil
acid serta zat yang tidak terbakar seperti CO2, H2O dan tar cair. Gas-gas yang
dilepaskan pada proses ini mempunyai nilai kalor yang tinggi dan dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalor pada proses karbonisasi.
Arang Aktif Proses aktifasi merupakan hal yang penting diperhatikan
disamping bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktifasi adalah
suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu
dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-
molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika
maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh
terhadap daya adsorpsi.
Proses yang melibatkan oksidasi selektif dari bahan baku dengan udara,
juga digunakan baik untuk pembuatan arang aktif sebagai pemucat maupun
sebagai penyerap uap. Bahan baku dikarbonisasi pada temperatur 400-500°C
untuk mengeleminasi zat-zat yang mudah menguap. Kemudian dioksidasi dengan
gas pada 800-1000o C untuk mengembangkan pori dan luas permukaan.
Adapun pembuatan arang aktif melalui dua cara:
1. Proses Kimia Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia
tertentu, kemudian dibuat pada. Selanjutnya pada tersebut dibentuk

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 6
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

menjadi batangan dan dikeringkan serta dipotongpotong. Aktifasi


dilakukan pada temperature 100°C. Arang aktif yang dihasilkan,
dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan pada temperatur 300°C.
Dengan proses kimia, bahan baku dapat dikarbonisasi terlebih dahulu,
kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia. Pada aktifasi kimia
ini arang hasil karbonisasi direndam dalam larutan aktifasi sebelum
dipanaskan. Pada proses aktifasi kimia, arang direndam dalam larutan
pengaktifasi selama 24 jam lalu ditiriskan dan dipanaskan pada suhu
600-900o C selama 1- 2 jam.
2. Proses Fisika Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya
arang tersebut digiling, diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengan
cara pemanasan pada temperatur 1000°C yang disertai pengaliran
uap. Pada aktifasi fisika ini yaitu proses menggunakan gas aktifasi
misalnya uap air atau CO2 yang dialirkan pada arang hasil
karbonisasi, menurut Ami Cobb ,2012, proses ini biasanya
berlangsung pada temperatur 800 – 1100OC. (Jamilatun S 2014)

2.1.2 Magnetit

Magnetit (Fe3O4) merupakan salah satu oksida besi selain maghemit (-
Fe2O3) dan hematit (-Fe2O3) yang menunjukkan kemagnetan paling kuat di
antara oksida-oksida besi yang lain sehingga banyak dimanfaatkan di berbagai
bidang. Magnetit menunjukkan manfaat yang semakin luas dengan sifat
kemagnetan yang kuat dan dalam skala nanometer, salah satunya adalah sebagai
pengikat logam berat yang terkandung dalam air limbah. Daya serapnya yang
besar terhadap logam didukung oleh luas permukaannya yang besar serta
kemampuan merespons medan magnet sehingga memudahkan proses pemisahan
adsorben dari larutan.
Sintesis nanopartikel Magnetit telah dikembangkan dengan berbagai
metode, baik konvensional (seperti kopresipitasi) maupun inovatif (misalnya
solgel, hidrotermal, dan elektrokimia). Metode elektrokimia adalah metode yang

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 7
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

berbasis elektro-oksidasi besi dalam air demineralisasi menggunakan rapat arus


rendah (sekitar 400 μA/cm2 yang dihasilkan oleh penerapan voltase 20 V)
diperoleh nanopartikel Magnetit di daerah anode setelah 12 jam dengan ukuran
rata-rata 18,5 nm. Metode ini menawarkan kemudahan dalam mengontrol ukuran
partikel melalui pengaturan parameter seperti voltase/rapat arus, kondisi
elektrolit, dan jarak antar elektrode.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan berkembangnya kegiatan
industri, selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif, salah
satunya adalah limbah yang dihasilkan berupa limbah logam berat. Timbal (Pb) 2
merupakan salah satu logam berat yang dihasilkan dari proses industri baterai,
industri bahan bakar, industri kabel, dan industri kimia yang menggunakan bahan
pewarna. Penyerapan Pb oleh tubuh dalam jumlah sedikit sangat membahayakan
karena sangat beracun dan tidak terbiodegradasi. Melihat dampak yang
ditimbulkan tersebut, maka limbah yang mengandung Pb(II) harus diolah
sedemikian rupa sampai diperoleh limbah yang memenuhi standar kualitas
lingkungan dengan metode adsorpsi.
Metode adsorpsi adalah salah satu metode alternatif yang dapat
diandalkan karena prosesnya yang relatif sederhana, dapat bekerja pada
konsentrasi rendah, dapat didaur ulang, dan memerlukan biaya yang relatif
murah. Salah satu material yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan
sebagai adsorben adalah nanopartikel Magnetit (Susilowati E.N 2013).

2.2 Isoterm Adsorpsi


Isoterm adsorpsi memberikan informasi yang paling penting tentang
distribusi molekul adsorbat antara fase cair dan fase padat. Isoterm adsorpsi
merupakan hubungan kesetimbangan antara potensial kimia adsorbat dalam gas
atau cairan dan potensial kimia adsorbat di permukaan adsorben pada suhu tetap.
Kesetimbangan adsorpsi biasanya digambarkan dengan persamaan isoterm yang
parameter-parameternya menunjukkan sifat permukaan dan afinitas dari
adsorben. Isoterm adsorpsi yang paling umum digunakan adalah isoterm adsorpsi
Langmuir dan Freundlich. Isoterm Langmuir didasarkan pada dua asumsi bahwa

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 8
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

kekuatan interaksi antara molekul teradsorpsi dapat diabaikan dan molekul


menempati sebuah situs yang tidak terjadi penyerapan lebih lanjut, Isoterm
adsorpsi Langmuir berdasarkan pada asumsi sebagai berikut :
1. Adsorpsi hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer)
2. Semua bagian dan permukaannya bersifat homogen
3. Tidak ada interaksi antara molekul yang teradsorpsi
Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis
dengan mengganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul yang
diadsorpsi pada permukaan adsorben dengan molekul-molekul yang tidak
teradsorpsi. Persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai
berikut.
𝑞𝑒 = 𝑞𝑚𝑏𝐶𝑒/(1 + 𝑏𝐶𝑒 )
Dengan :
qe = jumlah adsorbat yang teradsorpsi per unit bobot adsorben pada
kesetimbangan (mg/g)
qm = kapasitas adsorpsi maksimum (mg/g)
Ce = konsentrasi kesetimbangan adsorbat dalam larutan (mg/L)
b = konstanta yang berhubungan dengan energi bebas adsorpsi (L/mg)

Isoterm Freundlich mengasumsikan suatu permukaan adsorpsi yang


heterogen dan terdapat perbedaan energi pada tapak aktif. Model isoterm ini
menganggap bahwa pada semua tapak aktif permukaan adsorben akan terjadi
proses adsorpsi di bawah kondisi yang diberikan. Isoterm Freundlich tidak
memperkirakan adanya tapak-tapak pada permukaan yang mampu mencegah
tercapainya adsorpsi pada kesetimbangan. Hanya ada beberapa tapak aktif saja
yang mampu mengadsorpsi molekul terlarut. Persamaan isoterm adsorpsi
Freundlich didasarkan pada asumsi sebagai berikut :
1. Terbentuknya adsorpsi beberapa lapisan (multilayer) dari molekul-
molekul adsorbat pada adsorben
2. Bagian tapak aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen
3. Hanya melibatkan gaya Van Der Waals sehingga adsorbat dapat

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 9
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

bergerak dari satu bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari


adsorben Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan
sebagai berikut :
𝑞𝑒 = 𝐾𝑓𝐶𝑒 1⁄𝑛
Dengan :
Kf = konstanta, yang menggambarkan kapasitas adsorpsi relatif dari
adsorben ((mg/g)(mg/l)n ),
n = konstanta yang menggambarkan intensitas adsorpsi.

Dalam persamaan Freundlich, nilai n dalam rentang 1-10 menggambarkan


adsorpsi yang baik.
Kurva persamaan garis lurus Langmuir dan Freundlich diperoleh dengan
memplot berturut-turut Ce/qe vs Ce dan log qe vs log Ce dan dari persamaan
isoterm tersebut dapat dicari kapasitas adsorpsi optimum adsorben terhadap
adsorbat. Persamaan Langmuir digunakan untuk memperoleh nilai RL atau faktor
pemisahan yang menggambarkan dimensi parameter kesetimbangan. Jika RL > 1
proses adsorpsi bersifat tidak baik (unfavorable) karena adsorpsi pada zat padat
relatif rendah; RL = 1 proses adsorpsi linear yang artinya jumlah adsorbat yang
teradsorpsi pada adsorben sebanding dengan konsentrasinya dalam fluida; 0<RL
1, proses adsorpsi bersifat baik (favorable) yang artinya adsorpsi relatif tinggi
pada adsorbsi terjadi pada konsentrasi fluida rendah; dan RL = 0 proses adsorpsi
tidak dapat balik (irreversible). Persamaan RL dapat dituliskan sebagai berikut :
𝑅𝐿 = 1 /(1 + 𝑏𝐶O)

Simbol b merupakan konstanta yang berhubungan dengan energy bebas adsorpsi dan
Co merupakan konsentrasi awal adsorbat (mg/L) (Subariyah I 2011)

2.3 Zat Pewarna


Warna merupakan spektrum tertentu yang terdapat didalam suatu
cahaya sempurna berwarna putih. Identitas suatu warna ditentukan oleh panjang
gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru yang memiliki panjang
gelombang 460 nm. Radiasi yang tersebar secara merata akan tampak sebagai

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 10
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

cahaya putih dan yang akan terurai dalam warna-warna spectrum bias dengan
adanya penyaringan oleh prisma yang dipersepsikan sebagai sinar foton
Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik tidak jenuh
dengan kromofor sebagai pembawa warna dan auksokrom sebagai pengikat
warna dengan serat. Zat organik tak jenuh umumnya berasal dari senyawa
aromatik dan derivatifnya(benzen,toluen,xilen, naftalena, antrasena.), Fenol dan
derivatifnya (fenol,orto/meta/para kresol),senyawa mengandung nitrogen seperti
piridin, kinolin, korbazolum. Gugus kromofor adalah gugus yang menyebabkan
molekul menjadi berwarna.
Zat warna dapat digolongkan menurut sumber diperolehnya yaitu zat
warna alam dan zat warna sintetik. Van Croft menggolongkan zat warna
berdasarkan pemakaiannya, misalnya zat warna yang langsung dapat mewarnai
serat disebutnya sebagai zat warna substantif dan zat warna yang memerlukan
zat-zat pembantu supaya dapat mewarnai serat disebut zat reaktif.
Zat warna reaktif pertama kali diproduksi tahun 1956. Zat warna jenis
ini pada aplikasinya akan sulit dihilangkan karena adanya ikatan kovalen yang
kuat antara atom karbon dari zat warna dengan atom O, N, atau S dari gugus
hidroksi, amino atau thiol dari polimer. Keuntungan zat warna reaktif
adalah spectra absorpsinya runcing dan jelas.
Zat warna reaktif yang sering digunakan pada industri tekstil antara lain
Procion, Cibracon, Drimaren, dan Lavafix, yang dapat mengadakan reaksi
substitusi dengan serat dan membentuk ikatan ester, dan zat warna Remazol,
Remalan, dan Primazin, yang dapat mengadakan yang dapat mengadakan
reaksi adisi dengan serat dan membentuk ikatan eter. Zat warna monoazo procion
red MX-5B atau zat warna reaktif red 2 (C19H10Cl2N6Na2O7S2) dengan berat
molekul 615,3 gr mol-1 (Agustina TE 2012)

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 11
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Bahan baku yang digunakan
FeCl2
FeCl3
Karbon aktif
Air demineralisasi
Air limbah
NaOH

3.2 Alat yang digunakan


Oven
Pengaduk magnetic
Gelas beker
Magnet permanen

3.3 Rangkaian alat

Keterangan :
1. Gelas Beker
2. Motor Pengaduk
3. Pengaduk 3
4
4. Statif

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 12
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

Gambar Rangkaian alat pembuatan biofoam

3.4 Cara Kerja


3.4.1 Pembuatan Oksida Besi (Lee et al. 2004)
Sebanyak 600 ml larutan garam besi yang terdiri atas 7.6 g FeCl3.6H2O dan 3.9
g FeSO4.7H2O diaduk serta dipanaskan hingga mencapai suhu 70 OC. Setelah itu, 100
ml larutan NaOH 5 M ditambahkan tetes demi tetes sehingga terbentuk endapan
berwarna hitam. Endapan yang terbentuk dicuci dengan air demineralisasi lalu
dikeringkan di dalam oven pada suhu 100 oC selama 3 jam.
3.4.2 Pembuatan Komposit Magnet (Oliviera et al. 2002)
Suspensi karbon aktif dibuat dengan mencampurkan 6.5 g karbon aktif dengan
300 ml air demineralisasi lalu dipanaskan hingga mencapai suhu 70 oC. Sebanyak 300
ml larutan garam besi yang terdiri atas 7.6 g FeCl 3.6H2O dan 3.9 g FeSO4.7H2O
ditambahkan ke dalam campuran tersebut. Campuran lalu diaduk selama 30 menit
sebelum ditambahkan 100 ml NaOH 5 M tetes demi tetes sehingga diperoleh
komposit OB:KA dengan nisbah bobot 1:2 (Lampiran 2). Komposit yang terbentuk
dicuci dengan air demineralisasi lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 100 oC
selama 3 jam. Selain itu, dibuat juga komposit magnet dengan nisbah bobot oksida
besi dan karbon aktif 1:1 dan 1:3.( Ariyani A 2011)
3.5 Diagram Alir

3.6 Analisis
Komposit yang terbentuk kemudian dianalisis dengan menggunakan berbagai
Analisis seperti SEM, VSM, dan XRD. Dimana analisis dengan menggunakan SEM
akan menunjukkan gambaran partikel pada permukaan. VSM dapat menentukan sifat

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 13
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

magnet dan kemampuan magnetisasi material. Sedangkan, XRD akan menunjukkan


fase oksidasi besi yang terbentuk.
Selain dianalisis sifat dari materialnya dilakukan juga uji kemampuan absorpsi
untuk menunjukkan bahwa komposit yang dibuat layak digunakan sebagai absorben
pewarna Red MX-5B.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina T.E dan Amir M. 2012. Pengaruh Temperatur Dan Waktu Pada Pengolahan
Pewarna Sintetis Procion Menggunakan Reagen Fenton. Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya Kampus Palembang. Palembang
Alatas, Z. 2008. Kajian Paparan Radiasi Retrospektif Dengan Aberasi Kromosom.
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan
International Seminar on Occupational Health and Safety I

Anonim. 2014. Kerja Bahan Toksik Dalam Tubuh Organisme.


http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/32041/9aaf87ea935ac4dd9c5a9
68fe1490b68. diakses pada tanggal 3 Januari 2014.
Ariyani A. 2011. Pembuatan Komposit Magnet Oksida Besikarbon Aktif Sebagai
Adsorben Cs Dan Sr. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Chequer et.al,  2011, Azo Dyes and Their Metabolites: Does the Discharge of the
Azo Dye into Water Bodies Represent Human and Ecological Risks?,
Universidade de São Paulo, Ribeirão Preto, Brazil
Dewi R.S, Lestari S, 2010, Dekolorisasi Limbah Batik Tulis Menggunakan Jamur
Indigenous Hasil Isolasi Pada Konsentrasi Limbah Yang Berbeda, Molekul,
Vol. 5. No. 2. Nov, 2010: 75 -82, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal
Soedirman

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 14
Proposal Penelitian
Pembuatan Komposit dari Karbon Aktif dan Fe3O4 Sebagai Absorben Zat
Pewarna Red MX-5B

Fitriana A, Kuswytasari N.D, 2013, Potensi Isolat Kapang Koleksi Laboratorium


Mikrobiologi dan Bioteknologi Biologi ITS Dalam Mendegradasi Pewarna Azo
Orange II, JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013).

Jamilatun S dan Setyawan M. 2014. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa
dan Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair. Fakultas Teknologi Industri
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Yogyakarta

Subariyah I. 2011. Adsorpsi Pb(II) Menggunakan Zeolit Alam Termodifikasi Asam


Fosfat. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sudha .M. 2014. Microbial degradation of Azo Dyes: A Review Int.J.Curr.Microbiol
App.Sci (2014) 3(2): 670 – 690
Suhendra, E., Purwanto., Kardena, E. 2013. Potensi Keberadaan Polutan Kloroanilin
di Sungai Citarum Akibat Biotranformasi Pewarna Azo dari Air Limbah
Tekstil. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan 2013.

Zega S. 2017. Sintesis Komposit Fe3o4/Karbon Aktif Sebagai Adsorben Biru


Metilena Dan Jingga Metil. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor

Anantyto Danujatmiko (121160172)


Bagus Drajat Trimulyo (121160175) 15

Anda mungkin juga menyukai